Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH PEMINATAN

“REVOLUSI PRANCIS”
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Sejarah

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1. Armelia Rahayu
2. Callysta Salsabila.A.
3. Desi Rahmawati
4. Rifan Hadrian
5. Rifki Rasya
6. Tio Adriansyah
7. Wildan Widayat

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT


SMA NEGERI 1 MANGUNJAYA
TAHUN PELAJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Revolusi Prancis” dengan
tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah Peminatan.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang sejarah Revolusi
Prancis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Mangunjaya, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1. Pemikiran-Pemikiran yang Melatarbelakangi Revolusi Prancis...............3

2.2. Proses Berlangsungnya Revolusi Prancis..................................................5

2.3. Pengaruh Revolusi Prancis........................................................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................13

1.1. Kesimpulan..............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Beragam sebab yang menandai timbulnya revolusi Perancis dapat
diketahui dari adanya ketidakadilan yang mencengkram di ranah politik. Itu
tersurat dalam pemilihan anggota pemerintahan yang dipilih dengan melihat
keturunan bukan melihat pada keahliannya. Dengan begitu terjadinya
kebobrokan dalam lingkup pemerintahan.
Masa sebelum terjadinya revolusi, pemerintahan dipegang oleh Raja
Louis XVI yang memerintah pada 1774-1789. Pada masa pemerintahan Raja
Louis XVI masih menerapkan sistem Monarki Absolut, yang pada masa inilah
Raja Louis XVI mendirikan Penjara Bastille untuk memenjarakan orang-orang
yang melakukan penentangan terhadap raja. Dengan kata lain, orang-orang
yang melakukan yang tidak sejalan oleh raja akan dipenjarakan di Penjara
Bastille tersebut.
Perancis yang dipegang oleh Raja Louis XVI mengalami krisis ekonomi
yang beberapa di antaranya diakibatkan oleh menumpuknya hutang negara,
Bangsawan menolak untuk membayar pajak, dan di samping krisis ekonomi
tersebut Marie Antoinette (pasangan Raja Louis XVI) mengendalikan
pemerintahan dan hidup dalam kemewahan di tengah krisis ekonomi yang
melanda Prancis.
Pembagian golongan masyarakat menjadi tiga golongan, mendorong
terjadinya ketimpangan masyarakat. Kewajiban yang membebankan rakyat
biasa dan golongan lain hidup dalam ketenangan di atas penderitaan
masyarakat lainnya, hal itulah yang menjadi kecemburuan sosial. Pembagian
golongan masyarakat menjadi tiga golongan tersebut (Bangsawan,
Agamawan, dan Rakyat Biasa) dan kecemburuan sosial tersebut
melatarbelakangi terjadinya revolusi Perancis.

1
Ada pula kemunculan paham baru yang melatarbelakangi revolusi
Perancis, yakni pada pertengahan abad ke-18 di Perancis munculnya filsuf-
filsuf yang mendorong terjadinya renaisans dan humanisme. Para filsuf dan
banyaknya literatur yang mendongkrak perubahan besar.

1.2. Rumusan Masalah


Yang menjadi rumusan masalah pada penyusunan makalah ini antara lain:
1. Apa yang melatarbelakangi Revolusi Prancis?
2. Bagaimana proses berlangsungnya Revolusi Prancis?
3. Apa dampak dan pengaruh dari terjadinya Revolusi Prancis?

1.3. Tujuan Penulisan


Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mempelajari tentang Revolusi
Prancis, mulai dari maksud dari revolusi tersebut, peristiwa-peristiwa yang
terjadi selama revolusi, hingga dampak dari terjadinya Revolusi Amerika.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pemikiran-Pemikiran yang Melatarbelakangi Revolusi Prancis


Latar belakang terjadinya revolusi perancis disebabkan oleh tiga
faktor yaitu: faktor ketidak adilan politik, kekuasaan raja yang absolut,
krisis ekonomi, dan munculnya paham baru.
Dalam bidang politik, kaum bangsawan memegang peranan yang
sangat penting dalam bidang politik, sehingga segala sesuatunya
ditentukan oleh bangsawan sedangkan raja hanya mengesahkan saja.
Ketidakadilan dalam bidang politik dapat dilihat dari pemilihan pegawai-
pegawai pemerintah yang berdasarkan keturunan dan bukan berdasarkan
profesi atau keahlian, Hal ini menyebabkan administrasi negara menjadi
kacau dan berakibat munculnya tindakan korupsi. Ketidakadilan politik
lainnya adalah tidak diperkenankannya masyarakat kecil untuk ikut
berpartisipasi dalam kegiatan pemerintahan.
Pemerintahan Louis XIV bersifat monarki absolut, di mana raja
dianggap selalu benar. Semboyan Louis XIV adalah l'etat c'est moi
(negara adalah saya). Untuk mempertahankan keabsolutannya itu, ia
mendirikan penjara Bastille. Penjara ini diperuntukkan bagi siapa saja
yang berani menentang keinginan raja. Penahanan juga dilakukan
terhadap orang-orang yang tidak disenangi raja. Mereka ditahan dengan
surat penahanan tanpa sebab (lettre du cas). Absolutisme Louis XIV tidak
terkendali karena kekuasaan raja tidak dibatasi undang-undang.
Sebab lain terjadinya Revolusi Prancis adalah adanya krisis
keuangan. Kehidupan raja dan para bangsawan istana serta permaisuri
Louis XVI ,yakni Maria Antoinette (terkenal dengan sebutan Madame
deficit) yang hidup penuh dengan kemewahan dan kemegaha. Di
samping itu, adanya warisan hutang dari Raja Louis XIV dan Louis XV
menjadikan hutang negara makin menumpuk. Satu-satunya cara untuk

3
mengatasi krisis keuangan ini adalah dengan cara memungut pajak dari
kaum bangsawan, tetapi golongan bangsawan menolak dan menyatakan
bahwa yang berhak menentukan pajak adalah rakyat. Raja Prancis, Louis
XVI menyadari bahwa masalah keuangan negara dapat teratasi bila setiap
orang atau golongan membayar pajak. Akan tetapi karena mereka tidak
memiliki kewibawaan dalam menindak golongan I dan II, maka
golongan tersebut tetap memiliki hak-hak istimewa dan bebas dari pajak.
Selain faktor ketidak adilan politik dan krisi ekonomi, munculnya
filsuf-filsuf pembaharu juga turut andil dalam meletusnya revolusi
Prancis dengan pengaruh paham rasionalisme mereka. Paham ini hanya
mau menerima suatu kebenaran yang dapat diterima oleh akal. Paham ini
telah melahirkan renaisans dan humanisme yang menuntun manusia
bebas berpikir dan mengemukakan pendapat. Oleh karena itu, muncullah
ahli-ahli pikir yang karya-karyanya berpengaruh besar terhadap
masyarakat Eropa pada saat itu termasuk tokoh masyarakat Prancis,
seperti berikut.
1. John Locke ( 1685–1753) dengan karyanya yang berjudul Two
Treaties of Government yang mengumandangkan ajaran kedaulatan
rakyat.
2. Montesquieu (1689–1755) dengan karyanya L'es prit des Lois (Jiwa
Undang-Undang). Dalam buku itu terdapat teorinya tentang trias
politika yakni tentang pemisahan kekuasaan antara legislatif
(pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang, dan
Judikatif (pengatur pe-ngadilan segenap pelanggaran terhadap
undang-undang yang berlaku. Hal ini semua dimaksudkan agar tidak
terjadi sewenang-wenang).
3. J.J. Rousseau ( 1712–1778) dengan karyanya Du Contract Social
(Perjanjian Masyarakat). Rousseau mengatakan bahwa menurut
kodratnya manusia sama dan merdeka. Setiap manusia pada
prinsipnya sama dan merdeka dalam mengatur kehidupannya
kemudian membentuk semacam perjanjian sesama anggota

4
masyarakat atau contract social. Melalui perjanjian bersama itu,
dibentuk suatu badan yang diserahi kekuasaan untuk mengatur dan
menyelenggarakan ketertiban masyarakat yaitu pemerintah. Dengan
demikian, kedaulatan sebenarnya bukan pada badan (pemerintah),
melainkan pada rakyat.

2.2. Proses Berlangsungnya Revolusi Prancis


Untuk mengatasi krisis ekonomi, raja memanggil Dewan Perwakilan
Rakyat (Etats Generaux). Dewan ini ternyata tidak mampu mengatasi
masalah sebab dalam sidang justru terjadi pertentangan mengenai hak suara.
Golongan I dan II menghendaki tiap golongan memiliki satu hak suara,
sementara golongan III menghendaki setiap wakil memiliki hak satu suara.
Jika dilihat dari proporsi jumlah anggota Etats Generaux yang terdiri atas
golongan I, 300 orang, golongan II 300 orang, dan golongan III 600 orang,
dapat disimpulkan bahwa golongan I dan II menghendaki agar golongan III
kalah suara sehingga rakyat tidak mungkin menang. Jika kehendak golongan
III yang dimenangkan, golongan I dan II terancam sebab di antara anggota
mereka sendiri ada orang-orang yang bersimpati pada rakyat.
Pada tanggal 17 Juni 1789, anggota Etats Generaux dari golongan III
mengadakan sidang sendiri, didukung oleh sebagian kecil anggota dari
golongan I dan II. Peserta sidang menyatakan diri sebagai Majelis Nasional
yang bertujuan memperjuangkan terbentuknya konstitusi tertulis bagi Prancis.
Raja berusahamembubarkan organisasi yang dipimpin Jean Bailly dengan
dukungan Comtede Mirabeau ini, baik dengan jalan perundingan maupun
dengan kekerasan. Sikap raja yang berusaha membubarkan Majelis Nasional
dengan jalan kekerasan menimbulkan kemarahan rakyat dan terjadilah huru-
hara. Puncak huru-hara terjadi tanggal 14 Juli 1789, ketika rakyat menyerbu
dan meruntuhkan penjara Bastille, lambang kekuasaan mutlak raja.
Penyerangan ini didukung oleh Tentara Nasional yang dipimpin Lafayette.
Ketika terjadi pemberontakan oleh rakyat, Louis XVI melarikan diri ke
luar negeri. Kesempatan ini dipergunakan oleh rakyat untuk membentuk

5
pemerintahan baru yang demokratis. Dewan Perancang Undang-Undang yang
terdiri dari Partai Feullant dan Partai Jacobin segera membentuk Konstitusi
Prancis pada tahun 1791. Partai Feullant adalah partai yang proraja,
sedangkan Partai Jacobin adalah partai yang prorepublik. Partai Jacobin
beranggotakan kaum Geronde dan Montague. Partai ini dipimpin oleh tiga
sekawan, Robespiere, Marat, Danton. Keadaan negara yang semakin
berbahaya membuat Dewan Legislatif membentuk pemerintahan republik
pada tanggal 22 September 1792. Raja Louis XVI dan istrinya dijatuhi
hukuman pancung dengan quillotine pada tanggal 22 Januari 1793.
Setelah Raja Lous XVI dan istrinya dijatuhi hukuman mati, Prancis pun
mengalami berbagai jenis pemerintahan, diantaranya:
1. Pemerintahan Monarki Konstitusional (1789-1793)
14 Juli 1789 merupakan langkah awal yang diambil oleh pemerintah
revolusi, yaitu dengan dibentuk Pasukan Keamanan Nasional yang
dipimpin oleh Jendral Lafayette. Selanjutnya dibentuk Majelis
Konstituante untuk menghapus hak-hak istimewa raja, bangsawan, dan
pimpinan gereja. Semboyan rakyat segera dikumandangkan oleh J.J.
Rousseau yaitu liberte, egalite dan fraternite.
Dewan perancang undang-undang terdiri atas Partai Feullant dan
Partai Jacobin. Partai Feullant bersifat pro terhadap raja yang absolut,
sedangkan Partai Jacobin menghendaki Prancis berbentuk republik.
Mereka beranggotakan kaum Gerondin dan Montagne di bawah
pimpinan Maxmilien de’Robespierre, Marat, dan Danton. Pada masa ini
juga raja Louis XVI dijatuhi hukuman pancung (guillotine) pada 22
Januari 1793 pada saat itu bentuk pemerintahan Prancis adalah republik.
2. Pemerintahan Teror atau Konvensi Nasional (1793-1794)
Pada masa ini pemegang kekuasaan pemerintahan bersikap keras,
tegas, dan radikal demi penyelamatan negara. Pemerintahan teror
dipimpin oleh Robespierre dari kelompok Montagne. Di bawah
pemerintahannya setiap orang yang kontra terhadap revolusi akan
dianggap sebagai musuh Prancis. Akibatnya dalam waktu satu tahun

6
terdapat 2.500 orang Prancis dieksekusi, termasuk permaisuri Louis XVI,
Marie Antoinette. Hal ini menimbulkan reaksi keras dari berbagai pihak.
Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan oleh kaum Girondin. Robespierre
ditangkap dan dieksekusi dengan cara dipancung bersama dengan 20
orang pengikutnya. Pada Oktober 1795 terbentuklah pemerintahan baru
yang lebih moderat yang disebut Pemerintahan Direktori.
4. Pemerintahan Direktori atau Direktorat (1795-1799)
Pada masa Direktori, pemerintahan dipimpin oleh lima orang warga
negara terbaik yang disebut direktur. Masing-masing direktur memiliki
kewenangan dalam mengatur masalah ekonomi, politik sosial,
pertahanan-keamanan, dan keagamaan. Direktori dipilih oleh Parlemen.
Pemerintah direktori ini tidak bersifat demokratis sebab hak pilih hanya
diberikan kepada pria dewasa yang membayar pajak. Dengan demikian
wanita dan penduduk miskin tidak memiliki hak suara dan tidak dapat
berpartisipasi. Pada masa pemerintahan direktori, rakyat tidak
mempercayai pemerintah karena sering terjadinya tindak korupsi yang
dilakukan oleh pejabat pemerintah yang berakibat terancamnya kesatuan
nasional Prancis. Akan tetapi, dari segi militer Prancis mengalami
kemajuan yang pesat, hal ini berkat kehebatan Napoleon Bonaparte.
Ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah ini berhasil dimanfaatkan
Napoleon untuk merebut pemerintahan pada tahun 1799.
5. Pemerintahan Konsulat (1799-1804)
Pemerintahan konsulat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu Napoleon
sebagai Konsulat I, Cambaseres sebagai Konsulat II, dan Lebrun sebagai
Konsulat III. Akan tetapi dalam perjalanan sejarah selanjutnya Napoleon
berhasil memerintah sendiri. Di bawah pimpinan Konsulat Napoleon,
Perancis berhasil mencapai puncak kejayaannya. Tidak hanya dalam
bidang militer akan tetapi juga dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan
budaya. Pada tahun 1803 Napoleon terpilih sebagai kaisar Prancis atas
dasar voting dalam sidang legislatif. Penobatannya dilaksanakan pada 2
Desember 1804 oleh Paus VII.

7
6. Masa Pemerintahan Kaisar (1804-1815)
Napoleon sebagai kaisar dimulai dengan pemerintahannya yang
bersifat absolut. Hal ini jelas tidak disukai oleh rakyat Prancis. Napoleon
memiliki keinginan untuk mengembalikan kekuasaan raja secara turun-
temurun dan menguasai seluruh wilayah Eropa. Ia mengangkat saudara-
saudaranya menjadi kepala negara terhadap wilayah yang berhasil
ditaklukannya. Oleh karena itu, pemerintahan Napoleon disebut juga
pemerintahan nepotisme.
Pemerintahan kekaisaran berakhir setelah Napoleon ditangkap pada
tahun 1814 setelah kalah oleh negara-negara koalisi dan dibuang di Pulau
Elba. Karena kecerdikannya Napoleon berhasil melarikan diri dan segera
memimpin kembali pasukan Prancis untuk melawan tentara koalisi
selama 100 hari. Namun, karena kekuatan militer yang tak seimbang,
akhirnya Napoleon mengalami kekalahan dalam pertempuran di
Waterloo pada tahun 1915. Dia dibuang ke pulau terpencil di Pasifik
bagian selatan, St. Helena sampai akhirnya meninggal pada tahun 1821.
7. Pemerintahan Reaksioner
Rakyat merasa tidak senang terhadap sistem pemerintahan absolut
yang dilakukan oleh Napoleon. Oleh karena itu rakyat kembali memberi
peluang pada keturunan Raja Louis XVIII untuk menjadi raja di Prancis
kembali (1815-1842). Raja yang berkuasa pada saat sistem pemerintahan
Reaksioner, selain Raja Louis XVIII, adalah Raja Charles X (1824-1840)
dan Raja Louis Philippe (1830-1848).

2.3. Pengaruh Revolusi Prancis


Revolusi Prancis sangat besar pengaruhnya bagi dunia. Berikut beberapa
akibat yang ditimbulkan dengan adanya Revolusi prancis di bidang politik,
ekonomi, dan sosial.
1. Akibat Revolusi Prancis bagi Prancis

8
Semboyan Revolusi Prancis adalah liberte (kebebasan), egilate
(persamaan), dan franternite (persaudaraan). Revolusi Prancis sangat
besar pengaruhnya bagi dunia, baik dalam kehidupan masyarakat
maupun kehidupan bernegara secara luas. Dampak Revolusi Prancis
mencakup bidang politik, ekonomi, dan sosial, baik di Prancis sendiri
maupun di Eropa.
a. Akibat di Bidang Politik
1) Undang-undang merupakan kekuasaan tertinggi.
Kesadaran tersebut, antara lain menyebar ke Australia,
Italia, Prusia, Rusia, dan Spanyol. Di negara-negara itu, muncul
gerakan menuntut pemerintahan monarki konstitusional.
2) Timbulnya ide republik.
3) Berkembangnya paham demokrasi modern.
4) Munculnya rasa nasionalisme.
Semanga nasionalisme tampak dari perstuan rakyat Prancis
melawan negara-negara promonarki saat perang revolusioner.
Dijiwai oleh semangat tersebut, rakyat Belgia memisahkan diri
dari Belanda pada tahun 1830.
5) Munculnya aksi revolusioner untuk menggulingkan kekuasaan
absolut raja.
6) Liberalisme semakin berkembang.
Semangat ini semakin menjiwai gerakan revolusioner di
Eropa untuk menggulingkan pemerintah monarki.misalnya,
kelompok republican berhasil menggulingkan pemerintah
Willem V di Belanda.
b. Akibat di bidang Ekonomi
1) Petani menjadi pemilik tanah.
Kesempatan ini muncul setelah pemerintah menghapuskan
hak khusus kalangan rohaniawan dan bangsawan atas

9
kepemilikan tanah. Tanah diambil alih oleh pemerintah, lalu
dijual dengan harga murah kepada petani.
2) Sistem pajak feodal dihapuskan.
Pajak feodal berupa iuran wajib yang harus diserahkan
petani kepada pemilik tanah sesuai penghasilan mereka.
3) Sistem monopoli dihapuskan.
4) Timbulnya industri besar.
c. Akibat di Bidang Sosial
1) Penghapus feodalisme.
Feodalisme dihapuskan sehingga pembedaan kelas dalam
masyarakat tidak berlaku lagi. Sebagai gantinya, masyarakat
tersusun secara baru berdasarkan kehidupan ekonomi, seperti
petani, buruh, borjuis, dan kapitalis.
2) Susunan masyarakat baru.
3) Pendidikan dan pengajaran merata disemua lapisan masyarakat.
Semua warga mempunyai hak yang sama dalam
pendidikan. Sebelum Revolusi Prancis, pendidikan diatur oleh
kalangan rohaniawan. Setelah revolusi, terutama setelah
pemerintahan Napoleon Bonaparte, pendidikan langsung
dutangani pemerintah, sehingga membuka kesempatan bagi
semua warga negara untuk memperoleh pendidikan.
4) Code napoleon didasarkan atas hak asasi manusia dan di
sesuaikan dengan keadaan prancis pada waktu itu.

2. Akibat Revolusi Prancis bagi Dunia Internasional


a) Akibat di Bidang Politik
1) Tersebarnya paham liberalisme.
2) Meluasnya perkembangan demokrasi.
3) Meluasnya perkembangan paham nasionalisme.
4) Berkembangnya ide aksi revolusioner.
b) Akibat di Bidang Ekonomi

10
1) Timbulnya industri-industri di Eropa.
2) Kehidupan perdagangan beralih dari pantai ke daerah
pedalaman.
3) Inggris kehilangan pasar di eropa karna prancis menjalankan
politik kontitental.
c) Akibat di Bidang Sosial
1) Penghapusan feodalisme
2) Pendidikan dan pengajaran merata di semua lapisan masyarakat.
3) Berkembangnya hak asasi manusia di dunia.
3. Pengaruh Revolusi Prancis bagi Indonesia
Prancis pernah menjajah Belanda, padahal Belanda sendiri pada saat
itu sedang menjajah Indonesia. Pada saat Belanda dipimpin oleh Louis
Napoleon (seorang raja dari Prancis) ia mengatakan Herman Willem
Daendels untuk memerintah di Indonesia dan mempertahankan pulau
Jawa dari serangan Inggris. Oleh karena itu, ketika Prancis mengalami
revolusi, hal itu berpengaruh terhadap situasi di Belanda, bahkan ke
Indonesia. Hal itu terlihat dengan dihapuskannya tanam paksa oleh kaum
liberal, mulai dilaksanakannya penanaman modal swasta di Indonesia,
makin banyak digunakan sarana produksi dan usaha-usaha produksi,
serta dikeluarkannya Undang-Undang Agraria (1870). Pelaksanaan
liberalisme di Indonesia menimbulkan penderitaan rakyat. Namun, dalam
perkembangannya paham ini menimbulkan semangat nasionalisme untuk
mengusir penjajah.
Para tokoh pergerakan Nasional Indonesia yang telah mendapat
pendidikan Barat telah mempelajari pemikiran-pemikiran yang berhasil
dikembangkan pada masa Revolusi Prancis. Paham-paham yang muncul
pasca revolusi Prancis memberikan pengaruh yang cukup kuat bagi
pergerakan nasional Indonesia. Hal itu terlihat dengan semakin
berkembangnnya semangat nasionalisme, bahkan berhasil membina rasa
persatuan dan kesatuan Indonesia. Anda dapat melihat buktinya dengan
adanya peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

11
Sumpah Pemuda berhasil memperkuat jiwa nasionalisme dengan
mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu
Indonesia.

Coba anda ingat kembali peristiwa penyusunan bentuk pemerintahan


Indonesia. Para pendiri negara (The Founding Fathers) memilih bentuk
pemerintahan republik. Hal itu secara tidak langsung mendapatkan
pengaruh dari Revolusi Prancis karena bentuk republik memungkinkan
pemerintahan yang demokratis. Adapun untuk mengontrol jalannya
pemerintahan diatur dalam Undang-Undang dasar. Di Indonesia juga
diberlakukan pola pembagian kekuasaan seperti yang dikemukakan oleh
Montesquieu, yaitu kekuasaan eksekutif dipegang oleh presiden beserta
jajaran menterinya, kekuasaan legislatif dipegang oleh DPR dan
MPR,serta kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi.
Dalam bidang ekonomi, sejak masa penjajahan Belanda sampai
sekarang kita berusaha untuk menghapuskan sistem feodalisme. Usaha-
usaha penegakkan hak asasi manusia juga menjadi perhatian bangsa kita
sejak masa pergerakkan nasional, bahkan sampai sekarang. Seperti anda
ketahui terdapat pengakuan hak-hak asasi manusia dalam UUD 1945
terutama hak untuk merdeka.

12
BAB III
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Revolusi Prancis adalah masa dalam sejarah Prancis yang berlangsung
antara 1789-1815. Dalam Revolusi Prancis kelompok demokrat dan pendukung
republikanisme berusaha menjatuhakan monarki absolute di Prancis dan
memaksa Gereja Katolik Roma menjalani restrukturisasi yang radikal. Revolusi
Prancis merupakan sebuah tranformasi besar dalam system politik dan
masyarakat Prancis. Prancis berubah dari Negara monarki absolut menjadi
sebuah Negara Republik merdeka.
Revolusi Prancis merupakan cerminan ketidakpuasan sebagian besar
masyarakat terhadap system pemerintahan yang absolut (kekuasaan yang tidak
terbatas). Terjadinya Revolusi Prancis tidak dapat dilepaskan dari praktik
pemerintahan absolut yang berlangsung hampir di seluruh Eropa.

13

Anda mungkin juga menyukai