Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Panduan limbah B3 di Rumah
Sakit Raudhah Bangko.

Panduan ini bertujuan agar kita mengetahui bagaimana cara pengelolaan bahan
limbah B3 di Rumah Sakit.

Panduan ini berisi tentang macam-macam bahan limbah dan cara pengelolaan
yang benar, agar tidak menjadi sumber penyakit bagi masyarakat sekitar.

Kami menyadari bahwa di dalam panduan ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami mengharapkan saran dan kritikan untuk kedepan lebih baik lagi
dalam mengelola bahan limbah B3 di Rumah Sakit Raudhah Bangko.

Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

1
DAFTAR ISI

COVER………………………………………...………………………...….……1
KATA PENGANTAR………………………………………………….………...2
DAFTAR ISI……………………………………………………………….……..3
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR………………………………….………....4
PANDUAN
I. PENGERTIAN………………………………...
……………………..6
II. RUANG LINGKUP…………………………….
…………………….6
III. TATALAKSANA……………………………….
……………………6
A. LIBAH CAIR……………………………………….
…………….6
B. LIMBAH PADAT/
SAMPAH……………………………………8
C. LIMBAH GAS…………………………………...
………………10
D. LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN………..
…………..10
IV. DOKUMENTASI……………………………………….
……………20
DAFTAR PUSTAKA

2
PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN SERTA LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN DI RUMAH SAKIT

RAUDHAH KOTA BANGKO

NO.SK : 065/SK-DIR/RSR/IX/2019

DIREKTUR RUMAH SAKIT RAUDHAH KOTA BANGKO

Menimbang :

a. Bahwa lingkungan hidup yang berada di rumah sakit


perlu dijaga kelestariannya sehinggga tetap mampu menunjang
pelaksanaan kegiatan di dalam serta disekitar rumah sakit;
b. Bahwa setiap kegiatan yang dilakukan di dalam rumah
sakit ada yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun serta
menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam butir b, perlu ditetapkan suatu panduan tentang pengelolaan bahan
dan limbah bahan berbahaya dan beracun;
d. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada konsideran
butir b dan c, perlu ditetapkan Peraturan Direktur Tentang Pemberlakukan
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
di Rumah Sakit Raudhah;

Mengingat :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun


2009 tentang Rumah Sakit;

3
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087
/Menkes/SK/I/III/2010 Tentang Standart Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Di Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
432/Menkes/SK/IV/2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah sakit;
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Kesehatan
Kerja;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85
tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
7. Undang – Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
8. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
9. Peraturan Pemerintah No. 85 Junto No. 18 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah B3
10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 03 Tahun 2008
tentang Tata Cara Pemberian Simbol Bahan Berbahaya dan Beracun

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

PERTAMA :

Peraturan Direktur Rumah Sakit Raudhah Kota Bangko Tentang Panduan


Pengelolaan Bahan Dan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di Rumah Sakit
Raudhah Kota Bangko.

KEDUA :

4
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun di
Rumah Sakit Raudhah Kota Bangko, sebagaimana dimaksud dalam diktum
kesatu, tercantum dalam lampiran Peraturan ini.

KETIGA :

Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun di


Rumah Sakit ini harus dibahas sekurang-kurangnya 3 ( tahun ) sekali dan apabila
diperlukan dapat dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangannya.

KEEMPAT :

Peraturan ini berlaku sejak ditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudian hari
terdapat kesalahan akan diadakan perbaikan sebagaiman mestinya

Ditetapkan di : Bangko

Pada tanggal : 29 September 2019

5
PANDUAN PENANGANAN LIMBAH DAN BAHAN BERBAHAYA
BERACUN

I. PENGERTIAN

Limbah Rumah Sakit adalah Buangan yang dihasilkan dari kegiatan


Rumah Sakit. Limbah Rumah Sakit terdiri dari Limbah Cair, Limbah Padat,
Limbah Gas.

Limbah Cair adalah semua air buangan, laboratorium, laundry, toilet,


dapur, ruang perawatan, operasi, gawat darurat.

Limbah Padat adalah Sampah yang berasal dari semua aktifitas yang ada,
baik medis, penunjang medis, maupun non medis.

Limbah Gas adalah Limbah yang memanfaatkan udara sebagai media.

Bahan Berbahaya Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifatnya dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
mahluk hidup lainnya.

II. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Panduan ini meliputi :

1. Cara pengolahan Limbah cair


2. Cara pengolahan Limbah Padat
3. Cara pengolahan Limbah Gas
4. Cara penggunaan, penyimpanan , penanganan tumpahan,
dan pertolongan pertama apabila terkontaminasi Bahan Berbahaya Beracun
(B3)

6
III. TATA LAKSANA
A. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya
banyak mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang
dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit.
Limbah cair rumah sakit adalah semua air buangan, laboratorium, laundry,
toilet, dapur, ruang perawatan, operasi, gawat darurat. Dari sekian banyak
sumber limbah di rumah sakit, limbah dari laboratorium paling perlu
diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji
laboratorium tidak bisa diurai hanya dengan aerasi atau activated sludge.
Bahan-bahan itu mengandung logam berat dan inveksikus, sehingga harus
disterilisasi atau dinormalkan sebelum "dilempar" menjadi limbah tak
berbahaya.
Produksi limbah cair diperkirakan 70 % dari pemakaian air bersih.
Berdasarkan pedoman sanitasi Rumah Sakit Indonesia, penggunaan air
bersih 500 – 900 liter/ tempat tidur/hari ( rata-rata : 600 liter/hari/tempat
tidur ). Asumsi BOR RS Raudhah tahun 2010 adalah 75 % (jumlah tempat
tidur 250), pemakaian air 187 tempat tidur x 0,6 m 3/hari = 112,2 m3/hari.
Produksi limbah cair rumah sakit 85 % dari pemakaian air sebanyak ±
95,37 m3/hari. Limbah cair ini diolah pada IPAL yang dikelola oleh pihak
ketiga yaitu : PT. Immnuel Abadi.
Tahapan pengolahan limbah cair antara lain :
Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur,
laundry, toilet, dan lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam
equalisasi lalu dipompakan ke tangki reaktor untuk dicampurkan dengan
gas ozon. Gas ozon yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi
mengoksidasi senyawa organik dan membunuh bakteri patogen pada
limbah cair. Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan ke
tangki koagulasi untuk dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi
pada tangki berikutnya. Pada proses ini, polutan mikro, logam berat dan
lain-lain sisa hasil proses oksidasi dalam tangki reaktor dapat diendapkan.
Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki
ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat polutan yang
terlewatkan pada proses koagulasi. Zat-zat polutan akan dihilangkan

7
permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah
jenuh, atau tidak mampu lagi menyerap maka proses penyerapan akan
berhenti, dan pada saat ini karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif
baru atau didaur ulang dengan cara dicuci. Air yang keluar dari filter
karbon aktif untuk selanjutnya dapat dibuang dengan aman.
Pengolahan limbah cair dilaksanakan di IPAL (Instalasi Pengolahan
Air Limbah). Pengolahan dikerjakan oleh pihak ketiga ( PT. Immanuel
Abadi). Pemeliharaan meliputi :
 Pembuatan obat
 Pembersihan saringan
 Pembersihan pompa
 Pengurasan bak

B. Limbah Padat/sampah

Sumber limbah padat di rumah sakit berasal dari semua aktifitas yang
ada, baik medis, penunjang medis, maupun non medis.

Limbah padat/ sampah di Rumah Sakit Raudhah dibagi menjadi 4 macam :

1. Sampah farmasi yaitu sampah yang terdiri dari botol,


wadah, pembungkus yang kontak langsung dengan obat, wadah
penyimpanan cairan klorin (bayclin), insektisida (baygon), lampu neon
2. Sampah infeksius yaitu sampah yang sudah
terkontaminasi dengan darah ataupun cairan tubuh pasien, termasuk
jaringan tubuh pasien
3. Sampah sitostatik yaitu sampah yang terdiri dari sisa-sisa
obat kemotherapi
4. Sampah non medis yaitu sampah/limbah rumah tangga

Pengelolaaan limbah padat terdiri dari :

a) Pemisahan limbah
Limbah dipisahkan menurut sumbernya. Dibuang sesuai dengan
tempat yang sudah diberi label, dan digunakan kode warna :
1) Warna coklat untuk sampah farmasi dan bekas wadah
penyimpanan klorin (bayclin), insektisida (baygon), cairan
pembersih lantai, lampu neon.
2) Warna kuning untuk sampah infeksius
3) Warna ungu untuk sampah sitostatik

8
4) Warna hitam untuk sampah nonmedis

b) Pengumpulan dan pengangkutan limbah.


Pengumpulan limbah padat/ sampah di RS Raudhah dilakukan 2 kali
sehari :
1) Jam 06.00 – jam 08.30
2) Jam 17.30 – jam 19.30

Pengangkutan dengan kendaraan khusus, kendaraan yang digunakan


untuk mengangkut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan
dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung
limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin

c) Penanganan limbah.
1) Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh
diangkut bila telah ditutup. Kantung dipegang pada lehernya, sehingga
kalau dibawa mengayun menjauhi badan.
2) Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya
dengan memakai sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan
(overal), pada waktu mengangkut kantong tersebut .
3) Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan
kantung baru yang bersih untuk membungkus kantung baru yang kotor
tersebut seisinya (double bagging).
4) Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-
benda tajam yang dapat mencederainya di dalam kantung yang salah.
Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam
kantung limbah.
5) Petugas pengumpul limbah juga harus memastikan
kantung-kantung dengan warna yang sama telah dijadikan satu dan
dikirim ke tempat yang sesuai.

d) Pembuangan limbah.
Limbah medis dikumpulkan dan dibakar dengan incenerator,
sedangkan limbah padat non medis dikumpulkan di TPS. Mobil untuk
pengambilan sampah datang jam 21.00 – 22.00 setiap harinya untuk
mengambil sampah nonmedis dan dibawa ke TPA.

9
C. Limbah Gas
Upaya pengelolaannya lebih sederhana dibanding dengan limbah cair,
pengelolaan limbah gas tidak dapat terlepas dari upaya penyehatan
ruangan dan bangunan khususnya dalam memelihara kualitas udara
ruangan (indoor) yang antara lain disyaratkan agar tidak berbau (terutama
oleh gas H2S dan anioniak), kadar debu tidak melampaui 150 Ug/m3
dalam pengukuran rata-rata selama 24 jam. Angka kuman, ruang operasi :
kurang dan 350 kalori/m3 udara dan bebas kuman padao gen (khususnya
alpha streptococus haemoliticus) dan spora gas gangrer. Ruang perawatan
dan isolasi : kurang dan 700 kalorilm3 udara dan bebas kuman patogen.
Kadar gas dan bahan berbahaya dalam udara tidak melebihi konsentrasi
maksimum yang telah ditentukan. Untuk mengetahui hasil pembuangan
limbah gas terhadap lingkungan, dilakukan pemeriksaan emisi hasil
bakaran incinerator, ambient udara dan tingkat kebisingan. Pemeriksaan
dilaksanakan setahun sekali.

D. Bahan Berbahaya dan Beracun.


Bahan berbahaya dan beracun adalah segala jenis material yang dapat
menimbulkan bahaya terhadap manusia apabila terjadi kontaminasi, baik
dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang
1. Zat yang bersifat Berbahaya dan Beracun
a. Etanol 96 %
1) Sinonim : ethanol absolute 96%, alchohol, ethyl alcohol
200 proof
2) Sifat berbahaya : mudah terbakar, iritasi
3) Pengaruh terhadap kesehatan apabila terjadi kontaminasi
a) Akut : Kontak dengan mata dan kulit dan terhirup
dapat menyebabkan iritasi.
b) Kronis : Dapat menyebabkan mutasi genetik dari
somatic cells pada mamalia, kemungkinan dapat
mempengaruhi sistem reproduksi manusia, dapat meracuni
darah, saluran reproduksi, hati, saluran nafas bagian atas,
kulit, sistem saraf pusat. Kontaminasi berulang dalam
waktu lama dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
4) Pertolongan pertama apa bila terjadi kontak

10
a) Kontak dengan mata : segera lepaskan lensa kontak,
cuci mata diair mengalir selama 15 menit, sambil membuka
kelopak mata. Gunakan air dingin (bukan es), kemudian
segera periksakan ke dokter.
b) Kontak dengan kulit : segera cuci dengan air yang
mengalir. Gunakan air dingin (bukan es). Buka pakaian
yang terkontaminasi, cuci sebelum digunakan kembali.
c) Kontak serius dengan kulit : cuci dengan sabun
antiseptik, dan oleskan cream antibakteri. Periksakan diri
ke dokter.
d) Terhirup : pindahkan ke udara segar. Jika tidak
bernafas, beri nafas bantuan. Jika sulit bernafas, beri
oksigen. Periksakan diri ke dokter jika keluhan berlanjut.
e) Tertelan : Jangan dimuntahkan kecuali dibawah
pantauan tim medis. Jangan member minum atau makan
pada pasien yang tidak sadar. Longgarkan pakaian, dasi,
atau tali pinggang. Periksakan diri ke dokter jika keluhan
berlanjut.
5) Penanganan terhadap tumpahan
a) Tumpahan sedikit
Encerkan dengan air dan dipel, atau diserap dengan
material pengering dan buang ke tempat yang sudah
disediakan.

b) Tumpahan banyak
Jauhkan dari panas, api. Hentikan kebocoran jika
memungkinkan. Serap dengan material pengering atau
material yang tidak mudah terbakar. Jangan memegang
tumpahan. Jangan memasuki area yang terkontaminasi.

6) Penanganan dan penyimpanan


a.Perhatian
Simpan di tempat aman dan terkunci, jauhkan dari panas,
sumber api. Jangan diminum, jangan dihirup. Pakai pakaian
pelindung, sarung tangan, masker. Jika tertelan, segera cari
pertolongan medis dan menunjukkan label yang ditempel

11
ditempat penyimpanan bahan ini. Hindari kontak dengan
mata dan kulit. Jauhkan dari bahan-bahan yang gampang
terbakar, asam, basa, uap.
b. Penyimpanan
Simpan di tempat yang terpisah. Tempat penyimpanan
dijaga agar tetap dingin, dan ditempatkan diarea dengan
ventilasi yang baik. Tempat penyimpanan harus tertutup
rapat dan tersegel. Hindari bahan-bahan yang mudah
terbakar. Jangan disimpan diatas suhu 23oC (73,4oF)
c.Kontrol paparan / Proteksi diri
a) Kontrol paparan
Menyediakan ventilasi agar konsentrasi zat dari
penguapan masih dalam batas yang dapat ditoleransi.
Sediakan tempat untuk membersihkan/mencuci
disekitar tempat kerja
b) Proteksi diri
Kacamata pelindung, jaket, sarung tangan, alat
pelindung pernafasan/masker yang sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan

c) Proteksi diri dalam menangani tumpahan


Kacamata pelindung, pakaian pelindung, sepatu boots,
sarung tangan, alat bantu pernafasan. Konsultasi dengan
ahlinya sebelum menangani bahan ini.
d) Batas paparan
TWA : 1900 (mg/m3) from OSHA (PEL), 1000 (ppm)
from OSHA

b. Formalin
1) Sinonim : Formaldehyde
2) Sifat berbahaya : Sangat beracun, iritasi
3) Pengaruh terhadap kesehatan apabila terjadi kontaminasi
Akut : Pada kulit : iritasi, korosif
Pada mata : korosif, gejalanya berupa kemerahan,
berair, gatal
Kronis : Efek kardiogenik : kemungkinan ditemukan pada
manusia

12
Efek mutasi genetik : menyebabkan mutasi genetic pada sel
somatik mamalia, dan pada bakteri dan ragi.
Efek teratogenik : kemungkinan ditemukan pada manusia
Tingkat toksisitas : paparan berulang atau jangka panjang dapat
menyebabkan kerusakan organ target.
4) Pertolongan pertama apabila terjadi kontak.
a) Mata : lepaskan lensa kontak, cuci mata dengan air
mengalir selama lebih kurang 15 menit. Kelopak mata tetap
terbuka. Gunakan air dingin. Cari pertolongan medis.
b) Kulit : cuci dengan air mengalir. Gunakan air
dingin.Lepaskan pakaian, sepatu yang terkontaminasi. Cuci
dan bersihkan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi
sebelum dipakai ulang. Cari pertolongan medis.
c) Kontak serius dengan kulit : Cuci dengan sabun
desinfektan, kemudian oleskan krem antibakteri. Cari
pertolongan medis
d) Terhirup : Pindahkan korban ke tempat terbuka.
Apabila tidak bernafas, beri nafas bantuan. Jika silit
bernafas, beri oksigen. Cari pertolongan medis
e) Terhirup dalam waktu lama (serius) : Pindahkan ke
tempat terbuka, longgarkan pakaian, seperti dasi, ikat
pinggang. Jika sulit bernafas, beri oksigen. Jika tidak
bernafas, berikan nafas buatan. Cari pertolongan medis
f)Tertelan : Jangan dimuntahkan, sampai mendapat
pertolongan medis. Jangan berikan apapun melalui mulut
pada korban dengan penurunan kesadaran. Longgarkan
pakaian, dasi, tali pinggang. Cari pertolongan medis
5) Penanganan terhadap tumpahan
a) Tumpahan sedikit
Encerkan dengan air dan dipel, atau diserap dengan
material pengering dan buang ke tempat yang sudah
disediakan. Netralkan dengan sodium carbonate
b) Tumpahan banyak
Jauhkan dari panas, sumber api. Hentikan kebocoran bila
memungkinkan. Serap dengan material pengering atau
material yang tidak mudah terbakar. Jangan masukkan air
ke dalam tempat penyimpanan. Jangan memegang

13
tumpahan. Jangan memasuki area yang terkontaminasi.
Netralkan tumpahan dengan sodium carbonate. Hati-hati
apabila konsentrasi produk melewati level yang telah
ditentukan (lihat di MSDS).
6) Penanganan dan penyimpanan
a.Perhatian
Jauhkan dari panas, sumber api. Jangan diminum, dihirup.
Jika berisiko terhirup, pakai masker, atau alat bantu nafas.
Jika terminum, cari pertolongan medis dan tunjukkan
tempat pennyimpanan atau label bahan tersebut. Hindari
kontak dengan kulit dan mata. Jauhkan dari bahan-bahan
yang gampang terbakar, asam, basa, pelembab.
b. Penyimpanan
Simpan di tempat yang terpisah. Tempat penyimpanan
dijaga agar tetap dingin, dan ditempatkan diarea dengan
ventilasi yang baik. Tempat penyimpanan harus tertutup
rapat dan tersegel. Hindari bahan-bahan yang mudah
terbakar ( percikan api)
c.Kontrol / Proteksi diri
1. Kontrol
Menyediakan ventilasi agar konsentrasi zat dari
penguapan masih dalam batas yang dapat ditoleransi.
Sediakan tempat untuk membersihkan/mencuci
disekitar tempat kerja
2. Proteksi diri
Kacamata pelindung, jaket, sarung tangan, alat
pelindung pernafasan/masker yang sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan
3. Proteksi diri dalam menangani tumpahan
Kacamata pelindung, pakaian pelindung, sepatu boots,
sarung tangan, alat bantu pernafasan. Konsultasi dengan
ahlinya sebelum menangani bahan ini.
d. Batas paparan
Formaldehyde gas STEL (short term exposure limit) : 0,3
(ppm) from ACGIH, STEL : 2 ppm from OSHA

c. Methyl alcohol (reagent ACS 99,8 %)

14
1. Sinonim : carbinol, methanol, methyl hydroxide,
monohydroxymethane
2. Sifat berbahaya : beracun, mudah terbakar, menguap
3. Pengaruh terhadap kesehatan apabila terjadi kontaminasi
a. Mata : iritasi yang ditandai dengan rasa terbakar,
kemerahan, berair, bengkak, dapat menyebabkan kerusakan
kornea. Dapat menyebabkan nyeri apabila kena cahaya.
b. Kulit : dapat menyebabkan iritasi kulit, dapat diserap
melalui kulit dalam jumlah yang berbahaya. Kontak lama dan
berulang dapat menyebabkan dermatitis dan kerusakan kulit.
c. Saluran cerna : dapat berakibat fatal atau kebutaan jika
tertelan. Dapat menyebabkan iritasi saluran cerna dengan gejala
mual, muntah dan mencret. Dapat menyebabkan asidosis
metabolic, depresi sistem saraf pusat, yang ditandai dengan
gembira berlebih disertai dengan sakit kepala, lemas,
mengantuk, dan mual. Tahap lanjut dapat pingsan, tidak sadar,
koma, dan dapat menyebabkan kematian akibat kegagalan
pernafasan. Dapat juga mengganggu sistem jantung dan paru.
d. Saluran pernafasan : berbahaya jika terhirup. Dapat
mengganggu sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit
kepala, kejang, dan kematian. Dapat menyebabkan gangguan
penglihatan dan kemungkinan menyebakan kebutaan
permanen. Menyebabkan iritasi pada membrane mukosa.
e. Kronis : kontak jangka panjang atau berulang dapat
menyebabkan dermatitis. Paparan jangka panjang dapat
menyebabkan gangguan sistem reproduksi dan membahayakan
janin. Percobaan di laboratorium mebuktikan bahwa zat ini
dapat menyebabkan mutasi genetik. Paparan jangka panjang
juga dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan jantung.
f. Pertolongan pertama apa bila terjadi kontak
1. Kontak dengan mata : segera lepaskan lensa kontak,
cuci mata diair mengalir selama 15 menit, sambil membuka
kelopak mata. Segera mencari pertolongan medis.
2. Kontak dengan kulit : segera cuci dengan air yang
mengalir dan sabun minimal 15 menit. Buka pakaian yang

15
terkontaminasi, cuci sebelum digunakan kembali. Jika
iritasi berlanjut, segera cari pertolongan medis
3. Terhirup : pindahkan ke udara segar. Jika tidak
bernafas, beri nafas bantuan, jangan gunakan metoda
resusitasi mulut ke mulut, gunakan alat bantu nafas yang
sesuai seperti bag valve mask (ambu bag). Jika sulit
bernafas, beri oksigen. Periksakan diri ke dokter jika
keluhan berlanjut.
4. Tertelan : jika korban masih sadar, beri 2-4 gelas
susu atau air. Buatlah korban muntah. Jika korban tidak
sadar, jangan berikan apapun melalui mulut. Segera cari
pertolongan medis.
5. Catatan untuk dokter : efek mungkin muncul
terlambat. Ethanol dapat menghambat metabolisme
methanol.
6. Cara pemadaman apabila terbakar
Untuk api kecil, gunakan APAR jenis tepung kering, CO 2,
semburan air atau busa yang tahan terhadap alkohol.
Gunakan air untuk mendinginkan wadah yang terkena api.
Air biasanya kurang efektif. Untuk kebakaran yang besar,
gunakan semburan air, atau busa yang tahan alkohol.
Jangan gunakan air dengan aliran lurus (air yang sedikit).
7. Penanganan terhadap tumpahan
Zat yang tumpah diambil (sendok) dengan peralatan yang
tidak bereaksi dengan zat teesebut, kemudian buang ke
wadah yang sesuai, gunakan semburan air untuk
menghilangkan gas atau uapan. Jauhkan semua sumber api.
Serap tumpahan dengan menggunakan bahan penyerap
yang tidak mudah terbakar seperti pasir, tanah. Jangan
gunakan bahan yang gampang terbakar seperti debu sisa
pembakaran. Buat ventilasi. Air dapat mengurangi asap,
tapi tidak untuk mencegah kebakaran.
8. Alat pelindung diri
Mata : gunakan kacamata
Kulit : gunakan sarung tangan, pakaian pelindung Alat
bantu pernafasan jika diperlukan

16
9. Penyimpanan
Simpan di tempat aman dan terkunci, dingin, kering,
ventilasi baik. Jangan simpan di wadah yang terbuat dari
aluminium atau timah jauhkan dari panas, dan percikan api.
Jauhkan dari sumber api. Penyimpanan
d. Asam asetat ( acetic acid)
Sinonim : glacial
Sifat berbahaya : mudah terbakar, beracun, korosif
Pengaruh terhadap kesehatan apabila terjadi kontaminasi
1. Akut :
a) Kontak dengan mata: dapat menyebabkan
korosi(kerusakan jaringan), peradangan pada mata dengan
gejala kemerahan, berair, dan gatal.
b) Kontak dengan kulit: dapat menyebabkan luka bakar,
peradangan pada kulit dengan gejala gatal, mengelupas,
kemerahan, dan melepuh.
c) Terhirup : dapat menyebabkan iritasi berat pada saluran
pernafasan, dengan gejala batuk, tersedak, atau memendeknya
pernafasan.
2. Kronis :
Dapat menyebabkan mutasi genetik dari somatic cells pada
mamalia, bakteri dan jamur. Zat ini bersifat racun terhadap ginjal,
membrane mukosa, kulit, gigi. Paparan berulang dalam jangka
waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
Pertolongan pertama apa bila terjadi kontak
a. Kontak dengan mata : segera lepaskan lensa kontak, cuci
mata diair mengalir selama 15 menit, sambil membuka kelopak
mata. Gunakan air dingin (bukan es), kemudian segera
periksakan ke dokter.
b. Kontak dengan kulit : segera cuci dengan air yang
mengalir dan sabun, oles kulit yang terkena dengan
menggunakan krem antibakteri. Buka pakaian yang
terkontaminasi, cuci sebelum digunakan kembali.
c. Terhirup : pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernafas,
beri nafas bantuan. Jika sulit bernafas, beri oksigen. Periksakan
diri ke dokter jika keluhan berlanjut.

17
d. Tertelan : Jangan dimuntahkan kecuali dibawah pantauan
tim medis. Jangan member minum atau makan pada pasien
yang tidak sadar. Longgarkan pakaian, dasi, atau tali pinggang.
Periksakan diri ke dokter jika keluhan berlanjut.

Penanganan terhadap tumpahan

a. Tumpahan sedikit
Encerkan dengan air dan dipel, atau diserap dengan material
pengering dan buang ke tempat yang sudah disediakan. Jika
perlu, netralkan residu dengan cairan sodium carbonate.
b. Tumpahan banyak
Jauhkan dari panas, api. Hentikan kebocoran jika
memungkinkan. Jika zat dalam bentuk padat : gunakan sekop
untuk mengambil zat ini kemudian dibuang di wadah yang
sudah disediakan. Jika zat berbentuk cairan: Serap dengan
tanah, pasir atau material yang tidak mudah terbakar. Jangan
memasukkan air ke dalam wadah. Jangan memegang
tumpahan. Jangan memasuki area yang terkontaminasi.
Netralkan dengan cairan sodium carbonate.

Penanganan dan penyimpanan

a. Perhatian
Simpan di tempat aman dan terkunci, jauhkan dari panas,
sumber api. Jangan diminum, jangan dihirup. Jangan campur
air dengan zat ini.Pakai pakaian pelindung, sarung tangan,
masker. Jika tertelan, segera cari pertolongan medis dan
menunjukkan label yang ditempel ditempat penyimpanan
bahan ini. Hindari kontak dengan mata dan kulit. Jauhkan dari
bahan-bahan yang gampang terbakar, asam, basa, uap.
b. Penyimpanan
Simpan di tempat yang terpisah. Tempat penyimpanan dijaga
agar tetap dingin, dan ditempatkan diarea dengan ventilasi yang
baik. Tempat penyimpanan harus tertutup rapat dan tersegel.

2. Limbah yang bersifat berbahaya dan beracun

18
Bahan yang termasuk limbah berbahaya beracun diantaranya oli
bekas, lampu neon bekas, hasil pembakaran incinenator. Pengolahan
oli bekas, lampu neon bekas diserahkan ke pihak ketiga. Hasil
pembakaran incinerator disimpan di TPS (tempat penyimpanan
sementara) yang kemudian akan dikirim pihak ketiga yang ada di
Jakarta.

3. Lokasi penyimpanan Bahan Berbahaya Beracun


Ada 4 lokasi penyimpanan Zat Berbahaya Beracun di Rumah Sakit
Santa Maria yaitu :
a. Gudang farmasi
b. Farmasi lantai 1
c. Kamar jenazah
d. Laboratorium

IV. DOKUMENTASI
A. Sistem Pencatatan
1. Pencatatan pengelolaan dan pemeliharaan IPAL dilakukan
setiap hari
2. Pencatatan jumlah Limbah padat medis sebelum dan
sesudah dibakar di incinerator dilakukan setiap hari
3. Pencatatan kasus tumpahan B3 dilakukan dengan mengisi
Laporan Kasus Tumpahan Bahan Berbahaya beracun. Pencatatan
dilakukan perkasus kejadian tumpahan.
4. Setiap instalasi/unit yang menyimpan B3 wajib membuat
laporan bulanan kepada Tim K3RS baik ada kasus ataupun tidak ada
kasus tumpahan dengan meningisi Laporan Bulanan Kasus Tumpahan
Bahan Berbahaya Beracun .
5. Audit kepatuhan karyawan dalam pemisahan limbah
padat dilakukan dengan pengisian lembaran pengecekan yang dibuat
oleh setiap kepala unit/instalasi dan dilaporkan kepada ketua Tim PPI
(Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
B. Sistem Pelaporan
1. Pelaporan dilakukan setiap instalasi/unit yang menyimpan
B3 kepada Tim K3RS setiap bulannya, ada ataupun tidak ada kasus
tumpahan. Instalasi/Unit yang wajib membuat laporan bulanan adalah :
a. Instalasi Farmasi
b. Instalasi Kamar Jenazah
c. Instalasi Pengolahan Limbah B3

19
Tim K3RS membuat laporan kepada Direktur dan Wakil Direktur setiap akhir
tahun. Pelaporan hasil audit kepatuhan karyawan dalam pemisahan limbah padat
dilaporkan oleh ketua Tim PPI kepada Direktur dan Wakil Direktur setiap akhir
tahun.

DIREKTUR RS RAUDHAH

dr.Wahyuni Utami

NIK

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI.2002. Pedoman Umum Higiene Sarana Dan


Bangunan Umum.

2. Pristiyanto, Djuni. 2000. Limbah Rumah Sakit


Mengandung Bahan Limbah Padat.

3. Keputusan Menteri Negara Kigkungan Hidup Kep.


58/Menlh/12/1995 Tentang Baku Mutu Kegiatan Rumah Sakit.

4. Departemen kesehatan RI. 1992. Peraturan Proes


Pembugkusan Limbah Padat.

5. Arifin.M, 2008, Pengaruh limbah rumah sakit terhadap


kesehatan. FKUI

20
6. Moersidik, S.S. 1995. Pengelolaan Limbah Teknologi
Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Dalam Santasi Rumah Sakit, Pusat
Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.Depok.

21

Anda mungkin juga menyukai