D etik.com, Padang - Sepasang suami istri (Pasutri) di Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Bustami-
Evita dihukum 3 tahun penjara karena menjual sate padang dari daging babi. Keduanya dinyatakan
bersalah melanggar UU Perlindungan Konsumen. "Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa
Bustami dan Terdakwa II Evita dengan pidana penjara masing-masing selama untuk Terdakwa 2 tahun dan 10
bulan dan untuk Terdakwa II 3 tahun," putus PN Padang sebagaimana dilansir website Mahkamah Agung
(MA), Selasa(20/8/2019).
Duduk sebagai ketua majelis Agus Komarudin Pasal 62 Jo Pasal 8 ayat (1) huruf a dan d UU No 8
dengan anggota Gutiarso dan Lifiana Tanjung. Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Majelis menyatakan pasutri itu telah terbukti
"Telah terbukti secara sah dan meyakinkan
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
bersalah melakukan tindak pidana UU
tindak pidana UU Perlindungan Konsumen. Yaitu
Perlindungan Konsumen 'Pelaku usaha
memproduksi dan dan memperdagangkan barang Berdasarkan Surat dari BBPOM Padang Nomor
tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan PW.10.93.01.19.396 tanggal 21 Januari 2019
atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam menyatakan sate daging yang disampling di
label, etiket atau keterangan barang dan/atau Simpang Haru dari pedagang sate KMS B positif
jasa'," ujar majelis. mengandung babi'.
Kasus bermula saat Dinas Kesehatan Kota Padang Kemudian aparat merazia Kedai Sate KMS B
mendapat informasi dari masyarakat bahwa Sate Simpang Haru Kecamatan Padang Timur Kota
KMS B Simpang Haru menjual sate yang dicampur Padang pada 25 Januari 2019 sekira pukul 19.15
dengan daging babi. Petugas kemudian menyamar WIB. Pasutri itu kemudian ditangkap dan ditahan.
menjadi pembeli dan membeli 5 tusuk.
"Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Bustami dan Terdakwa II Evita dengan pidana penjara masing-
masing selama untuk Terdakwa 2 tahun dan 10 bulan dan untuk Terdakwa II 3 tahun," putus PN Padang
sebagaimana dilansir website Mahkamah Agung (MA), Selasa(20/8/2019).
Duduk sebagai ketua majelis Agus Komarudin dengan anggota Gutiarso dan Lifiana Tanjung. Majelis
menyatakan pasutri itu telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana UU
Perlindungan Konsumen. Yaitu Pasal 62 Jo Pasal 8 ayat (1) huruf a dan d UU No 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen.
"Telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana UU Perlindungan Konsumen
'Pelaku usaha memproduksi dan dan memperdagangkan barang tidak sesuai dengan kondisi, jaminan,
keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau
jasa'," ujar majelis.
Kasus bermula saat Dinas Kesehatan Kota Padang mendapat informasi dari masyarakat bahwa Sate KMS B
Simpang Haru menjual sate yang dicampur dengan daging babi. Petugas kemudian menyamar menjadi
pembeli dan membeli 5 tusuk.
Sampel sate itu kemudian dikirim ke Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Padang.
Berdasarkan Surat dari BBPOM Padang Nomor PW.10.93.01.19.396 tanggal 21 Januari 2019 menyatakan sate
daging yang disampling di Simpang Haru dari pedagang sate KMS B positif mengandung babi'.
Kemudian aparat merazia Kedai Sate KMS B Simpang Haru Kecamatan Padang Timur Kota Padang pada 25
Januari 2019 sekira pukul 19.15 WIB. Pasutri itu kemudian ditangkap dan ditahan.
ANALISIS KASUS
Berdasarkan kasus tersebut, menurut saya pelaku usaha sate babi sangat meresahkan dan juga merugikan
konsumen terutama konsumen yang memeluk agama Islam. Selain itu pelaku usaha satebabi juga merugikan
pelaku usaha sate lainnya karena dengan adanya kasus sate babi tersebut konsumen menjadi memikirkan
ulang untuk membeli sate di tempat lain, sehingga pelaku usaha sate lainnya mengalami penurunan omset.
pelaku usaha jelas-jelas melanggar hak-hak konsumen yang tercantum dalam undang-undang nomor 8 tahun
1999 tentang perlindungan konsumen pada pasal 4 butir a yang berbunyi hak atas kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa dan ada butir c yang berbunyi hak atas informasi
yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.
SOLUSI KASUS
1. Tidak tergiur dengan harga yang murah dari pasaran produk sejenis
2. Langsung menanyakan kepada pelaku usaha apakah produk yang dijual halal atau tidak dan
menggunakan bahan yang sesuai dengan yang dibutuhkan ataupun tidak
3. Harus menjadi konsumen yang cerdas yaitu konsumen yang dapat membedakan antara keinginan dan
kebutuhan sehingga dapat terhindar dari perilaku konsumtif
4. Dinas perdagangan dan kesehatan harus lebih ketat dalam melakukan pemeriksaan di pasaran untuk
meminimalisir kecurangan dari pelaku usaha