i
VISI, MISI, MOTTO, DAN TUJUAN
RUMAH SAKIT AMANAH UMAT PURWOREJO
VISI
Visi Rumah Sakit adalah menjadi rumah sakit rujukan komprehensif dengan nuansa
Islami.
MISI
Misi Rumah Sakit adalah :
1. Mewujudkan pelayanan Prima kepada masyarakat melalui pelayanan
kesehatan Islami;
2. Meningkatkan daya saing Rumah Sakit melalui pelayanan Unggulan;
3. Meningkatkan Profesionalisme Sumber Daya Insani sesuai kompetensi
bidang tugasnya;
4. Mewujudkan pengelolaan Rumah Sakit Islam yang Mandiri;
5. Mengembangkan Jaringan Pelayanan Kesehatan Islam berbasis Ukhuwah
Islamiyah; dan
6. Mampu memimpin pengembangan Rumah Sakit bernuana Islam.
MOTTO
Motto Rumah Sakit adalah : Mengemban Amanah Melayani umat
TUJUAN
Rumah Sakit mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang menjadi rujukan rumah sakit
lainnya;
b. Terselenggaranya pelayanan kesehatan dengan pelayanan unggulan berbasis
kompetensi dan Ukhuwah Islamiyah ;
c. Terwujudnya rumah sakit yang mandiri dengan jejaring rumah sakit lainnya;
dan
d. Terselenggaranya Pengembangan Dakwah dan Syiar Islam melalui lembaga
rumah sakit yang komprehensif dan rahmah.
ii
KEPUTUSAN DIREKTUR
RS AMANAH UMAT PURWOREJO
NOMOR 0029 / SK / RSAU / 01 / 2019
TENTANG
PEDOMAAN PELAYANAN PASIEN TERINTEGRASI
iii
Purworejo
11. Keputusan direktur Rumah Sakit Amanah Umat
Purworejo No 155/SK.3.2/XI/2018 Tentang
penetapan susunan tata kerja
iv
KATA PENGANTAR
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Tim PAP
v
DAFTAR ISI
vi
BAB I
DEFINISI DAN TUJUAN
1
lain yang berfungsi melakukan asuhan penunjang berupa analis laboratorium,
penata rontgen, fisioterapis.
Secara garis besar ada empat kelompok SDM yang mendukung
jalannya rumah sakit yaitu, kelompok medis memberikan pelayanan asuhan
medis, kelompok keperawatan memberikan pelayanan asuhan keperawatan,
serta kelompok keteknisian medis yang memberikan pelayanan penunjang
medis, dan akhirnya adalah kelompok administrasi yang memberikan
pelayanan administrasi manajemen.
A. DEFINISI
Adalah asuhan yang menghormati dan responsif terhadap pilihan,
kebutuhan dan nilai-nilai pribadi pasien, serta memastikan bahwa nilai-nilai
pasien menjadi panduan bagi semua keputusan klinis.
B. TUJUAN
Tujuan Umum :
Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit Tujuan Khusus:
1. Untuk melakukan integrasi serta koordinasi pelayanan dan asuhan kepada
setiap pasien;
2. Untuk menghasilkan pelayanan yang efektif, efisien dan asuhan pasien
yang lebih baik
3. Menciptakan budaya Patient Safety
2
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan ini akan membahas pengaturan apa dan bagaimana yang perlu
dibuat di rumah sakit sejak pasien menginjakkan kakinya di rumah sakit
sampai pasien dipulangkan kerumah atau dirujuk ke sarana kesehatan lain atau
meninggal dunia. Sehingga sejak pasien datang harus dilakukan pengkajian
supaya dapat ditentukan dengan disesuaikan kemampuan, fasilitas dan
prasarana yang dibutuhkan pasien serta kebijakan rumah sakit dalam
menangani masalah kesehatannya.
3
BAB III
TATA LAKSANA
4
1) Pimpinan pelayanan kesehatan bekerjasama dengan pasien &
keluarga dalam pengembangan, implementasi dan evaluasi
kebijakan dan program.
2. Asuhan Pasien Terintegrasi
Proses pelayanan dan asuhan pasien bersifat dinamis dan
melibatkan banyak PPA yang dapat melibatkan berbagai unit pelayanan.
Integrasi dan koordinasi kegiatan pelayanan dan asuhan pasien
merupakan sasaran yang menghasilkan efisiensi, penggunaan SDM dan
sumber lainnya efektif, dan hasil asuhan pasien yang lebih baik.
5
3) Kuratif
4) Rehabilitatif
Kasus yang tidak bisa dilayani oleh RS Amanah Umat Purworejo:
1) Kasus B20
2) Kasus yang memerlukan tindakan radioterapi
3) Kemoterapi
4) Tumor nodula spinalis dan cranial
5) Kasus jantung yang memerlukan kateterisasi j antung.
6) TB MDR
7) Haemodialisa
Apabila ditemukan kasus tersebut diatas, maka PPA wajib melakukan
edukasi untuk rujuk.
Di IGD apabila memerlukan proses observasi maka harus
didokumentasikan dalam lembar observasi sesuai triage pasien. Proses
observasi maksimal 6 jam dan akan evaluasi/asesmen ulang. Setelah kondisi
pasien sudah stabil akan ditransfer ke unit pelayanan selanjutnya. Apabila
tempat tidur yang diperlukan penuh/belum tersedia maka dikomunikassikan ke
pasien dan atau keluarga dengan memberikan solusi alternatif, termasuk
apabila perlu perawatan HCU maka pasien dirujuk ke RS yang tersedia
tempat HCU berikut peralatan yang diperlukan.
6
Perencanaan yang teliti diperlukan untuk proses asuhan pasien agar
mendapat hasil yang optimal. Proses perencanaan menggunakan data dan
asesmen awal pasien dan asesmen ulang periodik untuk menetapkan dan
menyusun prioritas pengobatan, prosedur, asuhan keperawatan, dan asuhan
lain untuk memenuhi kebutuhan pasien. Pasien dan keluarga diikut sertakan
dalam proses perencanaan. Rencana asuhan dicantumkan dalam rekam medis
pasien. Rencana asuhan dikembangkan dalam waktu paling lama 24 jam
setelah pasien diterima di rawat inap. Berdasarkan asesmen ulang pasien oleh
praktisi pelayanan kesehatan, maka rencana diperbaharui sesuai dengan
perubahan kondisi pasien.
7
atau mandat. Instruksi tertulis dapat juga diberikan di form tersendiri atau
diberikan dengan sistem elektronik sesuai dengan regulasi rumah sakit.
Adapun tata cara pemberian instruksi harus meliputi :
• Instruksi diberikan hanya oleh mereka yang kompeten dan berwenang
• jenis instruksi harus tertulis dan dicatat;
• permintaan pemeriksaan semua laboratorium (antara lain termasuk
pemeriksaan laboratorium PA) dan diagnostik imajing tertentu harus
disertai indikasi klinik
• pengecualian dalam keadaan khusus, seperti antara lain di unit darurat dan
unit intensif;
• siapa yang diberi kewenangan memberi instruksi dan perintah diletakkan
di dalam berkas rekam medik pasien.
• Instruksi didokumentasikan di lokasi tertentu di dalam berkas rekam medik
pasien.
d. Tindakan Klinis dan Diagnostik yang Diminta
Tindakan klinik dan diagnostik yang diminta, dilaksanakan dan
diterima hasilnya, serta disimpan di berkas rekam medis pasien. Contoh
tindakan seperti ini adalah CTscan, tindakan invasif lain, serta pada
pemeriksaan laboratorium (PK, PA) juga pada radiologi intervensional dan
noninvasif. Informasi tentang siapa yang meminta prosedur/ tindakan ini serta
alasannya dicatat dan dimasukkan di dalam berkas rekam medis pasien. Pada
rawat jalan apabila dilakukan tindakan diagnostik invasif/berisiko termasuk
pasien yang dirujuk dari luar juga harus dilakukan asesmen serta
pencatatannya dalam rekam medis. Pasien dan keluarga diberi tahu tentang
hasil asuhan dan pengobatan termasuk hasil asuhan yg tidak diharapkan
8
yang kompeten. Nama staf (manajer pelayanan pasien) ini tercantum didalam
rekam medis pasien atau dengan cara lain dikenalkan kepada semua staf rumah
sakit., serta sangat diperlukan apalagi bagi pasien-pasien tertentu yang
kompleks dan pasien lain yang ditentukan rumah sakit. Manajer Pelayanan
Pasien perlu bekerjasama dan berkomunikasi dengan pemberi pelayanan
kesehatan yang lain. Fungsi Manajer Pelayanan Pasien diuraikan secara rinci
dalam Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien (MPP).
3. Assesmen Pasien
a.Assesmen Awal
Tujuan utama pembuatan asesmen awal pasien adalah untuk memahami
kebutuhan pelayanan medis dan pelayanan keperawatan sehingga pelayanan dan
pengobatan dapat dimulai. Untuk mencapai ini, rumah sakit menetapkan isi
minimal dari asesmen awal medis dan keperawatan serta asesmen lain. Juga
ditetapkan kerangka waktu yang disyaratkan untuk menyelesaikan asesmen dan
pendokumentasi asesmen awal tersebut.
9
h. riwayat alergi,
i. asesmen nyeri,
j. risiko jatuh,
k. asesmen fungsional,
l. risiko nutrisional,
m. kebutuhan edukasi ,
n. Perencanaan Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
Pencatatan dalam berkas rakam medis mengikuti kaidah Problem
OrientedMedical Record (POMR) yaitu dengan pola :
S (subyektif, keterangan/keluhan pasien), O (objektif, fakta yang ditemukan
pada A (analisis, merupakankesimpulan/diagnose yang dibuat berdasarkan S
dan O) dan P (plan, rencana asuhan yangakan diterapkan pada pasien)
10
Asesmen ulang dilakukan dan dicatat di CPPT berbasis IAR dengan
metode SOAP, gizi dapat dengan metode ADIME, dengan memperhatikan:
b. Setiap hari oleh dokter pada pasien akut atau lebih jarang sesuai
kebijakan rumah sakit.
e. Assesmen Nyeri
Pada saat asesmen awal dan asesmen ulang, prosedur skrining
dilakukan untuk mengidentifikasi pasien dengan rasa sakit, pasien dapat
diobati di rumah sakit atau dirujuk untuk pengobatan. Lingkup pengobatan
berdasarkan pelayanan yang tersedia di rumah sakit.
f. Assesmen Tambahan
Asesmen awal dari tipe-tipe pasien atau populasi pasien tertentu
memerlukan modifikasi proses asesmen. Modifikasi ini didasarkan atas
karakteristik yang unik atau menentukan setiap populasi pasien. Rumah sakit
mengidentifikasi kelompok pasien khusus dan memodifikasi proses asesmen
untuk memenuhi kebutuhan khusus ini. Secara khusus, apabila rumah sakit,
melayani satu atau lebih pasien atau populasi dengan kebutuhan khusus seperti
daftar di bawah ini, maka rumah sakit melakukan asesmen individual untuk :
12
• Neonatus
• Anak
• Remaja
• Obstetri/maternitas
• Geriatri
• Pasien dengan kebutuhan untuk P3 (Perencanaan Pemulangan Pasien)
• Sakit terminal/menghadapi kematian
• Pasien dengan gangguan emosional atau pasien psikiatris
• Pasien dengan penyakit menular atau infeksius
• Pasien dengan sistem imunologi terganggu
Tetapi asesmen pasien tersebut merupakan respons terhadap kebutuhan
dan kondisi yang dapat diterima oleh budaya dan diperlakukan konfidensial.
Proses asesmen dimodifikasi agar konsisten dengan undang-undang dan
peraturan dan standar profesi terkait dengan populasi dan situasi demikian dengan
melibatkan keluarga bila perlu.
g. Assesmen pasien di akhir kehidupan/hayat
Kepada pasien yang akan meninggal dan keluarganya, dilakukan asesmen
dan asesmen ulang sesuai kebutuhan individual mereka.
4. Rencana Asuhan
Rencana asuhan menjelaskan asuhan dan pengobatan/tindakan yang
diberikan kepada seorang pasien. Rencana asuhan memuat satu paket tindakan
yang dilakukan oleh PPA untuk memecahkan atau mendukung diagnosis yang
ditegakkan melalui asesmen. Tujuan utama rencana asuhan adalah memperoleh
hasil klinis yang optimal.
Proses perencanaan bersifat kolaboratif menggunakan data berasal dari
asesmen awal dan asesmen ulang yang dilakukan oleh dokter dan PPA lainnya
(perawat, ahli gizi, apoteker, dsb.) untuk mengetahui dan menetapkan prioritas
tindakan, prosedur, dan asuhan PPA lainnya untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Pasien dan keluarga dilibatkan dalam proses perencanaan. Rencana asuhan
diselesaikan dalam waktu 24 jam terhitung saat diterima sebagai pasien rawat inap.
Berdasar atas hasil assesmen ulang, rencana asuhan diperbaharui atau
disempurnakan untuk dapat menggambarkan kondisi pasien terkini. Rencana
asuhan didokumentasikan di rekam medik pasien.
Rencana asuhan pasien harus terkait dengan kebutuhan pasien. Kebutuhan
ini mungkin berubah sebagai hasil dari proses penyembuhan klinis atau dan
informasi baru hasil asesmen ulang (contoh, hilangnya kesadaran, hasil
laboratorium yang abnormal).
Rencana asuhan direvisi berdasar atas perubahan-perubahan ini dan
didokumentasikan di rekam medis pasien sebagai catatan dari rencana semula atau
hal ini dapat menghasilkan rencana asuhan baru. Salah satu cara untuk membuat
rencana asuhan adalah mengetahui dan menetapkan sasaran-sasaran. Sasaran
terukur dapat dipilih oleh DPJP dan bekerja sama dengan perawat dan PPA
lainnya. Sasaran terukur dapat diamati dan dapat dicapai terkait dengan asuhan
pasien dan dari hasil klinis yang diharapkan.Sasaran ini harus realistik, spesifik
pada pasien, dan harus terkait waktu untuk mengukur kemajuan serta hasil terkait
dengan encana asuhan. Contoh dari sasaran realistik dan terukur sebagai berikut:
• kondisi pasien kembali dengan fungsi (out put) jantung stabil melalui detak
jantung, irama jantung, dan tekanan darah berada di kisaran normal;
• pasien dapat menunjukkan mampu memberi sendiri suntikan insulin
sebelum pasien pulang keluar dari rumah sakit;
• pasien mampu berjalan dengan "walker" (alat bantu untuk berjalan) menuju
ruangan tamu dan kedua kakinya mampu menanggung beban berat badan.
DPJP sebagai ketua tim PPA melakukan evaluasi/review berkala dan
verifikasi harian untuk menjaga terlaksananya asuhan terintegrasi dan membuat
notasi sesuai dengan kebutuhan.
Catatan: satu rencana asuhan terintegrasi dengan sasaran-sasaran yang
diharapkan oleh PPA lebih baik daripada rencana terpisah oleh PPA
masing-masing. Rencana asuhan yang baik menjelaskan asuhan individual,
objektif, dan sasaran dapat diukur untuk memudahkan asesmen ulang serta revisi
rencana asuhan
14
5. Asuhan pasien di akhir kehidupan yang diberikan rumah sakit :
Rumah sakit memberikan pelayanan pasien dalam tahap terminal dengan
memperhatikan kebutuhan pasien dan keluarga serta mengoptimalkan kenyamanan
dan martabat pasien yang didokumentasikan dalam rekam medis
Pasien dalam tahap terminal membutuhkan asuhan dengan rasa hormat dan
empati yang terungkap dalam asesmen.
Untuk melaksanakan ini, staf diberi pemahaman tentang kebutuhan pasien
yang unik saat dalam tahap terminal.
Kepedulian staf terhadap kenyamanan dan kehormatan pasien harus menjadi
prioritas semua aspek asuhan pasien selama pasien berada dalam tahap terminal.
Rumah sakit menetapkan proses untuk mengelola asuhan pasien dalam tahap
terminal. Proses ini meliputi
1. intervensi pelayanan pasien untuk mengatasi nyeri;
2. memberikan pengobatan sesuai dengan gejala dan mempertimbangkan
keinginan pasien dan keluarga;
3. menyampaikan secara hati-hati soal sensitif seperti autopsi atau donasi organ;
4. menghormati nilai, agama, serta budaya pasien dan keluarga;
5. mengajak pasien dan keluarga dalam semua aspek asuhan;
6. memperhatikan keprihatinan psikologis, emosional, spiritual, serta budaya
pasien dan keluarga
Untuk mencapai tujuan ini semua staf harus menyadari akan kebutuhan pasien
yang unik pada akhir hidupnya. Rumah sakit mengevaluasi mutu asuhan
akhir-kehidupan, berdasarkan evaluasi (serta persepsi) keluarga dan staf, terhadap
asuhan yang diberikan. Rumah sakit perlu mengupayakan :
1. Semua staf harus diupayakan memahami kebutuhan pasien yang unik
menjelang akhir kehidupan.
16
8. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (Integrated Progress Patient
Note)
Adalah lembar pada berkas rekam medis pasien dimana semua kondisi
dan perkembangan penyakit pasien serta tindakan yang dialami pasien
dicatat.Rumah sakit menetapkan bahwa mereka yang diizinkan memberikan
perintah / order menuliskan perintah ini dalam rekam medis pasien di lokasi
yang seragam, dan lokasi itu adalah pada lembat Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi (CPPT).
Aktivitas asuhan pasien termasuk pemberian perintah, (misalnya, untuk
pemeriksaan laboratorium, pemberian obat, pelayanan keperawatan dan terapi
nutrisi). Prosedur diagnostik, operasi dan prosedur lain diperintahkan oleh
mereka yang kompeten untuk hal tersebut. Perintah ini harus mudah diakses
untuk dapat dilaksanakan tepat waktu. Penempatan perintah pada suatu lembar
umum atau lokasi yang seragam di rekam medis pasien membantu
terlaksananya perintah. Perintah tertulis membantu staf untuk mengerti
kekhususan perintah, kapan harus dilaksanakan dan siapa yang harus
melaksanakan. Perintah dapat ditulis pada suatu lembar perintah yang
kemudian dimasukkan ke rekam medis pasien secara periodik atau pada waktu
pemulangan pasien. Setiap rumah sakit memutuskan :
a) Perintah mana yang harus tertulis daripada lisan;
b) Permintaan pemeriksaan diagnostik imajing dan pemeriksaan
laboratorium klinik termasuk indikasi klinis/ rasional;
c) Tiap pengecualian di pelayanan khusus seperti IGD dan Unit Pelayanan
Intesif;
d) Siapa yang diizinkan menuliskan perintah;
e) Dilokasi mana perintah tersebut dicatat dalam rekam medis pasien.
18
tidak diharapkan. Serta rumah sakit menyediakan pendidikan/edukasi untuk
menunjang partisipasi pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan dan
proses pelayanan.
11. Tindakan Sedasi, Anestesi dan Pembedahan pada Pasien
a. Sedasi :
Sedasi baik sedasi yang moderat maupun dalam, menghadapkan risiko
kepada pasien, karenanya perlu dilengkapi dengan definisi, kebijakan serta
prosedur yang jelas.Derajat sedasi terjadi dalam suatu kontinuum, seorang
pasien dapat bergerak dari satu derajat tertentu menuju derajat yang lain,
berdasarkan medikasi yang diberikan, rute dan dosisnya.Pertimbangan penting
mencakup kemampuan pasien untuk mempertahankan refleks protektif;
saluran pernafasan yang paten-independen-berkesinambungan; dan mampu
berespon terhadap stimulasi fisik atau instruksi lisan. Kebijakan dan prosedur
sedasi memuat :
a) Penyusunan rencana termasuk identifikasi perbedaan antara
populasi dewasa dan anak atau pertimbangan khusus lainnya;
b) Dokumentasi yang diperlukan tim pelayanan untuk dapat bekerja dan
berkomunikasi secara efektif;
c) Persyaratan persetujuan (consent) khusus, bila diperlukan;
d) Frekuensi dan jenis monitoring pasien yang diperlukan;
e) Kualifikasi atau ketrampilan khusus para staf yang terlibat dalam proses
sedasi; dan
f) Ketersediaan dan penggunaan peralatan spesialistik.
Hal lain yang juga penting adalah kualifikasi para dokter, dokter gigi atau
semua individu yang kompeten yang bertanggung jawab atas pasien yang
menerima sedasi moderat maupun dalam. Setiap petugas harus kompeten
dalam :
a) Teknik berbagai modus sedasi;
b) Monitoring yang tepat;
c) Respons terhadap komplikasi;
d) Penggunaan zat-zat reversal; dan
e) Sekurang-kurangnya bantuan hidup dasar.
b. Anestesi :
Pelayanan anestesi direncanakan secara seksama dan
didokumentasikan dalam catatan anestesi. Perencanaan mempertimbangkan
informasi dari asesmen pasien dan mengidentifikasi anestesi yang akan
digunakan, termasuk metode pemberiannya, pemberian medikasi dan cairan
lain, serta prosedur monitoring dalam mengantisipasi pelayanan pasca anestesi.
20
Jadi pada pasien yang akan dilakukan tindakan anestesi harus dilakukan
Asesmen pra anestesi dikerjakan pada setiap pasien.
b) Asesmen pra induksi dilaksanakan untuk re-evaluasi pasien segera
sebelum induksi anestesi, sesaat sebelum diberikan induksi anestesi.
c) Kedua asesmen dikerjakan oleh staf yang kompeten untuk melakukannya.
d) Kedua asesmen didokumentasikan dalam rekam medis.
e. Tindakan Pembedahan
Karena pembedahan membawa risiko dengan tingkatan yang tinggi, maka
penggunaannya haruslah direncanakan secara seksama. Asesmen pasien
adalah dasar untuk memilih prosedur pembedahan yang tepat. Asesmen
memberikan informasi penting terhadap :
a) Pemilihan prosedur yang tepat dan waktu yang optimal;
b) Melaksanakan prosedur secara aman;
c) Menginterpretasi temuan dalam monitoring pasien.
Pemilihan prosedur tergantung pada riwayat pasien, status fisik, dan
data diagnostik termasuk risiko dan manfaat prosedur bagi pasien. Pemilihan
prosedur mempertimbangkan informasi dari asesmen saat masuk rawat inap,
tes diagnostik, dan sumber lain yang tersedia. Proses asesmen dijalankan
dalam kerangka waktu dipersingkat bilamana pasien secara darurat
membutuhkan pembedahan.
g. Laporan Operasi
Pada setiap pasien yang dioperasi ada laporan operasi yang berisi catatan
operasi dalam rekam medis pasien untuk keperluan pelayanan
berkesinambungan.
22
laporan operasi tersedia sebelum pasien meninggalkan ruang pulih pasca
anestesi.
24
Untuk pelayanan risiko tinggi meliputi
• pelayanan pasien dengan penyakit menular;
• pelayanan pasien yang menerima dialisis;
• pelayanan pasien yang menerima darah dan produk darah
• pelayanan pasien dengan alat bantu hidup dasar
• pelayanan pasien risiko tinggi lainnya
Rumah sakit juga menetapkan risiko tambahan sebagai hasil tindakan atau
rencana asuhan (contoh, kebutuhan mencegah trombosis vena dalam, luka
dekubitus, infeksi terkait penggunaan ventilator pada pasien, cedera neurologis
dan pembuluh darah pada pasien restrain, infeksi melalui pembuluh darah pada
pasien dialisis, infeksi saluran/slang sentral, dan pasien jatuh. Risiko tersebut jika
ada, diatasi dan dicegah oleh edukasi staf serta regulasi yang memadai.
Regulasi harus dibuat secara khusus untuk kelompok pasien yang berisiko
atau pelayanan yang berisiko tinggi agar tepat dan efektif dalam mengurangi risiko
terkait. Sangatlah penting bahwa kebijakan dan prosedur mengatur hal tersebut.
a. Perencanaan dibuat termasuk identifikasi perbedaan pasien dewasa
dengan anak atau keadaan khusus lain.
b. Dokumentasi yang diperlukan oleh pelayanan secara tim untuk
bekerja dan berkomunikasi secara efektif.
c. Pertimbangan persetujuan khusus bila diperlukan.
d. Persyaratan pemantauan pasien.
e. Kompetensi atau keterampilan yang khusus staf yg terlibat dalam
proses asuhan.
f. Ketersediaan dan penggunaan peralatan khusus.
13. Pelayanan Gizi bagi Pasien di Rumah Sakit
a. Kebijakan pelayanan gizi rawat inap
1) Kegiatan pelayanan gizi rawat inap dimulai dari assesmen awal yaitu
skrining gizi kepada seluruh pasien baru, yang dilakukan oleh perawat
dalam waktu 1x24 jam atau lebih cepat sesuai dengan kondisi pasien.
2) Metode skrining gizi yang dilakukan di RS Amanah Umat Purworejo
meliputi:
a) MST (Malnutrition Screening Tool) untuk pasien dewasa, dengan kriteria
risiko malnutrisi :
Risiko malnutrisi berat : bila skor skrining 4 - 5 Risiko
malnutrisi sedang : bila hasil skrining 2 - 3 25
Risiko malnutrisi ringan : bila hasil skrining 0 - 1
b) Metode Strong Kids untuk pasien anak, dengan kriteria
malnutrisi :
Risiko malnutrisi berat : bila skor skrining 4 - 5 Risiko malnutrisi sedang
: bila hasil skrining 1 - 3 Risiko malnutrisi ringan : bila hasil skrining 0
c) Skrining Gizi Ibu Hamil/Nifas untuk pasien ibu hamil dan
nifas, dengan kriteria malnutrisi :
Risiko malnutrisi berat : bila skor skrining 4 - 5 Risiko malnutrisi sedang
: bila hasil skrining 1 - 3 Risiko malnutrisi ringan : bila hasil skrining 0
3) Bila hasil asesmen awal menunjukkan pasien berisiko malnutrisi sedang
dan berat maka akan dilakukan asesmen gizi lanjutan oleh
Nutrisionis/Dietisien.
4) Asesmen lanjutan yang dilakukan oleh Nutrisionis/ Dietisien bagian dari
Proses Asuhan Gizi Terintegrasi (PAGT)/ Nutrition Care Prosses (NCP) 1
x 24 jam setelah dilakukan pengkajian skrining.
5) Pasien yang berisiko malnutrisi mendapatkan terapi gizi terintegrasi yaitu
NCP/PAGT, yang terdiri dari :
a) Assesmen gizi
b) Diagnosa gizi
c) Intervensi gizi
d) Monitoring gizi
e) Evaluasi gizi
27
disyaratkan dan yang juga diijinkan dengan lisensi, sertifikasi, hukum, atau
peraturan untuk menuliskan resep atau memesan obat-obatan. Suatu rumah
sakit dapat menentukan batas-batas untuk penulisan resep maupun pemesanan
oleh perseorangan, misalnya untuk bahan yang dikendalikan, bahan-bahan
kemoterapi, atau radioaktif serta obat investigatif. Petugas-petugas yang
diperkenankan untuk penulisan resep dan pemesanan obat dikenal oleh bagian
pelayanan farmasi atau orang-orang lain yang mengeluarkan obat. Dalam
situasi emergensi, rumah sakit mengidentifikasi setiap petugas tambahan yang
diijinkan untuk penulisan resep atau pemesanan obat.
1. Pendokumentasian Obat
Obat-obatan yang diresepkan dan diberikan dicatat dalam rekam medis
pasien. Pencatatan setiap pasien yang menerima obat, rekam medisnya berisi
daftar obat yang diresepkan atau dipesan untuk pasien beserta dosis dan berapa
kali obat diberikan. Termasuk pula obat yang diberikan "bila perlu". Bila
informasi ini dicatat pada lembaran obat yang terpisah, maka lembaran
tersebut diselipkan dalam rekam medis pasien saat dipulangkan atau
dipindahkan.
Rumah sakit menyalurkan obat melalui pengisian formulir yang paling
sederhana untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
pendistribusian dan pemberian. Ketika suatu obat dikeluarkan dari
kemasannya yang asli atau disiapkan dan disalurkan dalam bentuk/wadah
(container) yang berbeda dan tidak segera diberikan obat harus diberi label
dengan nama obat, dosis/konsentrasi obat, tanggal penyiapan dan tanggal
kadaluwarsa. Farmasi sentral dan titik distribusi obat yang lain di seluruh
rumah sakit menggunakan sistem yang sama. Sistem menunjang pengeluaran
obat secara akurat dan tepat waktu.
Dalam kaitan ini maka rumah sakit harus menetapkan sistem yang baku
berupa :
a) Ada sistem yang seragam di rumah sakit dalam penyaluran dan
pendistribusian obat
b) Setelah disiapkan, obat diberi label secara tepat, dengan nama obat, dosis/
konsentrasi, tanggal penyiapan, tanggal kadaluwarsa, dan nama pasien
c) Obat disalurkan dengan bentuk yang-paling-siap-diberikan
d) Sistem mendukung penyaluran obat secara akurat
e) Sistem mendukung penyaluran obat tepat waktu.
29
penyakitnya, demikian juga hitung leukosit, erytrosit, fungsi ginjal, fungsi hati
dan monitoring lain untuk obat yang selektif, dan untuk mengevaluasi pasien
terhadap KTD. Berdasarkan monitoring, dosis atau jenis obat dapat
disesuaikan, bila perlu. Monitoring demikian dimaksudkan untuk
mengidentifikasi respons terapetik yang diantisipasi maupun reaksi alergik,
interaksi obat yang tidak diantisipasi, adanya perubahan dalam keseimbangan
pasien yang akan meningkatkan risiko jatuh dan lain-lain.
Memonitor efek obat termasuk mengobservasi dan mendokumentasikan
setiap KTD.Rumah sakit mempunyai kebijakan yang mengidentifikasi semua
KTD yang harus dicatat dan yang harus dilaporkan.Rumah sakit membangun
suatu mekanisme pelaporan dari KTD bila perlu dan kerangka waktu untuk
pelaporan. Hal yang perlu diperhatikan :
a) Efek pengobatan terhadap pasien dimonitor, termasuk efek yang tidak
diharapkan (adverse effect).
b) Proses monitoring dilakukan secara kolaboratif.
c) Rumah sakit mempunyai kebijakan yang mengidentifikasi efek yang tidak
diharapkan yang harus dicatat dalam status pasien dan yang harus
dilaporkan ke rumah sakit.
BAB IV
DOKUMENTASI
Semua proses asuhan pasien oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA) harus
dicatat dalam berkas rekam medis pasien secara runtut sesuai dengan perjalanan
asuhan yang dialami pasien di RS, mulai dari Assesmen Awal sampai pada Resume
Pulang.
31