Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam telah menjadi agama dengan pertumbuhan pemeluk yang sangat cepat di
beberapa negara Eropa. Disaat maraknya aksi anti-islam di dunia barat, justru membuat Islam
semakin kuat tumbuh wilayah minoritas. Meski saat ini, umat Islam sedang dalam situasi
sulit. Banyak akksi teorisme yang mengatasnamakan Islam, pada akhirnya membuat agama
ini menjadi semakin buruk citranya di mata masyarakat barat. Namun, ditengah-tengah isu
islamphobia, ternyata beberapa negara di Eropa memiliki jumlah populasi muslim yang
semakim pesat.

Sebuah riset yang dipublikasikan baru-baru ini di Jerman mengungkapkan, jumlah


umat Islam yang tinggal di Eropa saat ini mencapai sekitar 53 juta jiwa.

Berdasarkan informasi yang dirilis situs Dewan Tertinggi bagi kaum Muslimin di
Jerman, Pusat Arsip Islam mengadakan sensus terhadap jumlah umat Islam di Eropa.

o Jumlah mereka mencapai 53.713.953, di antaranya sebanyak 15.890.428 jiwa tersebar


di negara-negara uni Eropa.

o Sebanyak 12.387.927 Muslim tinggal di Eropa Barat, masing-masing: 400.000 di


Belgia, 293.000 di Jerman, 5500.000 di Prancis, 1.500.000 di Inggeris, 4000 di
Irlandia, 1527 di Leichesten, 9000 di Luxemburg, 1000.000 di Belanda, 350.000 di
Austria dan 330.000 di Swiss.

o Jumlah kaum Muslimin di eropa selatan ada sekitar 462.321 jiwa, masing-masing:
117.000 di Denmark, 15.000 di Finlandia, 321 di Eslandia, 80.000 di Norwegia dan
25.000 di Swedia.

o Jumlah kaum Muslimin di eropa selatan ada sekitar 1.716.500 jiwa, masing-masing:
1.000.000 di Italia, 12.000 di Portugal, 700.000 di Spanyol dan 4500 di Malta.

o Di eropa tenggara, masing-masing: 2.100.000 di Albani, 2000.000 di Bosnia,


1.100.000 di Bulgaria, 140.000 di Yunani, 56.777 di Kroasia, 750.000 di Macedonia,
150.000 di Rumania, 47.448 di Slovenia, 1.600.000 di Serbia, 20.000 di Republik
Ceko, 5.900.000 di Turki, 70.000 di Hungaria dan 200.000 di Cyprus.

1
o Rusia merupakan tempat konsentrasi populasi Muslim terpadat di Eropa di mana
mencapai 25.000 jiwa. Sedang di Litlandia ada 380 jiwa, di Lithuania 5.100 jiwa dan
Polandia 7500 jiwa

 Muslim Jerman Sangat Pesat

Salah satu pendusuk muslim yang terbesar di Eropa adalah Jerman Barat. Kanselir
Angela Merkel mengatakan bahwa Jerman telah gagal untuk memahami bagaimana imigran
Muslim telah mengubah negara mereka dan harus menerima kenyataan bahwa jumlah masjid
lebih banyak dari gereja di seluruh negeri, menurut harian Frankfurter Allgemeine Zeitung.
“Negara kita akan terus berubah, dan integrasi (proses pembauran) juga merupakan tugas
bagi masyarakat dalam menghadapi imigran,” kata Ms. Merkel dalam surat kabar harian.
“Selama bertahun-tahun kita telah menipu diri sendiri tentang ini. Masjid, misalnya, akan
menjadi bagian lebih menonjol dari kota-kota kita daripada sebelumnya.

Jerman, dengan penduduk 4-5 juta Muslim, dalam beberapa pekan terakhir telah
terbagi dalam perdebatan atas pernyataan oleh Bundesbank Thilo Sarrazin, yang berpendapat
bahwa imigran Turki dan Arab telah gagal untuk membaur dan telah membanjiri Jerman
dengan angka kelahiran yang sangat tinggi. Pernyataan Kanselir mewakili pengakuan resmi
pertama bahwa Jerman, seperti negara-negara Eropa lainnya, ditakdirkan untuk menjadi
benteng Islam. Dia telah mengakui bahwa negara tersebut akan segera menjadi benteng.

Ketika banjir pengungsi Timur Tengah yang tiba di Eropa surut, dan para pencari
suaka akan menetap di rumah baru mereka, Jerman tiba-tiba akan menjadi negara dengan
penduduk Muslim terbesar. Kedatangan begitu banyak warga Suriah yang melarikan diri dari
perang saudara di negara mereka, secara tidak langsung mengubah wajah Islam di Jerman.
Sampai saat ini sendiri, Jerman masih didominasi oleh warga Turki yang pertama kali datang
sebagai pekerja tamu pada tahun 1960-an. Sementara pengungsi dari Afghanistan, Irak dan
negara-negara Muslim lain tiba, Suriah membentuk satu kontingen terbesar yang
diperkirakan sekitar 45 persen, dan memiliki kesempatan terbaik dari yang akan diberikan
suaka politik di sana.

Dampak jangka panjang dari Jerman tidak akan seperti Inggris atau Perancis, karena
memiliki tradisi mengambil imigran dari bekas koloni. Banyak pengungsi yang masih
berjuang melalui sejumlah masalah, seperti belajar bahasa dan mendapatkan pekerjaan.
Jumlah orang yang akan mengikuti mereka juga belum diketahui. Beberapa kecenderungan

2
yang muncul, meskipun Jerman akrab dengan minoritas Muslim, tetap ada alasan untuk
harapan dan kekhawatiran. Perubahan pertama yang terjadi sudah pasti adalah jumlah. “Kami
tiba-tiba bisa memiliki lima juta Muslim,” kata Thomas Volk, seorang ahli Islam di Konrad
Adenauer Foundation.

 Muslim Di Rusia

Masjid Sobornaya di Ibukota Rusia, Moskow kerap dipadati jemaah ketika perayaan
Idul Fitri setiap tahunnya. Tetapi, tahun ini ada yang berbeda dari ikon masjid di bekas
negara Uni Soviet ini. Masjid di Rusia yang merayakan Idul Fitri 1436 Hijriah pada Sabtu, 18
Juli 2015, kini menampung jumlah jemaah hingga 60.000 orang. Jumlah yang sangat besar
untuk negara berlatar komunis. Jumlah tersebut menjadi penanda umat Islam tengah
berkembang di sana. Bahkan, Moskow yang dulu tidak ramah terhadap umat Islam, kini
menjadi rumah bagi sebagian besar Muslim Rusia. “Moskow secara perlahan beradaptasi
untuk menjadi kota muslim terbesar di Eropa, dan muslim secara bertahap beradaptasi
dengan itu,” ujar Pengamat Politik Rusia, Alexei Malashenko kepada Al Jazeera,
dikutip Dream.co.id dari onislam.net, Kamis, 23 Juli 2015.

Komunitas muslim mencatatkan pertumbuhan yang begitu cepat ketimbang agama


lain di Moskow. Dari total 12,5 juta penduduk, pemeluk Islam di Rusia saat ini mencapai 1,5
juta penduduk. Angka tersebut disumbang tidak hanya dari kelahiran keturunan keluarga
muslim. Para mualaf yang tinggal di Moskow ikut menyumbang peningkatan jumlah
penduduk muslim di sana.

Anastasiya Korchagina merupakan seorang mualaf wanita yang memutuskan untuk


menutup auratnya. Gaya dia dan para muslimah lain ternyata mampu membuat sejumlah
warga Moskow tertarik. “Saya sering mendapat pujian tentang gaya berpakaian saya dan
begitu cantiknya saya terlihat,” kata wanita yang mengubah nama pertamanya menjadi Aisha
sejak memeluk Islam lima tahun lalu. Dia pun mengaku tidak mengalami tindakan kekerasan
dari warga sekitar lantaran keyakinannya. “Saya tidak pernah mengalami sikap buruk,”
katanya. Selain mereka yang berkumpul di Masjid Sobornaya, terdapat 180.000 muslim yang
juga merayakan lebaran di Moskow. Mereka menjalankan salat Id di lima masjid lain. Meski
jumlah muslim bertambah, bukan berarti mereka tidak mengalami tekanan. Aparat keamanan
Moskow bahkansampai menempatkan alat pendeteksi logam di pintu depan masjid dan
memeriksa setiap jemaah yang akan salat Id. Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah Rusia
yang belum memberikan kebebasan bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah. Sejumlah

3
larangan masih menghiasi kehidupan beragama umat Islam di Rusia. “Jika Anda ingin salat
di masjid, Anda harus masuk penjara,” ujar seorang muslim asal Derbent, Murad Abdullaev,
29 tahun. Larangan menjalankan ibadah juga dialami para muslim di tempat kerja. Padahal,
ibadah seperti salat dijalankan di waktu istirahat. “Anda pergi salat saat bekerja, Anda pasti
ditegur. Tapi ketika teman Anda merokok sambil beristihat, hal itu diabaikan,” kata Murad.

Jumlah muslim di Moskow mencapai 1,5 juta saat ini.

Prancis kini memiliki populasi Muslim terbesar di Eropa dengan lima juta orang,
diikuti oleh Jerman dengan sekitar empat juta. Tapi, Jerman sendiri memperkirakan 800.000
pengungsi akan datang tahun ini, yang sebagian besar dari mereka adalah Muslim.

“Tren ini akan terus berlanjut. Ini tidak akan berhenti secara mendadak pada 1 Januari
2016,” tambah Volk. Selain itu, sebagian besar adalah laki-laki dewasa muda, sehingga
jumlahnya akan meningkat lebih lanjut ketika mereka menetap dan membangun keluarga.

Di Perancis, 30% dari anak usia 20 tahun ke bawah adalah Muslim. Rasio di Paris dan
Marseille telah melonjak 45%. Di Perancis selatan, jumlah masjid lebih banyak dari gereja.

Situasi di Britania Raya tidak jauh berbeda. Dalam 30 tahun terakhir, populasi
Muslim di sana telah naik dari 82.000 menjadi 2,5 juta. Saat ini, ada lebih dari 1000 masjid di
seluruh Inggris – – banyak yang dikonversi dari gereja.

Di Belgia, 50% dari bayi yang baru lahir adalah Muslim dan dilaporkan penduduk
Islamnya lebih dari sekitar 25%. Sebuah statistik yang sama berlaku untuk Belanda.
Cerita yang sama juga di Rusia di mana satu dari lima penduduk adalah Muslim.

Sebagai mana penjelasan tersebut di lansir dari website islamislami.com bahwasanya


Agama Islam tengah berkembang pesat di berbagai negara di Eropa maupun belahan Dunia
lainnya. Dalam artikel atau makalah ini penulis akan meyajikan tentang perkembangan Islam
dan mualaf di negara Rusia, Jerman, Inggris dan China.

4
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan Islam dan Mualaf di Rusia dan apa alasan mereka masuk
agama Islam ?
2. Bagaimana perkembangan Islam dan Mualaf di Jerman dan apa alasan mereka masuk
agama Islam ?
3. Bagaimana perkembangan Islam dan Mualaf di Inggris dan apa alasan mereka masuk
agama Islam ?
4. Bagaimana perkembangan Islam dan Mualaf di China dan apa alasan mereka masuk
agama Islam ?

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Perkembangan Islam dan Mualaf di Rusia

Di kutip dari REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Paska bubarnya Uni Soviet,


kebebasan beragama mulai bergeliat kembali. Salah satu agama yang berkembang pesat di
negara tersebut adalah islam. Data terakhir mencatat populasi muslim negara itu mencapai 25
juta jiwa. Dengan jumlah itu, Rusia menjadi negara dengan pemeluk Islam terbesar di benua
Eropa.

Komunitas muslim yang selama era Soviet tertindas dan terisolasi, kini bisa
melaksanakan kegiatan keagamaan dengan begitu semarak. Seorang warga Negara Indonesia,
Muhammad Aji Surya dalam tulisannya kepada Republika mengunkap jumlah pemeluk
Islam di Rusia demikian banyak. Karena itu, prediksi umat Islam akan menjadi mayoritas di
Rusia, tampaknya bukan suatu hal yang mustahil.

Faktor utama dari meningkatnya populasi muslim di Rusia selain runtuhnya Soviet
adalah kelahiran. Konon, diantara komunitas agama lain di Rusia, pemeluk islam dalam
merencanakan keluarga tidak memikirkan betapa sulitnya biaya hidup di Rusia. Bagi
komunitas muslim, melahirkan generasi baru yang islami merupakan misi yang jauh lebih
berharga ketimbang memikirkan kesulitan hidup di Rusia.

Pakar Asia Tengah, Muhammad Salamah, dalam sebuah seminar tentang Islam di
Rusia mengatakan, puluhan pengkaji akademisi di Rusia telah menyimpulkan, berdasarkan
perkembangan yang terlihat dari negara-negara Muslim pecahan Uni Soviet ini, maka pada
tahun 2050 nanti negara Rusia diprediksikan akan menjadi bagian dari negara Islam.

Salamah kemudian menambahkan, sejak 20 tahun lalu dirinya terus mengamati


perkembangan Islam di Rusia. Semenjak Muslim di sana berada di bawah pemerintahan yang
komunis dan mengalami masa-masa pengekangan, seperti dilarangnya membawa mushaf Al
Qur'an, masjid-masjid di tutup, hingga akhirnya sekarang, Muslim Rusia telah mendapatkan
hak-hak mereka dengan baik. Dan Islam pun kini menjadi agama kedua di negeri itu.

Salamah juga mengatakan penyebaraan Islam di Rusia berjalan damai. Bahkan


dirinya telah mendirikan sebuah Universitas Islam di Moskow, dan mengajarkan tentang apa

6
itu agama Islam, termasuk kepada para politisi senior negeri itu, di antaranya adalah
Vladimar Putin, Perdana Menteri Rusia.

 Islam yang Toleran Berkembang Pesat di Rusia

MOSKOW, KAGAMA – Banyak yang tidak mengerti bahwa ada sekitar 25 hingga
30 juta umat Muslim di Rusia, atau hampir 20% dari seluruh warga Rusia. Di luar Turki,
Rusia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di Eropa.

Keadaan di Rusia saat ini hampir tidak ada bedanya dengan suasana di Indonesia.
Beberapa media di Indonesia masih menulis Rusia sebagai negara Komunis. Padahal, sejak
1991 negeri ini telah berubah menjadi negara Federasi Rusia dan yang berkuasa adalah Partai
Rusia Bersatu (United Russia). Pemerintah Rusia menjamin masyarakatnya untuk beribadah
sesuai keyakinan masing-masing. Presiden Yeltsin bahkan tahun itu pernah melarang Partai
Komunis namun dianulir oleh Mahkamah Konstitusi.

Dubes M Wahid Supriyadi bersama Imam Masjid Ufa Mufti Talgat Tajuddin di Ufa/foto M
Wahid Supriyadi

7
Agama Kristen Ortodoks masih menjadi agama terbesar di Rusia. Dalam survei yang
dilakukan pada tahun 2012, sekitar 58% masyarakat Rusia mengaku beragama Kristen
Ortodoks. Angka resminya sekitar 75% penduduk Rusia saat ini beragama Kristen Ortodokd.
Menariknya, antara Islam dan Ortodoks hampir tidak pernah terjadi perselisihan. Dalam
sebuah cerita, Pangeran Vladimir yang merupakan generasi ketiga keturunan Pangeran Rurik,
pendiri Rusia, pada abad ke-10 sempat bimbang ketika akan memilih antara Islam atau
Ortodoks sebagai agama resmi. Pangeran Vladimir akhirnya memilih Ortodoks karena Islam
melarang alkohol. Atas jasanya ini Patung Vladimir didirikan di depan Istana Kremlin dan
diangap sebagai Bapak pendiri Ortodoks di Rusia.

Sejarah masuknya Islam ke Rusia sebenarnya jauh lebih dulu dibandingkan di


Indonesia. Menurut sejarah, Islam masuk wilayah Kaukasus Utara (sekarang wilayah
Dagestan) pada abad VII pada zaman Dinasti Ummayah. Tahun 737, tentara Islam di bawah
komando Jenderal Marwah bin Muhammad, berhasil menguasai Kerajaan Khazar yang
wilayahnya sekarang meliputi Rusia bagian selatan, Dagestan (termasuk Chechnya),
Kazakhstan, Ukraina Timur, Azerbaijan dan Georgia. Dari sini Islam terus berkembang
sampai pendudukan oleh bangsa Mongol di abad XIII karena salah satu penguasa Mongol,
Uzbeck Khan memeluk agama Islam dan menjadikan Islam sebagai agama negara.

Mongol menjajah Rusia selama hampir dua setengah abad. Pada awal abad XV mucul
beberapa kerajaan Islam (Khanate) di hampir seluruh wilayah Rusia Tengah, yaitu meliputi
Kerajaan Kazan, Krimea, Siberia, Noghay, dan Astrakhan. Di bawah Tsar Ivan IV
(Ivan the Terrible), Kazan dan Astrakhan berhasil ditundukkan dan menjadi bagian dari
Kekaisaran Rusia.

Tiga abad kemudian jatuh pula Siberia dan Dagestan yang saat itu wilayahnya
meliputi Chechnya. Sejak saat itulah Islam mulai meredup karena Kekaisaran Rusia
mengakui Kristen Ortodoks sebagai agama negara. Semua agama di Rusia praktis mendapat
tekanan semasa pemerintahan Uni Soviet.

8
Kitab suci Al Qur’an tulisan tangan zaman Khalifah Usman, satu di antara enam yang ada di
dunia, kini disimpan di Ufa – (foto M Wahid Supriyadi)

Saat ini Islam menjadi agama paling pesat perkembangannya di Rusia. Saya sempat
bertemu dengan Mufti Agung Federasi Rusia yang berasal dari Ufa, negara bagian
Bashkortostan, Talgat Tajuddin di kantornya, Oktober tahun lalu. Dia dengan bangga
menunjukkan bukti satu dari enam Al Qur’an yang ditulis tangan pada Khalifah Usman abad
VII yang masih tersisa di dunia. Lembaran kertas kuno bertuliskan Arab tersebut masih
tersimpan di Masjid yang juga menjadi kantornya.

Talgat Tajuddin mengatakan bahwa sejak Presiden Putin menjabat, ada sekitar 7500
masjid baru dibangun di seluruh Rusia. Imam yang pernah dua kali ke Indonesia dan masih
hafal beberapa kata dalam bahasa Indonesia ini kepada saya mengatakan bahwa setiap
tahunnya ada sekitar 50 masjid baru dibangun di Rusia. Dia sangat terkesan dengan Islam di
Indonesia dan mengatakan bahwa Islam di kedua negara merupakan Islam yang toleran dan
damai.

Di Ufa saat ini sedang dibangun sebuah masjid yang sangat indah, disebut Masjid
Salavat Yulayef. Diperkiarakan akhir tahun ini masjid tersebut selesai dibangun dan akan

9
memiliki menara tertinggi di Rusia setinggi 74 m, atau kedua tertinggi di Eropa setelah
Masjid Sulaimaniah di Istambul.

Dubes RI untuk Rusia Wahid Supriyadi bersama Imam Masjid Agung Moskow dan Ketua
Dewan Mufti, Sheikh Ravil Gaynutdin./foto M Wahid Supriyadi

Saya sendiri telah dua kali berkunjung ke negara bagian yang sebagian besar
penduduknya beragama Islam, Tatarstan. Saya bertemu dengan Kepala Pemerintahan (masih
disebut sebagai Presiden) Rustam Minnikhanov.

10
Sama seperti Imam Tajuddin, Presiden Minnikhanov sangat mengenal Indonesia
sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia yang sangat toleran. Bahkan, dia
mengatakan bahwa Islam mendekatkan Rusia dengan Indonesia. Ibu Kota Tatarstan, Kazan,
saat ini menjadi salah satu tujuan utama wisatawan asal Indonesia. Bahkan, Desember tahun
lalu ada pasangan muda dari Indonesia yang untuk pertama kalinya menikah di Masjid Khul
Sharif yang sangat indah yang terletak di samping pusat pemerintahan. [M. Wahid
Supriyadi, Duta Besar RI untuk Rusia dan Belarus, Alumnus Departemen Sastra
Inggris Fakultas Ilmu Budaya UGM Angkatan 1978]

 Kisah `Ratu Clubbing` Rusia Masuk Islam

Katkova mengaku, sejak masuk Islam dirinya menjadi lebih bijak secara personal.
"Sebelum masuk Islam, saya biasa pergi pesta dan clubbing, tapi semuanya telah berhenti,"
tutur dia.

Dikutip dari Dream - Ini kisah mualaf asal Rusia. Alena Katkova namanya. Setelah melalui
jalan berliku, perempuan yang lahir di Siberia, kawasan paling utara bekas negara Uni Soviet,
itu akhirnya mendapat hidayah dan memutuskan masuk Islam.

Kisah itu bermula saat Katkova pindah ke Selandia Baru pada 2008. Di sana, dia
menimba ilmu di The Auckland University of Technology (AUT). Selain itu, dia juga bekerja
sebagai operator call center.

Lima tahun silam, kala pertama kali tiba di Selandia Baru, tak satu pun agama yang
dia yakini. Ateis. Mungkin itu istilah tepat untuk menyebut Katkova, yang memang tak
beragama.

Setelah beberapa waktu, segalanya berbeda. Perpindahan dari belahan bumi utara ke
selatan rupanya berimbas pada hati Katkova. Apalagi, setelah bertemu dengan mahasiswa
Muslim di negara yang sangat heterogen dengan berbagai latar itu.

" Ketika saya mulai belajar di AUT, saya bertemu banyak mahasiswa Muslim, dan
saya penasaran dan mulai bertanya. Itulah cerita bagaimana saya masuk Islam," kata Katkova
dikutip Dream dari Revert2Islamtoday, Kamis 4 September 2014.

11
Sejak menjadi mualaf, kehidupan perempuan yang kini berusia 29 tahun itu berubah.
Dia mengaku, sejak masuk Islam dirinya menjadi lebih bijak secara personal. " Sebelum
masuk Islam, saya biasa pergi pesta dan clubbing, tapi semuanya telah berhenti," tutur dia.

Tak sekedar masuk Islam, Katkova juga mengenakan hijab untuk menutup aurat
sebagaimana diajarkan agama barunya itu. Sejak berkerudung itu, dia merasa diperlakukan
lebih sopan oleh orang-orang di sekelilingnya. " Saya pikir saya sekarang lebih dihormati."

Katkova merasa benar-benar nyaman dengan hijab di kepalanya. Sekarang, dia mulai
berpikir untuk berganti pekerjaan, sebab dia merasa operator call center bukan bidang yang
tepat baginya. " Saya selalu berpikir mereka akan menerima saya sebagai seorang guru."

Katkova juga menjalankan ajaran Islam dengan taat. Kini dia tak lagi hidup hura-hura.
Bergaul bebas dengan bermacam laki-laki. " Islam tidak mengajarkan berpelukan atau
berciuman dengan orang yang bukan muhrim, sehingga saya tidak melakukan itu," ujar dia.

Oleh sebab itu, saat bertemu pria lain, sekarang Katkova hanya mengucapkan salam
saja. " Tapi dengan senyuman mereka paham dan Selandia Baru merupakan negara yang
sangat mudah menerima."

Tapi, bukan berarti hijrah yang dilakukan Kotkova tidak punya tantangan. Penolakan
bahkan datang dari keluarganya sendiri. " Dan bahkan adik perempuan saya tidak dapat
memahami atau menerima kenyataan bahwa saya sekarang seorang Muslimah," tutur dia.

Kondisi itu bisa dimaklumi oleh Kotkova. Sebab, di negara asalnya, tak semua orang
mendapat informasi yang benar tentang Islam. " Di Rusia, masyarakat masih berpikir Muslim
sebagai teroris sebab apa yang mereka lihat dan dengar di media," kata Katkova.

2. Perkembangan Islam dan Mualaf di Jerman

 Melihat Lebih Dekat Jejak Islam di Jerman

Di ambil dari gomuslim.co.id- Jerman adalah salah satu negara di Benua Eropa yang
memiliki populasi muslim cukup besar. Perkembangan Islam di Republik Federal Jerman
(Bundesrepublik Deutschland) ini terbilang cukup unik. Hal ini karena Islam tidak hanya
diterima di kalangan masyarakatnya saja, tetapi sudah diakui pemerintahnya.

12
Sejarah Singkat

Dalam berbagai literatur sejarah disebutkan bahwa Islam masuk ke Jerman akibat
adanya migrasi dari negara-negara Islam di Afrika Timur, Timur Tengah, Turki, dan Asia.
Namun, jika kita jauh menoleh ke belakang, sebenarnya Islam sudah dikenal oleh bangsa
Jerman sejak zaman pendudukan kekhalifahan Islam di Spanyol.

Pada saat itu, kekuasaan dan kemajuan Islam disegani oleh bangsa-bangsa Eropa.
Andalusia dijadikan pusat pengembangan ilmu pengetahuan dibawah kekhalifahan Islam. Hal
tersebut tentunya mengakibatkan Jerman juga mengenal Islam. Ketika kesultanan Utsmani
berkuasa, jejak Islam semakin terasa di Jerman. Ketika itu, kedua negara menjalin hubungan
diplomatik, militer, dan ekonomi.

Pada tahun 1798, untuk kali pertama, sebuah pemakaman muslim dibuka di ibu kota
Jerman, Berlin. Pemakaman itu sempat dipindahkan pada tahun 1866, dan masih ada hingga
kini. Sampai tahun 1900 M, terdapat lebih dari 10 ribu umat muslim di Jerman yang
kebanyakan berasal dari Balkan dan Turki.

Setelah berakhirnya Perang Salib, toleransi antaragama dan kebudayaan pun


berlangsung. Di saat itulah Jerman mulai mengenal lebih jauh tentang Islam. Bahkan,
sastrawan nomor satu di Jerman, Wolfgang von Goethe, adalah seorang pengagum
Muhammad SAW. von Goethe sering memasukan ajaran-ajaran Islam pada hasil karyanya.
Tulisan basmalah pun menghiasi buku-buku yang dibuatnya. Bahkan, pada akhir hayatnya, ia
mengucapkan dua kalimat syahadat.

Pada tahun 1930 berdiri sebuah Lembaga Muslim Jerman. Sejak itu, kehidupan umat
Islam terus berkembang, termasuk kegiatan pendidikan dan organisasi. Islam Collogium,
sebuah institusi pendidikan untuk anak-anak dibentuk untuk pertama kali tahun 1932. Antara
1933 dan 1945, tercatat lebih dari 3000 warga Jerman beragama Islam dan 300 diantaranya
berdarah etnis Jerman.

13
 Kebangkitan Islam di Jerman

Kebangkitan umat Islam baru terjadi pada era tahun 60 an. Saat itu, terjadi gelombang
migrasi dari negara-negara Islam. Dalam dua dekade, peningkatan jumlah penduduk
beragama Islam tercatat sangat pesat. Angkanya mencapai tiga juta lebih, dan didominasi
oleh pendatang dari Turki (sebagian besar mereka dari Anatolia, kawasan tenggara Turki).
Berlin menjadi kota dengan jumlah komunitas Turki terbesar setelah Istanbul. Umat muslim
dari Yugoslavia dan Iran pun berdatangan dan menetap di Jerman.

Belakangan warga muslim dari Lebanon, Palestina, Afghanistan, Aljazair, Iran, Irak
dan Bosnia banyak yang mengungsi ke Jerman karena negara mereka dilanda perang. Karena
merupakan negara maju, Jerman juga menjadi target bisnis dan pendidikan. Banyak para
professional, pebisnis, pekerja, dan mahasiswa muslim dari India, Pakistan, dan Asia
Tenggara datang dan sebagian menetap di sana.

 Populasi Muslim dan Mualaf di Jerman

Jumlah muslim yang ada di Jerman saat ini tercatat ada 4,4 hingga 4,7 juta jiwa atau
setara dengan 5,4 hingga 5,7 persen dari keseluruhan jumlah penduduk Jerman (2016). Hal
ini menjadikan Jerman sebagai negara kedua setelah Perancis dengan jumlah Muslim

14
terbanyak di Benua Eropa. Mayoritas adalah keturunan Turki dengan jumlah lebih dari 2 juta
orang.

Ada satu fenomena yang menarik di Jerman, yaitu meningkatnya koversi orang-orang
Jerman ke Islam. Meskipun Islam dan umatnya kerap dilecehkan dan mendapat terror di
berbagai tempat, namun cahaya kebenaran tidak pernah redup.

Di Jerman, sebuah sensus menyebutkan bahwa Islam menyebar pesat. Sebuah kajian
mengenai kehidupan muslim di negara tersebut menunjukan fenomena pindah agama di
kalangan masyarakat kelas menengah angkanya cukup mencengangkan.

Majalah ternama Jerman, Der Spiegel, pernah menyebutkan bahwa antara Juli 2004
dan Juni 2005 saja terdapat sekitar 4000 orang di Jerman masuk Islam. Kebanyakan para
mualaf ini berasal dari kalangan terpelajar.

Menariknya, fenomena ini justru terjadi disaat media-media barat gencar mengaitkan
Islam dengan terorisme, kekerasan dalam rumah tangga muslim, dan bom bunuh diri. Namun,
hal ini tidak menyurutkan orang-orang yang ingin pindah ke agama Islam.

Di tengah berbagai diskriminasi yang dialami oleh umat Islam di Jerman,


perkembangan Islam di negeri ini memberikan secercah harapan. Berbeda dengan
kebanyakan negara-negara lain di Eropa, dalam perkembangan terakhir, Jerman mulai
memperbolehkan pelajaran agama Islam bagi para pelajar muslim di sekolah-sekolah umum.

15
 Masjid Jadi Tempat Pembelajaran

Biasanya, pelajaran agama dilakukan orang-orang Islam secara nonformal di masjid-


masjid atau kelompok-kelompok masyarakat. Saat ini, jumlah masjid di Jerman berkisar 200,
namun sebagian besar tidak dalam bentuknya yang umum, melainkan ruko-ruko yang berada
dekat pusat bisnis dan perumahan kaum muslim.

Tuntutan kaum muslimim untuk membangun masjid dalam bentuknya yang umum
selalu kandas di tingkat parlemen setempat. Namun, sejak tahun 1990 an, banyak masjid yang
utuh dan megah dibangun. Satu laporan menyebut sekitar 200 telah terbangun dan lebih dari
30 dalam proses pembangunan.

Kebijakan baru yang merupakan hasil dari penggodokan bersama antara pemerintah
Jerman dan komunitas muslim di Jerman tersebut adalah salah satu upaya mendukung proses
integrasi sosial muslim di Jerman. Menurut Wolfgang Schrauber, Menteri Dalam Negeri
Jerman, kebijakan tersebut dapat menjembatani perdedaan yang kerap timbul.

 Jaminan Kebebasan Beragam dan Pelajaran Islam di Perguruan Tinggi

Tidak hanya di level sekolah, pendidikan Islam juga mulai diperkenalkan pada tingkat
akademik dengan membuka jurusan Teologi Islam di perguruan tinggi di Jerman. Pendidikan
pada tingkat akademik ini dianggap dapat memberi solusi terhadap masalah kehidupan

16
muslim dalam keragaman dan juga dapat mengangkat isu partisipasi mereka dalam diskursus
politik di negara tersebut.

Pelajaran agama Islam bagi pelajar muslim di sekolah-sekolah umum dimulai di


negara bagian Hesse. Pemerintah negara bagian ini mengerahkan guru-guru yang telah
memperoleh pelatihan dan buk teks khusus. Kebijakan ini menempatkan Islam dalam
kedudukan sejajar dengan Protestan dan Katholik.

Berkembangnya Islam di Jerman juga memiliki harapan karena kebebasan beragama


di negara ini dijamin oleh Undang-Undang. Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Dasar Jerman
(Grundgesetz) menyebutkan “Kebebasan beragama dan memiliki pandangan filosofis hidup
tidak boleh diganggu”.

Secara umum, masyarakat Jerman sangat menghargai kebebasan beragama. Sebuah


survei yang pernah dilakukan Stiftung Konrad Adenauer, menunjukan bahwa dua pertiga
peserta poling percaya bahwa umat Islam harus diberikan kebebasan untuk melaksanakan
ajaran agama mereka.

Dalam kunjungannya ke Doha, Qatar pada 28 Mei 2010, Kanselir Jerman, Angela
Merkel membuat pernyataan penting soal Islam. Ia menyeru bangsa Eropa untuk mempelajari
peradaban Islam. Ia juga mengatakan bahwa sejarah dan cara pandang bangsa Eropa
bukanlah tertulis di batu.

Angela Merkel menilai bahwa toleransi beragama dan kebebasan berpendapat adalah
hal yang penting dan saling terkait. Ia juga menyebutkan bahwa beberapa tokoh muslim saat
ini menjadi sosok yang berpengaruh di masyarakat Jerman. (njs/dbs)

Kemudian di kutip dari REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pembangunan Masjid di


Kota Cologne. Masjid yang dibangun di Kota Cologne ini akan menjadi masjid terbesar di
Jerman. Beberapa tahun terakhir pertumbuhan jumlah masjid di Jerman dapat dikatakan
cukup pesat. Jika di tahun 1990, hanya ada tiga buah masjid di negara tersebut.

Maka, sekarang jumlahnya mencapai 164 masjid, dan akan menjadi 200 masjid dalam
waktu dekat dengan dibangunnya masjid-masjid baru di seluruh penjuru Jerman, ujar Claus
Leggewie, penulis buku Mosques in Germany: religious home and societal challenge.

Keberadaan masjid-masjid tersebut untuk melayani sekitar 3,5 juta penduduk Muslim
Jerman yang kebanyakan asal Turki. Dengan jumlah populasi Muslim sebanyak itu

17
menempatkan Jerman sebagai negara kedua di Eropa setelah Prancis yang jumlah warga
Muslimnya paling banyak.

Bagi umat Islam Jerman yang selama ini hanya bisa melaksanakan shalat berjamaah
di tempat yang tidak layak, pembangunan masjid-masjid ini tentu saja membuat mereka
bahagia.

''Ini merupakan sinyal yang sangat penting untuk menunjukkan bahwa umat Islam di
Jerman adalah bagian dari masyarakat Jerman, begitu juga dengan masjid,'' tukas Ali
Kizilkaya, juru bicara The Muslim Coordinating Council, sebuah lembaga asosiasi
organisasi-organisasi Muslim di Jerman, sebagaimana dikutip Islamonline.

Sementara Nalan Cinar dari Ehrenfeld, kawasan multietnis yang menjadi lokasi
Masjid Cologne menyatakan, ''Ini seperti mimpi jadi kenyataan. Ini adalah era keemasan bagi
meningkatnya jumlah masjid di Jerman.'' ''Perasaan memiliki sesuatu yang indah tidak ternilai
harganya,'' tambah Muslimah yang mengenakan jilbab ini.

Meski banyak pihak dari kalangan non-Muslim menentang keberadaan bangunan


masjid baru di Jerman, namun tidak sedikit juga dari mereka yang menyatakan dukungannya.
Rolf Kreger, wartawan dan pemimpin portal Kristen, misalnya, berpendapat, jika masjid-
masjid kecil diganti dengan masjid-masjid besar dan warga Muslim bisa shalat berjamaah
pada siang hari, justru akan lebih baik bagi keamanan Jerman.

''Yang mereka takutkan sebenarnya bukan masalah kekuatan Islam, tapi mereka takut
untuk mengakui bahwa agama Kristen kini sedang mengalami penurunan drastic di Eropa,''
tulis Kreger dalam komentarnya terkait perdebatan rencana pembangunan masjid di Cologne
seperti dikutip Europenews.

Populasi Muslim Jerman sebagian besar terdiri atas orang Turki yang datang ke
Jerman pada akhir 1960-an sebagai pekerja tamu dalam era pembangunan pascaperang di
negara tersebut. Banyak dari mereka yang kemudian menetap.

Mereka membentuk organisasi-organisasi komunitas, meningkatkan kesejahteraan


ekonominya, dan akhirnya memutuskan bahwa ruangan shalat sederhana yang berada di
belakang jalan tidak lagi cukup.Pendirian masjid berkubah dengan beberapa menara adalah
langkah alamiah yang selanjutnya mereka tempuh.

18
Awalnya, masjid cenderung didirikan di daerah-daerah pusat industri. Namun, kini
mereka dibangun di tengah-tengah komunitas penduduk suatu lingkungan, seperti yang
terjadi pada bangunan Masjid Cologne.

 Perkembangan Mualaf Jerman, "Semakin banyaknya yang memeluk Islam" !

16 Juli 2011 pukul 9:19

Kai Luhr tampak paling beda. Kai yang bersujud diantara pria-pria lain bercambang
yang mengenakan baju tunik putih saat menunduk ke arah Mekkah, terlihat bersih dengan
wajah tercukur rapi. Ia mengenakan jins dan jaket abu-abu. Kai Luhr adalah seorang dokter
praktek di Jerman. Ia beralih memeluk Islam bersama istrinya dua setengah tahun lalu. Sejak
itu ia mengganti nama menjadi Kai Ali Rashid, sementara sang istri berganti menjadi Katrin
Aisha Luhr.

Kedua pasangan itu sempat tampil dalam sebuah wawancara di televisi swasta 3sat.
Dalam wawancara Katrin Luhr mengatakan sebelum mendapat kehormatan berupa hidayah
memeluk Islam, ia merasa jiwanya kosong. Ia mengaku pergi ke gereja dari waktu ke waktu
namun gagal menemukan jawaban yang ia cari. Kini ia menyatakan tak pernah menemukan
kegembiraan seperti ini sebelumnya, juga jawaban terhadap pertanyaan di benaknya. Ia juga
menikmati setiap perubahan bermanfaat yang ia rasakan setelah memeluk Islam.

Berikut adalah pernyataan yang diungkapkan oleh mualaf Jerman, “Saya menyesal
tidak dari dulu mengenal Islam. Kalau saja orang Jerman mendapat informasi yang

19
benar tentang Islam, mereka akan mudah masuk Islam,” kata Kai Lühr dalam
pernyataannya di televisi. Mereka memutuskan masuk Islam setelah mempelajari al-Qur’an
terjemahan dalam bahasa Jerman. Kini, keluarga Lühr telah menjadi Muslim yang taat.

Di kalangan masyarakat Jerman, kelompok yang berprofesi dokter seperti keluarga


Lühr merupakan simbol kelas menengah. Mereka saat ini sedang menjadi sorotan publik.
Bukan soal kekayaan atau tekanan politik mereka terhadap pemerintah. Tapi karena mereka
sedang berbondong-bondong masuk Islam. Perkembangan Islam di Jerman saat ini boleh
dibilang sedang memasuki sebuah babak baru. Keluarga Lühr adalah salah satu dari ribuan
orang Jerman yang tiap tahun masuk Islam pada lima tahun terakhir ini.

Sebut saja beberapa orang misalnya Nils von Bergner, pengacara muda 36 tahun yang
tinggal di kota Hamburg, telah menetapkan pilihannya untuk masuk Islam. Kini, Bergner
tidak pernah absen menjalankan shalat lima waktu meskipun harus dengan menggelar sajadah
di kantornya. Ada juga dari kalangan akademisi seperti Nina Mühe, ahli Etnologi dari
Universitas Berlin. Juga Silvia Horch dosen Jurusan Sastra Jerman- Arab. Dan masih banyak
lagi. Mereka semua telah berketetapan hati untuk masuk Islam.

Realitas sosial semakin banyaknya yang menjadi mualaf itu rupanya menarik
perhatian kantor Menteri Dalam Negeri Pemerintah Federal Jerman. Akhirnya, kementerian
meminta lembaga ‘Das Islam Archiv’ untuk melakukan penelitian terkait dengan fenomena
ini. Hasilnya memang cukup mencengangkan. Menurut penelitian yang sempat
dipublikasikan Harian Hamburger Abendblatt edisi 29 Januari 2007. Selama satu tahun saja,
terhitung Juli 2005 sampai Juni 2006 misalnya, orang Jerman yang masuk Islam sekitar 4.000
orang. Angka ini semakin meningkat pada tahun berikutnya. Tidak lagi 4.000 tiap tahun, tapi
menjadi sekitar 6.000 orang per tahun.

 Bunuh dirinya seorang Pensiunan Pendeta

Perkembangan Islam yang pesat di jerman ini sempat menimbulkan ‘sikap frustasi’
seorang pensiunan pendeta di Jerman yang akhirnya bunuh diri. Sebagaimana yang
diberitakan oleh Timesonline, Seorang pensiun pendeta, Roland Weisselberg, (73)
berkomitmen bunuh diri dengan membakar dirinya atas protes penyebaran Islam dan
ketidakmampuan Gereja Protestan untuk menahannya.

20
Roland Weisselberg, menuangkan sekaleng bensin di atas kepalanya dan membakar
dirinya di lapangan biara Augustinus di timur kota Erfurt, dimana Martin Luther (sang
pendiri protestan) menghabiskan enam tahun sebagai seorang biarawan pada awal abad ke-
16.

Pihak keamanan Erfurt, Elfriede Begrich, memberitahukan kepada para wartawan


bahwa janda Weisselberg mengatakan suaminya bunuh diri dia karena khawatir tentang
penyebaran Islam dan sikap Gereja mengenai masalah ini.

Dan saat ini Kaum Muslim di Jerman bernaung di salah satu lembaga Islam terbesar
bernama Zentralrat Muslim Deutschlands (ZMD) atau Dewan Pusat Muslim Jerman. Selain
memberikan layanan pembelajaran tentang Islam, ZMD juga rajin memberikan advokasi atas
kejadian-kejadian yang dihadapi oleh Muslim di Jerman.

 Kisah Sukses Teologi Islam di Jerman

Perkebangan Islam dan mualaf di jerman juga adalah pengaruh dari di adakannya
mata kuliah teologi di berbagai universitas di negara tersebut. Mata kuliah teologi Islam di
berbagai universitas Jerman terbukti populer. Subyek yang terhitung masih muda ini sudah
mampu mengubah lanskap agama di Jerman.

21
Thomas Rachel dari Kementerian Pendidikan Jerman menilai perkembangan teologi
Islam di kalangan akademisi sebagai sesuatu yang 'bersejarah,' apabila dibandingkan dengan
kebangkitan teologi Kristen Protestan setelah gerakan Reformasi 500 tahun lalu.

Rachel juga melihat bahwa mata kuliah teologi Islam di universitas-universitas


Jerman digemari mahasiswa asing. Reinhard Schulze, pengajar agama Islam di Universitas
Bern di Swiss, melaporkan bahwa mahasiswa Swiss, Perancis, dan Inggris secara spesifik
mencari mata kuliah tersebut di Jerman. Beberapa koleganya bahkan mengatakan adanya
minat dari para mahasiswa di negara-negara Muslim di Asia.

Katajan Amirpur dari Universitas Hamburg menganggap penyertaan mata kuliah


Islam sebagai "masalah keadilan." Bülent Ucar, seorang pakar ajaran Islam dari Osnabrück,
tak sungkan menyampaikan terima kasih kepada para politisi di tingkat federal dan negara
bagian atas komitmen mereka dalam beberapa tahun terakhir.

Tingkat optimisme dan pujian bagi politisi begitu tinggi, namun masih ada masalah
terutama terkait cara pengorganisasian agama di Jerman. Tidak seperti gereja Kristen dan
komunitas Yahudi, pengaturan resmi dalam hubungan pemerintah dengan komunitas Muslim
baru dapat dijumpai di Bremen dan Hamburg.

Pusat Teologi Islam

Kebutuhan akan pelatihan akademis sudah lama dirasakan. Pemerintah Jerman


memperkirakan 2.200 tenaga pengajar dibutuhkan untuk rencana pengembangan pendidikan
agama Islam di sekolah-sekolah. Dan banyak di antara lebih dari 1.000 imam di Jerman yang
belum pernah mendapatkan pelatihan akademis.

22
 Mengenyam Pendidikan dan Teologi Islam Di Münster

Pusat pendidikan Islam terbesar di Jerman

Pusat Teologi Islam di Münster (Zentrum für Islamische Theologie, ZIT) adalah satu
dari empat pusat pendidikan Teologi Islam di Jerman. Pusat pendidikan Islam lainnya terletak
di Frankfurt, Tübingen dan Nürnberg. Tapi jurusan di Universitas Münster ini yang terbesar.
Pusat pendidikan ini mendapat bantuan dana sekitar 20 juta Euro dari pemerintah Jerman.

Dewan Sains dan Kemanusiaan Jerman mencetuskan teologi Muslim sebagai mata
kuliah pada tahun 2010. Dewan tersebut, yang merupakan badan penasehat pemerintah
terpenting dalam bidang pendidikan, mencermati bidang teologi di berbagai universitas
Jerman selama 3 tahun, dan setelah melewati banyak diskusi barulah Islam muncul sebagai
sebuah isu.

Pada akhirnya, Menteri Agama Jerman saat itu, Annette Schavan, mendirikan empat
pusat teologi Islam di Münster/Osnabrück, Tübingen, Frankfurt/Giessen dan
Nürnberg/Erlangen yang mulai beroperasi tahun 2010 dan 2011.

Mengatasi kendala

Ada banyak tantangan di area yang berbeda-beda. Salah satunya adalah konfrontasi
dengan kalangan yang disebut akademisi sebagai "teolog praktisi" - pengkhotbah
fundamentalis atau teolog yang belum pernah melewati pelatihan teologi secara formal.

Katajan Amirpur membentuk "Akademi Agama-Agama Dunia" di Hamburg, yang


bertujuan mengajak Muslim menjalani pertukaran akademis dengan penganut Kristen,
Buddha, Hindu dan agama lainnya. Pakar lainnya menyebut adanya kebutuhan untuk
membawa beragam cabang Islam untuk berdialog. Dan Mathias Rohe dari Universitas
Erlangen mengangkat kesulitan mencari kandidat yang cocok untuk menjabat profesor dalam
bidang teologi Islam.

Itu masalah yang kini terpecahkan dengan adanya empat pusat teologi Islam. Rohe
mengemukakan masalah lain, meski mengaku optimis. Yakni tidak memadainya
keterampilan baik dalam bahasa Jerman maupun Arab.

Tidak hanya dari kalangan profesor dan politisi, suara seorang mahasiswa semester
satu di Osnabrück juga didengar. Enes Erdogan menyebut mata kuliah teologi Islam sebagai

23
"mimpi yang terwujud." Di rumahnya di Berlin, ia harus "menghadapi banyak hal" akibat
kurangnya pengetahuan mengenai agama: "Orang memberikan agama status yang amat
tinggi, tapi mereka tidak tahu banyak tentang agama," ungkapnya. Menurutnya itu adalah
masalah identitas.

3. Perkembangan Islam di Inggris

Di Inggris Gereja Semakin Sepi, Islam Berkembang Luarbiasa Cepat

Hasil sebuah studi di Inggris menunjukan bahwa Islam adalah agama yang paling
pesat berkembang disana. Bertumbuhnya mu’alah di Inggris yang begitu pesat berbanding
lurus dengan jumlah jama’at yang terus menurun di gereja-gereja di Inggris.

Islam sendiri adalah agama yang rasional, satu-satunya agama yang diridhoi oleh
Allah SWT. Tuhan Alam Semesta. Islam agama yang memiliki berbagai dimensi yang bisa
menjawab berbagai persoalan manusia dari dulu, kini dan masa yang akan datang. Segala
kehidupan manusia dari jaman dulu hingga yang akan datang sudah dijelaskan di dalam kitap
suci Al-Qur’an, dan semuanya sudah terbukti akan kebenaranya.

Banyak penduduk Inggris yang menyadari akan kebenaran Islam sehingga mereka
mendapatkan hidayah dan berbondong-bondong masuk Islam. Menurut riset Natcen Brithis
Social, Gereja di Inggris sudah berada di ambang kepunahan. Dalam dua tahun terakhir saja,
data menunjukan Gereja di Inggris telah kehilangan dua juta pengikutnya.

Orang di Inggris sendiri menggambarkan keyakinan mereka sebagai anglikan turun


21% dalam rentang 2012 hingga 2014. Selama 2 tahun tersebut mereka telah kehilangan 1,7
juta pengikutnya. Jumlah anglikan di Inggris sekarang sekitar 8,6 juta orang. Jumlah anglikan
di Inggris terus merosot hingga 40% sejak tahun 1983.

Berbeda dengan jumlah umat Islam yang terus berkembang pesat di negara Inggris
sekitar 1 juta orang lebih pada periode 2012 hingga 2014. Sebesar 4,7% warga Inggris telah
menyatakan diri jika dirinya seorang Muslim. Populasi Islam sendiri di Inggris sekitar 2,4
juta jiwa.

Menurut Massoud Shadjareh yaitu seorang aktivis Hak Asasi Manusia dan Islam di
London mengatakan jika statistik menunjukan, Islamofobia dan steoritipe apapun tentang

24
Islam tak berpengaruh terhadap kemajuan Islam di Inggris. “Islam adalah agama yang paling
cepat berkembang di seluruh penjuru dunia” Tambahnya.

Hampir tiap hari ada warga yang memeluk agama Islam, hal ini terjadi sejak ramainya
peristiwa 11/9 di Amerika Serikat. Hal itu dikuatkan laporan terbaru yang mengatakan
jumlah umat Islam di Inggris untuk pertama kalinya tahun ini mencapai lebih dari tiga juta
orang, dua kali lipat dibanding satu dekade yang lalu. Menurut data Badan Statistik Nasional
negeri itu, saat ini ada 3.114.992 Muslim di Inggris. Lebih dari 1,5 juta di antaranya lahir di
luar negeri. Jumlah Muslim saat ini mencakup 5,4 persen dari populasi Inggris dan Wales.
Oleh karenanya, Islam merupakan agama terbesar kedua di sana.

Satu dari empat umat Islam itu berusia di bawah 10 tahun, menandakan tingginya
angka kelahiran di kalangan Muslim Inggris.

Pada tahun 1991, jumlah Muslim di Inggris hanya 950.000, hanya 1,9 persen dari
populasi. Saat ini di beberapa bagian di London, hampir setengah populasinya adalah warga
Muslim. Jika tren ini terus berlanjut, wilayah itu akan menjadi mayoritas Muslim di masa
depan.

Berdasarkan data statistik terbaru, Muslim sekarang mencakup satu dari setiap 20
orang di Inggris. Populasi umat Islam diperkirakan akan meningkat seiring gelombang
pengungsi besar menuju Eropa dari Timur Tengah dan Afrika Utara yang dilanda konflik.
Ada 5.095 permohonan suaka di Inggris pada Oktober 2015, satu dari sepuluh di antaranya
berasal dari Suriah

Islam memang agama yang rasional dan bisa di terima oleh akal. Mungkin kemajuan
Islam di Inggris ini awal dari berjayanya kembali Islam di Dunia yang telah di prediksi
bahwa Islam akan kembali berjaya pada tahun 2070.

Mengapa Islam Bisa Berkembang Pesat di Inggris?

Di kutif dari Halal Lifestyle - Meningkatnya jumlah pemeluk Islam di Inggris


ternyata memiliki efek negatif dalam perkembangannya di Inggris. Karena media Inggris
mulai menyorot, yang menyebabkan munculnya gerakan anti Islam. Ditambah dengan adanya
perbedaan pola hidup kaum imigran muslim, yang menyebabkan perbedaan paham di dalam
kelompok muslim sendiri.

25
Tapi Islam tetap berkembang pesat di Inggris ini karena karakteristik ajaran Islam
yang toleran dan sangat menghargai hak-hak manusia.

Sebenarnya, dari kapan Islam mulai dikenal di masyarakat Inggris? Secara umum,
pengetahuan Islam sudah menyebar ke Asia Timur, Afrika dan Eropa sejak Abad 7 M. Secara
khusus, Islam sendiri sudah membangun peradaban yang terkenal di Spanyol.

Hingga pada abad 12, Robert Ketton, seorang sarjana Inggris, menerjemahkan Quran
ke bahasa latin. Dan diikuti dengan pembuatan kamus Arab-Inggris oleh EW Lans, yang juga
sarjana Inggris. Salah satu tokoh yang aktif dalam menyebarkan pengetahun Islam di Inggris
adalah dokter istana pada zaman Raja Henry I, Pekus Al Ponsi.

Pertumbuhan masyarakat Islam di Inggris mulai pesat terlihat sejak imigrasi pada
akhir abad 18 hingga abad 19 melalui laut. Tercatat imigran pertama adalah seorang Yaman
yang berasal dari Aden. Dan pada tahun 1870, mereka membangun masjid pertama.

Berikutnya, muncul kelompok muslim yang berasal dari India yang menetap di sekitar
London. Dan mereka membangun masjid Shah Jehan. Jumlah imigran semakin bertambah
sekitar tahun 1950, terutama dari India, Pakistan dan Bangladesh.

Terbitnya Undang-undang Imigrasi Persemakmuran pada tahun 1962, semakin


memudahkan warga negara bekas jajahan Inggris menjadi warga negara Inggris. Ini
membuat, migrasi semakin meningkat.

Kebangkitan Islam di Inggris tercatat dengan digelarnya World of Islam Festival di


London tahun 1976 dan diikuti dengan peresmian Masjid Pusat London dan Pusat
Kebudayaan Islam.

Menurut hukum yang berlaku di Inggris, setiap warga negara memang berhak untuk
menjalankan ajaran agamanya dan pemerintah juga membebasakan mereka untuk
membangun tempat ibadah yang sesuai dengan ajaran yang mereka anut. Sehingga, para umat
muslim di Inggris hampir tidak mendapatkan kesulitan untuk berakulturasi dengan
kebudayaan asli Inggris.

Ada empat hak fundamental yang dijamin oleh pemerintah Inggris, yaitu hak
menjalankan agama, hak mendirikan organisasi, hak belajar dan hak naik banding hukum.

26
Berkembangnya Islam di kampus menimbulkan banyak mimbar bebas bahkan dalam
kegiatan nasional. Dan ada juga organisasi Islam yang berperan dalam sosialisasi Islam,
antara lain Majelis Islam Eropa sebagai pengawas kebudayaan Eropa dan Persatua Organisasi
Islam Inggris.

Dari sisi sosial budaya, kaum muslim telah memberikan corak kehidupan di tengah
kehidupan kaum kapitalis sekuler Eropa. Dan sangat mudah menemukan restoran halal
dengan variasi masakan Pakistan, India, Turki dan Timur Tengah.(berbagai sumber/Ranny
Supusepa)

Pew Research Center dari Amerika merilis data pemeluk Islam di seluruh dunia yang
berkembang pesat dalam 30 tahun terakhir. Menurut lembaga tersebut, saat ini jumlah
pemeluk Islam mencapai 1,5 milyar, meningkat dari 500 ribu pada tahun 1970-an. Dari
jumlah tersebut, Eropa turut menjadi bagian dengan jumlah mencapai 52 juta jiwa.

Angka tersebut tentu saja sangat fantastis. Apalagi agama Islam pernah menjadi
mercusuar di benua biru tersebut. Beberapa kali diberitakan pula jumlah pertumbuhan masjid
di Eropa terus meningkat. Bangunan yang awalnya bar atau rumah ibadah agama lain,
diakusisi oleh para dermawan untuk dijadikan masjid. Tren ini terjadi di banyak negara,
utamanya Inggris yang jumlah muslimnya mencapai 2,3 juta jiwa.

Di Inggris, masjid Al-Fadhal dan Baitul Futuh adalah dua masjid yang bersejarah. Al-
Fadhal adalah masjid pertama di daratan Eropa pasca kejayaan Islam di Spanyol dan
runtuhnya Turki Usmani. Masjid ini didirikan pada tahun 1926. Sementara masjid Baitul
Futuh (2003) diklaim sebagai masjid terbesar dan termegah di Eropa Barat. Masjid ini
terletak di jantung Britania, London, tepatnya kota Morden.

Keduanya menjadi simbol berkembangnya Islam di Inggris atau bahkan Eropa.


Mereka membawakan ajaran Islam yang penuh kedamaian dan toleransi. Karenanyalah,
Islam diminati oleh penduduk Barat yang selama beberapa waktu terjangkit islamophobia,
rasa takut pada Islam.

Salah satu ciri masjid di Inggris adalah keterbukaannya pada semua orang. Mereka
ingin membuang stigma negatif agama Islam yang dicap sebagai agama kekerasan. Hal ini

27
diwujudkan antara lain dengan program visit my mosque day pada 05 Februari. Tahun ini, ada
150 masjid yang berpartisipasi dalam acara tahunan itu.

Kemajuan Islam di Eropa ditandai salah satunya dengan terpilihnya Sadiq Khan
sebagai walikota London. Sadiq menjadi walibkota muslim pertama dalam sejarah. Sebuah
kabar yang sempat membuat muslim di Indonesia gembira bukan main, lebih-lebih di media
sosial. Bahkan ada yang membandingkan dengan ungkapan, ‘di London yang mayoritas
kristen saja pilih muslim, masak di Indonesia enggak?’.

Namun kebanggan itu tidak bertahan lama setelah diketahui bahwa Sadiq Khan
adalah seorang penganut Ahmadiyah. Bagi sebagian orang Indonesia, Ahmadiyah bukanlah
bagian dari Islam. Apalagi Sadiq berasal dari partai politik beraliran sosialis, salah satu aliran
politik ‘paling ditolak’ di negara ini.

Jika Ahmadiyah bukan bagian dari Islam, apakah sesungguhnya benar ada
perkembangan Islam di Eropa? Sebab, data yang dilansir oleh berbagai lembaga memasukkan
Ahmadiyah, Syiah dan berbagai aliran lain dalam kategori ini. Ahmadiyah sendiri merupakan
kelompok yang paling banyak dianut di Inggris. Sementara di Indonesia, oleh beberapa
kelompok, Ahmadiyah dan Syiah dicap bukan bagian dari Islam.

Masjid Al-Fadhal dan Baitul Futuh yang saya sebutkan di atas juga merupakan masjid
yang dibangun oleh kelompok Ahmadiyah. Bisa dikatakan, kelompok ini adalah kelompok
yang membawa pengaruh paling besar terhadap perkembangan agama Islam di Eropa pada
saat ini. Muslim Council of Britain (MCB), salah satu lembaga muslim paling kredibel di
Inggris pun memiliki anggota penganut Ahmadiyah yang sangat banyak.

Melihat kenyataan itu, saya sepakat dengan almarhum KH Abdurrahman Wahid


untuk melihat titik-titik persamaan antara satu kelompok dengan lainnya, alih-alih melihat
perbedaannya. Sebab, jika melihat perbedaan, akan sangat sulit mengatakan jumlah penganut
muslim mengalami pertumbuhan yang pesat.

28
4. Perkembangan Islam dan Mualaf Di China

 Dan Islam Pun Semakin Berkembang di Negeri Cina

Warga muslim di Cina berbuka bersama di Masjid Beijing saat bulan ramadhan.
REUTERS

4 Januari 2017

Survei menunjukkan 22,4 persen anak muda Cina memeluk agama Islam. Meski
masih menjadi agama minoritas namun survei Pew mengungkapkan bahwa jumlah penganut
Islam akan terus bertambah bahkan akan menjadi 29,9 juta pada tahun 2030. Bagaimana
Islam masuk dan berkembang di Cina?

tirto.id - Islam tidak hanya berkembang di Timur Tengah, tetapi di wilayah lainnya
termasuk Cina. Meski kini masih menjadi agama minoritas, tetapi Islam semakin populer
terutama di kalangan generasi muda Cina.

Islam mulai masuk ke Cina pada abad ke-7. Menurut penulis Muslim Cina, Lui
Tschih yang menulis tentang Kehidupan Nabi pada abad ke-18 dan dikutip Mohammed
Khamouch dalam jurnal bertajuk Jewel of Chinese Muslim's Heritage, Islam masuk ke Cina
dibawa olah Sa'ad Ibn Abi Waqqas.

29
Catatan tersebut mengungkapkan Abi Waqqas bersama tiga sahabat lainnya datang ke
Cina dari Abyssinia yang sekarang dikenal dengan Ethiopia. Kala itu, Abyssinia atau
Ethiopia adalah tanah bagi mereka yang melarikan diri dari penganiayaan suku Quraysh di
Makkah. Mereka diberikan suaka politik oleh Raja Abyssinia, al-Habashi King Atsmaha
Negus di kota Axum.

Perjalanan Abi Waqqas dan sahabat-sahabatnya ke Cina didukung oleh Raja


Abyssinia. Setelah kunjungan pertama ke Cina, Abi Waqqas pergi ke Arab. Setelah 21 tahun
di Arab, Abi Waqqas dan sahabat-sahabatnya kembali ke Cina. Kepergiaan kali ini atas
perintah Khalifah ke-3 Utsman bin Affan. Mereka membawa salinan Alquran ke Cina untuk
disebar ke negara tersebut.

Kedatangan kedua Abi Waqqas berlayar melalui Samudera Hindia ke Laut Cina
menuju pelabuhan laut Guangzhou. Kedatangan Abi Waqqas diterima oleh Kaisar Kao Tsung
dari Dinasti Tang. Ada perbedaan nama kaisar yang menerima Abi Waqqas dalam catatan
masuknya Islam ke Cina.

Dalam buku Hamka yang berjudul Sejarah Umat Islam, dijelaskan bahwa kunjungan
Abi Waqqas diterima oleh Kaisar Yong Hui pada 651 M. Sumber lain
yakni BBCmenyebutkan kaisar yang menerima Abi Waqqas adalah Yung Wei pada 650 M.
Meski ada perbedaan nama kaisar, namun semuanya sama-sama menyebutkan kaisar dari
Dinasti Tang.

Abi Waqqas memang diterima oleh Kaisar Cina, namun ajaran Islam tidak begitu saja
diterima oleh sang kaisar. Setelah melalui proses penyelidikan dan dirasanya sesuai dengan
ajaran Konfusius, barulah kaisar memberi izin untuk menyebarkan Islam.

Sang kaisar sendiri tidak memeluk Islam karena merasa bahwa kewajiban salat lima
kali sehari dan puasa sebulan penuh terlalu berat baginya. Namun, Abi Waqqas dan sahabat-
sahabatnya tetap diizinkan menyebarkan agama Islam di Guangzho.

Kaisar juga memberi izin untuk membangun masjid di wilayahnya. Masjid itu dikenal
dengan Masjid Huaisheng atau dikenal dengan Lighthouse Mosque atau the Great Mosque of
Canton. Masjid itu juga disebut sebagai Masjid Memorial yang merupakan masjid pertama di
daratan Cina.

30
Di Cina, Abi Waqqas tidak hanya menyebarkan agama Islam. Ia juga
memperkenalkan kondisi Arab dan perkembangan islam di Arab pada masa itu. Mereka juga
mendapat pengetahuan soal kondisi Cina dan perkembangan ekonomi, agama dan
kebudayaan yang disebut menjadi salah satu perhatian nabi Muhammad SAW saat hidup.

Memasuki usia 80 tahun, Abi Waqqas tutup usia. Catatan kematian Abi Waqqas
memiliki dua versi. Menurut sejarawan Muslim Cina, Abi Waqqas meninggal di Guangzhou
dan dikuburkan di daerah tersebut. Namun, ulama Arab mengungkapkan jika Abi Waqqas
meninggal dan dimakamkan di pemakaman Jannatul Baqi' yang merupakan pemakaman
utama di Madinah, Arab Saudi.

Dalam perkembangan berikutnya, ada dua jalur utama penyebaran Islam di Cina.
Melalui penyebaran langsung ajaran agama Islam dengan dakwah dan adanya asimilasi
pedagang Arab dengan penduduk Cina. Kong Yuan Zhi dalam tulisannya Muslim Tionghoa
Cheng Ho mengungkapkan bahwa para pedagang Arab yang datang ke Cina umumnya kaum
lelaki.

Dalam kebudayaan Cina, kaum perempuan menempati tempat kedua dari laki-laki yang juga
sama dengan kebudayaan Arab yang menganut sistem patrilinial, di mana perempuan harus
mengikuti suaminya setelah menikah. Atas dasar itulah perempuan-perempuan Cina yang
menikah dengan pedagang Arab mengikuti agama suaminya. Ini menjadi salah satu cara yang
ampuh dlaam penyebaran agama Islam di Cina. Tidak hanya pedagang Arab, sejarah
mencatat pedagang Persia juga turut andil dalam penyebaran Islam di Cina.

Dari waktu ke waktu, Islam terus berkembang di negeri Tirai Bambu tersebut. Hingga
saat ini ada 10 etnis minoritas di Cina yang memeluk agama Islam, seperti dilaporkan Antara.
Sebagian besar etnis Hui dan Uygur. Berdasarkan riset Pew Forum on Religion & Public
Life, pemeluk agama Islam di Cina mencapai 23,3 juta pada 2010. Xinjiang adalah wilayah
dengan jumlah penganut Islam terbesar di Cina. Menurut CNN, ada sekitar 10 juta warga
Muslim di wilayah tersebut.

Selain itu, ada sekitar 30 ribu masjid berdiri di tanah Cina dengan memiliki sekitar 40
ribu imam dan pengajar muslim. Menurut Asosiasi Islam Cina, sejak 1980 sudah ada sekitar
40 ribu Muslim Cina yang menunaikan ibadah haji.

31
Meski secara keseluruhan Islam masih menjadi minoritas di Cina, namun The China
Religion Survey 2015 yang dirilis oleh National Survey Research Center (NSRC), Renmin
University of China mengungkapkan, Islam adalah agama yang populer di kalangan anak
muda Cina.

Survei menemukan bahwa di antara lima agama besar di Cina (Buddha, Islam, Tao,
Katolik dan Protestan), Islam adalah agama dengan pemeluk muda yang berusia di bawah 30
tahun terbanyak, yakni 22,4 persen.

"Islam cenderung memiliki pemeluk lebih muda. Kebanyakan pemeluk Islam adalah
kelompok etnis minoritas dan wanitanya biasa memiliki beberapa anak. Anak-anak mereka
juga menjadi Muslim sementara sangat jarang orang dewasa yang masuk Islam," kata Wei
Dedong, professor studi agama Buddha di Sekolah Filsafat di Universitas Renmin China,
dikutip dari Global Times.

Katolik menempati posisi kedua pemeluk muda terbanyak dengan 22 persen.


Sementara Buddha dan Tao, memiliki jumlah pemeluk terbesar di atas usia 60 tahun, meliputi
54,6 dan 53,8 persen dari total jemaah.

Survei juga menunjukkan bahwa Badan Pemerintahan Urusan Agama Cina


mengunjungi tempat ibadah 3,8 kali per tahun dan Departemen Persatuan Front Pekerja
(UFWD) mengunjunginya 1,8 kali dalam setahun. Menurut Wei Dedong, hal itu dilakukan
untuk memperkuat hubungan antara pemerintah dan kelompok keagamaan.

Pemerintah Cina juga menerbitkan kertas putih terkait kebebasan berkeyakinan untuk
emmebri kebebasan kepada penduduknya emmeluk agama termasuk agama Islam. Konstitusi
Republik Rakyat Cina menyatakan "Republik Rakyat Cina menjamin warga negara memiliki
kebebasan beragama," dan "Tidak ada organ negara, organisasi masyarakat atau individu
dapat memaksa warga untuk percaya pada agama atau tidak beragama, tidak
mendiskriminasikan warga negara beragama dengan warga negara yang tidak beragama."

Menurut konstitusi, "Negara melindungi kegiatan agama secara baik, namun tidak ada
yang bisa memanfaatkan agama untuk mengganggu ketertiban umum, merusak ketentraman
warga atau mengganggu sistem pendidikan negara."

Meski demikian, perkembangan Islam di Cina diwarnai dengan adanya berbagai


diskriminasi. Misalnya larangan berpuasa pada Muslim Xinjiang yang notabene memiliki

32
populasi muslin terbesar di Cina. Oktober lalu, pemerintah Cina melarang segala bentuk
aktivitas keagamaan di sekolah-sekolah.

Menurut laporan Reuters, Pemerintah Cina menerapkan kebijakan pendidikan baru


yang melarang para orang tua dan guru menyertakan anak-anak mereka dalam berbagai
aktivitas keagamaan. Peraturan baru ini berlaku mulai November lalu.

Meski adanya pelarangan yang merugikan penganut agama Islam, namun popularitas
Islam akan semakin meningkat di negera tersebut. Pew Forum on Religion & Public Life
memperkirakan jumlah penganut Islam di Cina akan meningkat menjadi 29,9 juta di tahun
2030.

 Reporter: Yantina Debora


 Penulis: Yantina Debora
 Editor: Nurul Qomariyah Pramisti

 Meski Minoritas, Muslim Cina Terus Tumbuh

REPUBLIKA.CO.ID,

Sejak kematian Mao Zedong. Muslimin mulai diizinkan menunaikan ibadah haji,
mendirikan masjid, dan membuka sekolah Islam.

Perkembangan Islam yang sangat pesat di masa lalu tak membawa Cina menjadi
negeri Muslim. Saat ini, Muslimin merupakan kelompok minoritas di negara dengan
penduduk terbesar di dunia tersebut.

Menurut Pew Research Centre, jumlah Muslimin di Cina mencapai 21,6 juta jiwa.
Tapi, jumlah tersebut tak seberapa dengan total penduduk Cina. Muslimin hanya mengambil
sekitar 1,6 persen dari demografi Cina.

Sebagian besar Muslim Cina berasal dari Suku Hui. Salah satu suku terbesar di Cina
tersebut terkenal sebagai suku Muslim. Jumlah mereka hampir mencapai 10 juta jiwa.

Menurut laman Tionghoa Muslim, istilah Hui berasal dari Hui Hui yang ditujukan
untuk bangsa Uyghur. Mereka muncul di sekitar abad kesepuluh saat kekuasaan Dinasti
Song. Saat ini, mereka banyak terkonsentrasi di Xinjiang.

33
Namun, sumber lain menyebutkan, istilah Hui bermula pada era Dinasti Ming. Saat
itu, Islam dikenal dengan nama Tiangfang Jiao yang artinya agama bangsa Arab.

Islam juga disebut Hui Hui Jiao, yakni agama bangsa Hui Hui. Dari sejarah tersebut,
kemudian Muslimin Cina dari etnis apa pun disebut sebagai orang Hui Hui.

Kondisi Islam di Cina mulai berubah pada abad ke-20, yakni saat Cina memasuki era
republik. Saat pemerintahan Cina baru berdiri, pemerintah banyak membuat kebijakan bagi
Muslimin.

Islam yang dalam sejarahnya berkembang pesat mulai menurun mengingat tak ada
lagi dominasi imigran. Muslimin pun menjadi kelompok minoritas.

Meski sebagai kelompok minoritas, Muslimin Cina tak segan menampilkan identitas
mereka. Kalangan pria Muslim terlihat mengenakan peci dan menumbuhkan jenggot.

Para Muslimahnya pun mengenakan jilbab. Untuk kebutuhan pangan halal, mereka
tak perlu khawatir. Banyak Muslimin Cina yang membuka usaha pangan. Meski dibuka
untuk umum, makanan yang mereka jual selalu halal.

Untuk fasilitas beribadah, Muslimin Cina juga memiliki beberapa masjid. Tak hanya
sebagai tempat beribadah, masjid juga menjadi tempat pembelajaran Islam. Mereka juga
ramai saat perayaan dua hari raya. Saat Ramadhan pun mereka mengadakan acara buka
bersama di masjid.

Meski dapat berinteraksi dengan masyarakat umum, Muslimin Cina lebih menyukai
tinggal berkelompok. Mereka membentuk komunitas, bahkan perkampungan Muslim.

Perkampungan Muslim di Wuzhong, misalnya. Di sana, Muslimin Cina hidup


bersama. Terdapat sekitar 3.000 Muslim dengan 90 kepala rumah tangga. Mereka berkumpul
membentuk perkampungan Muslim.

Kendati Muslim Cina tampak hidup nyaman dan bahagia, ancaman sering kali datang
menghantui mereka. Muslimin Cina sering kali menjadi objek pembantaian, terutama di
kawasan Xinjiang yang memang menjadi tempat kebanyakan Muslim Cina. Dikabarkan
oleh VOA Islam, telah banyak terjadi pembantaian di sepanjang sejarah Muslim Cina.

Menurut VOA, Muslim Uyghur sering kali menjadi target kekerasan. Mereka bahkan
dimasukkan dalam daftar teroris Cina.

34
“Warga Muslim Uyghur memang selalu menjadi kambing hitam Pemerintah Cina atas
aksi kekerasan di Kota Urumqi, Provinsi Xinjiang. Di Xinjiang, selama 2009 telah terjadi
ketegangan antara suku Muslim Uighur dan suku Han yang mendominasi daratan Cina,” tulis
berita tersebut.

Tercatat, pada Juli 2009 terjadi konflik kekerasan antara Uyghur dan suku Han di
Urumqi, ibu kota Xinjiang. Konflik tersebut menyebabkan sedikitnya 197 orang tewas, 1.700
orang terluka, dan 1.434 Muslim Uighur diculik serta dihukum pemerintah Cina.

Konflik Juga terjadi pada 2008. Sedikitnya, 22 orang meninggal akibat


bentrok Muslim Uyghur dengan aparat setempat. Konflik terjadi ketika Muslimin tak
mendapat izin untuk membangun masjid.

China dikenal sebagai negeri komunis. Namun siapa sangka, di tempat ini
perkembangan umat Islam di China terus melaju. Buktinya, di negeri itu sudah ada
40.000 masjid pada tahun 2010. Lebih banyak daripada jumlah setahun sebelumnya yang
mencapai 35.000 masjid. Di China, kaum Muslimin berjumlah 23 juta orang.

“Kami perkirakan ada lebih 40.000 masjid di China,” kata Wakil Ketua Asosiasi
Islam China, Guo Chengzhen, yang didampingi Mustafa Yang Zhibo, wakil ketua asosiasi
itu, saat menerima kunjungan para wartawan Indonesia dan Malaysia, di Beijing, dikutip
Antara.

Data statistik terbaru masih dalam proses tapi tahun 2009 saja sebanyak 35.000
masjid telah dibangun, katanya.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, terutama di propinsi yang mayoritas muslim


seperti di Xinjiang dan Ningxia, serta provinsi yang ada penduduk Muslimnya, jumlah masjid
di China terus bertambah.

“Pembangunan masjid dibiayai oleh masyarakat tapi pemerintahan komunis China


memberikan subsidi atau bantuan dana,” kata Guo.

“Pemerintah China mulai meningkatkan pembangunan ekonomi di propinsi bagian


barat negara itu, tempat mayoritas penduduk muslim tinggal. Mereka merasa iri dengan
propinsi di timur yang mengalami pembangunan dan pertumbuhan pesat,” tambah Mustafa.

35
Selain itu, pemerintahan komunis China, juga mendorong warga muslim yang tinggal
di bagian barat untuk pindah ke provinsi-provinsi yang pembangunanya pesat di bagian
timur. “Berbagai kemudahan untuk bekerja atau membuka usaha dan restoran diberikan,”
ujar Mustafa.

Sebagai contoh, di Provinsi Shenzen, bagian timur China, ada 6.000-7.000 muslim. Di
Kota Yiwu, Provinsi Zhe Jiang, juga sudah ada masjid yang besar.

Jumlah masjid itu dan 45.000 imam di China dapat memenuhi kebutuhan ibadah
kaum Muslim di China.

Walaupun di bawah pemerintahan Partai Komunis China, namun kehidupan beragama


Islam di propinsi yang etnis mayoritasnya Muslim dapat berkembang baik.

Di provinsi Ningxia dengan populasi Muslim 2,25 juta dari total penduduk 6,3 juta,
terdapat sekitar 3.700 masjid dan sekolah agama Islam. Bahkan di Kashgar, salah satu kota di
provinsi Xinjiang, nama toko, perkantoran, jalan dan penunjuk jalan menggunakan tiga
bahasa sekaligus yakni bahasa Uyghur yang menggunakan bahasa Arab, bahasa Mandarin,
dan bahasa Inggris.*

36
Referensi

Categories: BERITA

Tags: Bashkortostan,M Wahid Supriyadi,Mufti Agung Federasi Rusia,Rustam


Minnikhanov,Salavat Yulayef,Talgat Tajuddin,Ufa

Sumber: Abdul Syukur Al-Azizi. 2017. Sejarah Terlengkap Peradaban


Islam. Yogyakarta:Noktah

(http://www.timesonline.co.uk/tol/news/world/europe/article623634.ece)

sumber, Hidayatullah

republika

http://www.timesonline.co.uk/tol/news/world/europe/article623634.ece (Priest burns himself


to death over Islam)

http://hidayatullah.com

https://islamislami.com/

37

Anda mungkin juga menyukai