Dosen Pengampu
DR. APT. IKA PURWIDYANINGRUM, M. SC
Disusun Oleh :
Clara A Mallessy 1920384223
Hitung kebutuhan Obat selama 1 tahun jika diperkirakan waktu tunggu pengadaan selama
2 bulan, serta hitung biaya pengadaan untuk semua obat diatas. Jika dari obat-obat di atas
terdapat obat NORUM jelaskan dan berilah ilustrasi bagaimana cara penataannya.
JAWAB
Perencanaa dan Biaya Pengadaan
Rumus :
KETERANGAN :
A = Rencana Kebutuhan
A = ( B+C+D) - E B = Stok Kerja ( Pemakaian Rata-Rata x 12 )
C = Stok Pengaman
D = Lama obat datang ( Lead Time x Pemakaian Rata-Rata )
E = Sisa Stok
DATA NORUM
Spironolactone 25 Tab Triamcinolone 4 Mg Tab
Sound Alike Cefadroxil Cefixim
a. Obat LASA/NORUM yang disimpan dengan diberi tanda khusus pada setiap
tempat penyimpanan obat dan diberi jarak dengan obat lain yang terlihat mirip
atau kedengarannya mirip.
Cara Penyimpanan b. Seluruh tempat penyimpanan persediaan obat High Alert diperiksa dan
diinspeksi setiap bulan oleh petugas farmasi. Pengawasan yang dilakukan yaitu
kesesuaian tempat penyimpanan obat sesuai yang dipersyaratkan, kuantitas,
kondisi fisik dan tanggal kadaluarsa.
KASUS 5
Soal :
Jika di suatu rumah sakit memiliki clinical pathway untuk pasien operasi appendiksitis akut
sebagai berikut :
Anak
- Injeksi:
Cefotaxim 100 mg/kg/BB/Hari, Paracetamol 15 mg/kg/BB/hari, Ranitidin 2
mg/kg/BB/kali, / 12 jam, RL 10 tpm (hari pertama sampai hari ke tiga)
- Oral:
Amoxicilin 50 mg/kg/BB/kali, 3x sehari, Paracetamol 10 mg/kg/BB/kali, 3x sehari (untuk
obat pulang selama 5 hari)
Dewasa
- Injeksi:
Parasetamol 15 mg /KgBB/hari, Ketorolac 1amp/12 jam, Ceftriaxone 1gr/12 jam, Infus RL
20 tpm (hari pertama sampai hari ke tiga)
- Oral:
Cefadroxil 3x500mg, Asam mefenamat 3x500mg (untuk obat pulang selama 5 hari)
Jumlah pasien pada bulan lalu untuk operasi appendiksitis anak sebanyak 30 pasien dengan berat
badan 10 kg dan dewasa sebanyak 20 pasien dengan berat badan 60 kg. Dengan data tersebut
buatlah perhitungan kebutuhan obat selama 6 bulan jika waktu tunggu pengadaan selama 20 hari
dengan adanya penambahan stok pengaman sebanyak 10% untuk mengantisipasi kejadian luar
biasa.
NAMA OBAT SISA OBAT
Cefotaxim inj 50
Paracetamol infus 20
Ranitidine inj 40
Amoxicillin tab 200
Paracetamol tab 200
Ketorolac inj 40
Ceftriaxon inj 60
RL 80
Cefadroxil cap 100
Asam Mefenamat tab 100
JAWAB
Menghitung kebutuhan obat
Anak
ANAK @10 KG
NAMA OBAT DOSIS
1 HARI (MG) 3 HARI 5 HARI
3.000 mg
CEFOTAXIM INJ 100 mg/kg BB/hari 1.000 1.000 mg @vial
3 vial
450 mg
PARACETAMOL 1.000 mg @botol
450 g/kg BB/hari 150
INJ 0,45 botol ~ 1
botol
120 mg
RANITIDINE INJ 2 mg/kg BB/kali, 12 jam 40 50 mg @vial
2,4 vial ~ 3 vial
7.500 mg
AMOXICILLIN
50 mg/kg BB/kali, 3 x sehari 1.500 500 mg @tab
TAB
15 tab
1.500 mg
PARACETAMOL
10 mg/kg BB/kali, 3 x sehari 300 500 mg @tab
TAB
3 tab
1 ml = 20 tetes
2.160 ml
RL = 10 tpm
500 ml @botol
RL 10 tpm 1 hari = 1.440
4,32 botol ~ 5
menit
botol
= 720 ml
Dewasa
Dewasa @60 kg
Nama Obat Dosis
1 Hari 3 Hari 5 Hari
Paracetamol inj 15 mg/kg BB/hari 900 mg 2.700 mg
1.000 mg @botol
2,7 botol ~ 3 botol
Ketorolac inj 1 ampul, 12 jam 2 ampul 6 ampul
Ceftriaxone inj 1 gr, 12 jam 2.000 mg 6.000 mg
1.000 mg @vial
6 vial
Cefadroxil cap 3 x 500 mg 1.500 mg 7.500
500 mg @tab
15 tab
Asam Mefenamat 3 x 500 mg 1.500 mg 7.500
tab 500 mg @tab
15 tab
RL 20 tpm 1 ml = 20 tetes 4.320 ml
RL = 20 tpm 500 ml @botol
1 hari = 1.440 8,64 botol ~ 9 botol
menit
= 1.440 ml
Rumus :
PENGGUNAAN 1
TOTAL
BULAN PENGGUNA
PENGGU SISA SAFETY BUFFER
NAMA OBAT SATUAN DEWASA AN 6 BULAN TOTAL
ANAK 30 NAAN STOK STOK (SS) 10%
20 (CAXT)
ORANG (CA)
ORANG
CEFOTAXIM INJ Vial 90 90 540 50 60 54 604
PARACETAMOL INJ Botol 30 60 90 540 20 60 54 634
RANITIDINE INJ Vial 90 90 540 40 60 54 614
AMOXICILLIN TAB Tablet 450 450 2.700 200 300 270 3.070
PARACETAMOL
Tablet 90 90 540 200 60 54 454
TAB
KETOROLAC INJ Ampul 120 120 720 40 80 72 832
CEFTRIAXON INJ Botol 120 120 720 60 80 72 812
RL Tablet 150 180 330 1.980 80 220 198 2.318
CEFADROXIL CAP Tablet 300 300 1.800 100 200 180 2.080
ASAM
Tablet 300 300 1.800 100 200 180 2.080
MEFENAMAT TAB
KASUS 6
SOAL
Diketahui data penggunaan obat di rumah sakit sebagai berikut:
NAMA OBAT SATUAN BULAN KE 1 BULAN KE 2 BULAN KE 3 HARGA
SATUAN
ALPRAZOLAM 0.5 MG TAB TABLET 415 450 395 84
ALPRAZOLAM 1 MG TAB TABLET 749 1.191 1.222 149
CLOBAZAM 10 TAB TABLET 2.469 2.208 2.237 941
CLOPEDIN 2 ML INJEKSI AMPUL 69 94 60 27.830
CODEIN 10 MG TAB TABLET 1.336 1.203 1.494 605
CODEIN 20 MG TAB TABLET 572 1.164 899 1.331
DIAZEPAM 2 MG TABLET 1.578 1.184 1.532 99
DUROGESIC 12.5 PATCH LEMBAR 19 34 14 97.725
INTUNAL TAB KAPLET 171 167 237 454
METHYLERGOMETRINE 0.125 MG TAB TABLET 4.123 4.624 4.627 271
METHYLERGOMETRINE 200 MCG NJ AMPUL 574 659 581 3.325
MIDAZOLAM 5 MG INJ AMPUL 188 234 157 13.200
NALGESTAN TAB TABLET 228 285 263 1.225
PHENOBARBITAL 30 MG TAB TABLET 1.809 1.477 1.174 165
RHINOFED TAB TABLET 520 478 528 1.694
RHINOS SR CAP KAPSUL 892 1.067 690 4.950
SANMAG TAB TABLET 845 505 718 836
JAWAB
A. Analisis ABC
TOTAL
BULAN BULAN BULAN HARGA TOTAL
NAMA OBAT SATUAN PEMAKA URUTAN
KE 1 KE 2 KE 3 SATUAN HARGA
IAN
ALPRAZOLAM 0.5 MG TABLET 415 450 395 84 1.260 105.840
17
TAB
ALPRAZOLAM 1 MG TAB TABLET 749 1.191 1.222 149 3.162 471.138 14
CLOBAZAM 10 TAB TABLET 2.469 2.208 2.237 941 6.914 6.506.074 4
CLOPEDIN 2 ML INJEKSI AMPUL 69 94 60 27.830 223 6.206.090 5
CODEIN 10 MG TAB TABLET 1.336 1.203 1.494 605 4.033 2.439.965 10
CODEIN 20 MG TAB TABLET 572 1.164 899 1.331 2.635 3.507.185 8
DIAZEPAM 2 MG TABLET 1.578 1.184 1.532 99 4.294 425.106 15
DUROGESIC 12.5 PATCH LEMBAR 19 34 14 97.725 67 6.547.575 3
INTUNAL TAB KAPLET 171 167 237 454 575 261.050 16
METHYLERGOMETRINE TABLET 4.123 4.624 4.627 271 13.374 3.624.354
7
0.125 MG TAB
METHYLERGOMETRINE AMPUL 574 659 581 3.325 1.814 6.031.550
6
200 MCG NJ
MIDAZOLAM 5 MG INJ AMPUL 188 234 157 13.200 579 7.642.800 2
NALGESTAN TAB TABLET 228 285 263 1.225 776 950.600 12
PHENOBARBITAL 30 MG TABLET 1.809 1.477 1.174 165 4.460 735.900
13
TAB
RHINOFED TAB TABLET 520 478 528 1.694 1.526 2.585.044 9
RHINOS SR CAP KAPSUL 892 1.067 690 4.950 2.649 13.112.550 1
SANMAG TAB TABLET 845 505 718 836 2.068 1.728.848 11
JUMLAH BIAYA %
NAMA OBAT TOTAL HARGA % BIAYA ABC
KUMULATIF KUMULATIF
RHINOS SR CAP 13.112.550 13.112.550 20,85 20,85 A
MIDAZOLAM 5 MG INJ 7.642.800 20.755.350 12,15 33,01 A
DUROGESIC 12.5 PATCH 6.547.575 27.302.925 10,41 43,42 A
CLOBAZAM 10 TAB 6.506.074 33.808.999 10,35 53,77 A
CLOPEDIN 2 ML INJEKSI 6.206.090 40.015.089 9,87 63,64 A
METHYLERGOMETRINE 200 6.031.550 46.046.639 9,59 73,23 B
MCG INJ
METHYLERGOMETRINE 0.125 3.624.354 49.670.993 5,76 78,99 B
MG TAB
CODEIN 20 MG TAB 3.507.185 53.178.178 5,58 84,57 B
RHINOFED TAB 2.585.044 55.763.222 4,11 88,68 B
CODEIN 10 MG TAB 2.439.965 58.203.187 3,88 92,56 B
SANMAG TAB 1.728.848 59.932.035 2,75 95,31 C
NALGESTAN TAB 950.600 60.882.635 1,51 96,82 C
PHENOBARBITAL 30 MG TAB 735.900 61.618.535 1,17 97,99 C
ALPRAZOLAM 1 MG TAB 471.138 62.089.673 0,75 98,74 C
DIAZEPAM 2 MG 425.106 62.514.779 0,68 99,42 C
INTUNAL TAB 261.050 62.775.829 0,42 99,83 C
ALPRAZOLAM 0.5 MG TAB 105.840 62.881.669 0,17 100,00 C
B. Penggolongan Obat
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam
Undang-Undang tentang Narkotika.
2. Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
3. PrekursorFarmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan
sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri farmasi atau produk
antara, produk ruahan, dan produk jadi yang mengandung ephedrine, pseudoephedrine,
norephedrine/phenylpropanolamine, ergotamin, ergometrine, atau potasium permanganat.
PEREDARAN
Pasal 3
Peredaran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi terdiri dari Penyaluran dan
Penyerahan.
Pasal 4
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang diedarkan harus memenuhi persyaratan
keamanan, khasiat, dan mutu.
Pasal 5
1. Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan
setelah mendapatkan izin edar dari Menteri.
2. Untuk mendapatkan izin edar Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk
obat jadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melalui pendaftaran pada Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
3. Ketentuan mengenai tata cara untuk mendapat izin edar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
1. Industri Farmasi yang memproduksi Narkotika dan PBF atau Instalasi Farmasi Pemerintah
yang menyalurkan Narkotika wajib memiliki izin khusus dari Menteri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Izin khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Izin Khusus Produksi Narkotika;
b. Izin Khusus Impor Narkotika; atau
c. Izin Khusus Penyaluran Narkotika.
3. Lembaga Ilmu Pengetahuan yang memperoleh, menanam, menyimpan, dan menggunakan
Narkotika dan/atau Psikotropika untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi harus
memiliki izin dari Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
Peredaran Narkotika dalam bentuk obat jadi yang digunakan dalam program terapi dan
rehabilitasi medis dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyaluran
Pasal 8
Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib memenuhi Cara Distribusi
Obat yang Baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 9
1. Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan
berdasarkan:
a. surat pesanan; atau
b. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) untuk pesanan dari
Puskesmas.
2. Surat
pesanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a hanya dapat berlaku untuk
masing-masing Narkotika, Psikotropika, atau Prekursor Farmasi.
3. Surat pesanan Narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis Narkotika.
4. Surat pesanan Psikotropika atau Prekursor Farmasi hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) atau
beberapa jenis Psikotropika atau Prekursor Farmasi.
5. Surat pesanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) harus terpisah dari pesanan
barang lain.
Pasal 11
1. Penyaluran Narkotika dalam bentuk bahan baku hanya dapat dilakukan oleh perusahaan
PBF milik Negara yang memiliki Izin Khusus Impor Narkotika kepada Industri Farmasi
dan/atau Lembaga Ilmu Pengetahuan.
2. Penyaluran Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan
berdasarkan surat pesanan dari Apoteker penanggung jawab produksi dan/atau Kepala
Lembaga Ilmu Pengetahuan dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam
Formulir 1 terlampir.
Pasal 12
1. Penyaluran Psikotropika dalam bentuk bahan baku hanya dapat dilakukan oleh PBF yang
memiliki izin sebagai IT Psikotropika kepada Industri Farmasi dan/atau Lembaga Ilmu
Pengetahuan.
2. Penyaluran Psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan
berdasarkan surat pesanan dari Apoteker penanggung jawab produksi dan/atau Kepala
Lembaga Ilmu Pengetahuan dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam
Formulir 2 terlampir.
Pasal 13
1. Penyaluran Prekursor Farmasi berupa zat/bahan pemula/bahan kimia atau produk
antara/produk ruahan hanya dapat dilakukan oleh PBF yang memiliki izin IT Prekursor
Farmasi kepada Industri Farmasi dan/atau Lembaga Ilmu Pengetahuan.
2. Penyaluran Prekursor Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
dilakukan berdasarkan surat pesanan dari Apoteker penanggung jawab produksi dan/atau
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum
dalam Formulir 3 terlampir.
Pasal 14
1. Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi hanya
dapat dilakukan oleh:
c. PBF milik Negara yang memiliki Izin Khusus Impor Narkotika kepada Industri Farmasi,
untuk penyaluran Narkotika;
d. Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat kepada Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit milik Pemerintah, dan Instalasi Farmasi Tentara Nasional Indonesia
atau Kepolisian; dan
e. Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah kepada Instalasi Farmasi Rumah Sakit milik
Pemerintah Daerah, Instalasi Farmasi Klinik milik Pemerintah Daerah, dan Puskesmas.
2. Selain kepada PBF lainnya, Apotek, Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Pemerintah dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, PBF dapat
menyalurkan Prekursor Farmasi golongan obat bebas terbatas kepada Toko Obat.
Pasal 15
Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi oleh Industri
Farmasi kepada PBF hanya dapat dilakukan oleh Industri Farmasi pemilik izin edar.
Pasal 16
1. Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi hanya
dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan dari Apoteker penanggung jawab atau Kepala
Lembaga Ilmu Pengetahuan untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan, dengan
menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 1, Formulir 2 dan Formulir 4
terlampir.
2. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk penyaluran
kepada Instalasi Farmasi Pemerintah, surat pesanan dapat ditandatangani oleh Apoteker yang
ditunjuk.
3. Dalam hal penyaluran Prekursor Farmasi dari PBF kepada Toko Obat, hanya dapat
dilakukan berdasarkan surat pesanan dari Tenaga Teknis Kefarmasian dengan menggunakan
contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 4 terlampir.
Penyerahan
Pasal 18
1. Penyerahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan dalam
bentuk obat jadi.
2. Dalam hal Penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan kepada pasien,
harus dilaksanakan oleh Apoteker di fasilitas pelayanan kefarmasian.
3. Penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara langsung sesuai
dengan standar pelayanan kefarmasian.
4. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penyerahan Prekursor
Farmasi yang termasuk golongan obat bebas terbatas di Toko Obat dilakukan oleh Tenaga
Teknis Kefarmasian.
PENYIMPANAN
Pasal 24
Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di fasilitas produksi,
fasilitas distribusi, dan fasilitas pelayanan kefarmasian harus mampu menjaga keamanan,
khasiat, dan mutu Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
Pasal 25
1. Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dapat berupa gudang,
ruangan, atau lemari khusus.
2. Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain
Narkotika.
3. Tempat penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain
Psikotropika.
4. Tempat penyimpanan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku dilarang digunakan untuk
menyimpan barang selain Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku.
Pasal 26
1. Gudang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai pintu yang dilengkapi dengan pintu
jeruji besi dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
b. langit-langit dapat terbuat dari tembok beton atau jeruji besi;
c. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi;
d. gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker penanggung jawab; dan
e. kunci gudang dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab dan pegawai lain yang
dikuasakan.
2. Ruang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat;
b. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi;
c. mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
d. kunci ruang khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk dan
pegawai lain yang dikuasakan; dan
e. tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker penanggung jawab/Apoteker
yang ditunjuk.
3. Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. terbuat dari bahan yang kuat;
b. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
c. harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi Farmasi Pemerintah;
d. diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk Apotek, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan ; dan
e. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk
dan pegawai lain yang dikuasakan.
Pasal 27
Penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib memenuhi Cara Produksi
Obat yang Baik, Cara Distribusi Obat yang Baik, dan/atau standar pelayanan kefarmasian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PEMUSNAHAN
Pasal 37
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dilakukan dalam hal:
a. diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat
diolah kembali;
b. telah kadaluarsa;
c. tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan;
d. dibatalkan izin edarnya; atau
e. berhubungan dengan tindak pidana.
Pasal 38
1. Pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a sampai dengan huruf d
dilaksanakan oleh Industri Farmasi, PBF, Instalasi Farmasi Pemerintah, Apotek, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, Dokter atau
Toko Obat.
2. Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang memenuhi kriteria pemusnahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a sampai dengan huruf d yang berada di
Puskesmas harus dikembalikan kepada Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah setempat.
3. Instalasi Farmasi Pemerintah yang melaksanakan pemusnahan harus melakukan penghapusan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.
4. Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang berhubungan dengan
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf e dilaksanakan oleh instansi
pemerintah yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 39
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus dilakukan dengan:
a. tidak mencemari lingkungan; dan
b. tidak membahayakan kesehatan masyarakat.
Pelaporan
Pasal 45
1. Industri Farmasi yang memproduksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib
membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan produksi dan penyaluran produk jadi
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi setiap bulan kepada Direktur Jenderal dengan
tembusan Kepala Badan.
2. PBF yang melakukan penyaluran Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam
bentuk obat jadi wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan
penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi setiap
bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan Kepala Badan/Kepala Balai.
3. Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan
pemasukan dan penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk
obat jadi kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Badan.
4. Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan
laporan pemasukan dan penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam
bentuk obat jadi kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Kabupaten/Kota setempat
dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat.
5. Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) paling sedikit terdiri
atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan;
d. jumlah yang diterima;
e. tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran;
f. jumlah yang disalurkan; dan
g. nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran dan persediaan awal dan
akhir.
6. Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan,
dan dokter praktik perorangan wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan
pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika, setiap bulan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai setempat.
Surat Pesanan
SURAT PESANAN NARKOTIKA
Nomor: 1
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : apt. Bintang Juvania Donuata, S. Farm
Jabatan : Apoteker Penanggungjawab Apotek
Hitung besar biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan obat tersebut selama 1 tahun
Dan jika ditehaui besarnya biaya pemesanan sebesar Rp5.000 dan biaya penyimpanan
sebesar 20%, hitunglah jumlah pengadaan yang paling ekonomis serta interval pengadaan
yang paling ekonomis untuk masing-masing obat.
JAWAB
KETERANGAN :
Co : Cost per order (sekali pesan).
Cm : Cost of maintenance atau biaya
penyimpanan dari persediaan dalam setahun
EOI = S : Jumlah permintaan setahun
D( Rata−rata permintaan per periode)
V : Cost per unit
EOQ
SEFTRIAKSON
2 x 5000 x 15300
EOQ=
√
20 % x 200 00
DOCETAXEL 20 MG INJ
EOI =
1200
196
153000000 EOI = 6,12 Hari
= 4000√√
EOQ= 2 x 10.000 x 515
EOQ
20 %x400000 = 6 Hari
EOQ = 195,57 Unit – 196 unit
DEKSTROSE
2 x 5 000 x 3800
EOQ=
√ 20 % x 13 000
EOI =
3600
121
38000000
EOQ=
√ 2600 EOI = 29,75 Hari
RL
2 x 5 000 x 11032
EOQ=
√ 20 % x 10 000
EOI =
10800
233
110320000
EOQ=
√ 2000 EOI = 46,35 Hari
2 x 5 000 x 21690
EOQ=
√ 20 % x 5 00
EOI =
20160
1473
21690 0000
EOQ=
√ 1 00 EOI = 13,69 Hari
PARACETAMOL
2 x 5 000 x 16280
EOQ=
√ 20 % x 2 00
16280 0000
EOQ=
√ 40
EOQ = 2017,42 unit – 2018 unit
15120
EOI =
2018
EOI = 7,49 Hari
= 8 Hari