Disusun Oleh:
XII TKJ 2
NURFADHILA
DWI MUTIAH WATI
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang Peradaban
Islam di Prancis.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang Peradaban Islam di Prancis ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca..
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut buku The New Cambridge History of Islam, pertama kali Islam merambah ke
wilayah Perancis terjadi pada tahun 721 M. Ketika itu, pasukan Islam berhasil menyerang
Kota Toulouse, dan juga berhasil merebut Autun dan Poitiers. Namun, pasukan muslim
berhasil dikalahkan oleh pasukan Karel Martel pada tahun 732 M. Kekalahan tersebut dinilai
oleh para sejarawan sebagai penghambat utam perluasan kekuasaan Islam di Eropa. Dimana
pada masa itu, kekuasaan Dinasti Muawiyah sedang gencar-gencarnya melakukan perluasan
wilayah dunia Islam.
Setelah Perang Dunia Pertama, banyak buruh migran yang mencari penghidupan yang
lebih layak di Perancis. Mayoritas imigran berasal dari negara-negara Afrika Utara yang juga
merupakan protektorat Perancis, seperti Aljazair, Tunisia, serta Maroko. Jumlah yang paling
besar berasal dari Aljazair, pada tahun 1912, sekitar 4000 hingga 5000 pekerja di Perancis
berasal dari Aljazair, yang separuhnya bekerja di pabrik pengilangan minyak dan sejenisnya
di sekitar Kota Marseille. Eksodus besar-besaran penduduk Afrika Utara, khususnya Aljazair
ini terjadi akibat pemukiman di negeri mereka semakin terjepit oleh koloni Perancis yang
bermukim di daerah perkotaan, sehingga membuat mereka sulit mendapatkan penghasilan.
Selain itu, kebijakan kolonial Perancis juga mendukung mereka untuk bermigrasi dalam
bentuk izin tinggal dan penduduk Perancis.
Para imigran tiba pada awal abad ke-18 dan ke-19 karena proses industrialisasi. Hal ini
adalah dampak dari penurunan tingkat kelahiran yang mengakibatkan negara kekurangan
tenaga kerja. Perancis adalah pengecualian di Eropa Barat selama periode ini. Kebanyakan
negara industri lainnya, termasuk Jerman, memiliki tingkat kelahiran yang lebih tinggi dan
terutama negara-negara emigrasi. Kekurangan di pasar tenaga kerja Perancis dsemakin buruk
sebagai akibat dari penurunan populasi yang dibawa oleh perang 1870-1871 dan 1914-1918.
Untuk mengurangi ini, Perancis menmbuat perjanjian perekrutan tenaga kerja dengan Italia
(1904, 1906, 1919), Belgia (1906), Polandia (1906) dan Cekoslowakia (1920). Pada awal
tahun 1930-an, Perancis adalah negara yang paling penting kedua di dunia dalam hal
imigrasi setelah Amerika Serikat. Pada saat itu ada sekitar 2,7 juta imigran tinggal di
Perancis (6,6% dari total penduduk). Setelah Perang Dunia Kedua dan saat kemajuan
ekonomi dari tahun 1950-an dan 1960-an, Prancis sekali lagi merekrut (terutama laki-laki)
pekerja dari Italia, Portugal, Spanyol, Belgia, Jerman, Polandia dan Rusia. Pada saat yang
sama, imigrasi dari bekas koloni meningkat karena perang pembebasan dan proses
dekolonisasi. Sebagai hasil dari Perang Aljazair (1954-1962) dan selanjutnya kemerdekaan
Aljazair pada tahun 1962, sebagian besar pemukim Perancis dan Aljazair pro-Prancis pindah
ke Prancis.
1
Di antara faktor penyebab migrasi penduduk negara protektorat Perancis adalah karena
sulitnya hidup di tanah air sendiri dengan konflik yang terjadi dengan bangsa kolonial.
Selain itu, Perancis juga sangat membutuhkan pekerja-pekerja kasar yang tidak diisi oleh
tenaga kerja dari dalam negeri. Dengan demikian, dinamika yang terjadi di negara-negara
protektorat Perancis dalam aspek politik, sosial, dan ekonomi telah berdampak pada
pergerakan rakyat yang mulai terdesak oleh kolonialisme.
Pasca Perang Dunia Kedua, imigrasi warga Afrika Utara didominasi oleh penduduk
Aljazair. Pada tahun 1957, sekitar 190.000 imigran Aljazair menyeberangi Laut Mediterania,
kebanyakan dari mereka berasal dari daerah Tizi Ouzou, Setif, dan Constantine di timur laut
Aljazair. Bahkan pada dekade berikutnya jumlah mereka mencapai seperempat juta jiwa.
Pada akhir 1950-an, imigran yang tiba bukan hanya dari Aljazair, namu juga dari Tunisia
dan Maroko. Sehingga penduduk imigran di Perancis mencapai jumlah 48.000 pada tahun
1964.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Perkembangan Masjid dan Organisasi Islam di Prancis?
2. Bagaimanakah Pendidikan Islam di Prancis?
3. Seperti Apakah Keterlibatan Muslim dalam Masyarakat Prancis?
4. Apa Saja yang Menjadi Hambatan Ibadah Muslim Di Prancis?
C. Tujuan
1. Memahami Bagaimana Perkembangan Masjid dan Organisasi Islam di Prancis
2. Memahami Bagaimanakah Pendidikan Islam di Prancis
3. Memahami Seperti apa keterlibatan Muslim dalam Masyarakat Prancis
4. Memahami Apa Saja yang Menjadi Hambatan Ibadah Muslim Di Prancis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mengemuka di negara itu. Islam di Prancis bukan lagi agama yang di masa lalu bergerak secara
diam-diam.
Masjid pertama yang dibangun di Perancis adalah Masjid Paris yang dibangun pada tahun
1926. Istilah yang digunakan oleh pemerintah Perancis untuk mengidentifikasi tempat ibadah
umat Islam adalah mosquee, istilah lain juga menyebutkan salles de priere. Perancis tidak
melakukan sensus khusus untuk menghitung jumlah masjid saat ini, Penghitungan ini sifatnya
hanya perkiraan yang dilakukan oleh lembaga Legrain. Sementara itu, menurut survei yang
dilakukan kelompok Muslim Prancis, sampai tahun 2003, jumlah masjid di seantero Prancis
mencapai 1.554 buah. Mulai dari yang berupa ruangan sewaan di bawah tanah sampai gedung
yang dimiliki oleh warga Muslim dan dibangun di tempat-tempat umum.
Namun hingga saat ini, diperkirakan terdapat 1500 tempat ibadah umat Islam, meskipun
kebanyakan ukuran sangat kecil dan minim perlengkapan. Hal ini tentu sangat bertolakbelakang
dengan kebutuhan umat Islam akan tempat ibadah, terutama untuk ibadah sholat Jumat. Selain
itu, bukan hal yang mudah untuk membangun sebuah masjid di Perancis, selain proses
administrasi yang rumit, dari segi arsitektur pun harus diperhatikan agar sesuai dengan
infrastruktur kota. Hingga tahun 2010, diperkirakan jumlah muslim di Perancis telah mencapai
lebih dari empat juta jiwa.
B. Pendidikan
Pada tahun 1980, data statistik menunjukkan bahwa hampir sembilan persen anak-anak di
bawah usia 14 tahun adalah imigran. Data tersebut juga menunjukkan bahwa dua per tiga dari
mereka duduk di bangku taman kanak-kanak dan sekolah dasar.
Sementara itu, dengan semakin meningkatnya populasi muslim di Perancis, kebutuhan
akan tersedianya fasilitas pendidikan Islam pun makin bertambah. Menurut peraturan, sekolah
swasta tidak mendapat biaya operasional tahunan dari negara. Hambatan lainnya adalah, pada
tingkat sekolah dasar pelajaran agama belum mendapatkan tempat di dalam kurikulum sekolah.
Hal ini tentunya akan mempersulit anak-anak penduduk muslim untuk memeroleh pendidikan
agama secara komprehensif.
Selama beberapa tahun, sekolah swasta lebih sering disponsori oleh perusahaan-
perusahaan swasta yang peduli dengan pendidikan muslim. Hukum Negara mengatur hal ini
pada tahun 1959. Terdapat dua pilihan, yaitu kontrak sederhana dan juga kontrak asosiasi.
Pendidikan agama untuk komunitas muslim lebih signifikan dilaksanakan dalam keluarga,
masjid, atau pun organisasi muslim. Sektor pendidikan ini lebih mengutamakan terhadap belajar
mengajar al-Qur’an di luar jam sekolah reguler.
Awalnya, sebuah sekolah didirikan di Vitrerie, pinggiran selatan Paris. kurikulumnya
disesuaikan dengan kurikulum pendidikan nasional Prancis, namun ada tambahan pelajaran
khusus muatan lokal tentang keislaman, seperti bahasa Arab dan agama Islam. Education et
Savior adalah sekolah kedua yang dibuka di Paris setelah sekolah Reussite di pinggiran
4
Aubervilliers, utara Paris, dan yang keempat di Prancis. Dua sekolah swasta Islam lainnya
adalah Ibn Rushd di Kota Lille, utara Prancis, dan Al-Kindi di Kota Lyon.
5
menyediakan makanan halal. Dalam plesetan dari kata Perancis untuk Arab, ia dinamai
"Beurger King Muslim".
4. Hijab
Mengenakan jilbab (hijab) oleh perempuan di sekolah dasar memicu kontroversi
pada tahun 1989 di Creil. Situasi ini pada tahun 1994 mendapat perhatian pemerintah,
tetapi dalam setiap kasus, solusi yang dicapai melalui mediasi di tingkat lokal yang
diselenggarakan oleh Hanifa Cherifi, yang kini menjabat sebagai inspektur jenderal di
Departemen Pendidikan. Kasus pada tahun 1994 yang melibatkan 300 siswa dan mediasi
individu yang diperlukan dalam setiap kasus. Sebagian siswi setuju untuk melepas jilbab
mereka di dalam kelas daripada berada dalam konflik dengan polisi. Sementara itu, siswa
yang menolak untuk melepaskan jilbab, mereka memilih untuk bergabung dengan
sekolah swasta atau dalam home chooling.
6
BAB III
PENUTUP
Kasimpulan
7
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/11775638/Sejarah_dan_Perkembangan_Islam_di_Perancis