Anda di halaman 1dari 25

WESTERN EUROPE

(Belgium, France, Germany, UK)


Anggota Kelompok 1 :

Akbar Wangsayoga 19/446170/SP/29255


Andre Kent Herman A 19/446171/SP/29256
Aragani Setiawan 19/446172/SP/29257
Noka Ajunuddin T. R. 18/430818/SP/28662
Putri Karunia 19/446187/SP/29272
Rima Anhar Roospita 19/440186/SP/28835
Ulfah Rohmawati 18/430823/SP/28667
Arya Yudha Andrea 18/430833/SP/28677
BELGIUM

A. Sosial Demografis

Flemish/Flandria = Kuning( Komunitas Bahasa Belanda)


Ibu Kota Brussel = Oranye (Prancis dan Belanda)
Walonia = merah dan biru (Bahasa Perancis dan Jerman)
B. Agama Belgia
C. Tren dan Tantangan

Tren
Tren : Partisipasi elektoral masyarakat sipil dan migran meningkat
sejak tahun 90-an.
Tantangan

• Terjadi peningkatan Pluralitas etnis dan agama di Belgia


• Terdapat tantangan untuk pengelolaan keragaman agama
• Tingkat diskriminasi ras dan etnis yang tinggi
D. Devolved Federalism

• Terjadi Periode “Perang Sekolah” (1879-1884, 1959, 1988)


• Terdapat perpecahan wilayah berbasis agama dan linguistik
• Berubah dari Negara Kesatuan ke Federal (1993)

Pandangan Tradisional
1. Flamish = Katolik dan Kristen
Demokrat
2. Wallonia = Atheis dan Sosialis
3. Brussels = Liberal dan Berpikiran
Bebas
E. Kehidupan Beragama di Belgia

● Pemerintah federal mengakui beberapa agama dalam bentuk sekulerisme moderat.


● Gereja Katolik memegang peran utama dalam urusan keagamaan publik.
● Kehidupan beragama masyarakat diatur dalam konstitusi, seperti jaminan kebebasan beragama,
penunjukan menteri agama, pelaksanaan pendidikan moral dan keagamaan di sekolah, dsb.
● Pemerintah mengakui secara bertahap agama-agama setelah Katolik, Kristen, dan Yahudi yakni
Islam (1974), Kristen Ortodoks (1985), penganut kepercayaan (1993), dan Buddha (2008).
● Penerapan kebijakan kehidupan beragama tidak diterapkan secara terpusat, melainkan
disesuaikan dengan kondisi demografi masyarakat di masing-masing daerah. Daerah Wallonia
memilih untuk sekuler dan bersifat asimilasionis, sedangkan Flemish menggunakan pendekatan
multikultural-intervensionis.
● Belgia secara resmi mengatur pelarangan penggunaan simbol keagamaan di tempat umum.
Kesimpulan
● Belgia melaksanakan sistem sekuler-liberal pada negara bagian
Wallonia(Bahasa Perancis), namun multikultural di daerah Flemish
(Bahasa Belanda)
● Kebebasan beragama di Belgia dijamin secara konstitusional, serta
mendapat pengakuan di ruang publik
● Filosofi Belgia yang memiliki banyak perbedaan dalam hal etnis serta
konteks linguistik dibawa kedalam tata kelola beragama, tiap daerah
berusaha mengikuti perbedaan-perbedaan yang ada
FRANCE

A. Sosial Demografi
● Perancis memiliki populasi sebanyak hampir 67 juta penduduk (Official
Statistic, 2019)
● Sebelum tahun 1950-an, imigran yang datang ke Perancis berasal dari
negara-negara di Eropa dengan mayoritas Katolik.
● Muslim di Perancis merupakan populasi Muslim terbesar di Eropa dan
terdiri dari sekitar 7-8 persen dari penduduk, menjadikan Islam
kelompok agama terbesar kedua.
● Perancis menjadi salah satu yang memiliki religiusitas terendah di Eropa
dan salah satu tertinggi yang pandangan negatif terhadap agama publik.

B. Establishing Laïcité

Laïcité berarti sekuler atau sekulerism


● Fase pertama laïcité dimulai dengan Revolusi tahun 1789, yang
menghapuskan monarki, memutuskan ikatan erat antara gereja dan
negara, dan mensubordinasikan gereja ke ranah politik.
● Fase kedua laïcité terjadi selama periode Republik Ketiga (1875-1905),
ketika sekularisme anti-clerical muncul kembali sebagai kekuatan
ideologi dominan.
C. Struggle Over Laïcité

● Perjuangan Laicisme dalam konteks Perancis modern


Pada dasarnya laicisme Perancis adalah antitesis dari kondisi sosial Perancis
lawas dengan tujuan akhir Perancis yang Egaliter.
● Visi Laïcité
Visi yang dipertahankan sekarang adalah penghapusan separatisme agama.
● Relasi Agama dengan Negara
di Perancis era modern, hubungan agama dan negara terjalin kuat dengan
adanya Biro Urusan Agama.
D. Laïcité and Schools

● Sekularisme Radikal vs Sekularisme Moderat

Terdapat perdebatan antara kelompok sekularis radikal dengan sekularis moderat.

● Kurikulum yang Menghormati Keberadaan Agama

Pembebasan hak agama yang masif oleh pemerintah Perancis terutama dalam
unsur pendidikan.

● Pemerintah Tepis Asumsi Islamisasi Perancis

Pendirian badan keagamaan di Afrika Utara untuk menjalin hubungan dengan


negara ex koloni dan mereferensikan kebijakan untuk kalangan muslim di Perancis
yang menjadi agama terbesar kedua.
Kesimpulan
● Prinsip fundamental Perancis yaitu Laïcité, menduduki posisi sentral
dalam identitas nasional dan menjadikan Perancis sebagai negara
sekuler radikal.
● Paham Laïcité merupakan antitesis Perancis lawas.
● Perancis mengembangkan fitur yang lebih moderat dalam hubungan
negara dan agamanya yang menyebabkan adanya pergerakan dari
sekulerisme ke gerakan yang lebih pragmatis.
GERMANY

A. Sosial Demografi
• Jerman menjadi negara dengan populasi terbesar di Eropa dengan jumlah sekitar
83 juta populasi
• Negara dengan posisi kedua tingkat pengangguran terendah->3,4% menurut
OECD
• Agama mayoritas adalah Kristen (Katolik dan Protestan), diikuti dengan kaum tidak
beragama di urutan kedua dan Islam di urutan ketiga
• Jerman bagian timur merupakan salah satu masyarakat paling sekuler di dunia
(berkaitan dengan sejarah panjang di wilayah tersebut)
• Agama Islam merupakan agama yang paling religius di Jerman tetapi yang paling
menerima skeptisim karena dianggap sebagai ancaman
B. Unifikasi dan Reunifikasi : Implikasinya?

1. Republik Weimar-->Konstitusi Weimar


Konstitusi Weimar mengadopsi prinsip separation antara agama/gereja dan negara yang mana
menyebutkan bahwa “there shall no state church” (Pasal 137, ayat 1) dan “civil and political
rights and duties shall be neither dependent on nor restricted by the exercise of religious
freedom” (Pasal 136).
Pada saat yang sama Konstitusi mengamankan kerja sama antara kedua lembaga (negara dan
gereja) di bidang-bidang seperti pendidikan dan kesejahteraan sosial.

2. Masa Kepemimpinan Hitler


•Hitler berusaha “menyatukan dan menaklukan” gereja dengan mengajak kedua gereja
berkompromi dan pro dengan rezimnya.
•Terdapat perpecahan di antara gereja.
C. Pasca Perang Dunia II
● Jerman terpecah menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur
● Jerman Barat-->memulihkan pelaksanaan Konstitusi Weimar
● Jerman Timur-->didominasi oleh Kaum Marxis Atheis yang kokoh
sehingga melakukan upaya peminggiran peran gereja.
D. Implikasi
Jerman menjadi studi kasus yang menarik karena negara ini melewati sejarah
panjang dalam nation building-nya, yang mana lekat dengan dengan peran
agama Katolik dan Protestan. Oleh karena itu, di Jerman masih terdapat
pandangan bahwa kelompok agama lain adalah entitas “foreign atau hal asing”,
contohnya Islam yang masih menerima banyak skeptisme dari kedua agama
tersebut. Dengan demikian hal ini juga berpengaruh pada relasi antara negara
dengan agama-agama tersebut.
E. Korporatisme Kontemporer
● Terdapat Pemisahan Formal antara gereja dan negara (sesuai hukum
dasar Jerman - grundgesetz), namun di saat yang sama konstitusi
menjamin kerja sama antara keduanya seperti pendidikan dan
kesejahteraan sosial.
● Pada pasal 140 akan diberikan jaminan-jaminan tertentu, namun secara
umum pada pasal tersebut mengharuskan kelompok membentuk
sekurang-kurangnya 0,1 persen dari tanah penduduk dan telah ada
selama 30 tahun, serta telah menghormati hukum.
● Perusahaan publik (pemerintah) mengatur pemungutan pajak (8-9%)
yang akan digunakan untuk pekerjaan keagamaan, pendidikan, dan
kesejahteraan sosial.
● Namun sejumlah asosiasi agama minoritas termasuk kelompok muslim,
telah menolak negara untuk memungut pajak atas nama mereka.
F. Akomodasi dan Pengecualian
● Asosiasi Keagamaan yang tidak memiliki status perusahaan publik akan terdaftar di bawah
hukum privat. Disinilah banyak organisasi Muslim memiliki perjanjian dengan pemerintah
daerah dan mendapatkan keringanan pajak
● Secara keseluruhan, agama minoritas diakui cukup berhasil mendapatkan hak dan
akomodasinya dari pengadilan, seperti (2002) Umat Islam diperbolehkan melaksanakan
ritual penyembelihan dan pada (2012) kelompok Muslim dan Yahudi memenangkan hak
untuk sunat
● Namun dibalik keberhasilan tersebut, terdapat tantangan tersendiri. Pada tahun 1990-an
sejumlah sekte dianggap sebagai ancaman politik sehingga kampanye pemerintah
menargetkan mereka dan dibentuk komisi khusus berfokus pada gerakan keagamaan baru
● Kelompok Islam juga ditolak dalam status perusahaan publik
● Terdapat “kepanikan moral” yang menggiring wacana politik yang secara rutin mengaitkan
umat islam dengan masalah keamanan yang memposisikan mereka sebagai orang lain dan
juga menganggap sebagai ancaman.
G. Pendidikan
● Dalam bidang pendidikan, menetapkan bahwa pelajaran agama (agama sunterricht)
disediakan sebagai bagian dari kurikulum inti di sekolah negeri untuk komunitas yang
diakui. Kelompok yang tidak diakui hanya menerima pendidikan agama sekular.
● Di beberapa daerah kelas agama Islam berlangsung di sekolah umum meskipun belum
berstatus badan hukum (di Berlin sejak 2001 dan di Bavaria sejak 1980-an).
Masyarakat Buddhis Berlin juga menawarkan pendidikan agama di sekolah umum,
sekolah-sekolah ini menerima sebagian besar dana mereka dari negara.
● Dalam hal tanda dan simbol agama di sekolah, kebebasan agama bukan hanya
kebebasan memilih/tidak memilih agama, tetapi juga mengekspresikan/tidak
mengekspresikan identitas keagamaannya (Meskipun dalam praktiknya pada tahun
2020 identitas islam pada akhirnya dilarang seperti niqab dan burqa), dan sekolah
tetap menyediakan daging halal untuk sekolah-sekolah
KESIMPULAN

● Jerman adalah negara yang mengaplikasikan moderate sekularisme dan


menekankan kebebasan agama
● Sejarah panjang yang dilewati oleh Jerman mempengaruhi hubungan negara dan
agama, terutama dalam hal ini membandingkan agama mayoritas (katolik dan
protestan) yang cenderung dekat dengan negara dibanding dengan kelompok
agama minoritas (masih memiliki tantangan terutama karena perbedaan
implementasi kebijakan agama di negara-negara bagian)
● Akomodasi tetap diberikan oleh bantuan negara meski hanya di beberapa wilayah
tertentu, dan ada kaitannya organisasi Muslim khususnya yang memiliki
perjanjian dengan pemerintah daerah sehingga bisa mendapatkan akomodasi
seperti pendidikan, dan kesejahteraan sosial
● Namun disisi lain tetap terdapat kecemasan mengenai masalah keamanan yang
memposisikan agama minoritas khususnya kelompok muslim sebagai orang lain
(asing) dan juga sebagai ancaman
THE UK

A. Sosial Demografi
● Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia Utara adalah persatuan yang terdiri dari Inggris, Skotlandia, dan
Wales
● Dari tahun 2001 pertanyaan yang membahas tentang agama telah dimasukkan dalam sensus untuk
Inggris dan Wales. Sensus untuk Skotlandia dan Irlandia Utara juga mengumpulkan data afiliasi
agama.
● Ekonomi, pekerjaan, dan pendidikan
- Tingkat pengangguran diperkirakan 3,8 % (per Mei 2019), level terendah sejak 1974, tingkat
pekerjaan adalah 76 % dan terus meningkat selama lima tahun terakhir
- Pola dalam pendidikan sama-sama kompleks dan bervariasi pada tingkat pendidikan yang
berbeda.
- Jumlah anggota parlemen etnis minoritas terbatas pada beberapa angka sampai tahun 1987,
sejak jumlahnya meningkat, meskipun tetap rendah secara tidak proporsional.
B. Dari Keterjeratan yang Mapan Hingga Sekularisasi dan Keragaman
● Inggris secara keseluruhan tidak memiliki gereja yang mapan
● Pendirian dan akomodasi
- Pendirian Gereja Inggris dalam banyak hal merupakan pengaturan kacau yang
ditentukan oleh berbagai undang-undang dan konvensi
- Abad kesembilan belas merupakan titik balik yang penting
- Seiring berjalannya abad berkembang, hak-hak pembangkang dan Non-Konformis,
Katolik, dan Yahudi semakin diakui
● Sekularisasi dan keragaman “baru”

Tahun 1960-an adalah dekade penting dalam penurunan relevansi Gereja dan Kekristenan
sebagai signifikan bagi konsepsi diri orang (Brown, 2009), meskipun perlu dicatat bahwa
wacana sekularisasi berasal dari dalam Kekristenan Inggris (setidaknya) sebanyak dari tanpa
adanya.
C. Pengakuan dan Hubungan Negara-Agama: Masalah dan Akomodasi
● Kebebasan beragama dijamin berdasarkan Undang-Undang Kesetaraan 2010

Dengan kebebasan hati nurani merupakan hak mutlak dan kebebasan untuk menjalankan
agama atau kepercayaan merupakan hak yang memenuhi syarat

● Agama muncul kembali

Dalam wacana dan kebijakan politik, telah terjadi pergeseran selama beberapa dekade
terakhir ketika menyangkut minoritas di Inggris, dari “ras” pada 1950-an dan 1960-an
menjadi etnis pada 1980-an dan 1990-an, dan sejak pergantian abad kelompok-kelompok
agama telah muncul yang didefinisikan lebih sebagai “agama”

● istilah “Islamofobia” datang untuk mengkonseptualisasikan diskriminasi yang dihadapi


oleh Muslim

Mendapatkan popularitas setelah publikasi pada tahun 1997 dari laporan penting
Runnymede Trust. Islamofobia: Tantangan Bagi Kita Semua . Pada tahun 2001 sebuah
pertanyaan agama dimasukkan dalam sensus Inggris dan Wales untuk pertama kalinya
dalam 150 tahun, sebagian besar merupakan hasil lobi dari organisasi Muslim Inggris
(Sherif, 2011).
● Institusionalisasi
Sejak tahun-tahun New Labour (1997–2010), pemerintah telah bermitra dan
mendukung organisasi berbasis agama secara lebih sistematis, meskipun, dengan
pengecualian Otoritas London Raya
● Agama dan masyarakat umum
“Kemajuan agama” diakui sebagai tujuan amal di bawah Charities Act 2011, dan
dari memperoleh status amal itulah manfaat finansial dalam hal keringanan pajak
diperoleh terbuka untuk lembaga keagamaan
● Iman dan Pendidikan
Pendidikan agama diatur untuk sekolah negeri dalam Undang-Undang Pendidikan
1944, yang juga memuat ketentuan tentang ibadah. Dalam Undang-Undang
Reformasi Pendidikan 1988 lebih lanjut dinyatakan bahwa tindakan ibadah “harus
seluruhnya atau sebagian besar bersifat Kristen secara luas”
Kesimpulan

Inggris adalah contoh negara yang cukup sekuler, baik di


sepanjang jalan sekularisasi dalam banyak hal tetapi juga
mencakup warisan historis dari agama Kristen yang dominan,
di mana keragaman agama dan pluralisme telah menemukan
asalnya tanpa pengaruh historis agama dominan.

Anda mungkin juga menyukai