Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“PERADABAN ISLAM DI PERANCIS”

Disusun Oleh:

XII TKJ 2
NURFADHILA
DWI MUTIAH WATI

TEKNIK KOMPUTER DAN INFORMATIKA


TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

SMK NEGERI 2 MAJENE


2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang Peradaban
Islam di Prancis.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang Peradaban Islam di Prancis ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca..

Majene, 21 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................................... i


Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II Pembahasan............................................................................................................... 3
A. Perkembangan Masjid dan Organisasi Islam di Prancis...................................... 3
B. Pendidikan Islam di Prancis................................................................................. 3
C. Keterlibatan Muslim dalam Masyarakat Prancis................................................. 4
D. Hambatan Ibadah Muslim Di Prancis.................................................................. 5
BAB III Penutup ................................................................................................................... 7
Kesimpulan ................................................................................................................ 7
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menurut buku The New Cambridge History of Islam, pertama kali Islam merambah ke
wilayah Perancis terjadi pada tahun 721 M. Ketika itu, pasukan Islam berhasil menyerang
Kota Toulouse, dan juga berhasil merebut Autun dan Poitiers. Namun, pasukan muslim
berhasil dikalahkan oleh pasukan Karel Martel pada tahun 732 M. Kekalahan tersebut dinilai
oleh para sejarawan sebagai penghambat utam perluasan kekuasaan Islam di Eropa. Dimana
pada masa itu, kekuasaan Dinasti Muawiyah sedang gencar-gencarnya melakukan perluasan
wilayah dunia Islam.
Setelah Perang Dunia Pertama, banyak buruh migran yang mencari penghidupan yang
lebih layak di Perancis. Mayoritas imigran berasal dari negara-negara Afrika Utara yang juga
merupakan protektorat Perancis, seperti Aljazair, Tunisia, serta Maroko. Jumlah yang paling
besar berasal dari Aljazair, pada tahun 1912, sekitar 4000 hingga 5000 pekerja di Perancis
berasal dari Aljazair, yang separuhnya bekerja di pabrik pengilangan minyak dan sejenisnya
di sekitar Kota Marseille. Eksodus besar-besaran penduduk Afrika Utara, khususnya Aljazair
ini terjadi akibat pemukiman di negeri mereka semakin terjepit oleh koloni Perancis yang
bermukim di daerah perkotaan, sehingga membuat mereka sulit mendapatkan penghasilan.
Selain itu, kebijakan kolonial Perancis juga mendukung mereka untuk bermigrasi dalam
bentuk izin tinggal dan penduduk Perancis.
Para imigran tiba pada awal abad ke-18 dan ke-19 karena proses industrialisasi. Hal ini
adalah dampak dari penurunan tingkat kelahiran yang mengakibatkan negara kekurangan
tenaga kerja. Perancis adalah pengecualian di Eropa Barat selama periode ini. Kebanyakan
negara industri lainnya, termasuk Jerman, memiliki tingkat kelahiran yang lebih tinggi dan
terutama negara-negara emigrasi. Kekurangan di pasar tenaga kerja Perancis dsemakin buruk
sebagai akibat dari penurunan populasi yang dibawa oleh perang 1870-1871 dan 1914-1918.
Untuk mengurangi ini, Perancis menmbuat perjanjian perekrutan tenaga kerja dengan Italia
(1904, 1906, 1919), Belgia (1906), Polandia (1906) dan Cekoslowakia (1920). Pada awal
tahun 1930-an, Perancis adalah negara yang paling penting kedua di dunia dalam hal
imigrasi setelah Amerika Serikat. Pada saat itu ada sekitar 2,7 juta imigran tinggal di
Perancis (6,6% dari total penduduk). Setelah Perang Dunia Kedua dan saat kemajuan
ekonomi dari tahun 1950-an dan 1960-an, Prancis sekali lagi merekrut (terutama laki-laki)
pekerja dari Italia, Portugal, Spanyol, Belgia, Jerman, Polandia dan Rusia. Pada saat yang
sama, imigrasi dari bekas koloni meningkat karena perang pembebasan dan proses
dekolonisasi. Sebagai hasil dari Perang Aljazair (1954-1962) dan selanjutnya kemerdekaan
Aljazair pada tahun 1962, sebagian besar pemukim Perancis dan Aljazair pro-Prancis pindah
ke Prancis.

1
Di antara faktor penyebab migrasi penduduk negara protektorat Perancis adalah karena
sulitnya hidup di tanah air sendiri dengan konflik yang terjadi dengan bangsa kolonial.
Selain itu, Perancis juga sangat membutuhkan pekerja-pekerja kasar yang tidak diisi oleh
tenaga kerja dari dalam negeri. Dengan demikian, dinamika yang terjadi di negara-negara
protektorat Perancis dalam aspek politik, sosial, dan ekonomi telah berdampak pada
pergerakan rakyat yang mulai terdesak oleh kolonialisme.
Pasca Perang Dunia Kedua, imigrasi warga Afrika Utara didominasi oleh penduduk
Aljazair. Pada tahun 1957, sekitar 190.000 imigran Aljazair menyeberangi Laut Mediterania,
kebanyakan dari mereka berasal dari daerah Tizi Ouzou, Setif, dan Constantine di timur laut
Aljazair. Bahkan pada dekade berikutnya jumlah mereka mencapai seperempat juta jiwa.
Pada akhir 1950-an, imigran yang tiba bukan hanya dari Aljazair, namu juga dari Tunisia
dan Maroko. Sehingga penduduk imigran di Perancis mencapai jumlah 48.000 pada tahun
1964.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Perkembangan Masjid dan Organisasi Islam di Prancis?
2. Bagaimanakah Pendidikan Islam di Prancis?
3. Seperti Apakah Keterlibatan Muslim dalam Masyarakat Prancis?
4. Apa Saja yang Menjadi Hambatan Ibadah Muslim Di Prancis?

C. Tujuan
1. Memahami Bagaimana Perkembangan Masjid dan Organisasi Islam di Prancis
2. Memahami Bagaimanakah Pendidikan Islam di Prancis
3. Memahami Seperti apa keterlibatan Muslim dalam Masyarakat Prancis
4. Memahami Apa Saja yang Menjadi Hambatan Ibadah Muslim Di Prancis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masjid dan Organisasi Muslim


Posisi Islam sebagai komunitas agama Perancis telah dimuat dalam undang-undang pada 9
Desember tahun 1905. Dalam pasal pertama undang-undang tersebut berbunyi, “Negara
menjamin kebebasan kepercayaan”. Ini menjamin kebebasan dalam menjalankan ibadah, selama
tidak mengganggu kepentingan publik. Pasal dua undang-undang tersebut menyebutkan bahwa,
“Negara tidak memberikan pengakuan, memberikan gaji, atau menyediakan subsidi bagi agama
mana pun. Dengan demikian, karena Perancis menerapkan sekularisasi antara negara dan agama,
berbagai kegiatan keagamaan legal dilaksanakan, selama tidak mengganggu kepentingan publik.
Dalam hal ini, agama Islam yang berkembang di Perancis tidak mendapatkan pengakuan,
sebagaimana agama Kristen juga tidak diberikan fasilitas apa pun dalam gereja mau pun
kependetaan.
Terdapat kurang lebih 1500 organisasi muslim di Perancis, masing-masing organisasi
memiliki masjid tersendiri. Kecenderungan muslim Perancis adalah mereka berafiliasi kepada
kelompok etnis atau asal tanah air. Keadaan ini adalah dampak dari undang-undang nomor 4
tahun 1905 yang menjamin kebebasan berorganisasi. Undang-undang ini menjamin kebebasan
berorganisasi bagi seluruh penduduk Perancis, entah warga negara asli Perancis atau pun
penduduk asing. Dengan syarat harus terdaftar resmi dalam pemerintah. Kebebasan ini
berdampak pada menjamurnya jumlah organisasi yang didirikan oleh penduduk asing,
khususnya yang berlatarbelakang muslim.
Masjid pertama di Perancis adalah Grande Mosquée de Paris ("Masjid Raya Paris") adalah
sebuah masjid yang terletak di arondisemen Ve. Masjid ini didirikan setelah Perang Dunia I
sebagai tanda terima kasih Perancis kepada tirailleurs Muslim dari koloni yang turut berperang
melawan pasukan Jerman. Masjid ini dibangun mengikuti gaya mudejar. Menaranya memiliki
tinggi 33 meter. Masjid ini diresmikan oleh Presiden Gaston Doumergue pada tanggal 15 Juli
1926. Pada bulan September 1976, pemerintah mengeluarkan surat edaran melalui Sekretariat
Negara Pekerja Imigran yang berisi dukungan untuk meningkatkan kondisi sosial dan menjaga
akar dan identitas budaya para pekerja migran. Dengan adanya surat edaran ini, para buruh
migran mendapatkan bantuan keuangan yang diperuntukkan untuk berbagai tujuan. Dalam hal
ini, para imigran muslim memeroleh pengakuan dan bantuan keuangan dari pemerintah
Perancis. Mereka mungkin lupa bahwa Islam adalah sebuah unsur integral dari sebuah budaya.
Perkembangan Islam dan masjid di Prancis juga ditulis oleh seorang wartawan Prancis
yang juga pakar tentang Islam, Xavier Ternisien. Dalam buku terbarunya, Ternisien menulis, di
kawasan Saint Denis, sebelah utara Prancis, terdapat kurang lebih 97 masjid, sementara di
selatan Prancis sebanyak 73 masjid. Ternisien menambahkan, masjid-masjid yang banyak
berdiri di Prancis dengan kubah-kubahnya yang khas menunjukkan bahwa Islam kini makin

3
mengemuka di negara itu. Islam di Prancis bukan lagi agama yang di masa lalu bergerak secara
diam-diam.
Masjid pertama yang dibangun di Perancis adalah Masjid Paris yang dibangun pada tahun
1926. Istilah yang digunakan oleh pemerintah Perancis untuk mengidentifikasi tempat ibadah
umat Islam adalah mosquee, istilah lain juga menyebutkan salles de priere. Perancis tidak
melakukan sensus khusus untuk menghitung jumlah masjid saat ini, Penghitungan ini sifatnya
hanya perkiraan yang dilakukan oleh lembaga Legrain. Sementara itu, menurut survei yang
dilakukan kelompok Muslim Prancis, sampai tahun 2003, jumlah masjid di seantero Prancis
mencapai 1.554 buah. Mulai dari yang berupa ruangan sewaan di bawah tanah sampai gedung
yang dimiliki oleh warga Muslim dan dibangun di tempat-tempat umum.
Namun hingga saat ini, diperkirakan terdapat 1500 tempat ibadah umat Islam, meskipun
kebanyakan ukuran sangat kecil dan minim perlengkapan. Hal ini tentu sangat bertolakbelakang
dengan kebutuhan umat Islam akan tempat ibadah, terutama untuk ibadah sholat Jumat. Selain
itu, bukan hal yang mudah untuk membangun sebuah masjid di Perancis, selain proses
administrasi yang rumit, dari segi arsitektur pun harus diperhatikan agar sesuai dengan
infrastruktur kota. Hingga tahun 2010, diperkirakan jumlah muslim di Perancis telah mencapai
lebih dari empat juta jiwa.

B. Pendidikan
Pada tahun 1980, data statistik menunjukkan bahwa hampir sembilan persen anak-anak di
bawah usia 14 tahun adalah imigran. Data tersebut juga menunjukkan bahwa dua per tiga dari
mereka duduk di bangku taman kanak-kanak dan sekolah dasar.
Sementara itu, dengan semakin meningkatnya populasi muslim di Perancis, kebutuhan
akan tersedianya fasilitas pendidikan Islam pun makin bertambah. Menurut peraturan, sekolah
swasta tidak mendapat biaya operasional tahunan dari negara. Hambatan lainnya adalah, pada
tingkat sekolah dasar pelajaran agama belum mendapatkan tempat di dalam kurikulum sekolah.
Hal ini tentunya akan mempersulit anak-anak penduduk muslim untuk memeroleh pendidikan
agama secara komprehensif.
Selama beberapa tahun, sekolah swasta lebih sering disponsori oleh perusahaan-
perusahaan swasta yang peduli dengan pendidikan muslim. Hukum Negara mengatur hal ini
pada tahun 1959. Terdapat dua pilihan, yaitu kontrak sederhana dan juga kontrak asosiasi.
Pendidikan agama untuk komunitas muslim lebih signifikan dilaksanakan dalam keluarga,
masjid, atau pun organisasi muslim. Sektor pendidikan ini lebih mengutamakan terhadap belajar
mengajar al-Qur’an di luar jam sekolah reguler.
Awalnya, sebuah sekolah didirikan di Vitrerie, pinggiran selatan Paris. kurikulumnya
disesuaikan dengan kurikulum pendidikan nasional Prancis, namun ada tambahan pelajaran
khusus muatan lokal tentang keislaman, seperti bahasa Arab dan agama Islam. Education et
Savior adalah sekolah kedua yang dibuka di Paris setelah sekolah Reussite di pinggiran

4
Aubervilliers, utara Paris, dan yang keempat di Prancis. Dua sekolah swasta Islam lainnya
adalah Ibn Rushd di Kota Lille, utara Prancis, dan Al-Kindi di Kota Lyon.

C. Keterlibatan Muslim dalam Masyarakat


Dalam bidang politik, belum ada yang terlibat dalam parlemen negara Perancis. Tetapi,
terdapat beberapa perwakilan Perancis di Parlemen Uni Eropa yang berlatarbelakang muslim.
Sementara itu, anggota kabinet muslim pertama dalam sejarah PerancisadalahMenteri
Kesetaraan, AzouzBegag. Beliau ditunjukoleh PerdanaMenteriDominiquedeVillepinhal pada
bulan Juni 2005.
Sementara itu, kontribusi muslim dalam masyarakat Perancis terlihat lebih signifikan
dalam bidang olahraga. Setidaknya, saat ini terdapat empat pemain beragama Islam dalam Piala
Dunia 2014. Banyaknya warga imigran, maupun generasi selanjutnya dari para imigran yang
tinggal di Perancis, menuntut adanya kesetaraan dalam berbagai bidang. Dalam hal ini, olahraga
adalah media yang tepat untuk menunjukkan hak yang sama bagi semua lapisan masyarakat
tanpa memandang latar belakang suku, agama, maupun ras.

D. Hambatan Ibadah Muslim di Perancis


1. Tempat Ibadah
Setidaknya ada 1.500 tempat ibadah Islam di Perancis, meskipun cukup banyak,
tetapi sebagian besar masjid tidak memadai kapasitasnya. Membangun masjid baru
sangat sulit, dan acap kali mengundang protes dari masyarakat lokal dan peemblokiran
oleh otoritas setempat. Namun, ada beberapa tanda-tanda bahwa segala sesuatu telah
meningkat selama beberapa tahun terakhir.
2. Pemakaman
Selain pemakaman sekuler, peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah daerah telah
memungkinkan praktik penguburan Islam. Namun, kurangnya ruang, pemerintah
membuat peraturan untuk memberikan hak pemakaman hanya untuk beberapa periode
waktu tertentu. Karena ini adalah bertentangan dengan ajaran Islam, kebijakan telah
menimbulkan protes dari masyarakat.
3. Penyembelihan Halal
Penyembelihan halal diperbolehkan dalam pemotongan hewan yang ditunjuk dan
paling banyak kali tidak kesulitan di Perancis. Namun, ketika permintaan daging sedang
tinggi, kapasitas fasilitas penyembelihan konvensional tersebut dapat dialihkan ke
praktek penyembelihan halal di tempat-tempat yang ditunjuk. Terdapat masalah terus-
menerus dengan label dan distribusi makanan halal. Dewan Eksekutif Muslim telah
berjanji untuk mengatasi masalah, tapi banyak masyarakat khawatir bahwa hal itu tidak
akan memiliki kewenangan yang cukup luas untuk menerapkan ide-idenya. Pada tahun
2005, sebuah restoran cepat saji baru dibuka di Paris yang direncanakan hanya untuk

5
menyediakan makanan halal. Dalam plesetan dari kata Perancis untuk Arab, ia dinamai
"Beurger King Muslim".

4. Hijab
Mengenakan jilbab (hijab) oleh perempuan di sekolah dasar memicu kontroversi
pada tahun 1989 di Creil. Situasi ini pada tahun 1994 mendapat perhatian pemerintah,
tetapi dalam setiap kasus, solusi yang dicapai melalui mediasi di tingkat lokal yang
diselenggarakan oleh Hanifa Cherifi, yang kini menjabat sebagai inspektur jenderal di
Departemen Pendidikan. Kasus pada tahun 1994 yang melibatkan 300 siswa dan mediasi
individu yang diperlukan dalam setiap kasus. Sebagian siswi setuju untuk melepas jilbab
mereka di dalam kelas daripada berada dalam konflik dengan polisi. Sementara itu, siswa
yang menolak untuk melepaskan jilbab, mereka memilih untuk bergabung dengan
sekolah swasta atau dalam home chooling.

6
BAB III
PENUTUP

Kasimpulan

Proses Islamisasi di Perancis di perkirakan bermula sejak 721 M, kemudian proses


Islamisasi tersebut berlanjut pada tahun 1830, yakni ketika imigran muslim berdatangan
membawa barang dagangan mereka ke Perancis. Pertama, disebut proses Islamisasi melalui jalur
peperangan dan yang kedua di sebut Islamisasi melalui jalur perdagangan. Pada masa-masa
berikutnya proses Islamisasi di Perancis melalui jalur dakwah dan perkawinan.Umat Islam terus
mengalami perkembangan di Prancis dari tahun ke tahun, terutama melalui jalur dakwah dan
pernikahan, maka di perkirakan bahwa untuk tahun-tahun berikutnya, populasi ummat Islam di
Perancis mengalami perkembangan yang signifikan secara kuantitatif. Seiring dengan
perkembangan Islam di Perancis, ternyata umat Islam di sana dewasa ini, menghadapi
problematika yang cukup pelik, terutama adanya pelarangan menggunakan jilbab bagi kaum
muslimah. Pelarangan berjilbab di Perancis, ditenggarai sebagai usaha Barat untuk memaksa
umat Islam agar melanggar hukum Islam. Walaupun demikian, kelihatan bahwa umat Islam di
Perancis dewasa ini tetap eksis dan mampu bertahan hidup melawan situasi dan kondisi yang
mengintarinya.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/11775638/Sejarah_dan_Perkembangan_Islam_di_Perancis

Anda mungkin juga menyukai