Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

PERKEMBANGAN ISLAM DI PRANCIS

OLEH :

1. Siti Silviani

2. Ilmi Aliyah

3. Cepi Septian

MADRASAH ALIYAH NEGERI 4 BOGOR

2021

Alamat : Jln. Raya Stasiun, Cisalada,

Cigombong, Bogor, Jawa Barat


KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul "Perkembangan Islam Di Prancis ". Makalah ini dibuat
dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam yang dibimbing oleh
Ibu Hesti.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi yang membaca dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Masuknya Islam Di Prancis...............................................................................5

2.2 Jumlah Komunitas Muslim...............................................................................6

2.3 Aktifitas Sosial...................................................................................................7

2.4 Hambatan yang di hadapi Islam di Prancis.....................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................9
BAB I

PENADAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kajian sosiologi dan demografis menyatakan bahwa, Eropa tidak bersentuhan dengan Islam kecuali
hanya baru-baru ini saja. Akan tetapi Islam sesungguhnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Eropa.
Eropa dan dunia Islam telah saling berhubungan dekat selama berabad-abad.Islam hadir di benua Eropa
sejak pertama kali Islam datang melalui perdagangan dan diplomasi. Sejarah kedatangan kaum muslimin
ini dapat ditelusuri dalam empat fase, yaitu; periode pertama, periode kekhalifaan Islam di Spanyol,
pulau Mediterrania, kantong-kantong kecil di Prancis Selatan, Sicilia, dan Italia Selatan, periode ini
berakhir dengan dikalahkannya bangsa norman di Sicilia dan Italia Selatan pada abad ke 11 serta
tuntasnya penaklukan kembali Spanyol dengan direbutnya Granada oleh penguasa Kristen pada tahun
1492. Yang ditinggalkan dari masa tersebut adalah khazanah intelektual dan kultural Eropa. Periode
kedua berkaitan dengan penyerbuan tentara Mongol paa abad ke 13. Setelah pertemuan dengan kaum
muslimin berlangsung, beberapa generasi penguasa Mongol masuk Islam. Periode ketiga adalah periode
ekspansi kekhalifahan Turki Usmani ke wilayah Balkan dan Eropa tengah pada abad ke 14 dan ke 15.
Salah satu peninggalan yang terbesar adalah orang Turki yang hingga saat ini masih aktif dalam
melakukan Islamisasi baik bagi penduduk wilayah tersebut, hingga Albania menjadi negara dan
penduduk mayoritas muslim hingga saat ini dan beberapa kelompok etnis Slavia, Bosnia Hercegovina,
dan beberapa bagian negara Bulgaria. Periode keempat adalah periode kedatangan kaum muslimin di
Eropa Barat. Periode ini merupakan migrasi kaum muslimin dalam jumlah besar terutama ke Prancis,
Jerman , Inggris setelah perang dunia kedua. Inilah kemudian yang disebut dengan komunitas muslim
baru di Eropa.

Komunitas-komunitas muslim yang sekarang hidup di Eropa dapat dibagi dalam dua kategori.
Pertama, Komunitas yang bertahan hidup dengan kejatuhan imperium Usmani, terkonsentrasi di Eropa
Timur. Kedua, komunitas yang berimigrasi karena kolonisasi Eropa masa lalu di negeri-negeri muslim,
terkonsentrasi di Eropa Barat.

Salah satu negara besar Eropa yang mengalami kemajuan dalam perkembangan Islam dewasa ini
adalah Prancis. Lalu kapan Islam masuk ke Prancis dan bagaimana perkembangannya? Makalah ini
menjawab pertanyaan tersebut dengan menyajikan data masuk dan perkembangan Islam di Prancis.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah pokok yang dibahas dalam makalah ini adalah “
Bagaimana perkembangan Islam di Prancis”?. Dengan sub-sub masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Islam masuk ke Prancis?

2. Bagaimana perkembangan Islam di Prancis?

3. Hambata-hambatan apa saja yang dihadapi Islam di Prancis?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Masuknya Islam di Prancis

Perkenalan Prancis dengan Islam sudah berlangsung lama, pada abad X Islam mencoba
memperluas daerah kekuasaannya, tetapi gagal sebab di abad pertengahan ini, Islam sibuk
menghadapi perang salib dan akhirnya mereka meninggalkan Prancis. Demikian pula Prancis
pernah menjajah negeri-negeri Islam seperti Aljazair, Maroko, Tunisia, Senegal, Mali dan
libanon. Bahkan Prancis pernah menjadikan Aljazair sebagai salah satu provinsinyaprovinsinya.
Selanjutnya bangsa Prancis pernah menginjakkan kakinya di Mesir di saat Napoleon
menaklukan Mesir pada tahun 1798. Penaklukan ini sudah lama diinginkan oleh Raja Louis XIV
untuk memudahkan jalur perdagangan melalui Laut Merah dan Laut Tengah menuju ke Timur
dan ke IndiaIndia.

Masuknya Islam di Prancis ini menjadi signifikan bersamaan dengan kolonialisasi Prancis di
Afrika Utara yang dimulai ada tahun 1830.Para pedagang dikenal dengan istilah turcos datang
dari Aljazair setelah tahun 1850, menyusul kemudian imigran Maroko yang bekerja di dermaga
Merseilles, kontruksi pembangunan kota Paris dan di sektor pertambangan di Prancis bagian
selatan. Sesudah perang dunia I, Prancis sangat kekurangan tenaga kerja dan untuk mengejar
kekurangan ini imigrasi orang-orang Aljazair pun didorong. Pada tahun 1924 penduduk muslim
mencapai 120.000 orang. Imigrasi muslim ke Prancis ada kecenderungan naik setelah perang
dunia II, dengan penduduk muslim mencapai 240.000 pada tahun 1950.

Pada awal abad XX, gelombang pekerja berdatangan lagi ke Prancis, utamanya setelah Aljazair
merdeka tahun 1962. Pekerja itu terdiri atas warga Aljazair, Maroko, dan Tunisia. Pada tahun
1974 pemerintah Prancis mengeluarkan deregulasi tentang bolehnya membawa istri dan
keluarga bagi para pekerja tersebut.Seiring dengan perkembangan waktu, jumlah orang-orang
Islam bertambah dan semakin plural. Hal ini ditandai dengan hadirnya pendatang Turki, Afrika
(Senegal, Mali, Mauritania), Timur Tengah (Mesir, Siria, Iraq, Lebanon), Asia Barat dan Tengah
(Iran, Afganistan,Pakistan). Disamping pekerja, masuk pula para pelajar, intelektual, dan
professional muslim di Prancis ini yang menyebabkan Islam secara perlahan namun pasti
mengalami perkembangan dan pertambahan hingga Islam menjadi agama kedua di Prancis
setelah Kristen.

2.2 Jumlah komunitas Muslim

Jumlah kaum muslim di Prancis jika dihitung secara pasti memang agak sulit, tetapi
memperkirakannya sesuai dengan sensus boleh jadi dapat membantu memprediksi jumlah
masyarakat muslim.Secara umum komunitas muslim di Prancis terdiri atas empat unsur:

1. Orang asing yang berasal dari negara muslim yang sudah lama di Prancis. Pada sensus tahun
1990 dilaporkan berjumlah 614.207 (Aljazair), 575.652 (Maroko), 206.336 (Tunisia)197.712
(Turki).

2. Orang Aljazair yang berkebangsaan Prancis. Sejak Aljazair merdeka, sebagian mereka ada
yang pindah ke Prancis dan memilih menjadi warga negara Prancis. Menurut data yang ada,
mereka berjumlah kurang lebih 500.000 orang.

3. “Prancis Baru” yaitu muslim yang mendapatkan hak kewarganegaraan akibat kelahiran atau
naturalisasi. Mereka ini memiliki akses yang cukup luas untuk berkiprah di masyarakat Prancis.

4. Komunitas Prancis yang memeluk Islam. Komunitas ini memiliki peran penting yang
memberikan mediasi antara masyarakat muslim dengan masyarakat Prancis pada umumnya.
Mereka inilah yang secara nasional dan natural dianggap sebagai penduduk asli Prancis yang
mengetahui seluk beluk budaya dan peradaban masyarakat Prancis. Olehnya itu sangat wajar,
jika mereka menjadi penghubung utama antara masyarakat muslim dari berbagai etnis dengan
masyarakat Prancis pada umumnya. Menurut sensus tahun 1990, jumlah laki-laki muslim 60%
dibanding perempuan yang mencapai 40%. Akan tetapi menurut J.L.Esposito, angka ini
kemungkinan besar akan berubah mengingat banyaknya imigran perempuan Turki yang masuk
ke Prancis.

Pada tahun 2003, laporan intelejen Perancis menyebutkan sejumlah pemeluk Islam baru di
Perancis tahun itu mencapai jumlah 50 ribu orang. Disebutkan pula bahwa kebanyakan mereka
memeluk Islam atas upaya Jamaah Da’wah wa Tabligh yang berbasis di Pakistan dan
memusatkan banyak kegiatannya di ibukota Perancis, Paris. Dalam laporan intelejen yang
disebarkan oleh harian Le Figaro, disebutkan, “Fenomena pemeluk Islam menjadi perhatian di
Paris dan mengundang perhatian lebih serius”.
Gerakan pemelukan Islam banyak terjadi di sektor Aison, sebuah lokasi di Selatan Paris. Di
tempat itu saja disebutkan ada sekitar 1000 hingga 2000 orang Perancis yang memeluk Islam di
antara total penduduk 50 ribu orang Perancis yang tinggal di sana. Secara umum jumlah Muslim
di Perancis berjumlah 6 juta orang. Menurut laporan Islamic Center Eifrey, wilayah di Aison,
hampir setiap pekan ada dua sampai tiga orang yang masuk Islam. Dalam laporan itu juga
disebutkan bahwa kebanyakan orang Prancis yang memeluk Islam umumnya adalah orang-
orang yang tidak memiliki keyakinan agama sebelumnya, lalu mereka mendapatkan Islam yang
mengisi kekosongan rohani mereka. Di samping itu ada juga yang sebelumnya memiliki kaitan
dengan peradaban Kristen tapi kemudian mereka memeluk Islam.

Jamaah Dakwah wat Tabligh yang berbasis di Pakistan disebutkan cukup banyak berperan besar
menjadikan para pemuda perancis masuk Islam. Dijelaskan bahwa di Aison misalnya, ada
sekitar 400 orang anggota Jamaah Tabligh dan simpatisannya di sana. Merekalah yang
menyerukan berbagai siraman rohani sehingga diterima oleh para pemuda kampung.

Dalam praktek keagamaan sehari-hari, tampak pola keberagamaan menggunakan mazhab


sunni karena mayoritas mereka berasal dari Afrika Utara. Meski demikian, terdapat pula
akulturasi budaya dan pola keagamaan dari dunia Islam lainnya.

Wilayah-wilayah yang dihuni muslim tidaklah homogen di seluruh daerah-daerah utama


Prancis. Mereka menyebar keberbagai pelosok dan membaur dengan masyarakat Prancis. Pada
umumnya mereka sebagai pekerja kasar yang tinggal di daerah pusat industri kota Paris dan di
daerah selatan lembah Rhone serta di bagian Timur dan Barat.

Di samping itu perkembangan Islam secara kuantitas ini akan terus meningkat, mengingat Islam
akan terus dianut oleh mereka yang terlahir dari keturunan muslim yang secara konsisten
memegang teguh ajaran agamanya. Ajaran Islam yang begitu dikenal di permukaan antara lain
sholat, perayaan idul fitri/adha, puasa, khitan dan penguburan jenazah.

2.3 Aktifitas Sosial

Pada mulanya Islam di Prancis begitu identik dengan tempat kerja seperti pabrik dan asrama
serta tampak menjadi komunitas tidak menetap (berpindah-pindah) sesuai dengan situasi dan
kondisi. Akan tetapi sejak tahun 1974 ketika kebijakan reuninfikasi famili dikeluarkan
pemerintahan mereka tampak stabil dan eksistensi mereka begitu signifikan di berbagai sector
riil seperti proyek perumahan, sekolah dan penataan kota.Terlebih lagi bagi pekerja imigran,
keberadaan suami/istri dan anak-anak membuang ide mereka jauh-jauh untuk kembali ke
tanah kelahiran.

Hanya saja irama dan ritme kehidupan sehari-hari tanpa semakin kompetitif dan terkadang diisi
dengan konflik dalam masyarakat yang kurang begitu ramah menyambut kedatangan
mereka.Norma dan nilai kehidupan begitu sulit dimengerti di dalam populasi yang begitu ramah
meyambut keberadaan mereka. Norma dan nilai kehidupan begitu musykil (sulit dimengerti) di
dalam populasi yang begitu plural semacam ini. Identitas muslim sebagai identitas budaya
merupakan salah satu tumbuhnya sintemen tersebut.

Kondisi semacam ini berakhhir pada tahun1970-an dengan dibukanya sarana ibadah diberbagai
tempat seperti di pabrik Renaul Bilancourt, ditambah pula dengan adanya mogok kerja pekerja
yang dilakukan pada tahun 1982-1983, Islam kembali menjadi faktor yang diperhitungkan,
sebab mayoritas pekerja adalah muslim.

Pada saat yang bersamaan komunitas muslim juga berperan aktif dalam berbagai kegiatan
sektor termasuk sektor perdagangan.Komoditi berlabel halal tidak sulit ditemukan di toko-toko.
Sementara sarana ibadah semakin bertambah. Penelitian resmi menyebutkan ada 1.035 sarana
ibadah menjelang tahun 1989, sementara tahu 1983 hanya mencapai 255 buah. Itu berarti ada
penambahan sebanyak 780 buah sarana ibadah dalam rentang waktu 6 tahun. Di samping itu
bukan pemandangan yang asing lagi bila di jalan ditemukan wanita yang berjilbab.

2.4 Hambatan yang di hadapi Islam di Prancis

Meski Islam berkembang pesat di Prancis , bukan berarti Islam tidak mengalami hambatan.
Pluralitas masyarakat, faktor sintimen ekonomi, social, ras dan juga agama memicuh terjadinya
kecemburuan (konflik) di tengah-tengah masyarakat.Problem yang tak kalah seriusnya adalah
soal identitas keislaman. Prancis yang menganut sistem sekuler (pemisahan agama dan negara),
tentu menghadapi kendala-kendala tertentu bagi hak-hak keberagamaan para muslim. Soal
persediaan makanan halal misalnya, atau hak mengenakan jilbab bagi muslimah di ruang-ruang
publik, termasuk di sekolah, kerap mewarnai tarik ulur ketegangan antara komunitas muslim
dengan pemerintah.

Menteri Dalam Nageri Prancis sebelum Sarkozy, Charles Pasqua, pernah bersumpah akan
menyapu bersih kaum fundamentalis Islam” dari negerinya. Menurutnya, Prancis adalah negara
sekuler. Karenanya semua muslim Prancis harus menyesuaikan diri dengan keadaan misalnya
berpakaian ala eropa.

Selain itu Pasqua juga tak menghendaki pelajaran Agama Islam diajarkan di sekolah. Beberapa
buku Islam yang selama ini dipakai dinyatakan terlarang. Dengan dalih melanggar hokum,
Pasqua juga melarang dibukanya beberapa madrasah yang mempelajari al-Qur’an. Kepada
warga non Muslim, ia menyeruhkan agar waspada akan segala hal yang berbau Islam seperti
jilbab.

Pasqua gencar melakukan kampanye “pengosongan kaum imigran”. Ia berdalih, Prancis tidak
lama lagi akan menjadi “Negara Imigran”. Kecemasan pasqua dan kalangan pemerintah Prancis
itu antara lain karena agama atau nilai-nilai Islam yang dianut para imigran ketika di negeri
asalnya, tetap dipertahankan dalam kehidupannya di Prancis, sehingga turut berperan besar
dalam penyebaran Islam di Negara itu apalagi umat Islam tanpa berupaya eksis dan
menunjukkan keislamannya, tanpa harus larut dalam budaya Prancis (Barat). Tak heran jika
Charles Pasqua berteriak ketakutan: “ Kami ingin Islam mau mengikuti aturan main yang
berlaku di Prancis.

”Kondisi ini diperparah lagi setelah terjadinya serangan 11 September 2001 yang
menghancurkan gedung Word Trade Center (WTC) di Amerika. Islam tertuduh sebagai agama
teroris”.

Menurut laporan kepolisian Prancis, pada tanggal 7 April 2004, mesjid agung di Strasburg
dibakar dan dindingnya digambari salib. Polisi mensinyalir kelompok Kristen yang menjadi actor
intelektuanya.Pada April 2003 lalu, muslim Prancis membentuk sebuah lembaga bernama
French Council for the Muslim Religion atau dewan Nasional Muslim Prancis yang dipimpin
Imam Masjid Paris, Dalil Boubakeur, asal Aljazair yang bermukim di Paris. Kalangan politisi dan
pejabat Prancis sudah lama merasa cemas akan perkembangan Islam yang kian hari kian banyak
jumlah pemeluknya. Ditambah keberanian berekspresi seperti memakai jilbab, perkembangan
itu menimbul kekhawatiran, Prancis akan menjadi kloni Islam atau Negara Imigran
Muslim”.Perkembangan Islam di Prancis meningkat seirama dengan meningkatnya
kekhawatiran pemerintah Prancis.Karena itu seorang pemimpin partai Nasional Prancis, Bruno
Meqret, melontarkan sinyalemen tentang apa yang disebut “koloni Islam atas Prancis”.Merget
mengecam adanya pertumbuhan kekuatan Islam di negerinya.Namun berbeda dengan Pasqua,
presiden Nicolas Sarkozy, ketika hadir dalam buka puasa bersama warga Muslim di Masjid Raya
di Paris dan melakukan dialog dengan para ulama Muslim di negeri itu. Pada kesempatan itu,
Sarkozy menyatakan bersumpah akan melindungi hak-hak warga Muslim Prancis.”Saya akan
berada di sisi kalian semua untuk membela hak-hak kalian. Saya juga minta kalian berada di
pihak saya dengan menjalankan tugas-tugas kalian, ” kata Sarkozy, Ia mengungkapkan bahwa
ada beberapa orang di pemerintahannya yang juga menjalankan ibadah puasa. “Ini
menunjukkan bahwa dari lapisan atas sampai lapisan bawah masyarakat, Islam merupakan
bagian integral dari negeri ini, ” tukas Sarkozy.

“Mungkin akan banyak yang menentang hal ini, tapi Islam juga Prancis, ” sambungnya.Namun
Sarkozy juga meminta agar semua warga negara menghormati nilai-nilai yang berlaku di
Prancis, misalnya pemisahan antara gereja dan negara. Ia juga menyatakan mengecam pihak
yang menggunakan nama Islam dalam melakukan tindakan kekerasan.

Ia melanjutkan, “Saya tidak pernah mengkhianati komitmen saya untuk memberikan dukungan
penuh pada Islam di Prancis dan untuk melawan ekstrimisme dengan seluruh kekuatan saya.
Dua hal ini berjalan beriringan.
“Ada kelompok ekstrimis yang ingin mengakhiri kedamaian di negeri ini. Mereka yang
membunuh dengan mengatasnamakan Islam dan ingin mendorong dunia ke dalam perang
agama secara global telah memperburuk citra Islam, ” tandasnya.

Dari pernyataan presiden Sarkozy tersebut nampak bahwa umat Islam di Prancis harus
menyesuaikan keislamannya dengan kondisi sekularis Prancis, jika tidak, mereka tetap dianggap
musuh dan bukan warga Prancis.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari uraian tersebut sebagai berikut:

1.Jumlah muslim di Prancis dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, sampai sekarang
jumlah muslim di Prancis Kurang lebih 6 juta jiwa. Ini berarti perkembangan Islam di Prancis
mengalami kemajuan.

2. Tantangan utama masyarakat Islam Prancis adalah sekularisme, meski oleh sebagian
kalangan persoalan ini di sisi lain juga memberi efek yang positif.

Anda mungkin juga menyukai