“REVOLUSI PRANCIS”
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Sejarah
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1. Armelia Rahayu
2. Callysta Salsabila.A.
3. Desi Rahmawati
4. Rifan Hadrian
5. Rifki Rasya
6. Tio Adriansyah
7. Wildan Widayat
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Revolusi Prancis” dengan
tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah Peminatan.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang sejarah Revolusi
Prancis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
1.1. Kesimpulan..............................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Ada pula kemunculan paham baru yang melatarbelakangi revolusi
Perancis, yakni pada pertengahan abad ke-18 di Perancis munculnya filsuf-
filsuf yang mendorong terjadinya renaisans dan humanisme. Para filsuf dan
banyaknya literatur yang mendongkrak perubahan besar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mengatasi krisis keuangan ini adalah dengan cara memungut pajak dari
kaum bangsawan, tetapi golongan bangsawan menolak dan menyatakan
bahwa yang berhak menentukan pajak adalah rakyat. Raja Prancis, Louis
XVI menyadari bahwa masalah keuangan negara dapat teratasi bila setiap
orang atau golongan membayar pajak. Akan tetapi karena mereka tidak
memiliki kewibawaan dalam menindak golongan I dan II, maka
golongan tersebut tetap memiliki hak-hak istimewa dan bebas dari pajak.
Selain faktor ketidak adilan politik dan krisi ekonomi, munculnya
filsuf-filsuf pembaharu juga turut andil dalam meletusnya revolusi
Prancis dengan pengaruh paham rasionalisme mereka. Paham ini hanya
mau menerima suatu kebenaran yang dapat diterima oleh akal. Paham ini
telah melahirkan renaisans dan humanisme yang menuntun manusia
bebas berpikir dan mengemukakan pendapat. Oleh karena itu, muncullah
ahli-ahli pikir yang karya-karyanya berpengaruh besar terhadap
masyarakat Eropa pada saat itu termasuk tokoh masyarakat Prancis,
seperti berikut.
1. John Locke ( 1685–1753) dengan karyanya yang berjudul Two
Treaties of Government yang mengumandangkan ajaran kedaulatan
rakyat.
2. Montesquieu (1689–1755) dengan karyanya L'es prit des Lois (Jiwa
Undang-Undang). Dalam buku itu terdapat teorinya tentang trias
politika yakni tentang pemisahan kekuasaan antara legislatif
(pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang, dan
Judikatif (pengatur pe-ngadilan segenap pelanggaran terhadap
undang-undang yang berlaku. Hal ini semua dimaksudkan agar tidak
terjadi sewenang-wenang).
3. J.J. Rousseau ( 1712–1778) dengan karyanya Du Contract Social
(Perjanjian Masyarakat). Rousseau mengatakan bahwa menurut
kodratnya manusia sama dan merdeka. Setiap manusia pada
prinsipnya sama dan merdeka dalam mengatur kehidupannya
kemudian membentuk semacam perjanjian sesama anggota
4
masyarakat atau contract social. Melalui perjanjian bersama itu,
dibentuk suatu badan yang diserahi kekuasaan untuk mengatur dan
menyelenggarakan ketertiban masyarakat yaitu pemerintah. Dengan
demikian, kedaulatan sebenarnya bukan pada badan (pemerintah),
melainkan pada rakyat.
5
pemerintahan baru yang demokratis. Dewan Perancang Undang-Undang yang
terdiri dari Partai Feullant dan Partai Jacobin segera membentuk Konstitusi
Prancis pada tahun 1791. Partai Feullant adalah partai yang proraja,
sedangkan Partai Jacobin adalah partai yang prorepublik. Partai Jacobin
beranggotakan kaum Geronde dan Montague. Partai ini dipimpin oleh tiga
sekawan, Robespiere, Marat, Danton. Keadaan negara yang semakin
berbahaya membuat Dewan Legislatif membentuk pemerintahan republik
pada tanggal 22 September 1792. Raja Louis XVI dan istrinya dijatuhi
hukuman pancung dengan quillotine pada tanggal 22 Januari 1793.
Setelah Raja Lous XVI dan istrinya dijatuhi hukuman mati, Prancis pun
mengalami berbagai jenis pemerintahan, diantaranya:
1. Pemerintahan Monarki Konstitusional (1789-1793)
14 Juli 1789 merupakan langkah awal yang diambil oleh pemerintah
revolusi, yaitu dengan dibentuk Pasukan Keamanan Nasional yang
dipimpin oleh Jendral Lafayette. Selanjutnya dibentuk Majelis
Konstituante untuk menghapus hak-hak istimewa raja, bangsawan, dan
pimpinan gereja. Semboyan rakyat segera dikumandangkan oleh J.J.
Rousseau yaitu liberte, egalite dan fraternite.
Dewan perancang undang-undang terdiri atas Partai Feullant dan
Partai Jacobin. Partai Feullant bersifat pro terhadap raja yang absolut,
sedangkan Partai Jacobin menghendaki Prancis berbentuk republik.
Mereka beranggotakan kaum Gerondin dan Montagne di bawah
pimpinan Maxmilien de’Robespierre, Marat, dan Danton. Pada masa ini
juga raja Louis XVI dijatuhi hukuman pancung (guillotine) pada 22
Januari 1793 pada saat itu bentuk pemerintahan Prancis adalah republik.
2. Pemerintahan Teror atau Konvensi Nasional (1793-1794)
Pada masa ini pemegang kekuasaan pemerintahan bersikap keras,
tegas, dan radikal demi penyelamatan negara. Pemerintahan teror
dipimpin oleh Robespierre dari kelompok Montagne. Di bawah
pemerintahannya setiap orang yang kontra terhadap revolusi akan
dianggap sebagai musuh Prancis. Akibatnya dalam waktu satu tahun
6
terdapat 2.500 orang Prancis dieksekusi, termasuk permaisuri Louis XVI,
Marie Antoinette. Hal ini menimbulkan reaksi keras dari berbagai pihak.
Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan oleh kaum Girondin. Robespierre
ditangkap dan dieksekusi dengan cara dipancung bersama dengan 20
orang pengikutnya. Pada Oktober 1795 terbentuklah pemerintahan baru
yang lebih moderat yang disebut Pemerintahan Direktori.
4. Pemerintahan Direktori atau Direktorat (1795-1799)
Pada masa Direktori, pemerintahan dipimpin oleh lima orang warga
negara terbaik yang disebut direktur. Masing-masing direktur memiliki
kewenangan dalam mengatur masalah ekonomi, politik sosial,
pertahanan-keamanan, dan keagamaan. Direktori dipilih oleh Parlemen.
Pemerintah direktori ini tidak bersifat demokratis sebab hak pilih hanya
diberikan kepada pria dewasa yang membayar pajak. Dengan demikian
wanita dan penduduk miskin tidak memiliki hak suara dan tidak dapat
berpartisipasi. Pada masa pemerintahan direktori, rakyat tidak
mempercayai pemerintah karena sering terjadinya tindak korupsi yang
dilakukan oleh pejabat pemerintah yang berakibat terancamnya kesatuan
nasional Prancis. Akan tetapi, dari segi militer Prancis mengalami
kemajuan yang pesat, hal ini berkat kehebatan Napoleon Bonaparte.
Ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah ini berhasil dimanfaatkan
Napoleon untuk merebut pemerintahan pada tahun 1799.
5. Pemerintahan Konsulat (1799-1804)
Pemerintahan konsulat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu Napoleon
sebagai Konsulat I, Cambaseres sebagai Konsulat II, dan Lebrun sebagai
Konsulat III. Akan tetapi dalam perjalanan sejarah selanjutnya Napoleon
berhasil memerintah sendiri. Di bawah pimpinan Konsulat Napoleon,
Perancis berhasil mencapai puncak kejayaannya. Tidak hanya dalam
bidang militer akan tetapi juga dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan
budaya. Pada tahun 1803 Napoleon terpilih sebagai kaisar Prancis atas
dasar voting dalam sidang legislatif. Penobatannya dilaksanakan pada 2
Desember 1804 oleh Paus VII.
7
6. Masa Pemerintahan Kaisar (1804-1815)
Napoleon sebagai kaisar dimulai dengan pemerintahannya yang
bersifat absolut. Hal ini jelas tidak disukai oleh rakyat Prancis. Napoleon
memiliki keinginan untuk mengembalikan kekuasaan raja secara turun-
temurun dan menguasai seluruh wilayah Eropa. Ia mengangkat saudara-
saudaranya menjadi kepala negara terhadap wilayah yang berhasil
ditaklukannya. Oleh karena itu, pemerintahan Napoleon disebut juga
pemerintahan nepotisme.
Pemerintahan kekaisaran berakhir setelah Napoleon ditangkap pada
tahun 1814 setelah kalah oleh negara-negara koalisi dan dibuang di Pulau
Elba. Karena kecerdikannya Napoleon berhasil melarikan diri dan segera
memimpin kembali pasukan Prancis untuk melawan tentara koalisi
selama 100 hari. Namun, karena kekuatan militer yang tak seimbang,
akhirnya Napoleon mengalami kekalahan dalam pertempuran di
Waterloo pada tahun 1915. Dia dibuang ke pulau terpencil di Pasifik
bagian selatan, St. Helena sampai akhirnya meninggal pada tahun 1821.
7. Pemerintahan Reaksioner
Rakyat merasa tidak senang terhadap sistem pemerintahan absolut
yang dilakukan oleh Napoleon. Oleh karena itu rakyat kembali memberi
peluang pada keturunan Raja Louis XVIII untuk menjadi raja di Prancis
kembali (1815-1842). Raja yang berkuasa pada saat sistem pemerintahan
Reaksioner, selain Raja Louis XVIII, adalah Raja Charles X (1824-1840)
dan Raja Louis Philippe (1830-1848).
8
Semboyan Revolusi Prancis adalah liberte (kebebasan), egilate
(persamaan), dan franternite (persaudaraan). Revolusi Prancis sangat
besar pengaruhnya bagi dunia, baik dalam kehidupan masyarakat
maupun kehidupan bernegara secara luas. Dampak Revolusi Prancis
mencakup bidang politik, ekonomi, dan sosial, baik di Prancis sendiri
maupun di Eropa.
a. Akibat di Bidang Politik
1) Undang-undang merupakan kekuasaan tertinggi.
Kesadaran tersebut, antara lain menyebar ke Australia,
Italia, Prusia, Rusia, dan Spanyol. Di negara-negara itu, muncul
gerakan menuntut pemerintahan monarki konstitusional.
2) Timbulnya ide republik.
3) Berkembangnya paham demokrasi modern.
4) Munculnya rasa nasionalisme.
Semanga nasionalisme tampak dari perstuan rakyat Prancis
melawan negara-negara promonarki saat perang revolusioner.
Dijiwai oleh semangat tersebut, rakyat Belgia memisahkan diri
dari Belanda pada tahun 1830.
5) Munculnya aksi revolusioner untuk menggulingkan kekuasaan
absolut raja.
6) Liberalisme semakin berkembang.
Semangat ini semakin menjiwai gerakan revolusioner di
Eropa untuk menggulingkan pemerintah monarki.misalnya,
kelompok republican berhasil menggulingkan pemerintah
Willem V di Belanda.
b. Akibat di bidang Ekonomi
1) Petani menjadi pemilik tanah.
Kesempatan ini muncul setelah pemerintah menghapuskan
hak khusus kalangan rohaniawan dan bangsawan atas
9
kepemilikan tanah. Tanah diambil alih oleh pemerintah, lalu
dijual dengan harga murah kepada petani.
2) Sistem pajak feodal dihapuskan.
Pajak feodal berupa iuran wajib yang harus diserahkan
petani kepada pemilik tanah sesuai penghasilan mereka.
3) Sistem monopoli dihapuskan.
4) Timbulnya industri besar.
c. Akibat di Bidang Sosial
1) Penghapus feodalisme.
Feodalisme dihapuskan sehingga pembedaan kelas dalam
masyarakat tidak berlaku lagi. Sebagai gantinya, masyarakat
tersusun secara baru berdasarkan kehidupan ekonomi, seperti
petani, buruh, borjuis, dan kapitalis.
2) Susunan masyarakat baru.
3) Pendidikan dan pengajaran merata disemua lapisan masyarakat.
Semua warga mempunyai hak yang sama dalam
pendidikan. Sebelum Revolusi Prancis, pendidikan diatur oleh
kalangan rohaniawan. Setelah revolusi, terutama setelah
pemerintahan Napoleon Bonaparte, pendidikan langsung
dutangani pemerintah, sehingga membuka kesempatan bagi
semua warga negara untuk memperoleh pendidikan.
4) Code napoleon didasarkan atas hak asasi manusia dan di
sesuaikan dengan keadaan prancis pada waktu itu.
10
1) Timbulnya industri-industri di Eropa.
2) Kehidupan perdagangan beralih dari pantai ke daerah
pedalaman.
3) Inggris kehilangan pasar di eropa karna prancis menjalankan
politik kontitental.
c) Akibat di Bidang Sosial
1) Penghapusan feodalisme
2) Pendidikan dan pengajaran merata di semua lapisan masyarakat.
3) Berkembangnya hak asasi manusia di dunia.
3. Pengaruh Revolusi Prancis bagi Indonesia
Prancis pernah menjajah Belanda, padahal Belanda sendiri pada saat
itu sedang menjajah Indonesia. Pada saat Belanda dipimpin oleh Louis
Napoleon (seorang raja dari Prancis) ia mengatakan Herman Willem
Daendels untuk memerintah di Indonesia dan mempertahankan pulau
Jawa dari serangan Inggris. Oleh karena itu, ketika Prancis mengalami
revolusi, hal itu berpengaruh terhadap situasi di Belanda, bahkan ke
Indonesia. Hal itu terlihat dengan dihapuskannya tanam paksa oleh kaum
liberal, mulai dilaksanakannya penanaman modal swasta di Indonesia,
makin banyak digunakan sarana produksi dan usaha-usaha produksi,
serta dikeluarkannya Undang-Undang Agraria (1870). Pelaksanaan
liberalisme di Indonesia menimbulkan penderitaan rakyat. Namun, dalam
perkembangannya paham ini menimbulkan semangat nasionalisme untuk
mengusir penjajah.
Para tokoh pergerakan Nasional Indonesia yang telah mendapat
pendidikan Barat telah mempelajari pemikiran-pemikiran yang berhasil
dikembangkan pada masa Revolusi Prancis. Paham-paham yang muncul
pasca revolusi Prancis memberikan pengaruh yang cukup kuat bagi
pergerakan nasional Indonesia. Hal itu terlihat dengan semakin
berkembangnnya semangat nasionalisme, bahkan berhasil membina rasa
persatuan dan kesatuan Indonesia. Anda dapat melihat buktinya dengan
adanya peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
11
Sumpah Pemuda berhasil memperkuat jiwa nasionalisme dengan
mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu
Indonesia.
12
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Revolusi Prancis adalah masa dalam sejarah Prancis yang berlangsung
antara 1789-1815. Dalam Revolusi Prancis kelompok demokrat dan pendukung
republikanisme berusaha menjatuhakan monarki absolute di Prancis dan
memaksa Gereja Katolik Roma menjalani restrukturisasi yang radikal. Revolusi
Prancis merupakan sebuah tranformasi besar dalam system politik dan
masyarakat Prancis. Prancis berubah dari Negara monarki absolut menjadi
sebuah Negara Republik merdeka.
Revolusi Prancis merupakan cerminan ketidakpuasan sebagian besar
masyarakat terhadap system pemerintahan yang absolut (kekuasaan yang tidak
terbatas). Terjadinya Revolusi Prancis tidak dapat dilepaskan dari praktik
pemerintahan absolut yang berlangsung hampir di seluruh Eropa.
13