Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Antibakteri merupakan zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan


mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan.
Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding
sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan
menghambat sintesis asam nukleat dan protein. Studi mengenai adanya bakteri patogen yang
resisten terhadap antibiotika yang diberikan telah banyak dilakukan diantaranya yaitu hasil
penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah kasus bakteri patogen resisten
antibiotika, dimana tahun 2005 lebih dari 19.000 kasus kematian di Amerika dan Inggris
disebabkan oleh Methicillin-resistant Staphylococcus aureus atau (MRSA). Bakteri
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang banyak menyerang manusia
maupun hewan mamalia lainnya. Dalam jumlah 105 CFU/ml bakteri S.aureus berpotensi
menghasilkan toksin dan dalam jumlah 106 CFU/ml. Bakteri E. coli berpotensi menyebabkan
toksik. Bakteri Escherichia coli ialah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang dan
merupakan salah satu bakteri aerob atau fakultatif anaerob. Salah satu cara pengendalian
terhadap bakteri S. aureus dan E. coli dapat menggunakan tanaman yang memiliki kandungan
kimia alami antimikrobia sehingga diharapkan dapat menekan pertumbuhan bakteri S. aureus
dan E. coli.

Penggunaan bakteri S. aureus dan E. coli dikarenakan kedua bakteri tersebut


merupakan bakteri yang bersifat patogen atau dapat menyebabkan penyakit pada hewan dan
manusia. Alasan penggunaan tanaman yang mengandung zat antimikrobia ini dikarenakan
bahan alami tidak menimbukan efek samping yang berbahaya, tidak membutuhkan biaya
yang mahal untuk mendapatkannya, dan tanaman tersebut lebih mudah ditemukan di
lingkungan sekitar . Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai
gudangnya tumbuhan obat. Darisekitar 30.000 jenis flora yang ada di hutan tropika
Indonesia, sekitar 9.600 spesies telah diketahui berkhasiat obat. Dari jumlah tersebut tercatat
283 spesies merupakan tumbuhan obat penting bagi industri obat tradisional. Tumbuhan obat
yaitu tumbuhan yang berupa daun, batang, buah, bunga dan akarnya yang memiliki khasiat
sebagai obat dan digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern maupun
obat-obatan tradisional.

Salah satu tumbuhan yang dapat dijadikan obat dan memiliki kemampuan dalam
menghambat antimikroba dan antioksidan yaitu tumbuhan Krokot (Portulacaoleracea
Linn).Dalam bahasa Minang Krokot dikenal dengan nama “Rumpuik Sibilang-bilang”. Hasil
pemeriksaan fitokimia ekstrak herba krokot mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu
tannin, saponin dan flavonoid. Saponin merupakan senyawa kimia yang mempunyai aktivitas
hemolisis, mempunyai sifat antimikroba, antibakteri, antiinflamasi dan lain-lain. Pengaruh
ekstrak herba krokot terhadap mikroba uji dipengaruhi oleh variasi konsentrasi yang
diberikan, semakin tinggi konsentrasi zat antibakteri maka semakin besar zona hambat yang
terbentuk.Krokot (P.oleracea) juga merupakan salah satu tumbuhan gulma yang dapat
dijadikan sebagai sumber antioksidan alami. Fungsi antioksidan ini terkait dengan 3
komponen senyawa metabolit sekunder dan asam lemak omega-3 yang dikandungnya. Salah
satu keunikan Krokot (P. oleracea) adalah herba ini mengandung asam lemak omega-3
tertinggi di antara sayuran lainnya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh bagaimana pengaruh ekstrak daun Krokot (P.
oleracea) dalam menghambat dan membunuh mikroba uji.

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui profil fitokimia ekstrak herba krokot secara kualitatif


b. Mengetahui pengaruh ekstrak herba krokot terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
c. Memberikan pengetahuan mengenai peranan krokot yang dapat dimanfaatkan
lebih lanjut sebagai obat alternatif

Anda mungkin juga menyukai