TINJAUAN PUSTAKA
yang mempunyai sifat aerobik dan non-motil, merupakan bakteri dengan katalase
2.1.1 Epidemiologi
sebagai infeksi yang terjadi pada pasien yang menjalani perawatan di Rumah
Sakit dan muncul lebih dari 48-72 jam pasca perawatan. Infeksi nosokomial
bakteri penyebab infeksi. Sebab lain adalah terdapat proses inkubasi yang lama
dari morbiditas, mortalitas dan peningkatan waktu dan biaya pengobatan pasien.
5
6
atau karena penyakit penyerta yang lain. Salah satu yang paling sering
menimbulkan infeksi nosokomial adalah pasien yang berada pada Intensive Care
Unit (ICU). Pada pasien ICU, kejadian infeksi nosokomial akan meningkat tiga
sekunder, Surgical Site Infection (SSI), Bloodstream Site Infection (BSI) dan
penyebab tersering outbreaks infeksi nosokomial dan berada pada daftar enam
karena (ISAB). Infeksi nosokomial tersebut paling banyak diduduki oleh penyakit
pneumonia (30,3%) dan Surgical Site Infection (28,8%) pada IRAB, pada kasus
ISAB, Surgical Site Infection muncul sebanyak 33,3% dan Blood Stream Infection
Mikrobiologi pada tahun 2011 di ICU RS. Cipto Mangunkusumo telah terjadi
terbanyak yang ditemukan pada kultur sputum di ICU yakni sebanyak 36,2%.
Penelitian di ICU RSUP Sanglah Denpasar pada Juli sampai Desember 2013
didapatkan hasil kultur bakteri terbanyak adalah Gram negatif yaitu Acinetobacter
diikuti dengan bakteri gram positif yaitu CoNS (6%). Penelitian yang
dilaksanakan pada RSUD Riau pada tahun 2015, pola sebaran kuman pada ICU,
2.1.2 Taksonomi
Kingdom/Domain : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Order : Pseudomonadales
Family : Moraxellaceae
Genus : Acinetobacter
Species : Acinetobacter baumannii
8
Acinetobacter merupakan bakteri tidak tahan asam dan dapat di tanam dan
Agar Plates (BAP), koloni dari bakteri ini menampakkan bentuk dan ukuran yang
tipikal, tidak berwarna (putih atau cream), lunak dan mukoid. Sementara pada
Eosin Methylen Blue Agar, koloni tersebut akan menampakkan warna kebiruan
sampai biru keabuan. Pada Herellea Agar, koloni dapat berwarna lavender
pink atau ungu (Doughari et al., 2011). Katalase positif, ditandai dengan
merupakan bakteri aerob, fakultatif anaerob, atau obligat anaerob dan digunakan
bakteri sendiri. Namun mereka dapat tetap hidup dengan adanya anti metabolit
hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Bakteri ini pada media cair,
pertumbuhan awal bakteri. Dinding sel dari Acinetobacter merupakan tipe dinding
Trajkovska, 2009).
9
Spesies atau genus tertentu yang berbeda bisa ditemui di tanah, air, makanan,
normal yang ada pada kulit (Towner, 2006), mukosa faring dan sekret dari traktus
terbanyak dari infeksi lokal serta sistemik, meliputi pneumonia, septikemia dan
infeksi pada luka (Beggs et al., 2006). Selain itu, khususnya pada lingkungan
Rumah Sakit terlebih khusus lagi pada Intenstive Care Unit (ICU), salah satu
urinals dan respirometer karena sifat bakteri yang dapat bertahan dalam keadaan
kering dalam periode yang lama. (Kanafani & Kanj, 2014). Selain pada keadaan
kering, bakteri tersebut juga dapat ditemukan dalam keadaan lembap (moist)
contohnya pada tenaga kesehatan, tempat tidur yang ada di ruangan ICU dan
ventilator yang berada pada keadaan lembap. (Beggs et al., 2006; Kanafani &
Kanj, 2014).
2.1.4 Patogenesis
sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti. Bakteri ini belum diketahui
dapat memproduksi toksin atau cytolysins, dan beberapa faktor virulensi yang
10
faktor penting bagi bakteri ini untuk hidup terus menerus di rumah
(ii) ada banyak faktor virulensi yang memfasilitasi infeksi pada manusia,
invasi sel epitel, induksi apoptosis sel, dan resistensi serum. Seperti
baumannii.
menjadi patogen nosokomial pada beberapa Rumah Sakit di seluruh dunia (Abbo
et al., 2005; Kanafani & Kanj, 2014). Selain istilah MDRO, ada juga yang disebut
efflux pump yang meningkat dan produksi secara kromosomal yang berkaitan
dengan enzim beta-laktamase dan protein porin yang mengalami mutasi (Zarrilli
Inggris, Perancis, Brazil, Irak, Yunani, Singapura dan Italia (Zarrilli et al., 2013).
yang cukup banyak untuk infeksi nosokomial, terdapat beberapa antibiotik yang
masih poten dalam mengobati bakteri ini antara lain : Carbapenem, sulbactam
Aruj, 2007; Dinc et al., 2015). Hanya sedikit dari banyaknya antibioitk yang ada
Ficus merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling penting dari
beringin, ara/aro, jilabuak atau sikalabuak dengan ciri khas pada bentuk dan
struktur buah yang disebut dengan fig atau syconium. Ficus terdiri dari hampir
13
800 jenis, yang tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak didapatkan pada
hutan yang ada di dataran tinggi sampai dataran rendah ataupun daerah terbuka.
Beberapa jenis spesies Ficus bisa ditemukan di dataran rendah atau dataran
tinggi, salah satu yang dapat ditemukan di dataran tinggi adalah jenis Ficus
Ficus benjamina adalah salah satu jenis dari beringin yang tersebar dan
berasal dari kawasan yang luas meliputi India, Cina bagian selatan, Asia
Tenggara termasuk Malaysia, Filipina dan Indonesia, bagian utara Australia dan
beberapa pulau di daerah Pasifik. Jika disimpulkan, Ficus benjamina atau biasa
disebut dengan beringin ini berasal dari daerah kawasan Asia-Pasifik (Starr et al.,
2003).
Pohon beringin (Ficus benjamina) memiliki ciri khas berupa akar gantung
yang menjulur dari atas ke bawah dalam jumlah banyak, sehingga tampak
seperti garis-garis vertikal yang menopang pohon tersebut (Hemmer et al., 2004).
Pohon beringin yang merupakan tanaman asli Asia Tenggara termasuk dari
Indonesia dan sebagian Australia ini banyak ditanam sebagai tanaman dekoratif
tanaman dekoratif di halaman kantor dan rumah (Heyne, 1987; Bauer & Speck,
2012). Hal tersebut dimaksutkan untuk meneduhkan dari sinar matahari karena
pohon beringin memiliki morfologi yang tinggi sampai 60 kaki sehingga dapat
pemanfaatan kayu, daun, ataupun akar gantung dari pohon beringin. Kayu
daripada tanaman beringin bisa digunakan sebagai kayu bakar, ataupun bahan
14
Apabila dilihat dari bidang kesehatan, bagian tanaman dari Ficus benjamina
yang sudah banyak diambil manfaatnya adalah daun dan bagian akar gantung
dari pohon beringin itu sendiri. Daun beringin berkhasiat sebagai obat influenza,
radang saluran nafas (bronkitis), batuk rejan (pertusis), malaria, radang usus
akut, disentri, dan kejang panas pada anak-anak (Hasti dkk., 2008). Pada
penelitian yang dilakukan oleh Cahyani dkk., (2013) telah di gabung bahwa akar
yang mengalami penurunan fungsi karena paparan asap rokok pada populasi
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Ficus
Spesies : Ficus benjamina L
lonjong, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 3-6 cm, lebar 2-4cm,
tangkai silindris, kelopak bentuk corong, hijau, benang sari dan putik halus,
15
kuning, mahkota bulat, halus kuning kehijauan, buah buni, bulat, panjang 0,5-
1cm, masih muda hijau setelah tua merah, masak hitam. Mempunyai biji yang
bulat, keras, dan berwarna putih. Akar tunggang dan berwarna coklat
dan atau antimikroba yang dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
Tabel 1. Total Kandungan Fenol dan Flavonoid pada bagian tanaman Ficus
benjamina (Imran et al., 2014)
Keterangan :
Arifianti, dkk., (2014), etanol digunakan sebagai pelarut karena sifatnya yang
polar, universal dan mudah di dapat. Sesuai dengan konsep like dissolve like,
dimana senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar dan senyawa
yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut non polar (Arifianti, dkk., 2014).
pelarut lain, hal ini dikarenakan ekstrak etanol mempunyai kesamaan tingkat
juga bersifat polar dan karenanya cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol.
Penelitian dari Rahama & Mashi (2015), menyebutkan bahwa Ficus benjamina
sudah terbukti dapat menjadi agen antimikroba untuk bakteri Gram positif yaitu
17.73±0.36 mm) dan bakteri Gram negatif yaitu Escherichia coli (diameter inhibisi
18
2.2.2.1 Flavonoid
tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji.
Flavonoid juga terdapat pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-
berang dan sekresi lebah. Struktur dasar dari senyawa flavonoid terdiri dari 2-
phenyl-benzol-pyrane atau flava nucleus yang terdiri dari dua cincin aromatik
benzena yang dihubungkan oleh 3 atom karbon, atau suatu fenilbenzopiran (C6-
C3-C6). Bergantung pada posisi ikatan dari cincin aromatik benzena pada rantai
2.2.2.2 Tanin
Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari
senyawa fenolik. Istilah tanin pertama sekali diaplikasikan pada tahun 1796 oleh
Seguil. Tanin terdiri dari sekelompok zat – zat kompleks terdapat secara meluas
dalam dunia tumbuh – tumbuhan, antara lain terdapat pada bagian kulit kayu,
akar, batang, daun dan buah – buahan. Tanin yang dihasilkan dari tumbuh-
tumbuhan mempunyai ukuran partikel dengan range besar. Tanin ini disebut juga
asam tanat, galotanin atau asam galotanat. Tanin merupakan senyawa aktif
Beberapa tahun terakhir, tanin juga sedang dikembangkan dan diteliti efeknya
bakteri menjadi lisis karena adanya tekanan osmotik maupun tekanan fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Safera, 2005). Menurut Naim (2004), mekanisme
menginaktivasi adhesin sel bakteri (molekul yang menempel pada sel inang)
yang terdapat pada permukaan sel. Tanin yang memiliki target pada polipeptida
dinding sel akan mengakibatkan kerusakan pada dinding sel karena tanin adalah
salah satu senyawa fenol (Sari dkk., 2011). Kompleksasi dari ion besi dengan
kondisi aerobik membutuhkan zat besi untuk berbagai fungsi, termasuk reduksi
20
dari prekursor ribonukleotida DNA. Hal ini disebabkan oleh kapasitas pengikat
dibagi menjadi dua, yaitu bakteriostatik yang merupakan antimikroba yang dapat
mikroba
enzim.
suatu zat yang diduga atau telah memiki aktivitas sebagai antibakteri dalam
larutan terhadap suatu bakteri (Brooks et al., 2007). Macam-macam metode uji
McPherson, 2004). Kelemahan metode ini yaitu hanya dapat digunakan untuk
isolasi tipe organisme yang dominan dalam populasi campuran (Brooks et al.,
2007).
yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami
mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih pada
Metode difusi agar dibedakan menjadi dua yaitu cara Kirby Bauer dan cara
Metode difusi disk (tes Kirby Bauer) dilakukan untuk menentukan aktivitas agen
antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar
yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar
2008). Keunggulan uji difusi cakram agar mencakup fleksibilitas yang lebih besar
dalam memilih obat yang akan diperiksa (Sacher & McPherson, 2004).
2) Cara sumuran
Metode ini serupa dengan metode difusi disk, di mana dibuat sumur pada media
agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi
c. Metode dilusi
Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair dan dilusi padat.
Metode ini mengukur KHM (Kadar Hambat Minimum) dan KBM (Kadar Bunuh
Minimum). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen
antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji (Pratiwi,
2008).
Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media padat
(solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang
diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji (Pratiwi, 2008).