Dosen Pengampu:
Tusriyanto, M.Pd.
Disusun Oleh:
1. Diah Woro Kurniasih 1290055
2. Fandi Israwan 1290155
3. Fathi Falaha Zauma 1290165
4. Liya Masda Mayasari 1290325
5. Novita Hidayati 1290485
Kelas:
B PGMI / IV
Semoga berkah dan keselamatan tercurah kepada kita semua. Puji syukur ke
hadirat Allah SWT, yang dengan berkat, rahmat, dan karunia-Nya, telah
memberikan kemudahan dan kelancaran dari persiapan, proses observasi, analisis,
hingga terselesaikannya penyusunan laporan observasi ini.
Kami ucapkan terimaksih kepada semua pihak yang membantu dan terlibat
selama kegiatan observasi ini dilaksanakan, diantaranya Kepala SDN 1
Tanggulangin Kecamatan Punggur, beserta dewan guru yang menjadi obyek
pengamatan. Tidak lupa diucapkan terimakasih kepada Bapak Tusriyanto, M.Pd
selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Metode Pembelajaran IPS yang telah
memberikan bimbingan dan arahansaat sebelum pelaksanaan observasi, hingga
terselesaikannya penulisan laporan kegiatan observasi ini.
Penulis berharap agar penyusunan laporan observasi ini dapat memberikan
sumbangan pengetahuan yang berkaitan dengan penerapan proses pembelajaran
IPS di kelas, terutama untuk jenjang pendidikan dasar. Penulis menyadari bahwa
penyusunan laporan observasi ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis
mengundang saran, kritik, serta masukan dari pembaca sekalian.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berangkat dari berbagai permasalahan yang ada dalam pelaksanaan
pembelajaran maka penulis melakukan pengamatan/observasi mengenai
implementasi pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri 1 Tanggulangin
Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dijawab
dalam observasi ini adalah “Bagaimanakah implementasi pembelajaran IPS di
SDN 1 Tanggulangin Kecamatan Punggur?”
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
4. Menumbuhkan rasa percaya diripada guru dalam
melaksanakantugasnya.
5. Menjamin kontinuitas bahan pelajaran dalam pengajaran.
4
d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan
patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf
keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur
tersebut adalah:
a. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni
perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
b. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan
pembelajaran yang dipandang paling efektif.
c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau
prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
d. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran
keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Sanjaya, 2008) mengemukakan bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David,
Wina Sanjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran
terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya
masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil
dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke
dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2)
group-individual learning (Rowntree dalam Wina Sanjaya, 2008). Ditinjau
dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat
dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran
deduktif. Strategi pembelajaransifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran
tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation
achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving
something” (Wina Sanjaya (2008).
5
3. MetodePembelajaran
Metode merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran
yang dipilih dalam mencapai tujuan belajar, sehingga bagi sumber belajar
dalam menggunakan suatu metode pembelajaran harus disesuaikan dengan
jenis strategi yang digunakan. Ketepatan penggunaan suatu metode akan
menunjukkan fungsionalnya strategi dalam kegiatan pembelajaran.
Istilah metode dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan,
sebab secara umum menurut kamus Purwadarminta (1976), metode adalah
cara yang telah teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai sesuatu
maksud. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode
adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari kata
method (Inggris), artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk
memeroleh sesuatu.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas jelas bahwa pengertian
metodepada prinsipnya sama yaitu merupakan suatu cara dalam rangka
pencapaian tujuan, dalam hal ini dapat menyangkut dalam kehidupan
ekonomi, sosial, politik, maupun keagamaan. Unsur–unsur metode dapat
mencakup prosedur, sistimatik, logis, terencana dan aktivitas untuk
mencapai tujuan. Adapun metode dalam pembahasan ini yaitu metode yang
digunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dapat diartikan
sebagai setiap upaya yang sistimatik dan disengaja untuk menciptakan
kondisi-kondisi agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif
dan efisien. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut tidak dapat lepas dari
interaksi antara sumber belajar dengan warga belajar, sehingga untuk
melaksanakan interaksi tersebut diperlukan berbagai cara dalam
pelaksanaannya. Interaksi dalam pembelajaran tersebut dapat diciptakan
interaksi satu arah, dua arah atau banyak arah. Untuk masing-masing jenis
interaksi tersebut maka jelas diperlukan berbagai metode yang tepat
sehingga tujuan akhir dari pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Metode dalam pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara
untuk menyampaikan materi saja, sebab sumber belajar dalam kegiatan
6
pembelajaran mempunyai tugas cakupan yang luas yaitu disamping sebagai
penyampai informasi juga mempunyai tugas untuk mengelola kegiatan
pembelajaran sehingga warga belajar dapat belajar untuk mencapai tujuan
belajar secara tepat. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut maka kedudukan metode dalam
pembelajaran mempunyai ruang lingkup sebagai cara dalam:
a. Pemberian dorongan, yaitu cara yang digunakan sumber belajar
dalam rangka memberikan dorongan kepada warga belajar untuk
terus mau belajar.
b. Pengungkap tumbuhnya minat belajar, yaitu cara dalam
menumbuhkan rangsangan untuk tumbuhnya minat belajar warga
belajar yang didasarkan pada kebutuhannya.
c. Penyampaian bahan belajar, yaitu cara yang digunakan sumber
belajar dalam menyampaikan bahan dalam kegiatan
pembelajaran.
d. Pencipta iklim belajar yang kondusif, yaitu cara untuk
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi warga
belajar untuk belajar.
e. Tenaga untuk melahirkan kreativitas, yaitu cara untuk
menumbuhkan kreativitas warga belajar sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.
f. Pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil belajar,
yaitu cara untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran.
g. Pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar, cara untuk
untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi dalam kegiatan
pembelajaran.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran
tertentu. Dengankata lain, strategi merupakan “a plan of operation
7
achieving something” sedangkanmetode adalah “a way in achieving
something” (Wina Sanjaya, 2008). Jadi, metodepembelajarandapat
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikanrencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk
mencapaitujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran
yang dapat digunakanuntuk mengimplementasikan strategi pembelajaran,
diantaranya: (1) ceramah; (2)demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5)
laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7)brainstorming; (8) debat, (9)
simposium, dan sebagainya.
4. TeknikPembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan
taktik pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan
sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu
metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas
dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri,
yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode
ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan
penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada
kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong
pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam
koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam
melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya
individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi
dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi,
sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih
banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat
menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan
atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan,
pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam
8
taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni
(kiat).
5. Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan
taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka
terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal
juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih
berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran,
sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara
merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan
strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah,
strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah
yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan
sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang
berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue
print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan
urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya,
mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe
rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan
tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan
memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai
model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana
diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang
dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak
ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang
9
untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian
tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun,
jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar
pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori)
pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru
pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model
pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat
kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model
pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin
memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
C. Hakikat Evaluasi
Anas Sudiono mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal
dari bahasa Inggris “evaluation”, akar katanya value yang artinya nilai. Jadi
istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu. Menurut A. Fajar, evaluasi dapat diartikan
sebagai usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses yang dilakukan oleh
seseorang. Berdasarkan pendapat tersebut, evaluasi merupakan suatu proses
atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka
pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas berbagai komponen
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk
pertanggungjawaban peserta didik dalam melaksanakan tugas belajarnya.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa
proyek atau produk, penggunaan portofolio dan penilaian diri. Tes dalam
kegiatan evaluasidapat dilakukan dalam dua bentuk yakni pre-test dan post-
test. Menurut jenisnya, evaluasi dibedakan menjadi evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar, sedangkan evaluasi
sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan
belajar siswa.
10
D. Teori Pembelajaran Sosial
Nur (1997) menyatakan Bandura berpendapat bahwa apa yang kita
ketahui dapat lebih banyak daripada apa yang kita perlihatkan. Pebelajar dapat
saja memahami bagaimana masalah-masalah sosial yang ditawarkan dalam IPS
namun kinerja yang jelek pada saat tes karena ia gugup atau sakit atau salah
membaca soal dapat mempengaruhi hasil. Sementara pebelajar dapat saja telah
memahami suatu materi, namun pengalaman ini dapat terdemonstrasikan
sampai situasinya memungkinkan. Oleh karena itu, dalam teori kognitif sosial,
dua-duanya faktor internal dan eksternal itu penting. Segala sesuatu yang
terjadi di sekitar lingkungan sosial, faktor-faktor pribadi (seperti berpikir dan
motivasi), dan perilaku dipandang saling berinteraksi, masing-masing faktor
saling mempengaruhi dalam proses pembelajaran.
11
BAB III
METODE PENGAMATAN
A. Pelaksanaan Observasi
1. Tempat Pelaksanaan
Kegiatan observasi dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 1
Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah (lampiran
1). Kegiatan ini diawali dengan meminta izin kepada kepala sekolah yang
dilakukan pada 1 (satu) minggu sebelum pelaksanaan kegiatan observasi.
Pada awalnya observer merencanakan melakukan pengamatan di Kelas I-
V, dan kepala sekolah mengizinkan hal tersebut. Namun dikarenakan suatu
hal, pada saat pelaksanaan kegiatan observasi hanya dapat dilakukan di 2
(dua) kelas, yaitu di Kelas IV dengan jumlah 30 siswa dan Kelas V dengan
jumlah 26 siswa.
2. Waktu Pelaksanaan
Observasi dilaksanakan pada hari Jumat, 25 April 2014, selama satu
kali tatap muka pada jam ke 3 dan 4, yakni pada pukul 09.10-10.30.
kegiatan ini dilaksanakan pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.
12
Keterlibatan observer dalam kegiatan pembelajaran dilakukan
seminimal mungkin agar tidak mempengaruhi arah proses pembelajaran
yang mengacu pada teori belajar tententu. Dilihat dari porsi intensi dan
eksistensi observer dengan keterlibatan observer secara minimal
merupakan kategori surface observation.
Selama melakukan pengamatan, observer berpedoman pada
instrumen/kisi-kisi pengamatan yang meliputi kegiatan dari awal
merencanakan sampai melakukan evaluasi dan memberikan umpan balik
terhadap hasil evaluasi (lampiran 2).
2. Interview/Wawancara
Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mewawancarai secara langsung atau dengan cara tanya jawab dengan
kepala sekolah, beberapa guru kelas, dan beberapa siswa kelas IV dan V
mengenai pendapat mereka tentang pembelajaran IPS SD dan beberapa
kendala-kendala yang dihadapi ketika proses mengajar belajar di SDN 1
Tanggulangin.
Wawancara yang digunakan termasuk jenis wawancara tidak
terstruktur, dimana observer tidak menggunakan pedoman wawancara yang
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara
yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan.
3. Kesulitan dan Hambatan Observasi
Dalam observasi yang dilakukan, guru kelas IV dengan jujur
menyampaikan bahwa, yang bersangkutan belum menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sehingga pada bagian lampiran laporan
ini, tidak terdapat RPP untuk Mata Pelajaran IPS Kelas IV, hanya RPP
Kelas V yang dilampirkan (lampiran 3). RPP memiliki fungsi penting
dalam kegiatan pembelajaran, karena deskripsi mengenai persiapan –
pelaksanaan – penilaian proses pembelajaran tercantum dalam RPP.
Namun demikian, hal ini tidak menjadi permasalahan yang signifikan
dalam kegiatan observasi yang dilakukan. Oleh karenanya, dalam hasil
observasi kelompok ini, penjabaran RPP tidak berasal dari RPP yang
13
dimiliki dan disusun oleh guru, tetapi merupakan refleksi dari hasil
pengamatan yang dilakukan terhadap pembelajaran yang diobservasi.
Refleksi yang dimaksud adalah penjabaran proses pembelajaran
yang akan dideskripsikan secara runtut, sistematis, dan lengkap
sebagaimana pengamatan yang dilaksanakan. Ini berarti ada peleburan
istilah, bukan RPP (bukan rencana) tetapi pelaksanaan pembelajaran yang
dideskripsikan secara naratif. Harapannya agar laporan observasi ini
tersusun secara lengkap, disamping memudahkan kelompok observer
dalam melakukan analisis yang dikaitkan dengan aplikasi teori belajar.
14
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Observasi
1. Kurikulum
Secara umum kurikulum yang dipakai disekolah masih
menggunakan copy paste dari BNSP sehingga tidak ada pengembangan
sama sekali hal ini sangat merugikan sebab indicator yang seharusnya dapat
dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah namun pada
kenyataanya hal itu tidak dilakukan sehingga kegiatan pembelajaran
terkesan memaksakan sehingga hasilnya tidak dapat maksimal.
KTSP merupakan konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah
untuk menentukan kebijakan sekolah, dalam rangka meningkatkan mutu,
dan efisien pendidikan agar dapat memodifikasikan keinginan masyarakat
dan menjalin kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat, industry dan
pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik. KTSP member
peluang kepada Kepala Sekolah, guru dan peserta didik untuk melakukan
inovasi dan improvisasi disekolah berkaitan dengan masalah kurikulum,
pembelajaran, manajerial yang muncul dari aktivitas, kreativitas,
profesionalisme yang dimiliki. Dengan otonomi sekolah diharapkan dapat
melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif sehingga sekolah
dituntut memiliki tanggung jawab yang tinggi baik kepada orang tua,
masyarakat maupun pemerintah. KTSP merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam
penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam haluan
Negara. Namun pelaksanaan KTSP mata pelajaran IPS yang diberlakukan
sejak tahun 2006 menimbulkan berbagai permasalahan di lapangan.
Masalah-masalah tersebut adalah: Pelaksanaan Kurikulum 2006 atau yang
dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
terdapat beberapa hal yang patut dicermati yaitu :
Pelaksanaan KTSP di sekolah-sekolah terdapat keragaman,
khususnya keragaman dalam pelaksanaan di setiap jenjang. Berbagai
15
kendala dalam pelaksanaan KTSP belum semuanya bisa melaksanaan
terkait dengan masalah pemahaman KTSP maupun tenaga kependidikan
yang kurang menguasai hal tersebut.
2. RPP
Belum semua guru dalam melakukan tugas mengajar malakukan
persiapan secara maksimal terutama dalam penulisan RPP, sebagian besar
masih menggunakan RPP cetakan sehingga ada kejanggalan antara
Kurikulum dan RPP yang digunakan kadang tidak sama, kurangnya
persiapan dalam mengajar karena belum semua guru menguasai penulisan
RPP secara benar. Tuntutan KTSP yang harus memperlihatkan situasi dan
kondisi sekolah atau daerah semestinya menjadi bahan dalam materi
pelajaran. Hal ini terjadi dikarenakan perumusan indikator dan tujuan
belum dirumuskan sendiri oleh guru. Ada kecenderungan, guru-guru
membuat indikator mengcopy dari buku teks. Selain itu guru harus bisa
membedakan rumusan indikator dan tujuan, sehingga tidak rancu dalam
merumuskan silabus dan RPP.
3. Prosespembelajaran
Aktivitas pembelajaran kurang variatif metode yang digunakan rata-
rata metode ceramah, diskusi ada kecenderungan bahwa pelajaran IPS
adalah pelajaran hafalan. pemahaman seperti ini berakibat pada
pembelajaran yang lebih menekankan pada verbalisme. Guru dalam
menerapkan metode pembelajaran lebih menekankan pada metode yang
lebih menekankan pada aktivitas guru, bukan pada aktivitas siswa.
Perlunya inovasi dan kreatifitas pembelajaran dari guru agar metode
pembelajaran yang dilakukan hendaknya yang menuntut berbagai jenjang
kemampuan siswa. Jenjang kemampuan siswa yang dituntut tidak hanya
pada level yang rendah (menghafal). Berbagai keterampilan berpikir dapat
dikembangkan, berpikir kritis, melakukan penelitian atau opserfasi,
sehingga aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dapat berkembang.
4. Sarana Pembelajaran
Sarana pembelajaran sangat penting untuk mencapai tujuan
pembelajaran IPS. Pada umumnya sarana untuk mendukung pembelajaran
16
IPS masih sangat minim kalau toh ada tinggkat pemanfaatanya masih
relative rendah, guru masih kurang maksimal dalam memanfaatkan alat
peraga yang ada, alat peraga sangat penting untuk membantu keberhasilan
proses KBM karena dengan adanya sarana pembelajaran yang baik maka
pembelajaran IPS dapat melihat realitas kehidupan sehari-hari yang
merupakan suatu fenomena social agar pelajaran IPS tidak lagi dipahami
sebagai mata pelajaran hafalan. Untuk memecahkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan pembelajaran maka sebaiknya guru dapat menggunakan
sarana pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar. Maka model
pembelajaran yang digunakan oleh guru lebih melihat kepada apa yang
dapat dilihat langsung oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Model
seperti ini dikenal dengan istilah Contextual Teaching Learning (CTL).
17
Strategi, metode, pendekatan, media yang digunakan dalam proses
pembelajaran dikelas tersebut menurut saya kurang efektif dan menarik,
guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab kepada siswa
dan menggunakan media gambar itupun gambaran yang digambar sendiri
oleh guru mata pelajaran tersebut di papantulis. Padahal menurut saya bila
pembelajaran yang berlangsung tersebut menggunakan cara pembelajaran
yang lebih menarik siswa akan lebih aktif dan tertarik untuk mengikuti
pembelajaran yang sedang berlangsung, karena saya melihat siswa
merespon pembelajaran dengan baik walaupun dengan strategi, metode,
pendekatan, media yang sangat sederhana tersebut.
2. PelaksanaanKegiatan
Pada awal permulaan dimulainya pembelajaran guru tidak
melakukan runtutan proses awal pembelajaran seperti apersepsi dan
motivasi karena guru dari pembukaan pembelajaran langsung
kepembelajaran inti yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
Kemampuan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran IPS
tersebut sudah terlihat baik, karena guru dapat menjelaskan dengan baik
kepada siswa, guru dapat menguasai kelas, namun proses pembelajaran
tersebut terlihat kaku dan monoton karena siswa hanya dituntut untuk
mendengarkan penjelasan guru dan sesekali guru melakukan tanya jawab
dengan siswa, tetapi siswa yang aktif dan pintar yang terlihat lebih
menonjol dikelas sedangkan siswa yang tidak mengikuti pelajaran dengan
baik dibelakang tidak diperhatikan. Guru sebenarnya sudah merespon aktif
partisipasi siswa dan sudah menggunakan bahasa tulis dan bahasa lisan
yang jelas saat pembelajaran.
a. Metode
Metode yang diterapkan guru adalah ceramah,dan tanya
jawab.Guru memilih metode dengan menyesuaikan materi yang
diajarkan. Dengan metode yang diterapkan oleh guru diharapkan
siswa dapat menerima dan mengerti tentang materi yang
diajarkan.
18
b. Media
Dalam proses kegiatan belajar mengajar guru
menggunakan buku paket,buku LKS,dan alat peraga yang
digunakan oleh guru masih terbatas dengan menggunakan white
board.
c. PenanamanNilai
Nilai-nilai yang ditanamkan melalui pembelajaran IPS
adalah:
1) Keberanian mengeluarkan pendapat/fikiran.
2) Menghargai pendapat orang lain.
3) Kejujuran.
Setiap melakukan proses belajar mengajar, guru selalu
memberikan berbagai nilai-nilai moral kepada siswanya
walaupun secara tersirat.Dengan adanya penanaman nilai moral
yang dilakukan guru, diharapkan siswa dapat menjadi warga
negara yang memiliki moral yang baik,berakhlak mulia dan
berguna bagi bangsanya.
d. Sikap Guru dalam Penyampaian Materi
Dalam menyampaikan materi IPS guru berbicara dengan
suara yang teratur,maksudnya adakalanya guru berbicara dengan
keras tetapi terkadang guru mengecilkan volume suaranya
dengan maksud agar siswa mencoba memperhatikan apa yang
sedang di ucapkan oleh gurunya. Pada saat proses kegiatan
belajar mengajar tersebut beberapa siswa ada yang aktif, tetapi
ada juga siswa yang pasif hanya mendengarkan penjelasan dari
guru saja.Dalam hal ini tanpa mencoba menilai penampilan
guru,tetapi hanya mengamati saja terlihat kemampuan guru
dalam menguasai materi sudah sangat fasih dalam menjelaskan
materi,walaupun dalam penguasaan kelas agak kurang
maksimal.
19
e. Kesulitan dalam Menyampaikan Materi IPS
Dari wawancara yang kami lakukan,banyak guru kelas
yang merasa kesulitan dalam mengajar materi IPS karena ada
beberapa faktor,misalnya:
1) Kurangnya buku paket IPS dan alat pendukung
pembelajaran.
2) Sering berubahnya materi IPS sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.
3) Mencari metode pengajaran yang bervariasi sehingga
siswa tidak mudah bosan pada saat berlangsungnya
proses kegiatan belajar mengajar IPS.
4) Guru belum begitu menguasai pembuatan RPP.
f. Buku Ajar
Guru menggunakan buku ajar yang sudah sesuai dengan
kurikulum yang berlaku (KTSP). Guru menggunakan buku
paket BSE yang berjudul Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV.
Buku tersebut didapat dari bantuan BOS sekolah. Setiap proses
belajar mengajar, siswa mendapat buku paket setiap dua orang
siswa mendapat satu buku, tapi buku paket tersebut harus
dikembalikan setelah pelajaran selesai. Selain itu, guru memiliki
buku pendukung seperti LKS. Guru menganjurkan setiap siswa
memiliki LKS tersebut. Dalam pengamatan observer selama
kegiatan KBM pembelajaran berjalan lancar, namun terkesan
monoton hal ini disebabnkan inovasi dan kreativitas guru kurang
berkembang ini dampak dari penggunaan RPP yang bukan
buatan sendiri sehingga alur pembelajaran menjadi kurang
berkembang.
g. Sarana Pembelajaran
Pada dasarnya di setiap sekolah telah memiliki sarana
pembelajaran yang memadai namun belum semua guru mau
memanfaatkan alat-alat peraga yang telah ada, alat peraga
20
sebagai sarana penunjang keberhasilan KBM kurang
difungsikan dengan baik.
3. KegiatanPenutup
Pada kegiatan penutup guru memberikan tugas rumah kepada siswa
dan telah memberikan arahan kegiatan tugas sebagi tidak lanjut dari
pembejalaran setelah sebelumnya guru membahas materi secara bersama-
sama dengan siswa-siswi yang ada dikelas.
21
Memulai pelajaran pada hari itu benar-benar sangat kacau.
Sehingga ketika memasuki pelajaran baru yaitu “Proklamasi
kemerdekaan Indonesia”. Mendengarnya kita pasti langsung tahu kalau
itu adalah pelajaran yang berhubungan dengan Sejarah. Namun yang
kami heran adalah yang dibahas selama 3 jam pelajaran IPS itu adalah
mengenai tokoh-tokoh sejarah agama Budha. Kelompok kami
mewawancarai 8 dari 26 anak di kelas. Waktu itu kami ingin
menanyakan mengenai apakah mereka telah mempelajari tokoh-tokoh
agama Hindu di pertemuan sebelumnya, namun mereka secara lantang
mereka menjawab tidak pernah, pantas saja sejak awal ibu guru mereka
tidak memancing mereka dengan pertanyaan-pertanyaan Sejarah yang
berkaitan.
Sampailah kita pada saat ibu guru menyampaikan tujuan
pembelajaran. Pada saat itu tujuan pembelajarannya adalah
“menceritakan proklamasi kemerdekaan Indonesia”. Pembelajaran
dimulai dengan berbagai pembahasan materi.
b. Situasi dan Kondisi Kelas
Situasi dan kondisi pada saat itu kurang lebih kurang baik. Karena
hari Jumat, paginya ada senam bersama. Sebagian anak agak terlihat
sedikit lelah. Belum lagi pembelajaran IPS yang bagi sebagian anak
memang agak membosankan. IPS dinilai tidak lagi menjadi pelajaran
yang menyenangkan. Karena terkesan monoton dan hanya semata-mata
hafalan, padahal perlu juga memahaminya.
c. Kegiatan Inti
1) Membaca dalam hati.
Aktivitas membaca dalam hati bisa dibilang kurang efektif
juga. Karena dalam keadaan yang bosan, membaca dalam hati
sama sekali tidak menarik. Tidak ada salahnya sebenarnya bagi Ibu
guru untuk membacakannya secara nyaring dan menguji kembali
pengetahuan siswa dengan tanya jawab. Tokoh-tokoh proklamasi
kemerdekaan Indonesia seperti Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dll.
22
2) Model dan Metode Pembelajaran yang digunakan
Model pembelajaran yang digunakan adalah model
perseorangan. Hal ini sangat bertentangan dengan yang tertulis di
RPP yaitu model pembelajaran cooperative learning dan diskusi
kelompok, karena sama sekali tidak terlihat seperti itu. Metode
pembelajaran juga bukan diskusi kelompok melainkan hanya
menceritakan kembali setelah membaca dalam hati.
3) Proses Penguatan
Proses ini sangat erat kaitannya dengan model dan metode
pembelajaran. Proses pembelajaran berlangsung cukup baik
walaupun masih banyak kekurangan disana-sini. Banyak anak-anak
yang masih merasa malu dan takut untuk menceritakan kembali
tokoh-tokoh sejarah diatas karena mungkin tidak mengusai materi
dan guru tidak segera mengadakan sesi tanya-jawab lisan, sehingga
mungkin sedikit sekali pengetahuan yang terserap oleh anak.
Adapun beberapa anak yang maju ke depan dan bersedia
menceritakan kembali, rata-rata bersuara sangat kecil, mungkin
takut salah atau ada apalah. Maka saat itu bagi guru untuk
melakukan PENGUATAN, baik secara verbal maupun nonverbal.
Bisa berupa pujian atau sentuhan dan hadiah.
d. Penutup
Untuk menutup pelajaran, guru mengadakan tanya jawab kembali
tentang soal-soal evaluasi yang telah diujikan serta memeriksanya.
Guru memberikan satu persatu pertanyaan secara lisan, kemudian
sebagai umpan balik, anak-anak menjawab secara serentak.
Permasalahnya adalah guru tidak menunjuk secara spesifik siapa anak
yang akan menjawab pertanyaan yang diberikan.
3. Evaluasi
Jenis tes yang digunakan adalah tes formatif. Evaluasi hasil belajar
siswa pun diukur dengan tes isian terdiri dari 4 nomor. Sebenarnya tes ini
tidak mengukur kemampuan anak. Disebabkan karena soalnya cukup
mudah. Hal ini juga tidak dapat dinilai mencapai tujuan pembelajaran
23
“menceritakan proklamasi kemerdekaan Indonesia” karena tahap ini
sebenarnya yang ditonjolkan adalah keterampilan bercerita itu sendiri. Pada
tahap ini juga apabila memang sesuai dengan RPP seharusnya membahas
hasil diskusi bersama-sama. Namun ternyata tidak begitu adanya. Bahkan
banyak anak yang sepertinya belum terlalu mengerti.
24
Pembelajaran efektif ditandai oleh sifatnya yang menekankan pada
pemberdayaan peserta didik secara aktif dan interaktif. Pembelajaran bukan
sekedar mengingat dan recall, bukan pula sekedar penekanan pada
penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan, tetapi lebih
menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga
tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta
dipraktikkan dalam kehidupan oleh peserta didik.
Perencanaan pembelajaran yang baik tidak dengan sendirinya
menjadikan pembelajaran efektif karena ditentukan pula oleh berbagai
faktor yang saling berpengaruh satu sama lain. Meskipun demikian,
pembelajaran efektif tidak akan pernah terwujud tanpa rencana pelaksanaan
pembelajaran yang baik. Oleh karena itu, sebagai guru yang profesional
wajib membuat dan mengembangkan RPP dengan baik, sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta wajib pula
mempedomaninya dalam pembelajaran. Hal ini perlu ditekankan karena
banyak guru yang membuat RPP hanya untuk kepentingan administratif,
dan tidak dijadikan pedoman dalam pembelajaran sehingga tidak
memberikan dampak bagi peserta didik.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru agar pembelajaran
dapat dilakukan secara efektif, yaitu:
a. Memulai Pembelajaran
Memulai pembelajaran merupakan kegiatan awal yang
harus dilakukan guru sebelum melakukan pembelajaran yang
sebenarnya. Memulai pembelajaran merupakan suatu kegiatan
untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian
peserta didik secara optimal agar mereka memusatkan diri
sepenuhnya untuk belajar.
Dalam implementasi KTSP banyak cara yang dapat
dilakukan guru untuk memulai atau membuka pembelajaran,
antara lain melalui pembinaan keakraban dan pre-test.
25
1) Pembinaan Keakraban
Pembinaan keakraban merupakan upaya yang
harus dilakukan guru untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif dan mempersiapkan
peserta didik memasuki proses pembelajaran. Suasana
yang akrab akan menumbuhkan hubungan yang
harmonis antara guru dengan peserta didik, dan antara
peserta dengan peserta didik. Dalam pembinaan
keakraban ini sebaiknya guru memperhatikan
perbedaan individual dan karakteristik peserta didik.
2) Pre-test (Tes Awal)
Setelah pembinaan keakraban, kegiatan
dilanjutkan dengan tes awal. Tes awal adalah tes yang
dilaksankan sebelum kegiatan pembelajaran dan
pembentukkan kompetensi dimulai, sebagai penelaahan
terhadap kemampuan peserta didik terhadap
pembelajaran yang akan dilaksankan.
b. Membentuk Kompetensi dan Karakter
Membentuk kompetensi dan karakter peserta didik
merupakan kegiatan inti pembelajaran, antara lain mencakup
penyampaian informasi tentang materi pokok serta melakukan
tukar pengalaman dan pendapat dalam memecahkan masalah
yang dihadapi bersama. Pembentukan kompetensi dan karakter
peserta didik perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan.
Hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru
dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Pembentukan
kompetensi dan karakter dikatakan efektif jika seluruh peserta
didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya.
Pembentukan kompetensi ini ditandai dengan
keikutsertaan peserta didik dalam pengelolaan pembelajaran,
berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab mereka dalam
pembelajaran. Tugas peserta didik adalah belajar, sedangkan
26
tanggung jawabnya mencakup keterlibatan mereka dalam
membina dan mengembangkan kegiatan belajar yang telah
disepakati dan ditetapkan bersama dengan guru.
Membentuk kompetensi dan karakter peserta didik dapat
dilakukan sebagai berikut.
1) Doronglah peserta didik untuk menerapkan konsep,
pengertian, dan kompetensi yang dipelajarinya dalam
kehidupan sehari-hari;
2) Praktikkan pembelajaran secara langsung agar peserta
didik dapat membangun kompetensi dan karakter baru
dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian
yang dipelajari;
3) Gunakan metodologi yang paling tepat agar yerjadi
perubahan kompetensi dan karakter peserta didik.
3. Hal-hal Lain yang Harus Dilakukan.
Melengkapi uraian diatas, sedikitnya terdapat lima hal yang harus
diperhatika guru dalam pembelajaran agar mencapai hasil yang efektif dan
efisien, yaitu sebagai berikut.
a. Membangkitkan Motivasi
Cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
membangkitkan motivasi belajar peserta didik, antara lain
dengan membangkitkan rasa ingin tahu dan memperhatikan
minat belajar peserta didik.
b. Membangun Komunikasi yang Efektif dengan Peserta Didik
Perwujudan pembelajaran efektif akan memberikan
kesempatan kepada setiap peserta didik untuk berkomunikasi
secara efektif, baik dengan guru maupun sesama peserta didik.
Hal ini penting karena guru adalah seorang komunikator. Dia
akan menyampaikan rencana pembelajarannya kepada peserta
didik, kemudian mengatur mereka dalam kelasnya dari awal
sampai akhir pembelajaran, dan menyampaikan/menjelaskan
berbagai materi pembelajaran.
27
Oleh sebab itu, guru harus mengetahui teori-teori
komunikasi yang efektif agar dapat menyampaikan materi
dengan baik dan efektif kepada peserta didikdalam rangka
mencapai tujuan.
c. Mendisiplinkan Peserta Didik
Dalam pembelajaran, mendisiplinkan peserta didik harus
dilakukan dengan kasih sayang dan harus ditujukan untuk
membantu mereka menemukan jati diri, mengatasi, mencegah
timbulnya masalah disiplin, dan berusaha menciptakan situasi
yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga
mereka menaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Dalam
rangka mendisiplinkan peserta didik guru harus mampu menjadi
pembimbing, contoh atau teladan, pengawas, dan pengendali
seluruh perilaku peserta didik.
Sebagai pembimbing, guru harus berupaya untuk
membimbing untuk mengarahkan perilaku peserta didik ke arah
yang positif dan menunjang pembelajaran. Sebagai contoh atau
teladan, guru harus memperlihatkan perilaku disiplin yng baik
kepada peserta didik. Sebagai pengawas, guru harus senatiasa
mengawasi seluruh perilaku peserta didik, terutama pada saat
jam efektif sekolah, sehingga jika terdapat pelanggaran dapat
langsung diatasi. Sebagai pengendali, guru harus mampu
mengendalikan seluruh perilaku peserta didik di sekolah. Dalam
hal ini guru harus mampu secara efektif menggunakan alat
pendidikan secara tepat waktu dan tepat sasaran, baik dalam
memberikan hadiah maupun hukuman bagi peserta didik.
d. Mengembangkan Strategi Pembelajaran yang Efektif
Pengembangan strategi pembelajaran yang efektif
diperluakn sesuai dengan tuntutan era reformasi menuju kualitas
masyarakat yang memiliki daya saing global, yang memerlukan
pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan
kemampuan memcahkan masalah. Oleh sebab itu, peserta didik
28
harus dilatih berpikir kritis dan kreatif dengan strategi
pembelajaran yang mendukung kreativitas peserta didik.
e. Mengembangkan Manajemen Kelas yang Kondusif
Manajemen kelas yang kondusif meruapakan keterampilan
yang harus dimiliki guru untuk menciptakan iklim pembelajaran
yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan
dalam pembelajara. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan
dalam manajemen kelas adalah kehangatan dan keantusiasan,
tantangan, bervariasi, luwes, penekanan pada hal-hal positif, dan
penanaman disiplin diri. Dalam pada itu, guru juga harus
mampu menjaga dan mengantisipasi berbagai kemungkinan
gangguan kelas oleh peserta didik sendiri.
Manajemen kelas jika dilakukan secara efektif dapat
memberikan hasil yang memuaskan, bahkan dapat mengurangi
berbagai permasalahan yang sering dihadapi oleh peserta didik.
4. Bagaimana Mengakhiri Pembelajaran?
Dalam mengakhiri pembelajaran, guru harus berupaya untuk
mengetahui pembentukan kompetensi dan pencapaian tujuan pembalajaran,
serta pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari,
sekaligus menutup seluruh kegiatan pembelajaran. Untuk kepentingan
tersebut, guru dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
a. Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.
b. Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat
pencapaian tujuan dan keefektifan pembelajaran yang telah
dilaksankan.
c. Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari
dan tugas-tugas yang harus dikerjakan sesuai dengan pokok
bahasan yang telah dipelajari.
d. Memberikan post-test baik secara lisan, tulisan, maupun
perbuatan.
29
Dalam mengakhiri pembelajaran, sedikitnya ada dua hal yang tidak
boleh dilupakan guru yakni melakukan evaluasi hasil belajar serta memberi
umpan balik dan penguatan.
a. Melakukan Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar secara teratur bukan hanya ditujukan
untuk mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta
didik, tetapi yang terpenting adalah memanfaatkan hasilnya
untuk memperbaiki dan menyempurnakan pembelajaran. Sistem
evaluasi harus memberikan umpan balik kepada guru untuk
terus-menerus meningkatkan kemampuan setiap peserta didik.
Oleh karena itu, fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam
rangka meningkatkan mutu peserta didik dan mutu sekolah
secara keseluruhan.
Instrumen evaluasi hasil belajar yang dikembangkan harus
mencakup kepribadian peserta didik secara utuh yang mencakup
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian,
standar tes harus diorientasikan pada indikator kompetensi yang
hendak dicapai dari proses pembelajaran yang mengarah kepada
ketiga ranah tersebut. Meskipun terkadang instrumen tes hanya
terbatas untuk indikator kognitif, untuk melakukan evaluasi pada
aspek yang lain dapat menggunakan instrumen non-tes, seperti
skala sikap, dan portofolio.
b. Memberi Umpan Balik dan Penguatan
Umpan balik (feedback) dab penguatan (reinforcement)
merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat
meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku
tersebut. Umpan balik dan penguatan dapat dilakukan secara
verbal dan nonverbal dengan prinsip kehangatan, keantusiasan,
kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respon yang
negatif.
Umpan balik dan penguatan bertujuan untuk (1)
meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran; (2)
30
merangsang dan meningkatkan motivasi belajar; (3) me-
ningkatkan kegiatan belajar, dan (4) membina perilaku yang
produktif. Umpan balik dan penguatan dapat ditujuka kepada
pribadi atau kelompok tertentu, dan kepada kelas secara
keseluruhan yang pada pelaksanaannya harus dilakukan dengan
segera dan bervariasi.
5. Tambahan
Sebagai bahan refleksi dari kegiatan belajar belajar mengajar guru
mata pelajaran IPS kelas IV SDN 1 Tanggulangin yang belum membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kami pengamat telah
menyiapkan RPP dengan beberapa langkah-langkah pembelajaran dan
diakhiri dengan kegiatan evaluasi (lampiran 4)
31
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan deskripsi proses pembelajaran IPS di
SDN 1 Tanggulangin Kelas IV dan V dapat disimpulan bahwa guru belum
sepenuhnya menguasai teori-teori di dalam pembelajaran, apalagi
menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar. Guru cenderung masih
menggunakan cara lama untuk menyajikan materi pembelajaran kepada peserta
didik, seperti belum ada perencanaan yang matang, dalam hal ini tidak semua
guru menyiapkan RPP, metode yang digunankan belum bervariasi, masih
terpaku pada ceramah dan tanya jawab, guru juga belum sepenuhnya
melakukan sintak atau langkah-langkah model pembelajaran yang digunakan,
serta belum ada pengembangan alat penilaian, dikarenakan evaluasi yang
digunakan cenderung masih pada indikator ranah kognitif.
Namun, dari segi penguasaan materi, guru terlihat sangat menguasai
materi pelajaran. Hal ini dikarenakan guru sudah berkali-kali menyampaikan
materi tersebut kepada peserta didik di tahun-tahun pelajaran sebelumnya. Sisi
lain yang dapat diamati adalah kemampuan menyajikan materi secara
sistematis (mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak). Hal ini memudahkan
peserta didik untuk mengembangkan arah kognitifnya untuk memahami sebuah
pengertian mengenai pokok pembahasan hingga dapat dipahami konsep yang
terdapat dalam pokok bahasan yang disampaikan untuk mencapai pada
kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Guru yang sudah menyiapkan RPP pun tidak secara penuh mengikuti
atau berpedoman pada RPP tersebut, dapat dikatakan bahwa guru membuat
RPP hanya untuk kepentingan administratif.Guru juga belum memanfatkan
berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik
tentang kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran
selanjutnya.
Aplikasi teori-teori pembelajaran bertujuan untuk mencapai keberhasilan,
efektivitas, dan efisiensi dalam pembelajaran yang dilangsungkan di kelas.
32
Kenyataan bahwa pemahaman mengenai teori pembelajaran di kalangan
peserta didik memang masih menjadi hal yang belum umum dalam
penyelenggaraan pembelajaran di sekolah-sekolah, tidak berarti bahwa selama
ini praktek pembelajaran tidak tercakup dalam teori pembelajaran. Sebenarnya
pendidik telah mengaplikasikan teori-teori tersebut dalam pembelajaran yang
diampunya.
B. Implikasi
Pelaksanaan observasi tersebut telah menambah wawasan kelompok
observer mengenai pelaksanaan pembelajaran IPS di SD terkait dengan
aplikasi teori pembelajaran. Penyusunan laporan observasi ini diharapkan
mampu memberikan pengaruh positif bagi banyak pihak. Selain itu diharapkan
pula agar pendidik menunjukkan performa yang mantap dan penyelenggaraan
pembelajaran yang optimal agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Optimalisasi dalam persiapan hingga penilaian pembelajaran harus
direncanakan terlebih dahulu, sehingga pembelajaran yang dilakukan memiliki
arahan dan pedoman yang jelas. Mempelajari teori pembelajaran tidak cukup
dengan menguasai konsep-konsepnya saja secara teoritis, tetapi praktek untuk
mengaplikasikan teori belajar dalam pembelajaran yang diampu, akan
memberikan pengaruh positif dalam pelaksanaan pembelajaran.
C. Saran
Setiap pendidik agar senantiasa melakukan personal – quality control
untuk menjamin mutu pengajaran dan pembelajaran sebagai bagian penting
kewajiban seorang guru. Penggunaan teori pembelajaran untuk diaplikasikan
dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas harus melihat pada
kondisi-kondisi tertentu, seperti peserta didik, materi pembelajaran, dan
lainnya. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran memberikan makna bagi
perubahan perilaku peserta didik. Pembelajaran yang bermakna adalah
pembelajaran yang tidak hanya meningkatkan kemapuan kognitif siswa, tetapi
juga mampu mendorong perkembangan afektif dan psikomotorik siswa.
33
DAFTAR PUSTAKA
√
15. Status Sekolah Negeri Swasta
16. Kelompok Sekolah Inti Model Imbas
Terbuka
17. Akreditasi :B
18. Kegiatan Belajar Mengajar Pagi Siang Pagi &
Siang
19. Bangunan Sekolah Milik Sendiri Bukan milik
sendiri
2
20. Luas Bangunan : 260 M
21. Jumlah siswa : 308
Lampiran 2
INSTRUMEN OBSERVASI
I. Standar Kompetensi
2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan
dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
II. Kompetensi Dasar
2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
III.TujuanPembelajaran**
Siswa dapat
Menghargaijasadanperanantokohperjuangandalammemproklamasikankem
erdekaan Indonesia
Karaktersiswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat
dan perhatian (respect), Tekun (
diligence ) , Jujur ( fairnes ) dan
Ketelitian ( carefulness)
IV. Materi Pokok
Proklamasi kemerdekaan Indonesia
V. Langkah-LangkahPembelajaran (Pertemuan12 – 14)
Pendahuluan
- Mengajak siswa bertanya jawab tentang tokoh atau pahlawan yang ada
pada gambar
- Menunjuk siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan
Kegiatan inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menyebutkan tokoh-tokoh dalammemproklamasikan kemerdekaan
Menugaskan siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi dua
tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan
Menceritakan jasa dan peranan tokoh dalam dalam
memprokiamasikan kemerdekaan
Mengajak siswa mencari jasa dan peranan tokoh dalam
memproklamasikan kemerdekaan
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Menyimpulkan materi
Memberi motivasi
Mengadakan uji kompetensi
VI. Alat Dan Sumber Bahan
Alat : Gambar
Sumber : Buku IPS kelas V
Buku penunjang yang relevan
VII. Penilaian
Indikator
Teknik Bentuk
Pencapaian Instrumen/ Soal
Penilaian Instrumen
Kompetensi
Menyebutkan Tertulis Jawab Sebutkan tokoh dalam
tokoh dalam Singkat memproklamasikan
memproklamasika kemerdekaan
n kemerdekaan
Menceritakan jasa
dan peranan tokoh
dalam
memprokmasikan
kemerdekaan
Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1. Pengetahuan * Pengetahuan 4
* kadang-kadang Pengetahuan 2
* tidak Pengetahuan 1
2. Sikap * Sikap 4
* kadang-kadang Sikap 2
* tidak Sikap 1
Sekolah :
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas I Semester : IV/II
Alokasi Waktu :
I. Standar Kompetensi
2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten I kota dan provinsi
III.TujuanPembelajaran**
Siswa dapat Mengenal perkembangan teknologi produksi komunikasi dan
transportasi serta pengalaman menggunakannya