Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
            Jerman merupakan suatu negara berbentuk federasi yang terletak di Eropa Barat.
Negara ini termasuk salah satu negara maju di dunia dengan kemajuan teknologi dan
ekonomi yang mapan. Dengan luas 357.021 kilometer persegi (kira-kira dua setengah kali
pulau Jawa) dan penduduk sekitar 82 juta jiwa, negara dengan 16 negara bagian ini menjadi
anggota kunci organisasi Uni Eropa, penghubung transportasi barang dan jasa antarnegara
sekawasan dan menjadi negara dengan penduduk imigran ketiga terbesar di dunia.
            Secara umum, mayoritas penduduk Jerman menganut agama Kristen,baik Potestan
maupun Katholik. Kurang lebih 52 juta orang menganut agama kristiani, sekitar 4 juta orang
beragama Islam, 235.000 penganut agama Buddha dan 106.000 penganut agama Yahudi.
Islam di Jerman hanya sebagai minoritas yang menempati posisi kedua dalam urutan agama
di Jerman.
            Kondisi keagamaan di negara ini begitu bebas,dan setiap penduduk bebas menentukan
dan memilih kepercayaannya. Kebebasan beragama dijamin oleh Undang-undang Dasar
Jerman pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan Die Freiheit des Glaubens, des Gewissens und die
Freiheit des religiosen und weltanschen Bekenntnisses sind unverletzlich (Kebebasan
beragama dan memiliki pandangan filosofis hidup yang tidak boleh diganggu).[1]

B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam yang akan dibahas sebagai berikut:
1.    Bagaimana kondisi fisik di Negara Jerman?
2.    bagaimana Masuknya Agama Islam di Jerman?
3.    Bagaimana Perkembangan muslim di Jerman?
4.    Bagaimana Nasib Muslim masa Kini di Jerman?

1
BAB I
PEMBAHASAN

A.    Kondisi Fisik Negara Jerman


Bangsa Jerman merupakan bangsa asli Jerman yang secara genetik dan budaya
merupakan kelompok budaya, kewarganegaraan dan menggunakan bahasa Jerman sebagai
penutur. Bangsa ini terutama menghuni negara-negara Jerman, Swiss, Liechtenstein, Austria,
dan Luxemburg. Jumlah penduduk bangsa ini ialah 160 juta jiwa, 80 juta jiwa umumnya
menghuni Jerman. Karena letaknya yang berada di tengah-tengah Eropa dan sejarah
panjangnya sebagai suku-suku yang berbeda sebelum akhirnya bersatu, Jerman memiliki
banyak nama sebutan. Diantaranya : German, Germany, Germania, Allemania, Saksa
Deutsch dan Niemcy.

(Blaschke; 2004. hal. 88) Jerman terletak di Eropa bagian tengah dan berbatasan
langsung dengan sembilan negara. Disebelah barat berbatasan
dengan Belanda, Belgia, Luksemburg, dan Perancis. Disebelah selatan berbatasan
dengan Swiss dan Austria. Disebelah timur berbatasan dengan Ceko dan Polandia. Dan
disebelah utara berbatasan dengan Denmark. Wilayahnya pernah pula terpecah secara politik
sejak tanggal 7 Oktober 1949 sampai tanggal 3 Oktober 1990, sehingga bagian timur negara
ini dikuasai oleh rezim komunis dan bernama Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur,
atau Deutsche Demokratische Republik disingkat DDR).

Secara umum, topografi Jerman adalah dataran rendah di utara dan wilayah berbukit-
bukit di bagian selatan. Sungai-sungai yang mengalir cukup besar sehingga beberapa dapat
dilayari oleh kapal berukuran sedang hingga jauh ke hulu, seperti Sungai Rhein, Sungai
Elbe, Sungai Donau, Sungai Weser, dan Sungai Main.

Sebelumnya datangnya Islam, warga Jerman sudah dapat dikatakan kaum intelek.
Kebanyakan orang memiliki pendidikan yang baik, taraf hidup yang tinggi dan ruang gerak
yang cukup luas untuk mengatur kehidupan secara individual. Sejak reunifikasi, Jerman
merupakan negara yang paling padat penduduknya di Uni Eropa. Sekitar 82 juta orang
tinggal di wilayah Jerman, hampir seperlima di antaranya di bagian timur, di wilayah bekas
Jerman Timur. Namun, dampak pembelahan Jerman di bidang kemasyarakatan belum diatasi
sepenuhnya dua puluh tahun setelah terjadinya reunifikasi tersebut. Dalam rangka globalisasi,
Jerman ke arah masyarakat imigrasi modern dengan kemajemukan budaya yang terus
meningkat.

Jerman adalah tempat kelahiran reformasi yang dimulai oleh Martin Luther pada


awal abad ke-16.  Protestan (terutama di utara dan timur) terdiri dari 33% populasi
dan Katolik (terutama di selatan dan barat) juga 33%. Keseluruhan terdapat sekitar 55 juta
orang beragama Kristen. Dan juga sekitar 30% dari populasi Jerman mengakui tidak
memiliki agama. Di Timur angka ini dapat lebih tinggi. Selain itu ada beberapa ratus ribu
pemeluk Ortodoks. Di wilayah bekas Jerman Timur, kehidupan keagamaan kurang
berkembang dibandingkan dengan di eks-Jerman Barat akibat rezim komunis yang
memerintah sebelumnya kurang memberi perhatian pada kehidupan keagamaan.

B. Masuknya Agama Islam di Jerman

(Schiffauer; 2005. hal. 1131) Sebenarnya Islam sudah dikenal oleh bangsa Jerman


sejak zaman pendudukan Kekhalifahan Islam di Spanyol. Pada saat itulah kekuasaan dan

2
kemajuan dunia Islam disegani oleh bangsa- bangsa Eropa. Andalusia dijadikan pusat
pengembangan ilmu pengetahuan dibawah Kekhalifahan Islam. Eropa mulai memasuki abad
pertengahan, mereka menyebutnya sebagai zaman kegelapan atau The Dark Age. Pada zaman
perang salib, peperangan terjadi antara kaum muslim dengan bangsa Eropa, terutama
Perancis, Jerman dan Inggris. Setelah perang salib berakhir, toleransi antar agama dan
kebudayaan pun berlangsung. Di saat itulah bangsa Eropa termasuk Jerman mulai mengenal
lebih jauh tentang Islam. Sastrawan nomor satu di Jerman, Wolfgang von Goethe, adalah
seorang pengagum Muhammad saw. Hubungan antara Jerman dan Islam terus berlanjut. Pada
tahun 1739, raja Friedrich Wilhelm I mendirikan sebuah masjid di kota Potsdam untuk
tentaranya yang beragama Islam, mereka disebut dengan nama pasukan Muhammadaner.
Mereka juga diberikan jaminan kebebasan beribadah. Pada Februari 1807 pasukan
Muhammadaner membantu raja Wilhelm memerangi Napoleon dari Perancis. Bersama
pasukan Jerman lainnya, mereka pun memerangi Rusia dan Polandia. Pada satu resimen
bernama Towarczy, 1220 tentara beragama Islam dan 1320 tentara lainnya beragama kristen.
Pada zaman itu, kaum muslim di Jerman selain menjadi tentara, mereka juga banyak yang
menjadi pedagang, diplomat, ilmuwan, dan penulis.
Pada saat Perang Dunia Pertama, Jerman kembali bersekutu dengan tentara muslim
dari Kekhalifahan Turki. Hal ini membuat komunitas muslim di Jerman bertambah banyak
dan makin menguatkan eksistensinya. Lembaga Muslim Jerman sudah berdiri pada tahun
1930. Antara 1933 dan 1945, tercatat lebih dari tiga ribu warga Jerman beragama Islam, dan
tiga ratus di antaranya berdarah etnis Jerman. Sayangnya, pada saat kepemimpinan Hitler dan
perang dunia kedua, umat Islam terpecah-pecah. Kebebasan beribadah terancam. Sebagian
umat Islam pergi melarikan diri ke negara Balkan. Setelah perang dunia kedua berakhir
dengan kekalahan besar yang didapatkan Jerman, hubungan antara Jerman dan umat Islam
kembali terjalin. Keberadaan Islam di Jerman meningkat pada tahun 1960-an. Akibat perang
dunia, negara Jerman hancur berantakan. Jerman membutuhkan banyak tenaga kerja. Para
pekerja berdatangan dari Italia, Turki dan Eropa Timur untuk membangun Jerman kembali.
Setelah kontrak kerja mereka selesai, para pekerja ini menolak untuk pulang ke negara
mereka, bahkan mereka mendatangkan keluarga-keluarganya untuk tinggal menetap di
Jerman. Berlin menjadi kota dengan jumlah komunitas Turki terbesar setelah Istanbul.

      Meski Islam dan umatnya kerap dilecehkan dan mendapat teror di berbgai tempat,
namun cahaya kebenaran tidak pernah redup. Di Jerman, sebuah sensus menyebutkan bahwa
Islam menyebar pesat. 

(Radtke,2001, hal. 19-33) Sebuah kajian mengenai kehidupan Muslim di Jerman


menunjukkan fenomena pindah agama di kalangan masyakarat kelas menengah Jerman yang
angkanya cukup mencengangkan. Walaupun media “rajin” memberitakan tentang terorisme
yang dikaitkan dengan Islam, kekerasan dalam rumah tangga Muslim, dan bom bunuh
diri. Islam masuk akal dan memiliki arahan yang jelas. Fakta bahwa para muallaf datang dari
kalangan berpendidikan dan intelektual seperti dokter Kai Lühr dan pengacara Nils von
Bergner menyatakan Islam adalah agama yang dapat diterima akal. Lain halnya dengan Nils
von Bergner, satu dari lebih dari 350 warga Hamburg yang masuk Islam di tahun 2005. Dia
punya cerita lain tentang perjalanannya menuju Islam. Ia mengaku sebagai orang yang
senantiasa mengimani Tuhan, dan beribadah kepadaNya. “Namun di satu sisi saya tidak
merasa bahagia, saya selalu memiliki perasaan bahwa saya membalas kebaikan Tuhan terlalu
sedikit,” katanya saat mengisahkan masa lalu perjalanannya menuju Islam. “Dan itulah alasan
kenapa saya pernah bertutur, bahwa jika sudah memeluk Islam, saya benar-benar ingin lima
kali sehari mengingat dan memanjatkan doa dan mendapatkan kesempatan untuk
berterimakasih kepada Tuhan.”

3
Jerman ternyata memiliki lebih banyak penduduk Muslim daripada yang diperkirakan
sebelumnya dengan hampir separuh dari mereka memiliki kewarganegaraan Jerman sehingga
dapat ikut memberikan suara dalam pemilu. Muslim di Jerman adalah minoritas terbesar di
negara tersebut dan terbesar kedua di Eropa setelah Perancis. Meskipun mereka telah
berimigrasi ke Jerman sejak 1960an. Muslim Jerman terus menderita berbagai problem
sosial, seperti pengangguran, kurangnya pendidikan dan perwakilan politik. Mayoritas umat
Muslim Jerman taat sekali dalam menjalankan ajaran agamanya namun mereka menghadapi
sejumlah penghalang dalam integrasi sosial akibat adanya aturan-aturan seperti pemisahan
laki-laki dan perempuan serta akomodasi religius di sekolah. Meskipun lebih dari separuh
Muslim yang disurvei adalah anggota sejumlah organisasi, seperti klub olahraga atau
perkumpulan orangtua, bukanlah sebuah indikasi yang cukup kuat akan adanya integrasi
sosial ketika banyak Muslim yang menjadikan sekolah-sekolah umum di Jerman sebagai
kekhawatiran utama mereka. Kurangnya akomodasi keagamaan di kelas-kelas agama dan
digabungnya siswa laki-laki dan perempuan dalam satu kelas adalah dua dari sejumlah isu
utama yang dihadapi generasi muda Muslim di Jerman. Menyerukan lebih banyak kesetaraan
hukum bagi Muslim Jerman dan penguasaan bahasa Jerman sebagai faktor-faktor utama
penjamin integrasi kaum agama minoritas. Muslim harus memiliki hak-hak yang sama karena
negara kita menjamin kebebasan beragama dan hal itu tidak terbatas pada satu sudut pandang
dunia bahwa umat Muslim harus menerima konstitusi demokratis "tanpa syarat".

C. PERKEMBANGAN ISLAM DI JERMAN


            Pembicaraan mengenai Islam dan komunitas Muslim di negara-negara Barat kini
menjadi salah satu topik menarik. Hal ini tidak hanya karena perkembangnya yang cukup
signifikan tapi juga karena memberi dampak terhadap kehidupan sosial politik negara-negara
tersebut. Di sebagian besar negara-negara Eropah Islam kini telah menjadi agama terbesar
kedua dan keberadaanya saat ini mulai diperhitungkan sebagai agama yang “diakui”
pemerintah. Salah satu negara Eropah yang memiliki penduduk Muslim yang besar adalah
Jerman, dengan jumlah berkisar 3.7 juta jiwa.

1. Komunitas Muslim di Jerman


            (Dr. Phil. H. Zainul Fuad, M.A, 2010)  Keberadaaan orang-orang Islam pertama sekali di
negeri Jerman tidak terlepas dari masuknya bangsa Turki ke wilayah tersebut di akhir abad ke
17 yang merupakan respons perlawanan terhadap kolonialisme Barat. Mereka menetap dan
berketurunan di wilayah tersebut. Ketika bangkitnya industri-industri di Eropah, banyak warga
Muslim dari Turki dan Timur Tengah melakukan migrasi untuk mencari pekerjaan ke Eropah
termasuk Jerman. Tahun 1961, 1963, dan 1965 orang-orang keturunan Turki, Maroko, dan
Tunisia direkrut sebagai pekerja di Jerman atas persetujuan antara pemerintah Jerman dengan
negara-negara bersangkutan. Belakangan warga Muslim dari Libanon, Palestina, Afganistan,
Aljazair, Iran, Iran dan Bosnia juga datang ke Jerman mengungsi karena negara mereka dilanda
perang. Karena merupakan negara maju, Jerman juga menjadi target bisnis dan pendidikan.
Banyak para profesional, pebisnis, pekerja dan mahasiswa Muslim dari India, Pakistan, dan Asia
Tenggara datang dan sebagian menetap di sana.
            (Wolbert, 1984.) Jumlah penduduk Muslim di Jerman saat ini berkisar 3,7 juta jiwa.
Mayoritas adalah keturunan Turki dengan jumlah lebih dari 2 juta orang. Menurut lternati tahun
1999, komposisi kaum Muslim di negeri ini adalah sbb: Turki 2.053.564, Bosnia 167.690, Iran
116.446, Marokko 81.450, Afghanistan 71.955, Libanon 54.063, Pakistan 36.924, Tunisia
26.396, Syiria 19.055, Aljazair 17.705, Irak 16.745, Mesir 13.455, Yordania 12.249, Albania
10.528,  Indonesia 9.470, Somalia 8.248, Banglades 7.156, Sudan 4.615, Malaysia 3.084,
Senegal, 2.509, Gambia 2.371, Libya 1.898, Kirgistan 1.662, Azerbaijan 1.399, Guinea 1.287,
Usbekistan 1.249, Yaman 1.083. Tidak jelas berapa jumlah Muslim yang berasal dari Jerman

4
sendiri. Satu laporan dari Lembaga Statistik Khusus umat Islam di Jerman menyebutkan
sedikitnya 18.000-an orang, namun ada dugaan menyebutkan sekitar 40.000 orang.

2. Konversi Agama ke Islam


            (Dr. Phil. H. Zainul Fuad, M.A, 2010) Satu fenomena yang menarik belakangan bahwa
tingkat konversi orang-orang Jerman ke Islam cukup tinggi. Majalah ternama
Jerman Der Spiegel pernah menyebutkan bahwa antara Juli 2004 dan Juni 2005 saja terdapat
sekitar 4000 orang di Jerman masuk Islam, fenomena ini terjadi justru disaat media-media Barat
gencar mengaitkan Islam dengan terorisme.
            Apa motivasi masuknya orang-orang Jerman ke Islam? Monika Wohlrab-Sahr dari Institut
für Kulturwissenschaften Universitas Leipzig dalam studinya menyatakan “viele auf der Suche
nach dem “Andersartigen” (banyak yang sedang mencari “bentuk lain”). Dalam banyak kasus,
katanya. “..die Konvertiten meist lternati vorangegangenen Lebenskrise heraus den Islam
entdeckten und nicht, wie oft im Nachhinein geschildert werde, ein tatsächlicher Vergleich mit
anderen Religionen stattgefunden habe. (Banyak pelaku konversi tersebut mengalami
problematika kehidupan dan menemukan solusi dalam Islam, bukan karena membanding-
bandingkannya dengan agama lain, sebagaimana yang kerap digambarkan). Monika
menyebutkan bahwa penekanan terhadap kedisiplinan dan kepatuhan dalam Islam lebih kuat.
Salah seorang muallaf menyebutkan tertarik pada Islam karena ajaran ini paling jelas merinci
tuntunan hidup bagi umatnya. Ada juga yang mengakui meski Islam saat mundur dari peradaban
Barat, namun ajarannya tetap relevan hingga saat ini.

3. Kebebasan Beragama
            (Dr. Phil. H. Zainul Fuad, M.A, 2010) Di Jerman, kebebasan beragama dijamin oleh
Undang-Undang. Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Dasar Jerman (Grundgesetz)
menyebutkan Die Freiheit des Glaubens, des Gewissens und die Freiheit des religiösen und
weltanschaulichen Bekenntnisses sind unverletzlich. (Kebebasan beragama dan memiliki
pandangan filosofis hidup tidak boleh diganggu). Memang belakangan terdapat beberapa kasus
dimana warga Muslim mendapat diskriminasi di Jerman misalnya dalam masalah jilbab. Namun
hal ini bukanlah kasus yang fenomenal dan tidak merubah kebijakan pemerintah Jerman
terhadap umat Islam. Secara umum, masyarakat Jerman sangat menghargai kebebasan
beragama. Sebuah survey yang pernah dilakukan Stiftung Konrad Adenauer menunjukkan
bahwa dua pertiga peserta polling percaya bahwa umat Islam harus diberikan kebebasan untuk
melaksanakan ajaran agama mereka.
            Organisasi-organisasi Islam di Jerman umumnya berafilisasi kepada kelompok-kelompok
kultural seperti tersebut diatas. Namun belakangan ada upaya-upaya penyatuan dengan
membuat lembaga yang berfungsi sebagai mediator dan pemersatu berbagai organisasi yang
ada.

4. Pendidikan Islam Formal


            (Dr. Phil. H. Zainul Fuad, M.A, 2010) Berbeda dengan kebanyakan ltern-negara lain di
Eropah, Jerman dalam perkembangan terakhir, mulai memperbolehkan pelajaran agama Islam
bagi para pelajar Muslim di sekolah-sekolah umum. Biasanya pelajaran agama dilakukan orang-
orang Islam secara non-formal di ltern-mesjid atau kelompok-kelompok masyarakat. Kebijakan
baru yang merupakan hasil dari penggodokan bersama antara pemerintah Jerman dan
komunitas Muslim di Jerman ini adalah salah satu upaya mendukung proses integrasi ltern
Muslim di Jerman. Menurut Wolfgang Schrauber, Menteri Dalam Negeri Jerman, kebijakan
tersebut dapat menjembatani perbedaan yang kerap timbul.
            Tidak hanya di level sekolah, pendidikan Islam juga mulai diperkenalkan pada tingkat
akademik dengan membuka Jurusan Teologi Islam di perguruan tinggi di Jerman. Pendidikan
pada tingkat akademik ini dianggap dapat memberi solusi terhadap masalah kehidupan Muslim
dalam keragaman dan juga dapat mengangkat isu partisipasi mereka dalam diskursus politik di
ltem tersebut.
 Pencarian pengakuan dan identitas dari para imigran Muslim, terutama Turki
Muslim, di Jerman dan negara Eropa lainnya terus berproses. Upaya integrasi yang dilakukan
oleh pemerintah, kaum muslim, dan lainnya terus dilakukan, agar eksistensi kaum muslim di

5
sana dapat sejajar dengan penduduk Jerman lainnya. Upaya tersebut, sedikit demi sedikit
membuahkan hasil, di antaranya "Masuknya studi Islam di berbagai lembaga kajian dan
pendidikan'" di Jerman, bahkan Islam menjadi bagian dari kurikulum pendidikan bagi
kalangan Muslim di Jerman, sebagaimana digambarkan dalam beberapa tulisan bagian awal.
Pada bagian kedua, beberapa tulisan menggambarkan pro-kontra dari para petinggi Jerman
mengenai Islam dan muslim dalam konteks eksistensi, integrasi, dan kontribusi kaum Muslim
terhadap "kebangsaan dan peradaban" Jerman.

         Studi Islam Resmi Jadi Program di Universitas Wolfgang Goethe Frankfurt


Perlu diketahui bahwa Kaum Muslim yang tinggal di Jerman mencapai 4,3 Juta, dan
2,5 Juta di antaranya adalah berasal dari kaum imigran Turki. Berbagai persoalan yang
mewarnai hubungan antara Islam (Muslim) dan Jerman (serta Eropa lainnya) mendapatkan
perhatian serius dari kalangan akademisi dan pemerintah Jerman. Salah satunya diupayakan
oleh Universitas Wolfgang Goethe di Frankfurt Jerman. Universitas ini membuka program
kajian Islam selama tiga tahun pada semester musim dingin tahun 2010. 
Program sarjana itu akan fokus pada kajian ilmiah agama dan aspek sejarah Islam.
Keberhasilan program studi kajian Islam itu akan ditinjau ulang oleh universitas tiga tahun
sejak peluncuran. Pemerintah Jerman pun mengumumkan rencana di awal tahun ini untuk
mendirikan institut khusus bagi kajian Islam untuk melatih generasi pemuka Muslim dan
pengajar agama untuk lebih mampu beradaptasi dengan masyarakat Barat. "Jumlah anak-
anak dan kaum muda Islam di Jerman sangat tinggi dan meningkat setiap saat" ujar Menteri
Pendidikan Jerman, Annete Schavan. Karena itu, pemerintah juga menyambut proposal yang
diajukan dewan penasihat pendidikan untuk membentuk pusat teologi Islami di dua
perguruan tinggi negeri.  
Program itu sekaligus secara halus mengendalikan bagaimana bentuk pendidikan
keyakinan diajarkan ke populasi Muslim yang kian berkembang. Tujuan pemerintah, selain
agar kaum muslim lebih adaptif dan berintergrasi secara penuh, kaum muda Muslim juga tak
mudah mengikuti pemikiran ekstrimisme dan kelompok radikal. Pada sisi yang lain, umat
muslim Jerman pun berusaha keras untuk mengikis sterotype tentang Islam dan Islamophobia
dari kalangan non-muslim.  

         Kajian Islam Jadi Kurikulum Baru Pendidikan di Jerman


Menteri Pendidikan Jerman, Annette Schavan  mendukung rencana memasukan Islam
sebagai bagian dari kurikulum di negara tersebut. Schavan menilai kurikulim tentang Islam 
bisa mengantarkan integrasi masyarakat Muslim Jerman secara utuh.  Tak hanya itu,
keberadaan pendidikan tentang islam akan menjadi jembatan kesepahaman antara pelajar
muslim dan nonmuslim di Jerman. "Tentu saya sangat mengetahui ketakutan warga Jerman
ketika membahas masalah tersebut. Namun, saya melihatnya sebagai wujud kebebasan
beragama sekaligus menengahi dialog antara muslim dan nonmuslim," ungkapnya seperti
dikutip dari Abnar.ir, Senin (26/7/2010).
Ia mengakui, selama ini pendidikan tentang islam tidaklah berkaitan erat dengan
Alquran namun lebih condong kepada islam radikal. Maka itu, kata dia, kebijakan baru bisa
menjauhkan islam dari citra kekerasan dan radikalisme serta membuatnya menjadi sangat
transparan. "Pengalaman saya sebagai menteri kebudayaan sangat positif. Penerimaan
terhadap islam di Jerman berubah drastis," ungkapnya. "Faktanya, tidak ada yang
dirahasiakan soal Islam ketika diajarkan," kata dia. Selain mendukung kebijakan baru tentang
kurikulum Islam, Schavan memimpikan pendirian universitas yang khusus mengkaji Islam. Ia
juga mengharapkan adanya pendidikan tentang Imam di Univeritas di Jerman, yang akan
bekerja sebagai guru di masjid. "Kami membutuhkan pemimpin yang mempelajari agama
secara ilmiah dan kritis," kata dia.

6
Schavan juga mengatakan komunitas muslim di Jerman sebaiknya memahami diri
mereka sebagai bagian dari masyarakat Jerman. Ia meminta tidak ada isolasi ataupun tuduhan
bernada diskriminasi. "Jadi, tidak akan ada isolasi, semua berjalan secara transparan," tegas
dia. Sebagai informasi, Schavan merupakan sosok dibalik perkenalan kurikulum islam di 
Baden-Württemberg. Semasa menjadi menteri kebudayaam, Schavan memperbolehkan
seorang guru muslim untuk mengenakan jilbab. Langkah Schavan bukan tanpa menuai protes
dari warga Jerman. Namun, seiring perkembangan komunitas Islam di Jerman,  negara
tersebut memiliki kebijakan lain tentang penanganan komunitas muslim seperti tidak
mengikuti Perancis dan Belgia yang melarang burka.

         Uji Coba Pendidikan Islam di Beberapa Sekolah di Jerman


Negara bagian di Jerman, Niedersachsen (Lower Saxony), mulai memberikan ajaran
Islam dalam sekolah-sekolah di wilayahnya. Kebijakan itu diterapkan untuk melawan
sentimen anti-Islam atau Islamofobia di Eropa. Menteri Pendidikan di negara bagian yang
terletak di Barat Laut Jerman ini, Bernd Althusmann, mengumumkan seluruh sekolah di
negara bagian tersebut akan memasukkan pendidikan Islam dalam kurikulum pendidikan
utama. ''Saya pikir kita akan mulai menerapkannya pada tahun ajaran mendatang,'' ujarnya
saat mengunjungi sekolah dasar di Hanover, termasuk mengunjungi kelas pendidikan Islam
di sekolah itu. Pada tahun 2010, pendidikan Islam sudah diujicobakan di 42 sekolah di sana.
Sekitar 2 ribu siswa Muslim di sekolah-sekolah dasar telah mendapatkan pendidikan Islam di
negara bagian itu.
Kebijakan itu diterapkan setelah dipicu oleh gelombang baru sentimen anti-Islam,
terutama sikap konservatif politikus Belanda, Geert Wilders, yang membeci Islam dengan
membuat film Fitna. Bahkan di Jerman sendiri kini telah berdiri partai baru yang diberi nama
Partai Kebebasan yang dibentuk oleh anggota Parlemen Berlin, René Stadtkewitz, yang
pandangan politiknya anti-Islam.  Partai Kebebasan itu bahkan telah mengundang Wilders
untuk berpidato di Berlin. Stadtkewitz (45 tahun) mengatakan Islam merupakan penghalang
integrasi antara imigran dengan masyarakat Jerman. ''Islam bukan hanya agama, tetapi juga
sistem politik. Islam tidak toleran terhadap orang-orang yang berpikir secara berbeda,''
katanya.

         Menjadi Kebijakan: Islam Masuk dalam Kurikulum Sekolah Jerman


Sebagai tindak lanjut dari uji coba di atas, Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de
Maziere Senin (15/2/2011) menyerukan kepada 16 negara bagian untuk memasukkan agama
Islam dalam kurikulumnya di sekolah-sekolah. Berbicara di kota Jerman selatan, Nuremberg,
ia meminta pemerintah agar menyetujui konsep agama Islam dalam kelas pada tahun
depan. De Mazier mengungkapkan, kelas Islam di beberapa sekolah Jerman tidak akan lama
lagi masuk dalam ujian masuk sekolah, tetapi seharusnya dalam kenyataanya harus
dilandaskan dengan hukum yang kuat.
Ia menambahkan, setiap warga negara Jerman harus datang dan membantu atas solusi
pragmatis yang dimilikinya. Beberapa negara bagian di Jerman telah lebih dulu memasukkan
agama Islam dalam kurikulumnya, tetapi Berlin bertujuan untuk menawarkan Islam sebagai
subjek reguler di sekolah-sekolah di seluruh negeri, diajarkan dalam bahasa Jerman oleh
guru-guru yang terlatih di Jerman. Salah satu kendala utama dari kelas-kelas ini adalah dana
dan kekurangan guru agama Islam. Ada sekitar empat juta Muslim yang tinggal di Jerman,
termasuk sekitar 2,5 juta adalah orang Turki. Umumnya, kemampuan komunikasi berbahasa
Jerman (dan Inggris) dari kaum imigran Turki cukup rendah. Oleh karenanya, mereka
mengalami kendala bahasa (dan lainnya) ketika bersosialisasi dan berintegrasi di Jerman.   

7
         Respon Masyarakat Jerman: Kurikulum Agama Islam Penyebar Kebencian
Sebagaian masyarakat Jerman mengkritik kebijakan pemerintah Jerman terkait
masuknya pelajaran Agama Islam dalam kurikulum sekolah. Menurut Mereka, kebijakan ini
berefek pada penyebaran kebencian terhadap agama lain. Menanggapi kritik itu, Menteri
Pendidikan Jerman mengatakan tidak ada satupun ajaran Islam yang menganjurkan kekerasan
pada umat agama lain.. "Tidak ada satu ayat dalam Alquran yang membolehkan pelajar
menganiaya pelajar berkeyakinan berbeda," kata dia seperti dikutip rt.com, Jumat
(28/10/2011).
Kritik itu bermula saat ditemukan ada oknum guru yang mengajarkan kebencian
terhadap siswanya. "Orang Kristen gemar ke disko, minum alkohol dan berbuat zina.
Percayalah pada Alquran," demikian klaim temuan masyarakat Jerman.  Kepala Dewan Islam
Jerman, Burhan Kesici menilai sebelumnya hubungan antara pemerintah dan masyarakat
Jerman  dengan komunitas Muslim dilandasi kecurigaan. Mereka khawatir pemuda Muslim
berusaha untuk memberlakukan hukum syariat di Jerman, katanya.
Salah seorang tokoh Gerakan Pax Europa Citizens, Karl Schmidt, menuduh guru
Agama Islam mengajarkan kepada muridnya bahwa mereka adalah umat unggul. Ia
mengajarkan pula bahwa hukum syariah lebih tinggi daripada hukum Jerman. "Karena itu,
mereka berusaha untuk memberlakukan hukum syariat," papar dia.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maziere Senin menyerukan
kepada 16 negara bagian untuk memasukkan agama Islam dalam kurikulumnya di sekolah-
sekolah. Berbicara di kota Jerman selatan, Nuremberg, ia meminta pemerintah agar
menyetujui konsep agama Islam dalam kelas pada tahun depan. Beberapa negara bagian di
Jerman telah lebih dulu memasukkan agama Islam dalam kurikulumnya. Pelajaran itu
diajarkan dalam bahasa Jerman oleh guru-guru yang terlatih. Salah satu kendala utama adalah
kekurangan guru agama Islam. Ada sekitar empat juta Muslim yang tinggal di Jerman,
termasuk sekitar 2,5 juta adalah orang Turki.
Sementara itu, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan kepada Muslim di
negerinya untuk mentaati undang-undang dan bukan hukum syariah. "Sekarang dengan jelas
bahwa di Jerman juga ada kaum Muslim. Tetapi yang terpenting adalah untuk memberikan
perhatian kepada Islam bahwa nilai yang diajarkan Islam terwakili di dalam UU Jerman,"
ujar Merkel. Merkel juga mengatakan bahwa Jerman saat ini membutuhkan seorang imam
(pemimpin) dengan pendidikan Jerman dan yang memiliki akar sosial Jerman

5. Mesjid Sebagai Pusat Pembinaan


            (Dr. Phil. H. Zainul Fuad, M.A, 2010.) Karena tidak adanya infrastruktur keagamaan
formal, ltern-mesjid di Jerman memiliki peran yang sangat penting dalam pembinaan komunitas
Muslim. Mesjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tapi juga sebagai tempat
pendidikan/pengajaran, pertemuan ltern keagamaan, acara perkawinan, dan pusat bisnis.
Karenanya tidak sedikit ltern yang memiliki lte, restoran, perpustakaan, dan ruang pertemuan.
Saat ini jumlah ltern di Jerman berkisar 2000, namun sebagian besar tidak dalam bentuknya
yang umum, melainkan ruko-ruko yang berada dekat pusat bisnis dan perumahan kaum Muslim.
Tuntutan kaum Muslimin untuk membangun ltern dalam bentuknya yang umum selalu kandas di
tingkat parlemen setempat. Namun sejak tahun 1990-an, banyak ltern yang utuh dan megah di
bangun. Satu laporan menyebut sekitar 200 telah terbangun dan lebih dari 30 dalam proses
pembangunan.
            Sebagai catatan akhir, dapat dikatakan bahwa perkembangan Islam dan komunitas
Muslim di Jerman tampak memberi dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat Jerman.
Penerimaan Islam oleh masyarakat Jerman sendiri menunjukkan agama ini memberikan
lternative bagi pemecahan masalah kehidupan mereka. Islam tidak lagi diidentikkan sebagai
agama para imigran melainkan agama yang terintegral dari kehidupan mereka sendiri. Integrasi
Islam dan kultur mereka inilah yang akan membangun apa yang dikenal sebagai “Euro Islam”.

8
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

            Islam
sudah dikenal oleh bangsa Jerman sejak zaman pendudukan
Kekhalifahan Islam di Spanyol, Pada saat zaman perang salib, peperangan terjadi antara
kaum muslim dengan bangsa Eropa, terutama Perancis, Jerman dan Inggris. Setelah perang
berakhir ini lah, munculah toleransi antar agama dan kebudayaan pun berlangsung. Di saat
itulah bangsa Eropa termasuk Jerman mulai mengenal lebih jauh tentang Islam. Sastrawan
nomor satu di Jerman, Wolfgang von Goethe, adalah seorang pengagum Muhammad saw.
Hubungan antara Jerman dan Islam terus berlanjut. Bahkan dada tahun 1739, raja Friedrich
Wilhelm I mendirikan sebuah masjid di kota Potsdam untuk tentaranya yang beragama Islam,
mereka disebut dengan nama pasukan Muhammadaner. Mereka juga diberikan jaminan
kebebasan beribadah. Pada Februari 1807 pasukan Muhammadaner membantu raja Wilhelm
memerangi Napoleon dari Perancis. Bersama pasukan Jerman lainnya, mereka pun
memerangi Rusia dan Polandia. Pada satu resimen bernama Towarczy, 1220 tentara
beragama Islam dan 1320 tentara lainnya beragama kristen. Pada zaman itu, kaum muslim di
Jerman selain menjadi tentara, mereka juga banyak yang menjadi pedagang, diplomat,
ilmuwan, dan penulis.
            Dan adapun sekarang sekitar 3,7 juta penduduk dari bangsa jerman menganut
agama islam, dari beberapa peristiwa itulah jerman menjadi salah satu bangsa yang sangat
berperan penting dalam perkembangan islam di eropa

B.     Saran
Dengan memahami bagaimana perjalanan islam di eropa khususnya perkembangan
islam di jerman ini, diharpkan dapat memberikan suatu ilmu bagi kita, dan tentunya
membangkitkan motivasi kita untuk terus mengkaji sejarah islam yang ada di dunia ini
Demikian makalah ini kami paparkan, kurang lebihnya mohon dimaafkan. Kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan. Jika ada kesalahan mohon di ingatkan dan
dibenarkan, sebagai perbaikan kami ke depan. Semoga apa yang tertera dalam makalah ini
dapat membawa manfaat untuk kita semua.

9
Daftar Pustaka

Blaschke, Jochen, (2004). Tolerated but Marginalised - Muslims in Germany (Diterima tetapi


ditindas - Muslim di Jerman). Kemten : Parabolis Verlagsabteilung im Europäischen
Migrationszentrum (stg)
Schiffauer, Werner, (2005). Turks in Germany (Orang Turki di Jerman),New York : Melvin Ember
Wolbert, Barbara (1984). Migrationsbewältigung: Orientierungen und Strategien. Göttingen:
Edition Herodot.
http://zainulfuad.wordpress.com/artikel/perkembangan-islam-di-jerman/ http://ms.wikipedia.org/
wiki/Islam_di_Jerman 
http://id. Wikipedia.org/wiki/Jerman

http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/masyarakat/main-content-08/ migrasi-dan-
integrasi.html 

http://www.shabestan.net/id/pages/?cid=5695 

http://my.opera.com/coretanku27/blog/perkembangan-islam-di-eropa 
kristenpenghujat.blogspot.com/ 

http://www.suaramedia.com/berita-dunia/dunia 

http://kumpulanhadis.blogspot.com/2013/02/perkembangan-agama-islam-di-jerman.html 

10

Anda mungkin juga menyukai