Anda di halaman 1dari 7

Nama : Laila Nurrohamah

Nim : 203111260
Kelas PAI 5H
A. Perkembangan Islam di Bosnia dan Herzegovina
Islam  masuk  ke  kawasan  Balkan  (termasuk  Bosnia)  sekitar  tahun  1389, ketika wilayah
Balkan ada di bawah kekuasaan Turki Utsmani antara abad XII hingga akhir abad XIX. Islam
pertama kali diperkenalkan di Balkan oleh Sultan Mehmed Sang Penakluk dari Kekaisaran
Ottoman pada pertengahan abad 15. Sebagian besar Bosnia berhasil dikuasai Ottoman pada 1463
Sedangkan Herzegovina berhasil ditaklukkan pada 1480an. Pada tahun 1463, wilayah Bosnia
dan Herzegovina yang terletak di Semenanjung Balkan telah berjaya dikuasai oleh tentera
‘Uthmaniyyah dalam rentetan siri peperangan yang berlaku sejak abad ke-14M lagi. Tidak dapat
dinafikan sejak tahun tersebut, agama Islam mula dikenali dengan lebih dekat di kawasan Eropah
Timur serta menerima kemasukan beramai-ramai para penduduk Bosnia sehingga abad ke-20M
walaupun penguasaan kerajaan ‘Uthmaniyyah terhadap wilayah tersebut telah tamat pada tahun
1878. Melalui penguasaan ini bukan sahaja agama Islam tersebar luas, tetapi juga ajaran Islam,
budaya, bahasa, sistem pentadbiran dan polisi ‘Uthmaniyyah turut diserap masuk. Pada
hakikatnya, proses penyerapan ini saling berkait dan saling mempengaruhi di antara wilayah
Bosnia dan kerajaan ‘Uthmaniyyah (Rosen, 2012: 88). Proses persepaduan ini juga telah
menyebabkan ramai penduduk di Anatolia berpindah ke wilayah Bosnia serta situasi sebaliknya
berlaku kerana polisi sürgün. Polisi ini memerintahkan individu-individu atau kelompok tertentu
untuk berpindah ke wilayah yang baru dikuasai. Ini demi meningkatkan populasi penduduk di
samping melakukan pembangunan dari sudutural Organization (UNESCO) PBB.

Satu abad kemudian banyak suku Slavic memeluk Islam di bawah kepemimpinan Ottoman.
Pada awal 1600an, diperkirakan dua pertiga dari populasi Bosnia adalah Muslim. Bosnia dan
Herzegovina tetap menjadi  provinsi di Kekaisaran Ottoman dan memperoleh otonomi setelah
pemberontakan Bosnia pada 1831. Bosnia dan Herzegovina pada 1992-1995 merupakan masa
kelam bagi Muslim. Mereka mengalami pembersihan etnis yang dilakukan Serbia dan Kroasia.
Di seluruh Bosnia, masjid secara sistematis dihancurkan oleh angkatan bersenjata Serbia dan
Kroasia.Di antara kerugian yang paling penting adalah dua masjid di Banja Luka, yakni Masjid
Arnaudija dan Ferhadija Menurut İnalcik (2000), ketika era ‘Uthmaniyyah menguasai Bosnia
dan Herzegovina, sebanyak 232 rumah penginapan, 18 karavansarai, 32 asrama, 10 pasar
tertutup dan 42 buah jambatan telah dibina.

Kemerdekaan Bosnia dan Herzegovina

Yugoslavia terpecah-belah pada tahun 1991 setelah runtuhnya rezim-rezim Komunis di


Eropa Timur. Memasuki contoh Kroasia dan Slovenia, pada bulan Maret 1992 Bosnia dan
Herzegovina menyatakan kemerdekaannya melewati referendum yang diikuti oleh masyarakat
Muslim dan Kroasia Bosnia. Hal tersebut ditentang oleh orang-orang Serbia yang ingin
menguasai seluruh wilayah eks Yugoslavia.

Di bawah pimpinan Radovan Karadzic, orang Serbia Bosnia memproklamasikan Republik


Srpska. Dengan bantuan pasukan federal pimpinan Jenderal Ratko Mladic, orang Serbia Bosnia
berhasil menguasai 70 persen wilayah negeri itu. Dalam konflik ini, etnis Serbia yang mayoritas
berusaha melenyapkan etnis Muslim dan Kroasia. Terjadilah pembantaian terbesar dalam sejarah
yang jumlah korbannya hanya kalah oleh Perang Dunia. Pembunuhan, penyiksaan dan
pemerkosaan olah Kaum Serbia kemudian menyebabkan pemimpin-pemimpin Serbia ditetapkan
sebagai penjahat perang oleh PBB. Dalam perkembangan terakhirpun mereka menyatakan tidak
puas karena tidak berhasil membersihkan etnik Muslim-Bosnia.

Akhirnya, setelah perang berdarah yang berlarut-larut, perdamaian di antara ketiga kelompok
tersebut berhasil dipaksakan oleh NATO. Berdasarkan dengan Kesepakatan Dayton tahun 1995,
keutuhan wilayah Bosnia dan Herzegovina ditegakkan namun pemerintah tersebut dibagi dalam
dua bagian: 51% wilayah gabungan Muslim-Kroasia (Federasi Bosnia dan Herzegovina) dan
49% Serbia.

Sekarang negeri tersebut mulai menghirup perdamaian dan ketiga belah pihak berusaha
membentuk saling percaya. Akan tetapi memang butuh waktu lama untuk membubarkan
permusuhan berabad-abad itu. Salah satu hal yang diusahakan untuk membentuk saling percaya
tersebut yaitu mengadili para penjahat perang. Mantan Presiden Republik Srpska Radovan
Karadžić berhasil ditangkap pada 21 Juli 2008, sementara mantan Panglima Tentara Federal
Jenderal Ratko Mladic tertangkap pada bulan Mei 2011 dan sedang menjalani proses sidang
mengadili perkara di Mahkamah Internasional.
B. Perkembangan Islam di Belanda

Awal Mula Islam di Belanda

Islam memang merupakan agama yang paling pesat perkembangannya, hal itu tak terlepas
dari hubungan antar Islam dan Belanda yang telah memiliki rentang sejarah panjang bahkan
sejak abad ke -17. Karenanya, kontribusi umat Muslim terhadap kemajuan yang dicapai negeri
Belanda, sangatlah besar. Dan besarnya kontribusi umat Islam itu, sanggup mewarnai kebijakan
negara dalam menghormati kebebasan beragama dan toleransi. Muslim di Belanda, seperti
penduduk lainnya menikmati hak-hak dasar untuk kebebasan berbicara, agama, pendidikan, dan
berorganisasi sebagaimana termaktub dalam Konstitusi.

Sejarah umat muslim di belanda bisa diurut dari tahun 1960an, saat dimana pemerintah
Belanda mendatangkan tenaga asing, dan kebanyakan tenaga asing tersebut didatangkan dari
kawasan mediterian, karena pada saat itu negara Belanda sedang mengalami kekurangan tenaga
kerja . Dan kemudian Imigran asal Turki dan Maroko ini pun menyiarkan Islam di Belanda.
Selain imigrant asal Turki, Maroko dan Indonesia yang menyebarkan Islam di Belanda, terdapat
juga muslim asal Bosnia, Iran, Afganistan, negara-negara bekas Uni Sovyet yang menjadi warga
negara Belanda melalui proses suaka politik, yang menambah daftar umat Islam yang berada di
Belanda.

Pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda ada tiga macam, yaitu:

1. Sistem pendidikan peralihan Hindu Islam; Sistem ini merupakan sistem pendidikan yang
masih menggabungkan antara sistem pendidikan Hindu dengan Islam. Sistem ini
dilaksanakan dengan cara, guru mendatangi murid-muridnya. yang menjadi murid-
muridnya adalah anak-anak para bangsawan dan kalangan keraton. Sebaliknya, sistem
pertapa, para murid mendatangi guru ke tempat pertapaanya. adapun murid-muridnya
tidak lagi terbatas pada golongan bangsawan dan kalangan keraton, tetapi juga termasuk
rakyat jelata.
2. Sistem pendidikan surau (langgar) Sistem pendikan di surau tidak mengenal jenjang atau
tingkatan kelas, murid dibedakan sesuai dengan tingkatan keilmuanya, proses belajarnya
tidak kaku sama muridnya (Urang Siak) diberikan kebebasan untuk memilih belajar pada
kelompok mana yang ia kehendaki. Dalam proses pembelajaran murid tidak memakai
meja ataupun papan tulis, yang ada hanya kitab kuning merupakan sumber utamnya
dalam pembelajaran. Metode utama dalam proses pembalajaran di surau dengan
memakai metode ceramah, membaca dan menghafal. Materi pembelajaran yang
diberikan Syeikh kepada urang siak dilaksanakan sambil duduk di lantai dalam bentuk
setengah lingkaran. Syeikh membacakan materi pembelajaran, sementara murid
menyimaknya dengan mencatat beberapa catatan penting di sisi kitab yang dibahasnya
atau dengan menggunakan buku khusus yang telah disiapkan oleh murid. Sistem seperti
ini terkenal dengan istilah halaqoh.
3. Sistem Pendidikan Pesantren Metode yang digunakan adalah metode sorogan, atau
layanan individual yaitu bentuk belajar mengajar dimana Kiyai hanya menghadapi
seorang santri yang masih dalam tingkatan dasar atau sekelompok kecil santri yang
masih dalam tingkatan dasar. Tata caranya adalah seorang santri menyodorkan sebuah
kitab di hadapan kiyai, kemudian kiyai membacakan beberapa bagian dari kitab itu, lalu
santri mengulangi bacaan sampai santri benar-benar membaca dengan baik. Bagi santri
yang telah menguasai materi lama, maka ia boleh menguasai meteri baru lagi. Metode
wetonan dan bandongan, atau layanan kolektif ialah metode mengajar dengan sistem
ceramah. Dalam metode ini kyai biasanya membacakan, menerjemahkan, lalu
menjelaskan kalimat-kalimat yang sulit dari suatu kitab dan para santri menyimak
bacaan kyai sambil membuat catatan penjelasan di penggir kitabnya. Metode
Musyawarah Adalah belajar dalam bentuk seminar (diskusi) untuk membahas setiap
masalah yang berhubungan dengan materi pembelajaran-pelajaran santri ditingkat tinggi.
Metode ini menekankan keaktifan pada pihak santri, yaitu santri harus aktif mempelajari
dan mengkaji sendiri buku yang telah ditentukan kiyainya. Kiyai harus menyerahkan dan
memberi bimbingan seperlunya.(Ramayulis, 2011: 253-258).
C. Peradaban Islam di Inggris

Mengenai masuknya Islam ke Inggris, sejumlah pihak berbeda pendapat mengenai awal
mula masuknya Islam di Inggris. Namun, sebagian besar menyebutkan, masuknya agama
Islam ke negeri tersebut sekitar akhir abad 18 M dan awal abad 19 M. Mereka dibawa oleh
imigran dari Asia Selatan, seperti Pakistan, Bangladesh, dan India. Para imigran Muslim ini
merupakan komunitas masyarakat terbesar di Inggris. Jumlahnya bahkan mencapai terbesar
ketiga di Eropa setelah Prancis dan Jerman Para imigran Muslim ini adalah para kelasi yang
direkrut oleh East India Company (Perusahaan India Timur). Usai pembukaan Terusan Suez
tahun 1869 seiring makin meluasnya ekspansi kolonial Inggris, arus imigran pun kian
meningkat ke negara tersebut.Mereka kemudian membentuk komunitas kecil dan
permukiman di kota pelabuhan seperti Cardiff, South Shields (dekat Newcastle), Liverpool,
dan juga di ibu kota, London. Secara perlahan, mereka mengajar Islam kepada penduduk
setempat.
Pada abad ini kekuatan armada laut Muslim sangat mendominasi laut Mediterranean.
Ekspansi Muslim telah mencapai Istanbul sebagai pusat imperium Turki Usmani; Aleppo
sebagai jalur penting yang dilalui silk roat; Beirut sebagai pelabuhan besar yang disinggahi
kapal-kapal Eropa; Jerusalem sebagai kota yang banyak diminati para peziarah; Kairo
sebagai kota pusat perdagangan; dan Fez sebagai kota yang sangat maju dan terkenal pada
saat itu. Ketika armada Spanyol dipandang sebagai ancaman yang menghantui Inggris, Ratu
Elizabeth pada pertengahan tahun 1580 tidak ragu-ragu untuk meminta Sultan Murad
(penguasa Turki Usmani) membantu armada laut Inggris melawan orang-orang Spanyol.
Ketimbang dengan negara-negara Eropa, Inggris lebih menyukai menjalin hubungan
perdagangan secara luas dengan negeri-negeri Muslim. Orang Inggris yang pertama kali
memeluk Islam yang namanya tetap bertahan dalam catatan sumber-sumber literatur Inggris
seperti The Voyage Made to Tripoli (1583) adalah John Nelson. Ia adalah putera perwira
rendah anggota pasukan pengawal Ratu Inggris.
Kekacauan perang sipil mungkin menjadi pendorong beberapa orang Inggris untuk
memutus hubungan tradisi yang baik, sehingga sebuah catatan yang dibuat tahun 1641
dengan mengacu kepada sebutan “sebuah sekte penganut Muhammad” (a sect of
Mahomatens) dinyatakan “telah ditemukan di sini, di London”. Pada sekitar 1646 Raja
Charles diasingkan ke Oxford setelah dikepung oleng angkatan bersenjata pimpinan
Cromwell. Pertempuran terburuk pecah dan berakhir pada kekalahan pasukan yang setia
kepada raja. Pada bulan Desember 1648, Dewan Mechanics dari New Commonwealth
menyuarakan sebuah toleransi bagi berbagai kelompok agama termasuk Muslim. Setahun
kemudian, tahun 1649, terjadi peristiwa penting dalam perjalanan sejarah Muslim di Inggris
di mana al-Qur’an untuk pertama kalinya diterjemahkan di Inggris oleh Alexander Ross dan
kemudian dicetak. Pencetakan itu sampai menghasilkan edisi kedua. Fakta ini membuktikan
bahwa terjemahan al-Qur’an mengalami jangkauan sirkulasi yang luas di kalangan
masyarakat Inggris.
Pada saat yang sama, para pedagang dari luar Inggris dan pegawai negeri kolonial Inggris
membina hubungan dengan elit lokal, sehingga tumbuh komunitas kolonial ekspatriat
kosmopolitan di London, yang banyak di antaranya adalah Muslim Pada tahun 1860, sebuah
masjid untuk pertama kalinya dibangun di Inggris. Masjid itu terletak di Glyn Rhondd, No. 2,
Cardif. Tahun pendirian masjid tercatat dalam Register Situs-situs Keagamaan. Masjid itu
kini dipelihara oleh Kantor Statistik Nasional.Pada tahun 1887, William Henry Quilliam,
seorang warga kulit putuh Inggris memeluk Islam. Ia di belakang hari lebih dikenal dengan
nama Syaikh Abdullah Quilliam. Ia memimpin komunitas kecil Muslim di Liverpool. Pada
1889 komunitas itu menyewa sebuah rumah di Jl. Brougham Terrace, No. 8, untuk dijadikan
sebagai mushalla. William Henry secara pribadi mengumandangkan seruan azan dari atas
salah satu jendela mushalla itu. Komunitas itu tak lama kemudian mampu membeli rumah
yang disewanya, di samping juga membeli rumah yang terletak di sebelahnya. Rumah itu lalu
disulap menjadi Institut Muslim Liverpool. William Henry selanjutnya berkunjung ke Turki.
Ia diberi gelar “Syaikh al-Islam of The British Isles”. William Henry menerbitkan jurnal
mingguan, The Cresent, yang sempat terbit pada tahun 1893-1908. Setelah meninggal, Henry
dimakamkan di Brokwood Cemetry, dekat Masjid Shah Jehan, di Woking. Lembaga sosial
yang pertama kali didirikan di Inggris adalah Zawiyah Alawiyah. Lembaga ini melayani
masyarakat Muslim yang datang dari Yaman dan Somalia yang direkrut di Aden. Pada tahun
1889 masyarakat Muslim Inggris mendirikan masjid yang diberi nama Shah Jehan Mosque,
di Woking. Pembangunan itu disokong oleh Putri bangsawan Muslim India, Begum of
Bhopal.

Anda mungkin juga menyukai