Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1

Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan makanan untuk kelangsungan

hidupnya. Makanan biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan yang dimakan oleh makhluk
hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Mengonsumsi makanan yang bergizi akan
membantu manusia dalam memperoleh energi dan berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan otak dan tubuh.
Makanan bergizi mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
Untuk memenuhi gizi yang baik yang mencukupi kebutuhan tubuh dan menjaga kesehatan,
manusia harus mengonsumsi makanan sehat. Menu sehat adalah menu yang setiap harinya
mengandung bahan nabati serta kandungan serat yang alami seperti sayuran, buah-buahan,
dan beberapa makanan lainnya yang memiliki kandungan tersebut.
Akan tetapi, saat ini banyak produk pertanian yang tidak sehat karena mengandung zatzat yang dapat mengganggu kesehatan manusia baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Konsumen kini semakin sadar dan kritis dalam memilih produk pangan yang berkualitas dan
aman untuk dikonsumsi, masyarakat saat ini mulai menyadari pentingnya kesehatan sehingga
memilih produk pertanian yang sehat. Banyak bukti menunjukkan bahwa banyak penyakit
yang ditimbulkan oleh residu bahan kimia sintetis yang terkandung di dalamnya, misalnya
kanker akibat bahan-bahan karsinogenik. Oleh karena itu, masyarakat semakin arif dalam
memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat
dengan slogan Back to Nature telah menjadi pola dan gaya hidup baru yang meninggalkan
pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia
sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi
dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik.
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan
alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah
menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan
produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Menurut Departemen Pertanian
(2002), gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan
jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes),
kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling
attributes). Terdapat berbagai alasan pertanian organik menjadi kebijakan pertanian unggulan
atau pendekatan penghidupan berkelanjutan. Pertanian organik mendorong perbaikan lima
Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik

sumber daya yang dimiliki manusia, yaitu perbaikan sumber daya alam, perbaikan sumber
daya sosial, perbaikan sumber daya ekonomi, dan perbaikan sumber daya infrastruktur
(Saragih, 2008).
Salah satu produk pertanian organik yang mendapat perhatian lebih dari masyarakat
Indonesia yaitu sayuran. Sayuran sangat penting dikonsumsi untuk kesehatan masyarakat.
Nilai gizi makanan dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi sayuran karena sayuran
merupakan sumber vitamin, mineral, protein nabati dan serat. Saat ini masyarakat mulai
menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan kimia terutama pestisida kimia dalam produksi
pertanian ternyata menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Adanya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan keamanan produk pertanian ini,
menimbulkan preferensi masyarakat dalam mengkonsumsi sayuran, yaitu mengalami
pergeseran dari sayuran anorganik ke sayuran organik.
Sayuran organik merupakan komoditas hortikultura yang banyak diminati untuk
dikembangkan pada pertanian organik saat ini. Keistimewaan dari sayuran organik adalah
mengandung antioksidan 10-50% di atas sayuran nonorganik. Kandungan nitrat dalam
sayuran dan buah organik diketahui 25 % lebih rendah dari yang nonorganik. Hal tersebut
membuat sayuran organik layak untuk dikonsumsi dan menyehatkan (Isdiayanti, 2007).
Beberapa contoh sayuran yang saat ini banyak diminati masyarakat dan dapat dengan
mudah ditemukan adalah bayam, caisim, dan pakcoy. Manfaat menkomsumsi bayam, yaitu di
dalam daun bayam terdapat cukup banyak kandungan protein, mineral, kalsium, zat besi dan
vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sayur bayam memiliki khasiat untuk mencegah
hilangnya penglihatan akibat usia yang menua (macular degeneration), katarak, penyakit
kanker, tekanan darah tinggi dan bayi lahir cacat. Juga sebagai sumber folate, dapat
membantu mencegah penyakit jantung dan bayi lahir cacat. Tanaman bayam juga merupakan
tanaman obat yang bisa dijadikan sebagai obat tradisional berkhasiat yang dengan dapat
diramu sendiri. Dibeberapa negara berkembang tanaman bayam dipromosikan sebagai
sumber protein nabati, karena berfungsi ganda bagi pemenuhan kebutuhan gizi maupun
dalam pelayanan kesehatan masyarakat (Anonim, 2010). Sedangkan caisim mengandung
berbagai zat gizi yang sangat dibutuhkan tubuh, antara lain vitamin K, A, C, E, folat, mangan,
dan serat pangan. Menurut Almatsier (2002: 329), 1 cangkir (cup) sama dengan 240 ml atau
sama dengan 140 gram. Kandungan vitamin K pada caisim sangat tinggi, yaitu mencapai
419,3 mcg per cangkir (cup) caisim. Sebagai sayuran daun, caisim kaya akan sumber vitamin
dan mineral. Menurut Rukmana (1994: 14), caisim banyak mengandung vitamin A, sehingga
berdaya guna dalam upaya mengatasi masalah kekurangan vitamin A atau penyakit rabun
ayam (Xerophthalmia) yang sampai saat ini menjadi masalah di kalangan anak balita.
Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik

Kandungan nutrisi pada caisim berguna juga untuk kesehatan tubuh manusia, yaitu untuk
mendinginkan perut. Sedangkan pakcoy adalah sayuran yang memiliki banyak kandungan
gizi. Sayuran ini juga memiliki banyak kandungan vitamin K yang cukup besar. Kandungan
serat yang terdapat pada sayuran pakcoy dapat membantu melancarkan proses pencernaan
dalam tubuh manusia. Selain itu, peran lain dari serat adalah untuk membantu mengurangi
kadar kolesterol. Hal itu terjadi karena di dalam saluran pencernaan, serat akan mengikat
asam empedu yang merupakan produk akhir dari kolesterol yang kemudian dikeluarkan
bersama kotoran. Sayuran yang memiliki daun berwarna hijau pekat ini juga dapat membantu
untuk mencegah penyakit kanker meskipun dalam dosis yang kecil.
Oleh karena itu, karena saat ini konsumen (dalam hal ini masyarakat) telah menyadari
pentingnya kesehatan, sehingga memilih produk pertanian yang sehat, maka dalam penelitian
ini dilakukan analisis terhadap kandungan senyawa pada sayuran anorganik, dalam hal ini
kandungan residu zat-zat kimia yang dapat berbahaya bagi tubuh manusia yang terdapat
dalam bayam, caisim, dan pakcoy anorganik. Sehingga dapat diketahui perbedaan kandungan
antara bayam, caisim, dan pakcoy organik dan anorganik. Hipotesis terhadap penelitian ini
adalah bahwa sayuran anorganik memiliki kandungan zat kimia yang berbahaya, karena pada
saat proses pembudidayaannya, sayuran anorganik tersebut menggunakan pupuk kimia
buatan serta pestisida, sedangkan caisim organik mengunakan pupuk alami, yaitu pupuk yang
dibuat secara alami. Seperti pupuk kompos, pupuk yang dibuat dari kotoran binatang, dan
sebagainya, sehingga terbebas dari zat kimia berbahaya.
2

Rumusan Masalah
Bayam, caisim, dan pakcoy selama ini dikenal sebagai sayuran yang biasanya

diproduksi secara konvensional, artinya, di dalam kegiatan proses produksi mengikutsertakan


bahan anorganik untuk tujuan mendapatkan hasil yang tinggi, yaitu dengan penggunaan
pupuk kimia dan pestisida kimia yang selain merugikan lingkungan juga dapat merugikan
kesehatan. Oleh karena itu, ada terobosan baru dalam dunia pertanian yang menggunakan
pupuk dan pestisida alami yang memberikan manfaat yang lebih baik bagi kesehatan
masyarakat maupun bagi keadaan lingkungan. Bayam, caisim, dan pakcoy organik yang
merupakan salah satu terobosan pertanian organik, kini telah cukup mendapat perhatian lebih
oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat mulai menyadari pentingnya pola makan
yang sehat dan terbebas dari residu kimia sehingga keberadaan caisim organik cukup diminati
oleh masyarakat. Bayam, caisim, dan pakcoy organik diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
gizi masyarakat karena selama ini masyarakat hanya mengetahui adanya bayam, caisim, dan
pakcoy yang diproduksi oleh pertanian konvensional.

Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:


1. Bagaimanakah perbedaan bayam, caisim, dan pakcoy organik serta anorganik
ditinjau dari kondisi fisiologis dan kandungannya?
2. Apakah sumber zat racun yang terdapat dalam bayam, caisim, dan pakcoy
anorganik?
3. Bagaimanakah dampak adanya residu bahan kimia pada bayam, caisim, dan
pakcoy anorganik terhadap kesehatan manusia?
4. Bagaimanakah nasib bahan kimia tersebut di alam?

Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan bahaya yang ditimbulkan
oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam produksi pertanian, masyarakat semakin selektif
dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan juga ramah lingkungan. Slogan
back to nature yang sekarang popular di masyarakat guna meninggalkan pola hidup lama
yang selalu mengkonsumsi produk berbahan kimia seperti pupuk kimia dan pestisida kimia
sintetis. Salah satu cara untuk meningkatkan pola hidup sehat adalah dengan mengencarkan
pertanian organik (Issabella, G., 2010).
Pertanian organik atau budidaya organik dapat diartikan sebagai suatu sistem produksi
pertanaman yang berasaskan daur ulang secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui sarana
limbah pertanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang mampu memperbaiki status
kesuburan dan struktur tanah. Daur ulang hara merupakan teknologi tradisional yang sudah
cukup lama. Pakar pertanian di barat menyebutnya sebagai suatu sistem yang berusaha untuk
mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk limbah
pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberi makanan pada tanaman
(Uexkull, U. dan Beaton, 1991 dalam Nuryani, S., dkk., 2003). Sistem pertanian atau
budidaya organik merupakan salah satu alternatif solusi untuk membatasi kemungkinan
dampak negatif yang ditimbulkan akibat budidaya kimia (Sutanto, 1992 dalam Nuryani, S.,
dkk., 2003).
Berdasarkan takrif sistem pertanian masukan teknologi rendah, maka ada dua tujuan
yang akan dicapai, yaitu:
1. Berusaha mengoptimalkan pengelolaan dan penggunaan input produksi dari dalam
usaha tani (on-farm resources), sehingga diperoleh hasil pertanian dan peternakan yang
memadai dan secara ekonomi menguntungkan. Pendekatan ini menitikberatkan pada
pengelolaan tanaman, seperti pergiliran tanaman, pendauran ulang limbah pertanian,
memanfaatkan pupuk kandang atau kotoran ternak, pengolaan tanah yang berasaskan
konservasi untuk mencegah erosi dan kehilangan unsur hara, dan mempertahankan
serta meningkatkan produktivitas tanah.
2. Membatasi ketergantungan pertanian pada masukan yang berasal dan luar usahatani
(off-farm resources), seperti pupuk pabrik dan pestisida, sedapat mungkin dilaksanakan
penurunan biaya produksi, menghindarkan polusi terhadap air permukaan dan air tanah,
membatasi residu pestisida dalam makanan, membatasi semua resiko yang dihadapi
Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik

petani, dan meningkatkan keuntungan usahatani untuk jangka pendek dan jangka panjang.
3. Sistem pertanian ini tetap memanfaatkan teknologi modern, seperti benih hibrida
berlabel, melaksanakan konservasi tanah dan air, pengelolaan tanah yang berasaskan
konservasi. Membatasi penggunaan dan keperluan yang berasal dari luar usahatani
seperti pupuk pabrik dan pestisida, dengan mengembangkan pergiliran tanaman,
mengembangkan pengelolaan tanaman dan ternak secara terpadu, mendaur ulang
limbah pertanian dan pupuk kandang untuk mempertahankan produktivitas tanah
(Nuryani, S., dkk., 2003).
Sayuran adalah komoditas yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat sebagai
sumber gizi. Namun dalam budidayanya petani memberikan input produksi seperti pupuk dan
pestisida yang terkadang berlebihan untuk menjamin produksi dan kualitas sayuran yang
dihasilkan. Lebih lanjut lagi, sistem pertanian organik didefinisikan kegiatan usahan tani
secara menyerluruh sejak proses (prapanen) sampai proses pengolahan hasil (pasca panen)
yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola secara alami (tanpa penggunaan bahan kimia
dan rekayasa genetika), sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergzi (SNI No. 016729,2002 dalam Departemen Pertanian, 2011). Sedangkan pertanian bukan organik adalah
kebalikan dari pertanian organik. Pertanian bukan organik masih menggunakan bahan kimia
sintetis dalam budidayanya. Tujuan utama pertanian organik adalah untuk menyediakan
produk pertanian yang aman bagi kesehatan serta tidak merusak lingkungan. Kelebihan dari
sayuran organik kandungan mineral tinggi,rasa lebih renyah, lebih manis, tahan disimpan dan
residu kimia (pestisida dan pupuk kimia) yang dapat menyebabkan penyakit berbahaya
seperti kanker, sedangkan kelemahannya kemungkinannya penampilan produknya kurang
menarik (berlubang) apabila dimakan ulat (Departemen Pertanian, 2011). Di antara tanaman
sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan baik secara organik dan nonorganik adalah bayam,
caisim, dan pakcoy.
2.1. Bayam
Tanaman bayam merupakan salah satu jenis sayuran komersial yang mudah diperoleh
disetiap pasar, baik pasar tradisional maupun pasar swalayan. Harganyapun dapat terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat. Tumbuhan bayam ini awalnya berasal dari negara Amerika
beriklim tropis, namun sekarang tersebar keseluruh dunia. Hampir semua orang mengenal
dan menyukai kelezatannya.Rasanya enak, lunak dan dapat memberikan rasa dingin dalam
perut dan dapat memperlancar pencernaan.Umumnya tanaman bayam dikonsumsi bagian

Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik

daun dan batangnya. Ada juga yang memanfaatkan biji atau akarnya sebagai tepung, obat,
dan lain-lain. Ciri dari jenis bayam yang enak untuk dimakan ialah daunnya besar, bulat, dan
empuk. Sedangkan bayam yang berdaun besar, tipis diolah campur tepung untuk rempeyek
(Sitomurang, N., 2012).
Klasifikasi tanaman bayam adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Hamamelidae
Ordo
: Caryophyllales
Famili
: Amaranthaceae (suku bayam-bayaman)
Genus
: Amaranthus
Spesies
: Amaranthus tricolor
(Plantamor, tanpa tahun).
Tanaman bayam sangat mudah dikenali, yaitu berupa perdu yang tumbuh tegak,
batangnya tebal berserat dan ada beberapa jenisnya mempunyai duri. Daunnya biasa tebal
atau tipis, besar atau kecil, berwarna hijau atau ungu kemerahan (pada jenis bayam merah).
Bunganya berbentuk pecut, muncul di pucuk tanaman atau pada ketiak daunnya. Bijinya
berukuran sangat kecil berwarna hitam atau coklat dan mengilap. Tanaman bayam sangat
toleran terhadap perubahan keadaan iklim. Bayam banyak ditaman di dataran rendah hingga
menengah, terutama pada ketinggian antara 5-2000 meter dari atas permukaan laut.
Kebutuhan sinar matahari untuk tanaman bayam adalah tinggi, dimana pertumbuhan
optimum dengan suhu rata-rata 20-300 C, curah hujan antara 1000-2000 mm, dan
kelembaban di atas 60 %. Oleh karena itu, bayam tumbuh baik bila ditanam di lahan terbuka
dengan sinar matahari penuh atau berawan dan tidak tergenang air/becek (Yusni B., Nurudin,
A., 2001).
Di Indonesia hanya dikenal 2 (dua) jenis tanaman bayam budidaya, yaitu Amaranthus
tricolor dan Amaranthus hybridus. Bayam cabut atau bayam sekul/bayam putih (Amaranthus
tricolor L.) memiliki batang berwarna kemerahan atau hijau keputihan dan memiliki bunga
yang keluar dari ketiak cabang. Bayam cabut yang batangnya merah disebut bayam merah,
sedangkan yang batangnya hijaukeputihan disebut bayam hijau. Bayam tahun, bayam skop
atau bayam kakap (Amaranthus hybridus L.) memiliki daun lebar. Varietas bayam diluar dari
jenis tersebut merupakan bayam liar.Bayam cabut lebih banyak dikenal oleh masyarakat
dibandingkan dengan bayam petik. Bayam petik banyak dijumpai di daerah Jawa tengah dan
Jawa timur, seperti Banyumas dan Yogyakarta. Sedangkan bayam cabut banyak dijumpai di

Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik

daerah Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian, dan Jakarta (Sitomurang, N.,
2012).
Manfaat menkomsumsi bayam, yaitu di dalam daun bayam terdapat cukup banyak
kandungan protein, mineral, kalsium, zat besi dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Sayur bayam memiliki khasiat untuk mencegah hilangnya penglihatan akibat usia
yang menua (macular degeneration), katarak, penyakit kanker, tekanan darah tinggi dan bayi
lahir cacat. Juga sebagai sumber folate, dapat membantu mencegah penyakit jantung dan bayi
lahir cacat. Tanaman bayam juga merupakan tanaman obat yang bisa dijadikan sebagai obat
tradisional berkhasiat yang dengan dapat diramu sendiri. Di beberapa negara berkembang
tanaman bayam dipromosikan sebagai sumber protein nabati, karena berfungsi ganda bagi
pemenuhan kebutuhan gizi maupun dalam pelayanan kesehatan masyarakat (Anonim, 2010).
2.2. Caisim
Menurut Wahyudi (2010), Caisim hijau, memiliki ciri-ciri pertumbuhan tanaman tegap,
bentuk daun oval agak bulat dengan tangkai daun besar panjang, warna daun dan tangkainya
hijau, sehingga bisa ditanaman di dataran rendah hingga dataran tinggi yaitu 700 m dpl bisa
di panen pada umur 30-35 HST. Potensi produksi 20-25 ton perhektar. Menurut Sunarjono
(2010). Caisim merupakan tanaman semusim, berbatang pendek. Daun caisim berbulu halus
dan tajam, urat daun utama lebar. Daun caisim ketika masak bersifat lunak, sedangkan yang
mentah rasanya agak pedas. Pola petumbuhan daun mirip tanaman kubis, daun yang muncul
terlebih dahulu menutup daun yang tumbuh hingga membentuk krop bulat panjang, bunga
seperti kubis, tepi daunnya sedikit berkerut, pena tersusun menyebar, daun mengandung
glokosida, baunya agak menusuk hidung, dan berbatang lurus. Daun caisim ini bermanfaat
sebagai sayuran.
Tipe tanah yang diingikan oleh tanaman caisim adalah lempung sampai lempung
berpasir, gembur, dan mengandung bahan organik serta drainasenya airnya lancar, derajat
keasamannya (pH) tanah yang oftimun untuk pertumbuhan berkisaran 6-6.8 (Wahyudi, 2010).
Tanaman caisim menginnginkan curah hujan tidak terlalu tinggi yaitu 200 ml/bulan. Curah
hujan yang terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya kerusaka pada daun caisim serta
tanaman caisim sulit untuk berbunga dan sebaliknya apabila curah hujan rendah maka akan
kekurangan air dan menyebabkan tanaman caisim menjadi tumbuhan kerdil serta cepat
berbunga (Rukmana, 1994). Tanaman caisim dapat tumbuh baik di tempat berhawa panas
maupun berhawa dingin, sehingga dapat di usahakan didaerah datara tinggi maupun dataran
rendah. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 m sampai dengan
1200 m dpl. Suhu yang oftimal yang di butuhkan oleh tanaman caisim adalah 15-25C. pada
Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik

suhu di bawah 15 C tanaman caisim akan cepat berbunga. Sebaliknya pada kondisi suhu di
atas 25 C , tanaman caisim akan sulit tumbuh dan ukuran daunya kecil-kecil. Kelembapan
tanah yang di butuhkan tanaman caisim adalah 60-80 % (Rukmana, 1994).
Caisim sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan
memanfaatkannya. Selain itu juga sangat potensial untuk komersial dan prospek sangat baik.
Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek sosialnya sangat
mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia. Sebutan
caisim/sawi orang asing adalah mustard. Perdagangan internasional dengan sebutan green
mustard, chinese mustard, indian mustard ataupun sarepta mustard. Orang Jawa, Madura
menyebutnya dengan sawi, sedang orang Sunda menyebut Sosin, Caisim alias sawi bakso
(Issabella, G., 2010).
Berikut adalah klasifikasi tanaman caisim:
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Dilleniidae

Ordo

: Capparales

Famili

: Brassicaceae (suku sawi-sawian)

Genus

: Brassica

Spesies

: Brassica rapa var. parachinensis L

Manfaat caisim sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada
penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi
ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Sedangkan kandungan yang
terdapat pada Caisim/sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin
B, dan Vitamin C. Caisim alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina.,
merupakan jenis sawi yang paling banyak dijajakan di pasar-pasar dewasa ini. Tangkai
daunnya panjang, langsing, berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan
berwarna hijau. Rasanya yang renyah, segar, dengan sedikit sekali rasa pahit. Selain enak
ditumis atau dioseng, juga untuk pedangan mie bakso, mie ayam, atau restoran cina
(Issabella, G., 2010).
2.3. Pakcoy
Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik

Tumbuhan pakcoy berasal dari cina dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara
luas di China selatan dan China pusat serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di
Jepang dan masi sefamili dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara
luas di Filipina, Malaysia, Indonesia dan Thailand. Di Indonesia, pakcoy sudah banyak
diusahakan oleh petani di daerah Jawa Barat dengan pertumbuhan yang baik. Pakcoy
mempunyaibuh tegak dan daun kompak. Tangkai daun berwarna putih. Daunnya sendiri
berwarna hijau segar dengan tangkai daun lebaar dan kokoh.
Adapun klasifikasi tanaman pakcoy menurut Sunarjono (2003) dalam Hidatul, T. dkk.
(2013) sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermathophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Brassicales
Famili
: Brassicaceae
Genus
: Brassica
Spesies
: Brassica chinensis
Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa
dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun
demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Tanaman
pakcoy tahan terhadapn air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. Ketinggian
tempat yang optimum bagi tanaman pakcoy, yaitu 1000-2000 mdpl, suhu lingkungan 1521C, penyinaran matahari: 200-400 footcandles, dan kelembaban > 60%. Pada musim
kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Pakcoy dapat ditanam
dengan beih langsung atau dipindah tanam dengan kerapatan tinggi yaitu sekitar 20-25
tanaman/m2, dan bagi kultivar kerdil ditanam dua kali lebih rapat. Kultivar genjah dipanen
umur 40-50 hari dan kultivar lain memerlukan waktu hingga 80 hari setelah tanam. Pakcoy
memiliki umur pasca panen singkat, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan selama 10
hari pada suhu 0C. Tanah yang cocok untuk ditanami pakcoy adalah tanah gembur, banyak
mengandung humus, subur, serta pembuangan air yang baik. Derajat kemasaman (pH) tanah
yang optimum untuk pertumbuhannyaadalah antara 5-7.
Morfologi tanaman pakcoy, yaitu pakcoy memiliki akar tunggang, cabang-cabang akar
berbentuk bulat panjang (silindris) menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-40
cm. Akar berfungsi untuk menghisap air dan zat-zat makanan dari dalam tanah serta
menguatkan berdirinya batang. Batang atau caulis pakcoy pendek dan beruas-ruas, batang ini
berfungsi sebagai alat bantu pembentuk dan penopang daun. Daun pakcoy berbentuk oval,
berwarna hijau tua, dan mengkilat, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau

Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik 10

setengah mendatar, tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai
daun, berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman pakcoy dapat
mencapai tinggi 15-30 cm.
Pakcoy adalah sayuran yang memiliki banyak kandungan gizi. Sejak zaman dahulu,
orang tionghoa telah menggunakan pakcoy sebagai pelengkap maupun masakan utama yang
dihidangkan di meja makanan mereka. Sayuran ini juga memiliki banyak kandungan vitamin
K yang cukup besar. Peranan vitamin K dalam tubuh cukup beragam, namun yang paling
dominan adalah untuk membantu proses pembekuan darah jika terjadi luka, sehingga luka
akan cepat tertutup untuk mencegah kita kehilangan terlalu banyak dara akibat luka.
Kandungan serat yang terdapat pada sayuran pakcoy dapat membantu melancarkan proses
pencernaan dalam tubuh manusia. Selain itu, peran lain dari serat adalah untuk membantu
mengurangi kadar kolesterol. Hal itu terjadi karena di dalam saluran pencernaan, serat akan
mengikat asam empedu yang merupakan produk akhir dari kolesterol yang kemudian
dikeluarkan bersama kotoran. Sayuran yang memiliki daun berwarna hijau pekat ini juga
dapat membantu untuk mencegah penyakit kanker meskipun dalam dosis yang kecil. Hal ini
dikarenakan dalam pakcoy terdapat senyawa glukosinolat. Di samping itu, kandungan
vitamin K pada sayur ini juga dipercaya mampu menangani kanker karena dapat bertindak
sebagai racun bagi sel-sel kanker.

Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik 11

BAB III
METODOLOGI
3.1. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi
berupa wawancara kepada konsumen sayuran organik secara langsung, dan studi pustaka
mengenai tanaman bayam, caisim, dan pakcoy, yaitu melalui jurnal, buku, dan internet.
3.2. Waktu dan Tempat Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah bayam, caisim, dan pakcoy. Hal
ini didasarkan pada observasi kami terhadap produk sayuran organik terbanyak di Superindo
di daerah Jatinangor, yaitu bayam, caisim, dan pakcoy.
Waktu dan tempat pengambilan sampel caisim dilakukan pada hari Minggu, 6 April
2014, bertempat di pasar swalayan di daerah Jatinangor, yaitu Super Indo untuk memperoleh
caisim organik dan pasar tradisonal untuk memperoleh caisim anorganik. Pemilihan lokasi
tersbut karena untuk memudahkan penulis dalam memperoleh caisim organik dan anorganik,
selain itu, di pasar swalayan, seperti Super Indo, ketersediaan produk sayuran organik, seperti
caisim sangat banyak. Untuk pengambilan sampel bayam dan pakcoy organik, dilakukan
pada hari Sabtu, 10 Mei 2014, bertempat di pasar swalayan di daerah Jatinangor, yaitu Super
Indo. Sedangkan bayam anorganik diperoleh dari pasar swalayan Griya di daerah Jatinangor
pada hari Minggu, 12 Mei 2014. Pada hari yang sama pula, diambil sampel pakcoy anorganik
di pasar swalayan di daerah Jatinangor, yaitu Super Indo.
Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini, yaitu penjajagan,
pengambilan sampel, dan melakukan analisa di laboratorium. Hal yang diamati mengenai
perbedaan antara sayuran caisim organik dan anorganik adalah pengamatan secara fisik
(pengamatan mengenai perbedaan fisiologis dari caisim organik dan anorganik), serta
pegujian terhadap kandungan zat kimia berbahaya (uji toksisitas) yang terkandung pada
bayam, caisim, dan pakcoy organik dan anorganik.

Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik 12

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara kelompok kami, kepada konsumen yang membeli
langung produk sayuran organik, maka diperoleh data bahwa mereka lebih menyukai
membeli sayuran organik dibandingkan anorganik, yaitu disebabkan karena hal-hal sebagai
berikut:
1. Baik untuk kesehatan
2. Terjamin karena bebas bahan kimia
3. Lebih enak, dan tidak pahit. Menurut beberapa sumber, sayuran anorganik dinilai
rasanya lebih pahit dari yang organik
4. Penampilannya walaupun banyak berlubang, tetapi segar. Kesegaran produk adalah
penampilan produk yang terlihat segar dan tidak layu saat dibeli oleh konsumen.
5. Kemasannya rapi, bersih, dan tidak perlu ditimbang.
Berikut adalah perbedaan bayam, caisim, dan pakcoy organik dan anorganik, dilihat
dari segi fisiknya:
Jenis Sayuran

Organik

Anorganik

Bayam

Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik 13
Anorganik

Caisim

Organik

Pakcoy

Tabel 4.1. Perbedaan bayam, caisim, dan pakcoy organik serta anorganik dilihat dari kondisi
Fisiknya
Sumber: Dokumentasi Penulis

Berdasarkan studi literatur, berikut adalah kandungan bayam, caisim, dan pakcoy.

Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik 14

4.1. Bayam
Berikut ini adalah komposisi gizi yang terkandung tiap 100 g pada daun tanaman
bayam, yaitu:

Gambar 4.1. Tabel komposisi gizi yang terkandung tiap 100 g pada daun tanaman
bayam
Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1980 dalam Sitomurang, N., 2012
Di dalam daun bayam terdapat cukup banyak kandungan protein, mineral, kalsium, zat
besi dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sayur bayam memiliki khasiat untuk
mencegah hilangnya penglihatan akibat usia yang menua (macular degeneration), katarak,
penyakit kanker, tekanan darah tinggi dan bayi lahir cacat. Juga sebagai sumber folate, dapat
membantu mencegah penyakit jantung dan bayi lahir cacat. Tanaman bayam juga merupakan
tanaman obat yang bisa dijadikan sebagai obat tradisional berkhasiat yang dengan dapat
diramu sendiri.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Rutgers, New
Brunswick, New Jersey, diperoleh data mengenai perbedaan tanaman bayam anorganik
dengan bayam organik dari segi kandungan nutrisinya (per 100 gram bobot kering/ppm),
yaitu:
Mineral

Fosfo Magnesiu
r
m

Sodiu
m

Manga
n

Tembag
a

Kalsiu
m

Potasiu
m

Boro
n

Bes
i

Organik

28.56 0.52

96

203.9

237

88

117

1584

32

47.5

46.9

84.6

12

49

0.3

Anorgani
12.38 0.27
k

Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik 15

Tabel 4.2. Perbedaan tanaman bayam anorganik dengan bayam organik dari segi kandungan
nutrisinya (per 100 gram bobot kering/ppm)
Sumber: Wayne Pickering, 2003
4.2. Caisim
Berikut ini adalah komposisi gizi per cangkir (cup) caisim:

Gambar 4.2. Tabel komposisi gizi per cangkir (cup) caisim


Sumber: Issabella, G., 2010
Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa sawi mengandung berbagai zat gizi
yang sangat dibutuhkan tubuh, antara lain vitamin K, A, C, E, folat, mangan, dan serat
pangan dilihat dari kandungan dan angka kecukupan gizinya (AKG). Menurut Almatsier
(2002: 329), 1 cangkir (cup) sama dengan 240 ml atau sama dengan 140 gram. Kandungan
vitamin K pada sawi sangat tinggi, yaitu mencapai 419,3 mcg per cangkir (cup) sawi.
Kandungan vitamin K pada sawi dikatakan sangat tinggi karena 5 kali lebih besar dari
vitamin K yang dibutuhkan manusia dewasa laki-laki dan perempuan per hari, yaitu sebesar
60-80 mcg (Murray, dkk, 2003: 630 dalam Issabella, G., 2010 ). Konsumsi per cangkir (cup)
sawi sudah dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin K per hari. Sebagai sayuran daun,
sawi caisim kaya akan sumber vitamin dan mineral. Menurut Rukmana (1994: 14) dalam
Issabella, G. (2010), sawi caisim banyak mengandung vitamin A, sehingga berdaya guna
dalam upaya mengatasi masalah kekurangan vitamin A atau penyakit rabun ayam
(Xerophthalmia) yang sampai saat ini menjadi masalah di kalangan anak balita. Kandungan
Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik 16

nutrisi pada sawi caisim berguna juga untuk kesehatan tubuh manusia yaitu untuk
mendinginkan perut.
4.3. Pakcoy
Berikut ini adalah kandungan gizi pada tanaman pakcoy:

Gambar 4.3. Tabel kandungan gizi pada tanaman pakcoy


Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1981 dalam Hidatul, T. dkk.,
2013
Sayuran ini memiliki banyak kandungan vitamin K yang cukup besar. Peranan vitamin
K dalam tubuh cukup beragam, namun yang paling dominan adalah untuk membantu proses
pembekuan darah jika terjadi luka, sehingga luka akan cepat tertutup untuk mencegah kita
kehilangan terlalu banyak dara akibat luka. Kandungan serat yang terdapat pada sayuran
pakcoy dapat membantu melancarkan proses pencernaan dalam tubuh manusia. Selain itu,
peran lain dari serat adalah untuk membantu mengurangi kadar kolesterol. Hal itu terjadi
karena di dalam saluran pencernaan, serat akan mengikat asam empedu yang merupakan
produk akhir dari kolesterol yang kemudian dikeluarkan bersama kotoran. Sayuran yang
memiliki daun berwarna hijau pekat ini juga dapat membantu untuk mencegah penyakit
kanker meskipun dalam dosis yang kecil. Hal ini dikarenakan dalam pakcoy terdapat

Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik 17

senyawa glukosinolat. Di samping itu, kandungan vitamin K pada sayur ini juga dipercaya
mampu menangani kanker karena dapat bertindak sebagai racun bagi sel-sel kanker.
4.4. Dampak dan Nasib Pestisida
Berdasarkan studi kasus, menurut Dr. Nani Djuangsih dalam penelitiannya tahun 1987
di beberapa desa di Jawa Barat menemukan residu DDT dalam Asi sebanyak 11,1 ppd
didaerah Lembang. Demikian pula penelitian muthahir yang dilakukan Dr. Theresia
membuktikan masih detemukan turunan DDT sebanyak 0,2736 ppm dalam ASI di daerah
Pengalengan. Dampak secara tidak langsung dirasakan oleh manusia, oleh adanya
penumpukan pestisida di dalam darah yang berbentuk gangguan metabolisme enzim
asetilkolinesterase (AChE), bersifat karsinogenik yang dapat merangsang sistem syaraf
menyebabkan parestesia peka terhadap perangsangan, iritabilitas, tremor, terganggunya
keseimbangan dan kejang-kejang (Frank C. Lu, 1995). Hasil uji Cholinesterase darah dengan
Tintyometer Kit yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur terhadap tenaga
pengguna pestisida pada tahun 1999 dari 86 petani yang diperiksa 61,63 % keracunan dan
2000 sebanyak 34,38 % keracunan dari lokasi yang berbeda. Sulistiyono (2002), pada petani
Bawang Merah di tiga kecamatan di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur, ditemukan petani yang
terpapar pestisida kategori berat 5 orang dan ringan 83 kasus dari 192 responden.
Pestisida dapat merusak keseimbangan ekologi. Dinamika pestisida dilingkungan yang
membentuk suatu siklus, terutama jenis pestisida yang persisten. Penggunaan pestisida oleh
petani dapat tersebar di lingkungan sekitarnya; air permukaan, air tanah, tanah dan tanaman.
Sifat mobil yang dimiliki akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme non sasaran,
kualitas air, kualitas tanah dan udara. Kondisi tanah di Lembang dan Pengalengan Jawa Barat
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Theresia (1993) sudah tercemar pestisida. Di
daerah Lembang, contoh tanah yang diambil dari sekitar ladang tomat, kubis, buncis dan
wortel, mengandung residu organoklorin yang cukup tinggi. Penggunaan pestisida dan
tertinggalnya residu dapat sangat menurunkan populasi hewan tanah.
Hingga saat ini ketergantungan petani terhadap pestisida semakin tinggi untuk
menghasilkan kuantitas dan cosmetic appearance produk, hal ini disebabkan oleh
kesimbangan ekologis yang sudah tidak sempurna (populasi hama tinggi musuh alami
semakin punah).
Di pihak lain penggunaan pestisida membawa bencana yang sangat hebat terhadap
kesehatan petani dan konsumen akibat mengkonsumsi produk hortikultura yang mengandung
residu pestisida. Menurut WHO setiap setengah juta kasus pestisida terhadap manusia, 5000
diakhiri dengan kematian. Dampak lain yang tidak kalah pentingnya adalah timbulkan

Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik 18

pencemaran air, tanah dan udara yang dapat mengganggu sistem kehidupan organisme
lainnya di biosfer ini. Oleh karena itu, diperlukan penggunaan pestisida yang bijaksana
(Anonim, 2009).
Mobilitas pestisida merupakan hasil dari didistribusikannya kembali pestisida dari
daerah aplikasi atau pergerakan sejumlah pestisida ke luar daerah aplikasi. Setelah aplikasi,
pestisida dapat 1) tertangkap oleh partikel tanah, vegetasi, dan permukaan lainnya yang dekat
dengan daerah deposisi; 2) tertangkap oleh partikel tanah dan bergerak dengan adanya erosi
tanah karena aliran permukaan dan angin; 3) terlarut dalam air dan terserap oleh tanaman,
bergerak oleh aliran permukaan, atau tercuci; dan 4) volatilisasi atau tererosi dari daundaunan atau tanah dengan adanya angin dan terbawa angin (Rasiska, S., 2013).

Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik 19

BAB V
PENUTUP

Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik 20

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Tanaman Obat Bayam dan Khasiatnya. http://warnadunia.com/ (Diakses 12
Mei 2014).
Departemen

Pertanian.

2011.

Budidaya

sayuran

organik

menuju

hidup

sehat.

http://epetani.deptan.go.id/ (Diakses 11 Mei 2014).


Nuryani, S., dkk. 2003. SIFAT KIMIA ENTISOL PADA SISTEM PERTANIAN ORGANIK.
Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 10 No. 2, 2003 : 63-69.
Hidatul, T. dkk. 2013. Laporan Akhir Praktikum Lapangan Manajemen Usahatani: Analisi
Usahatani Tanaman Pakcoy. Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian.
Universitas Padjadjaran. Jatinangor.
Hodijah, S. 2013. Budidaya Sawi atau Caisim Sehat Dari Cisarua Bogor. Kementrian
Pertanian. http://cybex.deptan.go.id/ (Dikases 7 April 2014).
Issabella, G. 2010. SIKAP KONSUMEN PASAR SWALAYAN TERHADAP SAWI CAISIM
ORGANIK DI KOTA SURAKARTA. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi
Pertanian.

FAKULTAS

PERTANIAN.

UNIVERSITAS

SEBELAS

MARET.

SURAKARTA.
Rasiska, S. 2013. Memahami Permasalahan di Lingkungan dan Produk Pertanian. Mata
Kuliah Toksikologi Lingkungan dan Produk Pertanian. Fakultas Pertanian.
Universitas Padjadjaran. Jatinangor.
Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Caisim. Yogyakarta: Kanisius.
Sisca, S. 2012. Pertanaian Organik Persyaratan, Budidaya, dan Sertifikasi. Badan Penelitian
dan Pengembanagn Pertanian. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Tengah.
Sitomurang, N. 2012. Mengenal Tanaman Bayam. http://repository.usu.ac.id/(Diakses 11 Mei
2014).
Sunarjono, H. 2010. Bertanam 30 Jenis Tanaman Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Plantamor. Tanpa tahun. Klasifikasi Bayam. http://www.plantamor.com/ (Diakses 11 Mei
2014).
Wahyudi, 2010. Petunjuk Praktis Bertanamn Sayuran. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Wayne Pickering. 2003. ORGANIC Verses INORGANIC. http://www.wayne-pickering.com/
(Diakses 11 Mei 2014).
Yusni B., Nurudin, A. 2001. Bayam. Jakarta: Penebar Swadaya.

Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik 21

Analisis Perbedaan Kandungan Kimia pada Bayam, Caisim, dan Pakcoy Organik serta Anorganik 22

Anda mungkin juga menyukai