Anda di halaman 1dari 5

1.

Anamnesis penderita covid 19

1. Mengisi data pribadi pasien :


a. Nama
b. NIK
c. Tanggal lahir
d. Telepon
e. Alamat

2. Memberikan pertanyaan terkait gejala yang diderita pasien:


a. Batuk
Berdahak Tidak berdahak
1-3 hari 3-7 hari ≥7 hari
Disertai pilek Tidak ada pilek

b. Demam
1-3 hari 3-7 hari ≥7 hari
<38o >38o
Naik Turun Terus Menerus

c. Nyeri tenggorokan
Ada Tidak ada

d. Sesak
Tidak ada Sedang Ringan Berat

e. Penciuman berkurang
Ada Tidak ada

3. Mengetahui informasi faktor resiko pasien


a. Kontak erat
Bertemu pasien positif Covid-19

Interaksi dengan petugas medis yang menangani Covid-19


Dalam kontak erat memiliki kriteria eksklusi dan inklusi
Kriteria eksklusi :
- Pakai masker, jarak lebih dari 1 meter
- Hanya kontak beberapa menit

Kriteria inklusi :

- Tidak menggunakan masker, jarak tidak lebih dari 1 meter


- Satu kendaraan
- Makan bersama

b. Rapid Test
Reaktif Non-Reaktif

2a. Bagaimana Anda melakukan pemeriksaan pasien Covid-19?

Dalam pemeriksaan Covid-19 langkah awal yaitu pemeriksaan tanda dan gejala yang muncul
seperti demam, hilangnya indra perasa, batuk, sesak napas dan juga memiliki kontak erat
dengan pasien terkonfirmasi atau setelah melakukan perjalanan ke daerah transmisi local
dalam 14 hari. Pemeriksaan Covid-19 dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dan
berbagai jenis sampel uji, macam-macamnya yaitu :

1. Rapid test
Rapid tes merupakan deteksi atau pemeriksaan Covid-19 dengan menggunakan sampel darah,
pemeriksaan ini bekerja dengan mendeteksi Immunoglobulin. Pada seseorang yang
mengalami infeksi akan membentuk antibody didalam tubuh, oleh karena itu dapat dideteksi
dengan menggunakan sampel darah. Pemeriksaan ini tidak digunakan untuk diagnostic,
hanya dapat digunakan untuk skrining awal karena dapat dihasilkan nilai negative palsu. Pada
tes ini hasil yang diperoleh hanyalah reaktif dan non reaktif, dari hasil tersebut masih harus
dilakukan tes lain untuk memastikan adanya infeksi Covid-19. Rapid test harus diulangi lagi
setelah 10 hari karena munculnya respon imun membutuhkan waktu sekitar 7-10 hari.
2. PCR
PCR (Polymerase Chain Reaction) atau sering di sebut dengan tes swab. Tes ini digunakan
sampel berupa lender yang ada di nasofaring dan orofaring, PCR memiliki akurasi lebih
tinggi karena yang diperiksa adalah materi genetika dari virus tersebut. Setiap virus memiliki
materi genetika DNA atau RNA, pada Covid-19 ini membawa materi genetika berupa RNA.
Hasil dari tes ini membutuhkan waktu yang lama sekitar 5-7 hari, hasil dari pemeriksaan ini
adalah positif atau negative. Apabila hasil positif maka pasien diberikan terapi dan karantina
agar tidak terjadi penyebaran virus tersebut, terapi dilakukan sesuai dengan gejala yang
dialami pasien. Setelah diberikan terapi 7-10 hari kemudian dilakukan tes PCR kembali untuk
memastikan apakah masih positif atau sudah negative.

2b. Protokol kesehatan adalah aturan dan ketentuan yang perlu diikuti oleh segala pihak agar
dapat beraktivitas secara aman pada saat pandemi COVID-19.Protokol kesehatan dibentuk
dengan tujuan agar masyarakat tetap dapat beraktivitas secara aman dan tidak membahayakan
keamanan atau kesehatan orang lain. Jika masyarakat dapat mengikuti segala aturan yang
tertera di dalam protokol kesehatan, maka penularan COVID-19 dapat diminimalisir.
Protokol kesehatan terdiri bari beberapa macam, seperti pencegahan dan pengendalian.

Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan protokol kesehatan pencegahan dan


pengendalian secara spesifik melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan bagi Masyarakat di
Tempat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19). Dalam protokol kesehatan tersebut, dipaparkan aturan-aturan
yang perlu dilakukan oleh segala pihak yang berada di tempat atau fasilitas umum. Berikut
adalah tempat dan fasilitas yang disebutkan:

1) Pasar dan sejenisnya

2) Pusat perbelanjaan/mall/pertokoan dan sejenisnya

3) Hotel/penginapan/homestay/asrama dan sejenisnya

4) Rumah makan/restoran dan sejenisnya

5) Sarana dan kegiatan olahraga

6) Moda transportasi

7) Stasiun/terminal/pelabuhan/bandar udara

8) Lokasi daya tarik wisata


9) Jasa perawatan kecantikan/rambut dan sejenisnya

10) Jasa ekonomi kreatif (arsitektur, fotografis, periklanan, penerbitan, televisi, dan lain-
lain)

11) Kegiatan keagamaan di rumah ibadah

12) Jasa penyelenggaraan event/pertemuan

c. Bagaimana peranan farmakoterapi untuk mengobati Covid-19


Farmakoterapi adalah ilmu farmakologi yang yang mempelajari terkait penggunaan
obat untuk penanganan penyakit atau gejalanya. Pada kasus Covid-19 farmakoterapi
berperan dalam pemilihan dan penentuan obat yang bekerja baik terhadap virus SARS-
Cov-2 (Severe acute respiratory syndrome-corona virus-2 ) maupun gejala yang
ditimbulkan.
Beberapa pendekatan telah disarankan untuk menargetkan infeksi SARS-Cov-2
dalam kasus sedang maupun berat dalam upaya pengendalian replikasi virus. Pendekatan
tersebut termasuk:
1. Penggunaan obat antiviral yang digunakan dalam menangani SARS-Cov-1 dan
MERS-Cov, tidak termasuk antitiroviral.
2. Menggunakan immunoglobulin dan pemulihan plasma.
3. Skrining biofarmasetika untuk senyawa/obat yang mungkin bekerja pada SARS-
Covid-2.
Beberapa obat telah mengidentifikasi daftar kandidat obat-obatan yang dapat
digunakan untuk pengobatan Covid-19 yang mencakup remdesivir, liponavir-ritonavir
dengan atau tanpa interferon, immunoterapi seperti antibodi monoklonal dan poliklonal.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penentuan pemilihan
pengobatan Covid-19 memerlukan kajian farmakoterapi.

Peran Vaksin dalam pandemi Covid 19 :

Vaksin covid-19 sudah sangat banyak dinantikan oleh seluruh penduduk sedunia,
karena hanya vaksin lah yang dapat menghentikan rantai alur virus corona. Menurut WHO,
sekitar 20 perusahaan mulai menciptakan vaksin Covid-19. Membuat vaksin butuh kerja
keras dan waktu yang lama. Namun, beberapa waktu lalu vaksin ini telah diuji cobakan
terhadap manusia. Tujuan uji coba ini untuk memeriksa apakah vaksin menunjukkan efek
samping yang terkait, menilai kemanjurannya, dan menetapkan tahap uji coba yang lebih
besar.
Vaksin sendiri merupakan suatu bahan atau produk yang digunakan untuk
menghasilkan sistem imun dari berbagai penyakit. Di dalam vaksin terdapat berbagai produk
biologi, dan bagian dari virus atau bakteri, maupun virus atau bakteri yang sudah dilemahkan.
Nah, produk inilah yang berguna untuk merangsang munculnya antibodi atau kekebalan
tubuh. Berbagai obat antivirus juga digunakan untuk pengobatan Covid-19. Respon setiap
pasien berbeda-beda, sehingga terapi yang dihgunakan masih membutuhkan kajian, suatu
antivirus tidak terlalu selektif dalam membunuh virusnya karena masih mempengaruhi
inangnya sehingga perlu dilakukan pengembangan untuk terapi akibat virus. Cara yang dapat
dilakukan untuk menanggulangi hal ini adalah adanya vaksin.
Strategi jangka panjang yang paling efektif untuk pencegahan Covid-19 adalah
pengembangan vaksin yang memberikan kekebalan protektif. Namun, dengan jangka waktu
minimal 12 sampai 18 bulan diperlukan sebelum penyebaran vaksin secara luas. Vaksin
untuk virus mematikan ini saat ini sedang dikembangkan dan banyak obat yang digunakan
untuk indikasi lain telah digunakan kembali dan diselidiki untuk profilaksis dan pengobatan
COVID 19. Sesuai dengan uji coba SOLIDARITAS oleh WHO, beberapa dari vaksin
dikembangkan mewakili struktur Novel Corona Virusl yang seperti virus RNA lain yang
mengandung berbagai glikoprotein pada amplop dan genom RNA di intinya. Siklus seperti
virus lain yang terdiri dari perlekatan, integrasi, uncoating, penggunaan mesin sel untuk
replikasi, perakitan dan akhirnya release virion. Langkah-langkah replikasi virus korona
adalah target potensial obat antiviral dan vaksin. Lonjakan glikoprotein S dari virus korona
merupakan kandidat yang baik untuk vaksin karena antibodi penetral diarahkan melawan
glikoprotein.

Anda mungkin juga menyukai