Anda di halaman 1dari 13

HOLOCAUST

Makalah ini di buat dan di ajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah “Demokrasi dan HAM”

Dosen Pengampu :
Muhlis, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh :
Dian Gloria Elizabeth Pasaribu (2105116045)
Ahmad Giraldi (2105116051)
PGSD B 2021

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan
sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir
Jerman di usia 44 tahun dengan masa jabatan 1933-1945. Sebelumnya ia
merupakan seorang seniman gagal yang masuk dalam angkatan bersenjata
Jerman. Setelah perang selesai, ia berkecimpung di dunia politik dan mulai
bergabung dengan partai buruh Nasionalis Jerman pada tahun 1919 ketika usianya
mencapai 30 tahun. Visi politiknya begitu jelas, yaitu mengembalikan harkat dan
martabat bangsa dan negara Jerman yang telah terinjak-injak sesudah perang.
Lebih jauh lagi, Hitler bertekad memperjuangkan superioritas Arya, membawa
Jerman menjadi “ras unggul” dan menghancurkan bangsa-bangsa yang
dianggapnya sebagai “ras rendah”. Karena kelihaiannya dalam berorasi, maka ia
dengan cepat mendapat kepercayaan dari para pendukung partai, sehingga dua
tahun berikutnya ia mencapai kedudukan tertinggi pada partai yaitu menjadi
pemimpin partai dan mengubah nama partai menjadi Nationalsozialistische
Deutsche Arbeiterpartei (NAZI) dengan menerapkan suasana militerisme dalam
partai (Pambudi, 2005:28-29).
Perang Dunia II di kawasan Eropa berlangsung selama lima tahun delapan
bulan. Tercetusnya Perang Dunia II tidak terlepas dari peran Adolf Hitler sebagai
Fuehrer Jerman yang mempelopori pecahnya Perang Dunia II dengan menyerang
Polandia pada 1 September 1939. Hal tersebut menandakan bahwa Perang Dunia
II tidak dapat terlepas dari peranan Hitler yang tengah memimpin Jerman dengan
ideologi barunya yaitu Naziisme. Hitler dan Nazi merupakan kekuatan besar yang
dimiliki Jerman ketika Perang dunia II, antara keduanya tidak bisa dipisahkan
karena Hitler telah “menciptakan” Nazi yang senantiasa akan patuh terhadap
pemimpinnya yang dipanggil Fuehrer. Fuehrer merupakan gabungan dari jabatan
Kanselir dan Presiden yang seharusnya dipisahkan karena tidak bisa disatukan.
Penyebutan Fuehrer untuk Hitler diciptakan oleh Hitler sendiri agar jabatan
kepemimpinannya menjadi kekuasaan yang mutlak dan tidak bisa diganggu gugat
oleh siapapun karena pemegang kekuasaan tertinggi berada di tangan Fuehrer.
Perang Dunia II telah merubah Jerman yang hancur akibat Perang Dunia I
bangkit kembali. Jerman di bawah pimpinan Adolf Hitler dengan cepat bangkit
kembali dan berangsur-angsur menjadi negara yang kuat. Hal ini karena Hitler
merupakan sosok pemimpin yang pemberani dan Hitler pandai dalam
menempatkan orang-orang dibidang ekonomi, sehingga bukan hanya bangkit
dalam bidang militer, Jerman pun bangkit dalam bidang ekonomi, sehingga
Jerman tumbuh menjadi negara yang kuat.
Kemenangan yang diperoleh Jerman secara berturut-turut dalam Perang
Dunia II menjadikan rasa percaya diri dalam diri Hitler untuk memenangkan
peperangan. Wilayah-wilayah yang dulu dikuasai Jerman dan diserahkan dalam
Perjanjain Versailles kini direbut kembali. Ambisi Hitler untuk menguasai Eropa
dan dunia membuat Jerman harus berhadapan dengan negara-negara kuat di
Eropa. Serangan Jerman atas Polandia yang memulai Perang Dunia II membuat
Jerman mendapat ultimatum dari berbagai negara di Eropa. Pada pertengahan
tahun 1940, Hitler berada pada puncak kekuasaannya, hal itu membuat Hitler
semakin yakin bahwa ia dapat menguasai Eropa dan dunia (Ojong, 1963:1). Hitler
pantang untuk mundur sekalipun kekalahan ada di depan mata, ia juga tidak
memikirkan nasib pasukan yang bertempur karena yang hanya dipikirkannya
adalah ambisinya untuk menguasai Eropa dan dunia.
Kekuasaan mutlak Hitler membuat Jerman pada masa kepemimpinannya
banyak memberlakukan kebijakan dan tindakan kekerasan bagi siapapun yang
menentangnya. Hitler menetapkan partai Nazi sebagai satu-satunya partai politik
yang boleh berdiri di Jerman agar menjamin kekuasaan mutlaknya tersebut. Nazi
di bawah pimpinan Hitler menerapkan aturan yang memfokuskan pada keaslian
ras-ras Jerman, sehingga ras-ras lain di luar ras Jerman yang dianggap lebih
rendah derajatnya akan dimusnahkan, hal ini dimaksudkan untuk menjaga
kemurnian ras Arya.
Dalam sejarahnya, umat Yahudi di Eropa telah menjadi korban
diskriminasi sejak lama. Orang-orang Yahudi bahkan terkadang dipaksa untuk
pindah agama atau tidak diizinkan untuk melakukan profesi tertentu. Antara abad
ke-17 hingga ke-19, sejumlah penguasa di Eropa mulai memberlakukan undang-
undang untuk menghilangkan diskriminasi terhadap orang Yahudi. Akan tetapi,
paham antisemitisme telah mengakar pada masyarakatnya dan sulit untuk
dihilangkan. Bibit kebencian terhadap orang Yahudi pun muncul di benak Adolf
Hitler sejak remaja. Dalam perkembangannya, berbagai peristiwa yang terjadi di
sekitar Hitler membuat sikap anti-Yahudi yang tertanam dalam dirinya semakin
kuat. Bagi Hitler, yang terobsesi dengan superioritas bangsa Jerman, orang
Yahudi adalah ras rendahan yang menjadi ancaman bagi kemurnian bangsanya.
Seperti banyak kalangan antisemit di Jerman, ia pun menyalahkan orang-orang
Yahudi atas kekalahan Jerman pada Perang Dunia I. Tidak hanya itu, Hitler
bahkan menyalahkan orang-orang Yahudi atas segala sesuatu yang salah dengan
dunia. Ide-ide inilah yang membuka jalan bagi pembunuhan massal orang-orang
Yahudi.

Setelah penunjukan Adolf Hitler sebagai kanselir pada 1933, segera


setelah itu Partai Nazi menjadi satu-satunya yang berkuasa di Jerman. Nazi
Jerman melaksanakan Holocaust secara bertahap, dimulai dengan pembangunan
kamp-kamp pemusnahan yang dilengkapi dengan kamar gas beracun, kemudian
dilanjutkan dengan eksperimen medis. Kamp-kamp tersebut didirikan di
Auschwitz, Belzec, Che?mno, Jasenovac, Majdanek, Maly Trostenets, Sobibor,
dan Treblinka. Pada tahap pengujian, para dokter Nazi menggunakan manusia
sebagai subyek dari berbagai eksperimen. Metode persiapan pemusnahan massal
secara sistematis ini belum pernah dilakukan sebelumnya dalam sejarah.

Holocaust atau Shoah adalah peristiwa pembunuhan massal orang-orang


Yahudi di Eropa selama Perang Dunia II oleh Nazi Jerman yang dipimpin oleh
Adolf Hitler. Antara 1941-1945, Nazi Jerman secara sistematis telah membunuh
sekitar enam juta orang Yahudi di seluruh wilayah Eropa yang didudukinya.
Selain orang Yahudi, sekitar lima juta orang lainnya juga menjadi target karena
alasan rasial, politik, ideologi, dan orientasi seksual. Pemusnahan ini dilakukan
dengan cara pogrom (serangan dengan kekerasan), penembakan, dan pembunuhan
massal di kamp-kamp menggunakan gas beracun.
BAB II
PEMBAHASAN

Setiap bulan Mei, tepatnya tanggal 9, dunia Barat, khususnya mantan


pasukan Sekutu, merayakan berakhirnya Perang Dunia II. Bagaimana pun juga,
perang yang akibatnya hampir melanda seluruh dunia itu telah menorehkan
sejarah tersendiri bagi umat manusia. Dunia masih ingat, Perang Dunia II
menyisakan kenangan tentang kekejaman paham ultra-nasionalis Nazi, dan
holocaust.

Holocaust adalah peristiwa pemusnahan hampir seluruh orang-orang


Yahudi Eropa oleh Nazi Jerman dan kelompoknya selama Perang Dunia II. Orang
Yahudi sering menyebut peristiwa ini sebagai Shoah, istilah Ibrani yang berarti
malapetaka atau bencana hebat. Holocaust sendiri berasal dari bahasa Yunani,
holo yang artinya “seluruh”, dan caustos yang berarti “terbakar”. Atau Holocaust
yang juga dari bahasa Yunani yaitu, holokauston yang berarti "persembahan
pengorbanan yang terbakar sepenuhnya", Khurb atau Halocaust bahasa Yiddi,
Porajmos bahasa Romania, Calopalenie atau Zaglada dalam bahasa Polandia
adalah genosida sistematis yang dilakukan Jerman Nazi terhadap berbagai
kelompok etnis, keagamaan, bangsa, dan sekuler pada masa Perang Dunia II.
Secara asal, holocaust artinya adalah persembahan api atau pengorbanan religius
dengan pembakaran. Konon, Nazi Jerman dipercaya telah memusnahkan sekitar
5,6 sampai 5,9 atau 6 juta orang Yahudi.
Bangsa Yahudi di Eropa merupakan korban-korban utama dalam
Holocaust, yang disebut kaum Nazi sebagai "Penyelesaian Terakhir Terhadap
Masalah Yahudi". Genosida ini yang diciptakan Adolf Hitler dilaksanakan, antara
lain, dengan tembakan-tembakan, penyiksaan, dan gas racun, di kampung Yahudi
dan Kamp konsentrasi. Selain kaum Yahudi, kelompok-kelompok lainnya yang
dianggap kaum Nazi "tidak disukai" antara lain adalah bangsa Polandia, Rusia,
suku Slavia lainnya, penganut agama Katolik Roma, orang-orang cacat, orang
cacat mental, homoseksual, Saksi Yehuwa “Jehovah's Witnesses”, orang komunis,
suku Gipsi Roma dan Sinti dan lawan-lawan politik. Mereka juga ditangkap dan
dibunuh. Jika turut menghitung kelompok-kelompok ini dan kaum Yahudi juga,
maka jumlah korban Holocaust bisa mencapai 9-11 juta jiwa.
Holocaust memiliki beberapa karakteristik, yang bila digabungkan,
membedakannya dengan genocida-genocida (pemusnahan-pemusnahan) lain
dalam sejarah. Antara lain:
1. Efisiensi.
Holocaust memiliki karakteristik sebagai usaha yang efisien dan
sistematis dengan skala industri (besar) untuk mengumpulkan dan
membunuh sebanyak mungkin orang, dengan menggunakan semua akal
dan teknologi yang tersedia bagi Nazi.
2. Skala.
Holocaust secara geografis tersebar luas dan secara sistematis
dilaksakan diarea-area kekuasaan Nazi, dimana orang-orang Yahudi
dan korban lain diincar dari negar-negar yang sekarang 35 negara
Eropa yang terpisah-pisah, dikirim kekamp-kamp kerja paksa
dibeberapa negara atau kamp lainnya.
3. Kekejaman.
Holocaust dilaksakan tanpa pandang bulu, bahkan untuk anak-anak dan
bayi-bayi, dan sering kali mereka sebelum dibunuh disiksa dulu. Nazi
melakukan Eksperimen-eksperiman medis yang mematikan pada para
narapidana, termasuk pada anak-anak.
4. Anak-anak.
Anak-anak yang masih kecil biasanya dianggap tidak cakap untuk
bekerja dan untuk itu lansung dibawa kekamar gas.selain ditato dengan
tanda pengenal tahanan, anak-anak yang lebih tua dikirim untuk
bekerja. Waktu bekerja mereka berkisar antara 10 hingga 14 jam
sehari,setelah masa ini berakihir, anak-anak ini mengalami hari kerja
yang panjang banyak dari mereka yang meninggal.
5. Eksperimen-eksperimen.
Di kamp konsentrasi Auschwitz, Dr. Josef Mengele terkenal kejam
dalam melakukan eksperimen medisnya yang menggunakan manusia
sebagai subjeknya, eksperimennya termasuk memasukan subjeknya
kekamar bertekanan, percobaan dengan obat-obatan membekukan
mereka hingga mati dan lain-lain.
6. Korban-korban.
Walaupun korban-korban Holocaust umunya orang-orang Yahudi, Nazi
juga menyiksa dan membunuh kelompok-kelompok lain yang rasnya
dianggap rendahan atau ras berbahaya.

A. KORBAN TRAGEDI HOLOCAUST


Rencana holocaust mulai dilaksanakan pada tahun 1939. Dengan sejumlah
penyerangan mendadak “Blitzkriek”, pertama-tama Hitler menduduki
Polandia, kemudian Denmark, Norwegia, Belgia, Belanda, Prancis,
Yugoslavia, Yunani, Afrika Utara dan Uni Soviet. Penduduk negara-negara
yang diduduki menjadi korban kekejaman yang mengerikan, terutama mereka
yang dikategorikan sebagai "ras rendah" seperti Yahudi, Slavia dan Gipsi.
Jutaan orang dikirim ke kamp-kamp untuk dijadikan tenaga budak. Tak lama,
kamp-kamp ini kemudian menjadi kamp-kamp pemusnahan, berdasarkan
"Final Solution" (Solusi Akhir), yang disesuaikan dengan hasil Konferensi
Wannsee yang terkenal, yang dilakukan oleh Hitler dan rekan-rekannya.
Kamar-kamar gas yang dirancang khusus untuk membunuh manusia, pertama-
tama menggunakan gas karbon monoksida kemudian gas Zyklon B. Dalam
pemusnahan yang dilakukan di kamar-kamar gas dan metode-metode lainnya,
telah dibunuh dengan brutal 5,5 juta orang Yahudi, 3 juta orang Polandia,
hampir 1 juta orang Gipsi, dan ratusan ribu tahanan perang dari berbagai
bangsa
Beberapa pakar berpendapat bahwa definisi Holokaus harus meliputi pula
genosida Nazi terhadap jutaan orang dalam kelompok lain selain Yahudi, di
antaranya orang Rom, komunis, tawanan perang Soviet, warga Polandia dan
Soviet, homoseksual, orang cacat, Saksi Yehuwa dan musuh politik dan
keagamaan lainnya, yang menjadi korban terlepas apakah mereka berasal dari
etnis Jerman atau bukan. Ini adalah definisi yang paling umum digunakan sejak
akhir Perang Dunia II hingga tahun 1960-an. Jika menggunakan definisi ini,
maka jumlah keseluruhan korban Holocaust adalah 11 hingga 17 juta jiwa.
Sejumlah besar korban yang selamat berakhir di kamp-kamp pengungsi
yang didirikan di wilayah barat Eropa di bawah kependudukan militer Sekutu
di tempat-tempat yang tadinya merupakan kamp konsentrasi. Di sana mereka
menunggu untuk diberi izin memasuki negara-negara seperti Amerika Serikat,
Afrika Selatan, atau Palestina. Pada awalnya, banyak negara yang tetap
memberlakukan kebijakan imigrasi mereka yang lama, yang begitu membatasi
jumlah pengungsi yang dapat mereka terima. Terdapat salah satu korban
holocaust yang berasal dari Indonesia yang telah terdata selamat bernama
Lubis.

B. OKNUM YANG TERLIBAT


Para anggota SS, pasukan elit rezim Nazi, merupakan pemain utama dalam
rencana "Final Solution," atau Rencana Akhir untuk membantai kaum Yahudi
Eropa. Kepala SS, Heinrich Himmler, dan bawahannya, Reinhard Heydrich, Kurt
Daluege, dan lainnya, membentuk SS dan negara polisi di bawah pemerintahan
Adolf Hitler dan memimpin upaya dalam melaksanakan agenda ideologi rezim
tersebut. Untuk tujuan tersebut, SS telah melakukan pembantaian massal yang tak
terhitung jumlahnya. Para komandan SS dan Polisi seperti Friedrich Jeckeln,
Hans-Adolf Prützmann serta para komandan Einsatzgruppen (unit pembunuh
keliling) seperti Arthur Nebe, Karl Jäger, Walter Stahlecker, Emil Rasch, dan Otto
Ohlendorf memerintahkan penembakan yang sadis dan sistematis terhadap para
pria, wanita, dan anak-anak, di ladang pembantaian dalam wilayah Uni Soviet
yang diduduki. Di wilayah Polandia yang diduduki, para petugas SS seperti Odilo
Globocnik, Wilhelm Koppe, Christian Wirth, Franz Stangl, Oswald Pohl, Richard
Glücks, dan Rudolf Höss membangun pusat-pusat pembantaian yang dilengkapi
kamar gas untuk mempermudah pembantaian massal secara sistematis.

Akan tetapi, pembunuhan secara besar-besaran ini tidak dapat dilakukan


sendiri oleh SS. Pelaksanaan “Final Solution” atau Solusi Akhir membutuhkan
kerja sama dan bantuan dari birokrat militer dan pemerintahan sipil Jerman.
Operasi deportasi massal membutuhkan kerja sama Adolf Eichmann dari Kantor
Pusat Keamanan Jerman serta Albert Ganzenmueller dari Kereta Api Negara
Jerman dan Joachim von Ribbentrop dari Kantor Kementerian Luar Negeri
Jerman. Operasi pembantaian dan deportasi yang dilakukan SS di wilayah
Polandia dan Uni Soviet yang diduduki membutuhkan kerja sama dari pemerintah
sipil pendudukan di bawah Hans Frank, Erich Koch, Hinrich Lohse, dan lain-lain.
Wehrmacht (Angkatan Bersenjata Jerman), di bawah pimpinan Wilhelm Keitel
dan Alfred Jodl, menyediakan suplai dan transportasi untuk Einsatzgruppen (unit
pembunuh keliling). Dengan perintah dari komandan Angkatan Bersenjata seperti
Walter von Reichenau dan Erich Manstein, Wehrmacht juga berpartisipasi dalam
pembantaian massal kaum Yahudi dan warga sipil Soviet, terutama tawanan
perang Soviet.

Reichsbank, bank sentral Jerman yang dipimpin oleh Walther Funk, menjadi
tempat penyimpanan mata uang dan emas curian dan membantu membiayai
operasi pembantaian SS. Para dokter Jerman dan profesional kesehatan lainnya
menerapkan Program “Eutanasia” untuk membantai puluhan ribu orang yang sakit
mental atau cacat yang tinggal di yayasan-yayasan penampungan. Para dokter
lainnya melakukan eksperimen medis secara sadis dan tidak etis, dan dalam
“penyeleksian” di pusat pembantaian memutuskan tahanan mana saja yang boleh
hidup dan mana yang harus dibunuh. Kaum industrialis Jerman seperti Gustav
Krupp dan perusahaan industri swasta Jerman seperti I.G. Farben dan Krupp
menggunakan pekerja dari program kerja paksa yang dipimpin oleh Albert Speer
dan Fritz Sauckel. Anak perusahaan I.G. Farben menyediakan gas Zyklon B untuk
dipakai membantai dalam kamar gas.

C. MENGAPA DI KATAKAN SEBAGAI HAM BERAT


Fenomena holocaust beserta bentuk dan tahap pembersihan yang telah
dilakukan oleh Nazi ini dapat dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat
berbentuk genosida. Dalam konteks hukum internasional, instrument yang
digunakan yakni Konvensi Genosida tahun 1948 dan Statuta Roma tahun 1998.
Keduanya mendefinisikan genosida berarti setiap perbuatan yang dilakukan
dengan tujuan untuk menghancurkan, seluruhnya atau untuk sebagian, suatu
kelompok nasional, etnis, ras, atau keagamaan

Untuk membuktikan bahwa tindakan tersebut termasuk genosida atau


bukan maka harus diperhatikan antara actus reus atau tindakan dan juga mens rea
atau niat jahatnya. Pada actus reus ada beberapa fakta yang menyatakan bahwa
pembantaian tersebut paling banyak dilakukan terhadap pihak Yahudi, meskipun
ada sebagian kelompok seperti Gipsi yang juga turut menjadi korban. Tindakan
pembantaian tersebut juga terbukti dilakukan sistematis terhadap kelompok yang
sama dan tindakan penghancuran tersebut dilakukan berulang-ulang, bahkan
bertahap.
Pada aksi kekerasan pada 9 November 1938, ratusan Yahudi dibunuh,
tempat usahanya dihancurkan, sinogege juga dibakar namun polisi dan pemadam
kebakaran hanya berdiam diri. Pasal 1,2,3, dan 5 Deklarasi Universal HAM telah
dilanggar. Tidak ada lagi jaminan bahwa kaum Yahudi dipandang memiliki hak
yang setara, justru mereka diperlakukan secara kejam dan dihukum dengan tidak
manusiawi. Selain itu juga ada pelanggaran pada pasal 7 karena orang-orang
Yahudi tersebut tidak mendapatkan perlindungan hukum dari pemadam kebakaran
dan polisi setempat yang merupakan instansi Negara. Begitu juga pada peristiwa
pembantaian yang diberi kode 'Final Solution' di kamp-kamp bekas kerja paksa,
pelanggaran HAM berat sudah terjadi.

D. UUD DAN PASAL YANG DILANGGAR OLEH TRAGEDI


HOLOCAUST
Menurut pasal 8 UU Nomor 26 Tahun 2000, kejahatan genosida adalah segala
bentuk perbuatan yang dilakukan dengan maksud menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis dan
kelompok agama. Berikut lima bentuk kejahatan genosida. Pembunuhan anggota
kelompok Tindakan yang dapat mengakibatkan penderitaan fisik atau mental
Tindakan yang bersifat pakasaan dengan tujuan mencegah kelahiran di dalam
sebuah kelompok Pemindahan secara paksa anak dari suatu kelompok ke
kelompok lain Genosida merupakan pelanggaran HAM berat yang termasuk
dalam kejahatan internasional. Kejahatan genosida dianggap sebagai pelanggaran
paling serius karena umumnya melibatkan masyarakat secara luas.
Oleh majelis hakim, holocaust dinilai terbukti melanggar Pasal 120 ayat
(1) UU 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian Pasal 55 KUHP dan dijatuhi hukuman
lima tahun penjara. Pasal 1,2,3, dan 5 Deklarasi Universal HAM telah dilanggar.

E. BAGAIMANA KASUSNYA SEKARANG


Peristiwa holocaust pada pemerintahan adolf Hitler berakhir pada Mei
1945 ketika Pasukan Sekutu utama (Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Uni
Soviet) mengalahkan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. Dan saaat ioni
kasus tersebut sudah dinyatakan selesai.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai peristiwa Holocaust, dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan Adolf Hitler telah membawa kaum Yahudi menuju
kehancuran. Kasus holocaust merupakan salah satu kasus kekejaman partai NAZI
yang dipimpin oleh Adolf Hitler. Adolf Hitler dan partai NAZI merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan Kasus ini melibatkan banyak pelaku
kejahatan dan banyak korban jiwa didalam kasus ini. Kasus ini dinyatakan sebagai
pelanggaran HAM Berat.

B. Saran
Untuk para penulis selanjutnya diharapkan dapat lebih dalam membahas
terkait kasus Adolf Hitler.

Anda mungkin juga menyukai