Anda di halaman 1dari 7

FARMASI

2020;5(1): 25-31
E-ISSN : 2657-0408

http://ojs.stikes-muhammadiyahku.ac.id/index.php/jfarmaku

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ASETON RIMPANG KUNYIT (CURCUMA


DOMESTICA) TERHADAP BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN
ESCHERICHIA COLI

Mariam Ulfah 1

1
S1 Farmasi, STIKES Muhammadiyah Cirebon

ABSTRAK merupakan bakteri gram negatif dengan zona


hambat sebesar 7 mm. Perbedaan nilai zona
Kunyit (Curcuma domestica) merupakan suatu
hambat ini dimungkinkan karena perbedaan
tumbuhan yang telah digunakan sejak lama
struktur membran sel bakteri gram positif dan
sebagai obat tradisional. Rimpang kunyit
gram negatif, dimana bakteri gram positif
digunakan untuk mengatasi berbagai masalah
memiliki membrane sel yang lebih tipis
kesehatan seperti antimikroba, antibakteri,
sehingga lebih rentan terhadap agen antibakteri.
antikejang, analgetik, antidiare, antipiretik dan
antitumor. Kunyit mengandung senyawa Kata kunci : Rimpang kunyit, antibakteri, zona
kurkumin yang merupakan senyawa fenolik hambat
dengan aktivitas yang beragam diantaranya
antibakteri, antioksidan dan antiinflamasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ABSTRACT
aktivitas antibakteri dari ekstrak aseton
rimpang kunyit terhadap bakteri Turmeric (Curcuma domestica) is a plant that
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. has been used for a long time as a traditional
Metode Disc diffusion Kirby-Bauer digunakan medicine. Turmeric rhizome is used to
dalam penelitian ini. Simplisia rimpang kunyit overcome various health problems such as
dimaserasi dengan pelarut aseton selama 3 x 24 antimicrobial, antibacterial, anticonvulsant,
jam. Selanjutnya dilakukan uji antibakteri analgesic, antidiarrheal, antipyretic and
terhadap ekstrak aseton rimpang kunyit. antitumor. Turmeric contains curcumin which
Amoksilin sebagai kontrol positif untuk S. is a phenolic compound with a variety of
aureus dan kloramfenikol sebagai kontrol pharmacological activities including
positif untuk bakteri E. coli. Dimetil sulfoksida antibacterial, antioxidant and anti-
(DMSO) digunakan sebagai kontrol negatif. Uji inflammatory. The purpose of this study was to
antibakteri yang telah dilakukan menunjukkan determine the antibacterial activity of turmeric
bahwa ekstrak aseton rimpang kunyit memiliki rhizome acetone extract against the bacteria
nilai zona hambat sebesar 10 mm terhadap Staphylococcus aureus and Escherichia coli.
bakteri S. aureus yang merupakan bakteri gram Kirby-Bauer Disc diffusion method was used in
positif sedangkan terhadap bakteri E. coli yang this study. Simplisia turmeric is macerated with

Correspondance: Mariam Ulfah e-mail: Mariam_ulfah45@yahoo.com

Copyright @2017. This is an open-access article distributed under the terms of the Creatve Commons Atribution-NonCommercial-
ShareAlike 4.0 International License (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/) which permits unrestricted non-commercial
used, distribution and reproduction in any medium
Farmasi
2020;5(1): 25-31 26
acetone solvent for 3 x 24 hours. Furthermore, Penelitian yang mengkaji aktivitas
an antibacterial test was carried out on the farmakologis dari ekstrak rimpang kunyit telah
turmeric rhizome acetone extract. Amoxicillin banyak dilakukan oleh peneliti. Ekstrak air
as a positive control for S. aureus and rimpang kunyit memiliki aktivitas antibakteri
chloramphenicol as a positive control for E. dengan nilai MIC (Minimum Inhibitory
coli bacteria. Dimethyl sulfoxide (DMSO) is Concentration) berkisar antara 4 sampai 16 g/L
used as a negative control. Antibacterial tests dan nilai MBC (Minimum bactericidal
have shown that turmeric rhizome acetone concentration) berkisar antara 4 hingga 16 g/L
extract has a inhibition zone value of 10 mm terhadap S. epidermis, S. aureus, Klebsiella
against S. aureus which are gram positive pneumoniae dan E. coli. Ekstrak metanol
bacteria while against E. coli which are gram rimpang kunyit memiliki aktivitas antibakteri
negative bacteria with inhibition zones of 7 terhadap Bacillus subtilis dan S. aureus dengan
mm. The difference in inhibitory zone values is nilai MIC berturut-turut 16µg/mL dan 128
possible because of differences in the structure µg/mL. Ekstrak etanol dan heksana rimpang
of gram-positive and gram-negative bacterial kunyit memiliki aktivitas antibakteri terhadap
cells, where gram-positive bacteria have thinner 24 bakteri yang diisolasi dari ayam dan udang
cell membranes so they are more susceptible to dengan nilai MIC 3,91 sampai 125 µg/mL
antibacterial agents. (Zorofchian Moghadamtousi et al., 2014).

Keywords: Turmeric, antibacterial, inhibition Kandungan utama Curcuma domestica


zone V. adalah kurkumin dan minyak atsiri yang
dapat berfungsi sebagai antimikroba. Kurkumin
pertama kali diisolasi pada tahun 1815 (Vogel
PENDAHULUAN & Pelletier, 1815). Struktur kimia dari
kurkuminoid pertama kali dielusidasi oleh
Indonesia merupakan salah satu Roughley & Whiting (1973). Struktur
Negara yang sangat kaya akan sumber daya utamanya berupa karbon alifatik, tak jenuh dan
alam. Tumbuhan-tumbuhan di Indonesia gugus aril yang dapat tersubstitusi atau tidak
merupakan gudang senyawa bahan alam yang (Naz et al, 2010). Kurkuminoid dalam rimpang
memiliki struktur dan aktivitas farmakologis kunyit merupakan kelompok senyawa fenolik.
yang beranekaragam. Masyarakat Indonesia Mekanisme kerja kurkumin sebagai antibakteri
banyak memanfaatkan tumbuhan untuk mirip persenyawaan fenol lainnya yaitu
pengobatan tradisional. Salah satu tumbuhan menghambat metabolisme bakteri dengan cara
yang telah digunakan oleh masyarakat merusak membran sitoplasma dan
Indonesia sebagai bahan untuk pengobatan mendenaturasi protein sel yang menyebabkan
adalah kunyit (Curcuma domestica) terutama di kebocoran nutrien dari sel sehingga sel bakteri
bagian rimpangnya. Tidak hanya di Indonesia, mati atau terhambat pertumbuhannya
di beberapa Negara di dunia rimpang kunyit (Ramadhani, Erly and Asterina, 2017)
digunakan untuk mengatasi berbagai masalah
kesehatan seperti antimikroba, antibakteri, Aktivitas anti-inflamasi dari curcumin
antikejang, analgetik, antidiare, antipiretik dan dianggap sebagian disebabkan oleh penekanan
antitumor. Penggunaan kunyit sebagai obat sintesis prostaglandin. Sintesis prostaglandin
tradisional ini dikarenakan efek sampingnya dari asam arakidonat dikatalisis oleh dua
yang sedikit (Muadifah, Eka Putri and Latifah, isoenzim: COX-1 dan COX-2, keduanya
2019). ditemukan pada tumor usus besar tikus dan
manusia. Kurkumin secara signifikan

Copyright @2017. This is an open-access article distributed under the terms of the Creatve Commons Atribution-NonCommercial-
ShareAlike 4.0 International License (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/) which permits unrestricted non-commercial
used, distribution and reproduction in any medium
27 Farmasi
2020;5(1): 25-31

menghambat ekspresi COX-2. Kurkumin juga METODOLOGI PENELITIAN


mampu menghambat pertumbuhan
helikobacterpilori, sebuah kelompok Alat dan Bahan
karsinogenik, sebagai mekanisme yang Alat yang digunakan yaitu peralatan
menjelaskan kemungkinan perannya dalam gelas laboratorium, mikropipet, neraca analitik
pencegahan kanker lambung dan usus besar dan inkubator IC55, Rotary evaporator Buchi.
pada tikus. Kurkumin juga mampu menekan
Bahan yang digunakan yaitu rimpang kunyit
aktivitas beberapa mutagen dan karsinogen sebanyak 1 Kg. Pelarut untuk maserasi yaitu
yang umum dalam berbagai jenis sel dalam aseton yang memiliki kualitas teknis dan
studi in vitro dan in vivo. Efek antikarsinogenik terlebih dahulu didestilasi untuk
dari kunyit dan kurkumin disebabkan oleh efek
menghilangkan air. Pelarut yang digunakan
antioksidan langsung dan radikal bebas, serta dalam uji antibakteri adalah dimetilsulfoksida
kemampuannya untuk meningkatkan kadar p.a (Merck), media padat Nutrient Agar (NA)
glutathione secara tidak langsung, sehingga sedangkan bakteri yang digunakan dalam
membantu detoksifikasi hati dari mutagen dan
percobaan ini yaitu bakteri S. aureus dan E.
karsinogen, dan menghambat pembentukan coli sebagai bakteri uji. Semua bakteri berasal
nitrosamine (Srivastava and Srivastava, 2015). dari Laboratorium mikrobiologi Universitas
Kunyit juga memiliki aktivitas Indonesia.
antioksidan. (Tanvir et al., 2017) mengkaji
Jalannya Penelitian
kandungan senyawa fenolik di dalam ekstrak
etanol kunyit dan ternyata ekstrak ini 1. Preparasi sampel
mengandung polifenol (16.07%), flavonoid Sampel dalam eksperimen ini adalah kunyit
(9.66%), dan asam askorbat (0.09mg/100g). (C. domestica). Sampel diperoleh dari pasar.
pengujian antioksidan dilakukan dengan Bagian rimpang dibersihkan, dipotong-potong
metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) hingga ukuran ±5cm dan dikeringkan dengan
terhadap ekstrak etanol kunyit dan didapatkan memanfaatkan sinar matahari. Adapun sinar
nilai IC50 sebesar 1.08𝜇g/mL. Ini menunjukkan matahari tidak langsung mengenai sampel.
bahwa kunyit sangat efektif dalam menangkal Setelah kering, sampel dihaluskan dengan
radikal bebas. Kurkumin yang merupakan blender dan diayak. Dari proses ini didapatkan
senyawa utama yang terkandung di dalam serbuk halus yang memiliki ukuran sama.
kunyit meningkatkan aktivitas banyak enzim
antioksidan seperti katalase, superoksida 2. Ekstraksi
dismutase, glutathione peroxidase (GPx) 70 dan Simplisia rimpang kunyit (C. domestica)
heme oxygenase-1 (OH-1) 71, yang kemudian diekstraksi dengan metode maserasi
mengurangi radikal bebas yang ada dalam 3 x 24 jam dengan merendam simplisia dalam
tubuh. Dengan demikian, dengan berkurangnya pelarut aseton sampai bening. Penggantian
ROS (Radical Oxygen Species) dan pelarut dilakukan dengan interval 24 jam,
meningkatkan enzim antioksidan, kunyit dilakukan penyaringan dengan kertas saring.
memecah patogenesis obesitas yang disebabkan Maserat kemudian dievaporasi dengan Rotary
oleh tekanan oksidatif dan membantu dalam evaporator untuk menguapkan pelarut aseton
mengurangi berat badan, ini terkait juga dengan sehingga didapatkan ekstrak aseton rimpang
aktivitas antiobesitas kunyit (Yadav and kunyit sebanyak 4 gram.
Chaudhury, 2016).

Copyright @2017. This is an open-access article distributed under the terms of the Creatve Commons Atribution-NonCommercial-
ShareAlike 4.0 International License (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/) which permits unrestricted non-commercial
used, distribution and reproduction in any medium
Farmasi
2020;5(1): 25-31 28
3. Uji Aktivitas Antibakteri dikarenakan, adanya sinar matahari dapat
Uji antibakteri dilakukan secara invitro dengan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi atau
menggunakan metode difusi cakram, cakram reaksi lain yang dapat merusak senyawa
yang digunakan adalah kertas cakram khusus metabolit sekunder yang terkandung di dalam
dengan diameter 5 mm. Pengukuran antibakteri ekstrak. Kunyit yang telah kering lalu
berdasarkan zona hambat yang dihasilkan oleh dihaluskan sampai menjadi serbuk halus dan
ekstrak terhadap biakan bakteri di media agar. homogen dengan menggunakan blender.
Bakteri yang digunakan dalam eksperimen ini Tujuannya adalah untuk memperluas bidang
diantaranya adalah S. aureus ATCC 25923dan sentuh antara pelarut aseton dengan rimpang
E. coli ATCC 68967. Agar diffusion method kunyit sehingga senyawa metanbolit sekunder
digunakan sebagai uji awal untuk mengetahui yang terkandung di dalam kunyit dapat
aktivitas antibakteri senyawa. Masing – masing terekstraksi secara maksimal. Dari proses ini
mikroba yang berusia 24 jam digoreskan secara didapatkan serbuk halus rimpang kunyit
merata pada permukaan media NA. Selanjutnya sebanyak 25 gram.
sebanyak 10 μL ekstrak (konsentrasi 60.000 Serbuk rimpang kunyit lalu dimasukkan ke
ppm yang dibuat dengan pelarut DMSO) dalam gelas kimia untuk proses maserasi.
diteteskan di atas cakram di kaca arloji, lalu Maserasi dilakukan dengan menambahkan
cakram dibiarkan mengering. Cakram tersebut pelarut aseton ke dalam sebuk hingga ± 5 cm
dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi dari bagian atas serbuk. Maserasi merupakan
biakan bakteri. Dalam satu cawan petri terdapat proses ekstraksi cara dingin dan biasanya
tiga cakram yang terdiri dari kontrol positif dilakukan untuk sampel yang mengandung
yaitu antibiotik kloramfenoikol untuk E. coli senyawa yang tidak tahan panas. Prinsip
dan amoksilin untuk S. aureus, cakram kedua maserasi adalah adanya gerak kinetik dari
berisi kontrol negatif yaitu DMSO dan cakram molekul pelarut, dimana molekul pelarut akan
ketiga yaitu ekstrak yang akan diuji. Plat NA selalu bergerak pada suhu kamar walaupun
lalu ditutup dan diinkubasi secara aerob pada tanpa pengocokan. Namun untuk mempercepat
suhu 37°C dengan waktu 24 jam. Adanya proses biasanya dilakukan pengocokan secara
potensi sifat antibakteri ekstrak ditentukan dari berkala. Kelebihan metode ini adalah tidak
zona bening di sekitar cakram. digunakan suhu tinggi yang akan merusak
senyawa metabolit sekunder tumbuhan. Pelarut
yang digunakan adalah aseton, pemilihan
pelarut ini adalah aseton bersifat semipolar
HASIL DAN PEMBAHASAN
sehingga semua senyawa metabolit sekunder
Kunyit (C. domestica) merupakan baik yang polar maupun yang non-polar dapat
tumbuhan yang banyak digunakan oleh terekstrak secara maksimal ke dalam pelarut
masyarakat untuk pengobatan terutama bagian ini. Maserasi dilakukan selama 3x24 jam.
rimpangnya. Dalam penelitian ini, rimpang Setiap 1 x 24 jam dilakukan penyaringan
kunyit diperoleh dari pasar. Rimpang kunyit terhadap hasil maserasi dengan menggunakan
sebanyak 1 Kg dibersihkan dengan cara dicuci corong Buchner dan pompa vakum untuk
dengan air mengalir untuk menghilangkan mempercepat proses penyaringan. Filtrat yang
kotoran dan tanah. Selanjutnya, rimpang kunyit didapat selanjutnya ditampung dalam botol
dipotong-potong dengan ukuran kecil ± 5 cm. besar dan maserasi serta penyaringan ini
Hal ini dilakukan agar proses pengeringan lebih diulang untuk 2 x 24 jam berikutnya. Tujuan
cepat. Setelah itu, potongan rimpang maserasi dilakukan selama 3 x 24 jam adalah
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan agar senyawa metabolit sekunder yang
tanpa terkena sinar matahari langsung. Ini terkandung di dalam ekstrak dapat terekstraksi

Copyright @2017. This is an open-access article distributed under the terms of the Creatve Commons Atribution-NonCommercial-
ShareAlike 4.0 International License (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/) which permits unrestricted non-commercial
used, distribution and reproduction in any medium
29 Farmasi
2020;5(1): 25-31

secara maksimal, ini ditandai dengan warna dimaksudkan agar bakteri yang terdapat di
pelarut yang bening pada hari ketiga maserasi. dalam udara tidak mengkontaminasi cakram
Filtrat hasil maserasi digabungkan dan yang berisi ekstrak. Selanjutnya setelah ekstrak
dimasukkan ke dalam labu alas bundar. menyerap sempurna, cakram dimasukkan ke
Selanjutnya, terhadap filtrat ini dilakukan dalam media agar yang telah berisi bakteri
penguapan dengan rotary evaporator untuk dengan bantuan pinset. Hal yang sama
menguapkan pelarut aseton. Rotary Evaporator dilakukan terhadap standar positif yaitu
merupakan alat yang menggunakan prinsip antibiotik dan standar negatif yaitu pelarut
distilasi vakum. Prinsip utama alat ini terletak DMSO. Standar negatif diperlukan untuk
pada penurunan tekanan sehingga pelarut dapat melihat apakah pelarut memiliki aktivitas daya
menguap pada suhu di bawah titik didihnya. hambat terhadap bakteri. Karena hal ini akan
Filtrat dimasukkan ke dalam labu alas bundar mengganggu dalam proses uji antibakteri
dan proses pemanasan dilakukan terhadap labu ekstrak. Standar positif yang digunakan untuk
ini dengan bantuan hotplate yang diatur bakteri E. coli adalah kloramfenikol dan untuk
suhunya 400 C. Proses penguapan dipercepat bakteri S. aureus digunakan amoksilin.
dengan putaran dari labu ini, selanjutnya Tabel I. Hasil uji zona hambat
pelarut yang menguap terkondensasi di dalam No Bakteri uji Zat uji Zona
kondensor dan pelarut selanjutnya ditampung hambat
di labu bundar lain yang merupakan bagian dari (mm)
alat ini. Penurunan tekanan dilakukan oleh 1 S. aureus Ekstrak 10
pompa vakum sehingga pelarut dapat menguap aseton
dibawah titik didih normalnya, tujuannya rimpang
adalah untuk menghindari rusaknya senyawa kunyit
yang terkandung di dalam ekstrak jika kontrol 19
diberikan suhu tinggi. Dari proses ini positif*
didapatkan ekstrak rimpang kunyit sebanyak 4
gram. Ekstrak aseton dapat dilihat dalam kontrol 0
Gambar 1. negatif#

2 E. coli Ekstrak 7
aseton
rimpang
kunyit

kontrol 30
positif*

Gambar 1 Ekstrak aseton rimpang kunyit kontrol 0


negatif#
Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan
dengan metode disc diffusion (tes Kirby- *kontrol positif : amoksilin untuk S. aureus dan
Bauer). Metode ini merupakan tahap awal uji kloramfenikol untuk E.coli
antibakteri. Ekstrak dibuat dengan konsentrasi
#
60.000 ppm, kemudian dipipet sebanyak 10 µL kontrol negatif : DMSO
ke dalam kertas cakram di dalam kaca arloji
hingga ekstrak menyerap secara sempurna di
dalam cakram. Proses ini dilakukan secara
aseptis di ruang laminar air flor (LAF), ini

Copyright @2017. This is an open-access article distributed under the terms of the Creatve Commons Atribution-NonCommercial-
ShareAlike 4.0 International License (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/) which permits unrestricted non-commercial
used, distribution and reproduction in any medium
Farmasi
2020;5(1): 25-31 30
pertumbuhannya. Gambar 2 dan Tabel 1
memperlihatkan bahwa zona hambat dari
ekstrak aseton rimpang kunyit terhadap bakteri
S.aureus lebih besar dari pada bakteri E. coli.
Zona hambat ekstrak aseton rimpang kunyit
terhadap bakteri S. aureus sebesar 10 mm
sedangkan terhadap bakteri E. coli sebesar 7
mm. Ini disebabkan oleh perbedaan struktur
dinding sel kedua bakteri. Bakteri S. aureus
merupakan bakteri gram positif yang
mempunyai membran plasma tunggal yang
(a) dikelilingi dinding sel berupa peptidoglikan. Di
sisi lain, E. coli merupakan bakteri gram
negatif yang memiliki sistem membran ganda
di mana membran pasmanya diselimuti oleh
membran luar permeabel. Bakteri ini
mempunyai dinding sel tebal berupa
peptidoglikan, yang terletak di antara membran
dalam dan membran luarnya. Membran luar
yang terdapat dalam bakteri E. coli melindungi
bakteri dari antibiotik. Inilah mengapa bakteri
S. aureus lebih rentan dihancurkan oleh agen
antibakteri dibandingkan E. coli sehingga pada
penelitian ini zona hambat S. aureus lebih
besar dibandingkan E. coli.
(b)
Dapat terlihat dalam Gambar 2 bahwa
pelarut DMSO sebagai kontrol negatif tidak
Gambar 2 Hasil uji zona hambat (+)
memiliki aktivitas antibakteri atau tidak ada
merupakan antibiotik, (-) merupakan kontrol
zona hambat, sehingga dapat ditarik
negatif yaitu DMSO, (E) merupakan ekstrak
kesimpulan bahwa zona hambat yang
aseton rimpang kunyit yang diujikan untuk
dihasilkan adalah zona hambat dari ekstrak
bakteri E.coli (a) dan untuk Gambar bagian (b)
aseton rimpang kunyit bukan dari pelarut
untuk bakteri S. aureus
DMSO.
Eksperimen ini dilakukan untuk
membandingkan aktivitas antibakteri dari
KESIMPULAN
ekstrak aseton rimpang kunyit terhadap bakteri
E. coli dan S. aureus. Senyawa utama yang Ekstrak aseton rimpang kunyit memiliki
terkandung di dalam kunyit adalah kurkumin aktivitas antibakteri dengan zona hambat
yang memiliki aktivitas antibakteri. Mekanisme sebesar 10 mm terhadap bakteri S. aureus lebih
kerja kurkumin sebagai antibakteri mirip besar dibandingkan terhadap bakteri E. coli
persenyawaan fenol lainnya yaitu menghambat yang hanya sebesar 7 mm. Ini dikarenakan
metabolisme bakteri dengan cara merusak terdapat perbedaan struktur dinding sel bakteri.
membran sitoplasma dan mendenaturasi protein S. aureus yang merupakan bakteri gram positif
sel yang menyebabkan kebocoran nutrien dari hanya memiliki membran tunggal, sedangkan
sel sehingga sel bakteri mati atau terhambat E. coli yang merupakan bakteri gram negatif

Copyright @2017. This is an open-access article distributed under the terms of the Creatve Commons Atribution-NonCommercial-
ShareAlike 4.0 International License (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/) which permits unrestricted non-commercial
used, distribution and reproduction in any medium
31 Farmasi
2020;5(1): 25-31

memiliki membran ganda yang melindungi Tanvir, E. M. et al. ,2017, Antioxidant


bakteri dari agen antibakteri. properties of popular turmeric (Curcuma longa)
varieties from Bangladesh, Journal of Food
Quality. doi: 10.1155/2017/8471785.
DAFTAR PUSTAKA
Muadifah, A., Eka Putri, A. and Latifah, N, Yadav, K. D. and Chaudhury, A. K, 2016,
2019, AKTIVITAS GEL EKSTRAK Anti-obesity mechanism of curcuma longa L. -
RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica An over view, Indian Journal of Natural
Val) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus Products and Resources, 7(2) : pp. 99–106.
aureus’, Jurnal SainHealth, 3(1): 45–54.
Zorofchian Moghadamtousi, S. et al, 2014, A
Ramadhani, P., Erly and Asterina, 2017, review on antibacterial, antiviral, and
Hambat Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit ( antifungal activity of curcumin’, BioMed
Curcuma domestica V .) terhadap erhadap Research International, doi:
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus 10.1155/2014/186864.
Secara In Vitro’, Jurnal Kesehatan Andalas,
6(3) : pp. 590–595. Available at:
http://jurnal.fk.unand.ac.id.

Srivastava, P. and Srivastava, A, 2015, In vitro


anti-cancer activity of ethanolic extract of
curcumin longa ( turmeric ) in HEp-2 cell lines,
International Journal of Engineering Research
and General Science, 3(5) : pp. 495–508.

Copyright @2017. This is an open-access article distributed under the terms of the Creatve Commons Atribution-NonCommercial-
ShareAlike 4.0 International License (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/) which permits unrestricted non-commercial
used, distribution and reproduction in any medium

Anda mungkin juga menyukai