Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH WARISAN VERZUILING DAN

PERKEMBANGAN IMIGRAN DI BELANDA

Disusun oleh :

1. Audrey Talitha (2106713545)


2. Arya Ekmal Zachary Putra Lesmana (2106715424)
3. Baihaqi Hakim Mursalin (2106743150)
4. Rizky Suardi (2106715784)

KELOMPOK 6

SASTRA BELANDA

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

UNIVERSITAS INDONESIA

2021
A. VERZUILING

1. Pengertian Verzuiling
Verzuiling merupakan sistem keteraturan sosial konsosiatif antar kelompok yang
berbeda. Sistem ini “memisahkan” dan membagi masyarakat ke dalam kelompok sesuai
agama dan kepercayaan politiknya yang dikenal sebagai pilar-pilar (bahasa Belanda: zuilen).
Belanda dan Belgia adalah dua negara terkenal yang menggunakan sistem keteraturan ini
sejak lama. Kata verzuiling pertama kali dicetuskan tahun 1950-an oleh ahli politik dan
profesor dari Universiteit Utrecht, Jakob Pieter Kruyt, untuk mendeskripsikan sistem struktur
sosial dan institusi politik yang diterapkan di Belanda ini. Namun, sistem ini lebih dulu ada
dibandingkan dengan namanya sendiri.

2. Jalan Menuju Pintu Verzuiling

Kerangka verzuiling bermula pada abad pertengahan dengan adanya masyarakat


waterschappen (bahasa Inggris: water board), sebuah model awal dari masyarakat yang saat
ini tinggal di daerah polderisasi–waterschappen merupakan sebuah badan pemerintah yang
bertanggung jawab dalam pengolahan air. Perjuangan abadi untuk mengklaim tanah yang
terendam air laut memercik sebuah bentuk kerja sama baru. “Belanda ada karena demokrasi
dari kaki yang kering. Kita membutuhkan satu sama lain agar tak tenggelam,” ucap sejarawan
Belanda dan profesor emeritus Universiteit van Amsterdam, Herman Pleij.

Mulai pada akhir abad ke-19, kerangka verzuiling menuju kerampungan sebagai hasil
dari evolusi masyarakat yang panjang antarkelompok yang berbeda. Kaum Katolik, Calvinis,
dan sosialis-demokratis ingin menjaga identitas dan nilai mereka masing-masing, maka
kelompok-kelompok tersebut mulai membuat institusi sosial dan politik mereka sendiri agar
tiap kelompok dapat hidup sesuai tujuan mereka. Abraham Kuyper, perdana menteri Belanda
tahun 1901-1905, adalah manusia di balik sistem menakjubkan ini. Ia membangun sistem
keteraturan ini bersama dengan partai neo-Calvinisnya, Anti-Revolutionaire Partij (ARP).

Verzuiling sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat sehari-hari, contohnya ketika


seorang terlahir dari orang tua beragama Katolik, maka orang tersebut akan tumbuh besar dan
melakukan kegiatan di lingkungan Katolik. Tujuan di balik sistem ini sangat sederhana:
membagi masyarakat ke dalam pilar-pilar yang memiliki pandangan politik dan sikap
masing-masing tapi dapat menyatukan seluruh masyarakat dalam nilai yang sama, menuntun
kepada identitas dan kontrol sosial yang kuat.
3. Keroposnya Pilar-pilar

Pada tahun 1960-an, kaum muda kecewa dengan sistem ini karena untuk membangun
kembali Belanda yang hancur karena Perang Dunia Kedua dibutuhkan kebersamaan.
Dipengaruhi oleh Ontkerkelijking, Verzuiling mulai runtuh dan Belanda mengalami
Ontzuiling. Ontkerkelijking adalah masa di mana semakin sedikit orang yang pergi ke gereja,
karena hal-hal komersial dianggap lebih penting dari ideologis. Pada tahun 1970 hingga
1980-an, Ontkerkelijking mulai meningkat. Sekularisasi meningkat dan ikatan terhadap
organisasi-organisasi ideologis melonggar pada dekade-dekade berikutnya.

Kelebihan dari verzuiling di Belanda adalah tidak digunakannya sistem feodal seperti
yang digunakan Jerman dan Perancis, sehingga menghindari terjadinya sentralisasi
kekuasaan. Selain itu, pada abad ke-17, Belanda diuntungkan secara ekonomi dari
kedatangan para Yahudi Sefardi dan Huguenot. Orang-orang Belanda membuat sebuah pola
pikir “separate but equal”. Mereka memahami dan menghargai kultur orang lain, bahasa,
kebiasaan, dan sebagainya untuk meyakinkan mereka akan pentingnya sistem verzuiling
mereka dan juga menjadi syarat untuk terjadinya perdagangan internasional yang sukses.

Adapun kekurangan dari verzuiling di Belanda adalah sistem ini dimanfaatkan oleh
para Calvinis untuk melakukan penyebaran dan menciptakan identitas nasional yang sesuai
dengan keyakinan mereka. Lalu, kedatangan imigran Muslim dari Maroko dan Turki
membuat integrasi di Belanda menjadi sulit karena perbedaan ras dan kultural. Hal ini terjadi
karena adanya paham religius perihal kepemerintahan sistem feodal yang melekat pada
Muslim dan kecenderungannya kepada kekuasaan yang sentral karena sistem kepercayaan
mereka lalu memaksakannya di masyarakat Belanda menciptakan fenomena Islamofobia di
Belanda.

A. PERKEMBANGAN IMIGRAN DI BELANDA


1. Sejarah Kedatangan Imigran di Belanda

Kedatangan para imigran ke negara Belanda sebenarnya telah terjadi sebelum Belanda
merdeka. Pangeran Willem van Oranje (Willem I) melakukan diplomasi terhadap buronan
Spanyol yang ada di Belanda untuk bersama-sama melawan dominasi Spanyol pada masa itu.
Kemudian, pada abad ke 17, Belanda mengalami masa keemasan karena adanya Vereniging
Oost-Indische Compagnie (VOC) yang merupakan perusahaan pribadi terkaya pada masa itu
dan membuat orang tertarik untuk bermigrasi ke Belanda berkat perekonomian yang
berkembang.

Imigran yang masuk ke Belanda berikutnya terjadi ketika Perang Dunia II. Belanda
mengalami kerugian besar dan perlu memperbaiki perekonomian mereka. Namun karena
kurangnya faktor produksi tenaga kerja, Belanda memasukkan tenaga kerja asing yang
berasal dari Turki, Maroko, negara-negara di Eropa Selatan, dan beberapa dari Indonesia dan
Suriname.

Gelombang migrasi berikutnya dimulai pada tahun 1960-an, di mana saat itu imigran
berdatangan dari negara-negara kawasan mediterania, antara lain Italia, Spanyol, Portugal,
Turki, Yunani, Maroko, Yugoslavia, Tunisia, dan Pakistan. Hingga pada tahun 1973 terjadi
krisis minyak, yang menyebabkan Belanda melakukan penghentian pendatangan tenaga kerja
asing. Beberapa tenaga kerja kembali ke negara asal mereka, tetapi ada juga yang menetap
dan melakukan reunifikasi keluarga, seperti tenaga kerja asal Turki dan Maroko.

Gelombang besar migrasi berikutnya terjadi pada tahun 1980-an yang terdiri atas para
pencari suaka. Mereka melakukan migrasi ke Belanda karena tengah terjadi konflik (baik
perang saudara maupun konflik dengan negara lain), keadaan politik yang kacau, rezim yang
otoriter, dan lain-lain. Tahun 2003 sampai 2004 terjadi penurunan imigran pencari suaka. Hal
ini disebabkan adanya Aliens Act yang menyebabkan dilakukannya perketatan masuk
Belanda untuk para pencari suaka.

2. Imigran di Belanda

Tercatat pada tahun 2021, Belanda menduduki urutan ke-70 dalam jumlah populasi
manusia di dunia dengan jumlah penduduk mencapai 17.181.133 (2021) dengan kurang lebih
4.22 juta penduduk yang merupakan imigran. Daerah yang dipenuhi oleh para imigran
biasanya merupakan kota-kota besar seperti Amsterdam, Rotterdam, dan Den Haag. Terdapat
dua klasifikasi terhadap imigran di Belanda yang dilihat dari negara asal dan generasi imigran
tersebut. Pada klasifikasi negara asal, terdapat dua kelompok yaitu Non-Western Immigrants
(Imigran non-Barat) dan Western Immigrants (Imigran barat). Terdapat lebih dari 3 juta
penduduk berasal dari luar Belanda dengan 1,7 juta penduduk masuk dalam golongan
Non-Western Immigrants. Sedangkan pada klasifikasi kedua atau klasifikasi dari generasi
imigran tersebut terdapat dua kelompok yaitu, First Generation Immigrants dan Second
Generation Immigrants.

3. Kebijakan Integrasi dan Kebijakan Restriksi Imigrasi di Belanda

Sistem asimilasi untuk imigran dikembangkan oleh Belanda dalam bentuk program
pengenalan wajib untuk pendatang baru. Program yang diperkenalkan pada tahun 1998 ini
merupakan bagian dari upaya integrasi menuju kewarganegaraan Belanda yang bertujuan
untuk memberikan keterampilan kepada para imigran agar mereka dapat mengambil bagian
dalam masyarakat Belanda dan bisa membangun kehidupan mereka secara mandiri,
dilakukan dengan mengikuti kursus pendahuluan (Belajar bahasa Belanda dan masyarakat
Belanda, khususnya nilai dan norma di Belanda). Namun, hal ini tidak berlaku bagi imigran
Uni Eropa dan imigran yang terdidik.

Belanda, yang awalnya memberikan toleransi terhadap kedatangan imigran


pasca-Perang Dunia II, perlahan melakukan perubahan terhadap kebijakan imigrasinya ke
arah restriksi (pembatasan). Hal ini dikarenakan adanya potensi munculnya imigran dalam
jumlah yang besar. Setelah pemilu 2003, pemerintahan di Belanda didominasi oleh kelompok
Demokrat Kristen dan Liberal (koalisi kanan-tengah) yang memperkuat pembuatan kebijakan
restriksi. UU Kewarganegaraan tahun 2003 yang diberlakukan memperketat naturalisasi
imigran di Belanda. Belanda yang terkenal akan keragaman multikulturalismenya, pada tahun
2004 (pemerintah Belanda) menyatakan menolak multikulturalisme yang ada di Belanda
karena tidak menunjukkan adanya identitas sosial dan tidak efisien untuk integrasi antar
masyarakat. Berikutnya, pada tahun 2006 UU Integrasi Sipil (Wet Inburgering In Het
Buitenland) diberlakukan sebagai bentuk tes kewarganegaraan yang mana persyaratannya
untuk kemampuan bahasa Belanda ditetapkan dengan standar yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

● Siddiky, C. (2015). The Verzuiling System of Pillarization in the Netherlands. Academia.


https://www.academia.edu/21971588/The_Verzuiling_System_of_Pillarization_in_the_Ne
therlands
● Chagnon, M. (2016, Agustus 10). Pillarization – Or why do the Dutch have big windows.
Dutch Review. https://dutchreview.com/featured/pillarization-dutch-big-windows/
● Water management in the Netherlands. (n.d.). Government of the Netherlands.
https://www.government.nl/topics/water-management/water-management-in-the-netherlan
ds
● Hoitink, Y. (2014, October 22). Dutch term – Waterschap. Dutch Genealogy.
https://www.dutchgenealogy.nl/waterschap/
● Verzuiling en ontzuiling in Nederland. (n.d.). examen overzicht.
https://www.examenoverzicht.nl/geschiedenis/verzuiling-en-ontzuiling
● Catalogus Professorum Academiae Rheno-Traiectinae. (n.d.). Universiteit Utrecht.
https://profs.library.uu.nl/index.php/info
● Wood Jr., J. 2013. Going Dutch in the Modern Age: Abraham Kuyper's Struggle for a Free
Church in the Netherlands. Oxford: Oxford University Press.
● Koops, E. (2021, April 4). Verzuiling en ontzuiling. Historiek.
https://historiek.net/wat-is-verzuiling-nederland-ontzuiling/74577/
● Immigrants in the Netherlands. (n.d.). UCL.
https://www.ucl.ac.uk/dutchstudies/an/SP_LINKS_UCL_POPUP/SPs_english/multicultur
eel_gev_ENG/pages/allochtonen.html
● Pranata Masyarakat Belanda. (2019, Desember 31). Verzuiling (pengkotakan masyarakat)
di Belanda - Mata Kuliah Pranata Masyarakat Belanda 2019. [video]. YouTube.
https://www.youtube.com/watch?v=imlOD4MW2II
● Farizqo, A. 2020. ANALISA PROSES PERUBAHAN KEBIJAKAN WET INBURGERING
NIEUWKOMERS DI BELANDA (1998-2008). Skripsi. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang. http://eprints.umm.ac.id/61590/3/BAB%20II.pdf.pdf
● Aji, E. 2010. Wet Inburgering Nieuwkomers Terhadap Penyelesaian Masalah Disintegrasi
Di Belanda Periode: 1998-2008. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131723-SKPOL0022010Ajiw-Wet%20inburgering-Pend
ahuluan.pdf
● Wenas, S. 2019. Kebijakan Restriksi Imigrasi Belanda dalam Upaya Integrasi dan
Keamanan Nasional. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.
http://repository.unair.ac.id/83585/3/JURNAL_Fis.HI.32%2019%20Wen%20k.pdf
● Fahri, A. (2021, Maret). Kebijakan Pemerintah Belanda Terkait Penanganan Imigran.
reviewnesia.
https://reviewnesia.com/kebijakan-pemerintah-belanda-penanganan-imigran/amp/

Anda mungkin juga menyukai