Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM BERDARAH DENGUE

DISUSUN OLEH :

RENALDY LUMENTERI

AYU NUR HASANAH

RISKY AGUSTINA

NURHASANAH

NARWADINA

KEMENKES POLTEKKES PALU

PRODI D III KEPERAWATAN POSO

TAHUN AJARAN 2021 / 2022


A. Tinjauan Teoritis
1. Definisi
Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(arthopodborn virus) da ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes
albopictus dan Aedes aegypti) (Ngastiyah, 2014). DBD adalah penyakit
virus yang tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah tropis.
Penderitanya terutama adalah anak-anak berusia di bawah 15 tahun, tetapi
sekarang banyak juga orang dewasa terserang penyakit virus ini. Sumber
penularan utama adalah manusia, sedangkan penularannya adalah nyamuk
Aedes (Soedarto, 2009).

2. Etiologi
Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue. Virus dengue ini terutama
ditularkan melaui vektor nyamuk Aesdes aegypti. virus tersebut sampai
sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk
dalam grup B dari arthropedi borne viruses (Arboviruses), yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi salah satu serotipe menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan, tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe lain.

3. Manifestasi Klinis
Penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas
disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri
pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala
tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul
bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan
berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi,
epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat
perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif.
Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat
demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda – tanda anak
menjadi makin lemah, ujung – ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin,
dan lembap.

Gejala klinis untuk diagnosis DBD, sebagai berikut :


1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari tanpa sebab
jelas
2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji torniket positif dan
adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya petekia,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena atau hematemesis
3. Pembesaran hati ( sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun ( menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit
yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.

4. Patofisiologi
Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberi gejala DF.
Pasien akan mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorok, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi pada RES seperti pembesaran kelenjer getah
bening, hati, dan limfa.
Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat
renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang
sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat
kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi
anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian.
Trombositopenia terjadi akibat meningkatnya destruksi trombosit.
Penyebab peningkatan destruksi trombosit tidak diketahui, namun beberapa
faktor dapat menjadi penyebab seperti yaitu virus dengue, komponen aktif
system 10 Poltekkes Kemenkes Padang komplemen, dan kerusakan sel
endotel.
PATHWAY

5. Penatalaksanaan
Ngastyah (2014), menyebutkan bahwa penatalaksanaan pasien DBD ada
penantalaksanaan medis dan keperawataan diantanya :
a. Penatalaksanaan Medis
1) DBD tanpa renjatan Demam tinggi, anoreksia, dan sering
muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus. Orang tua
dilibatkan dalam pemberian minum pada anak sedikt demi
sedikit yaitu 1,5-2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia
diatasi dengan obat antipiretik dan kompres hangat. Jika anak
mengalami kejang-kejang diberi luminal dengan dosis : anak
yang berumur 1 tahun 75mg. atau antikonvulsan lainnya.
Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila
pasien teruss menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancan terjadinya dehidrasi atau hematokrit
yang cenderung meningkat.
2) DBD disertai renjatan Pasien yang mengalami renjatan (syok)
harus segara dipasang infus sebagai pengganti cairan yang
hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang biasanya
diberikan Ringer Laktat. Pada pasien dengan renjatan berat
pemberian infus harus diguyur. Apabila renjatan sudah
teratasi, kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10
ml/kgBB/jam. Pada pasien dengan renjatan berat atau
renjatan berulang perlu dipasang CVP (central venous
pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui
safena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien
dirawat di ICU.

b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Perawatan pasien DBD derajat I Pada pasien ini keadaan
umumya seperti pada pasien influenza biasa dengan gejala
demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya, tetapi terdapat
juga gejala perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak,
observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan
trombosit secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-
2 liter dalam 24 jam. Obat-obatan harus diberikan tepat
waktunya disamping kompres hangat jika pasien demam.
2) Perawatan pasien DBD derajat II Umumnya pasien dengan
DBD derajat II, ketika datang dirawat sudah dalam keadaan
lemah, malas minum dan tidak jarang setelah dalam
perawatan baru beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan
renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera
dipasang 16 Poltekkes Kemenkes Padang infus. Bila keadaan
pasien sangat lemah infus lebih baik dipasang pada dua
tempat. Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit dan
hemoglobin serta trombosit.
3) Perawatan pasien DBD derajat III (DSS) Pasien DSS adalah
pasien gawat maka jika tidak mendapatkan penanganan yang
cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga memerlukan
perawatan yang intensif. Masalah utama adalah kebocoran
plasma yang pada pasien DSS ini mencapai puncaknya
dengan ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah sangat
lambat karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah
jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat. Akibat
terjadinya kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan
cairan didalam rongga pleura dan menyebabkan pasien agak
dispnea, untuk meringankan pasien dibaringkan semi-fowler
dan diberikan O2. Pengawasan tanda vital dilakukan setiap 15
menit terutama tekanan darah, nadi dan pernapasan.
Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit tetap dilakukan secara
periodik dan semua tindakan serta hasil pemeriksaan dicatat
dalam catatan khusus.
B. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Nama Pasien : An. A
No.Rm :00-72-81
Ruang rawat : Anak

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1. Ibu klien mengatakan anaknya 1. Keadaaan umum : lemah
demam sejak 5 hari yang lalu 2. Mukosa bibir Nampak kering
3. Adaya bintik-bintik merah pada kulit
2. Ibu klien mengatakan anaknya bagian belakang dan perut
mual dan perutnya terasa sakit 4. Hemaglobin : 10 g/dl (10-16 g/dl)
5. Lekosit : 13.000/ mm3 (9.000-
3. Ibu klien mengatakan anaknya 12.000/mm3 )
merasakan sakit pada kepala . 6. Hematokrit : 30 % (33-38 %)
7. Trombosit : 80.000/mm3 (200.000-
4. Ibu klien mengatakan anaknya 400.000/mm3 )
kurang nafsu makan dan kurang 8. TTV
minum TD: 110/70
S : 39 oC
Nadi: 80x/menit
R: 25x/menit
2. Analisa data

PROBLEM ETIOLOGI DATA


Hipertermia DBD DS :

( suhu tubuh ↓ Ibu klien mengatakan


meningkat diatas anaknya demam sejak 5
rentang normal Viremia hari yang lalu
tubuh )
↓ Ibu klien mengatakan
anakya merasakan sakit
Demam akut pada kepala

↓ Ibu klien mengatakan


anaknya merasakan sakit
Hipertermi pada kepala

Ibu klien mengatakan


anaknya anaknya kurang
nafsu makan dan kurang
minum

DO :

1. Keadaan umum :
lemah

2. Adanya bintik-
bintik merah pada
kulit bagian
belakang dan perut

3. Mukosa bibir
Nampak kering

4. TTV
TD : 110/70
S : 39 °C
N : 80 x/menit
R : 25 x/menit

Resiko perdarahan DBD DS : -

(berisiko mengalami ↓ DO :
kehilangan darah baik 1. Keadaan umum :
internal (terjadi di Viremia lemah
dalam tubuh) maupun
eksternal (terjadi ↓ 2. Hemaglobin : 10
hingga keluar tubuh) ).
Mengaktifkan
g/dl (10-16 g/dl)
sistemkomplemen 3. Lekosit : 13.000/

↓ mm3 (9.000-
12.000/mm3 )
Membentuk dan
melepaskan zat C3a, C5a 4. Hematokrit : 30
% (33-38 %)

5. Trombosit :
Hipothalamus 80.000/mm3
↓ (200.000-
400.000/mm3 )
Hipertermi

Peningkatan reabsorbsi
Na + dan H2O

Permeabilitas membrane
meningkat

Agregasi trombosit

Trombositopeni

Resiko perdarahan

3. Tujuan
a. Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
suhu tubuh normal, dengan kriteria hasil :
1) Suhu tubuh membaik
2) Bintik – bitnik merah pada tubuh menurun
3) Tekanan darah membaik
4) Frekuensi nadi membaik
5) Mual menurun
6) Merintih menurun

b. Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


pendarahan tidak terjadi
1) Kemampuan mengidentifikasi faktor resiko meningkat
2) Kemampuan menghindari faktor resiko meningkat

4. Intervensi keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Hipertermia  Manajemen hipertermia
 Monitor suhu tubuh, tekanan darah
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Anjurkan tirah baring
 Pemberian obat secara intravena
 Pemberian cairan RL
Resiko perdarahan  Pencegahan perdarahan
 Monitor tanda dan gejala perdarahan
 Monitor nilai trombosit sebelum dan
setelah kehilangan darah
 Pencegahan syok
 Pemberian obat secara oral

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TGL DIAGNOSA KEPRAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI


23 september 2022 Hipertermia Jam 08.00 : S:
 Memonitor suhu tubuh,  Ibu klien masih
tekanan darah mengatakan suhu
 Pemberian obat secara anaknya masih
intravena panas
 Pemberian cairan O:
RL( Ranitidin dan  Keadaan klien
ondancentron 3 x 1 masih lemah
ampul IV)
 Keadaan klien
masih bintik-
Jam 10.00 : bintik merah
 Menyediakan pada kulit bagian
lingkungan yang dingin belakang dan
 Longgarkan atau perut
lepaskan pakaian
 TD: 110/70
Jam 14.00 :
 Anjurkan tirah baring  N: 80 x/menit

 RR: 25 x/menit

A:
 Masalah belum
tertasi
P:
 Intervensi
dilanjutkan

Resiko perdarahan Jam 16.00 : S:


 Jelaskan tanda dan  Ibu klien sudah
gejala perdarahan mengerti tentang
 Memonitor nilai tanda dan gejala
hematorik/hemaglobin pada
sebelum dan setelah perddarahan
kehilangan darah O:
 Pemberian obat secara  Trombosit klien
oral (Psidi 3 x 2 tablet masih
100.000/mm3
A:
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan

24 september 2021 hipertermia Jam 08.00: S:


 Monitor suhu tubuh dan  Ibu klien
tekanan darah mengatakan
 Pemberian obat secara panas anaknya
intravena sudah
 Pemberian cairan turun/mulai
RL( Ranitidin dan membaik
ondancentron 3 x 1 O:
ampul IV)  Keadaan klien
masih lemah
Jam 10.00: A:
 Menyediakan  Masalah teratasi
lingkungan yang dingin Sebagian
 Anjurkan tira baring P:
 Intervensi di
lanjutkan
Resiko perdarahan Jam 16.00: S: -
 Memonitor nilai
hematorik/hemaglobin O:
sebelum dan setelah  Trombosit klien
kehilangan darah masih
 Pemberian obat secara 160.000/mm3
oral (Psidi 3 x 2 tablet A:
 masalah teratasi
Sebagian
P:
 intervensi
dilanjutkan

25 september 2021 hipertermia Jam 08.00: S:


 Monitor suhu tubuh dan  Ibu klien
tekanan darah mengatakan
 Pemberian obat secara anaknya sudah
intravena tidak panas
 Pemberian cairan O:
RL( Ranitidin dan  Keadaan klien
ondancentron 3 x 1 sudah tampak
ampul IV) tidak lemah
A:
Jam 10.00:  Masalah teratasi
 Menyediakan P:
lingkungan yang dingin Intervensi di hentikan
 Anjurkan tira baring
Resiko pendarahan Jam 16.00: S: -
 Memonitor nilai
hematorik/hemaglobin O:
sebelum dan setelah  Trombosit klien
kehilangan darah masih
 Pemberian obat secara 300.000/mm3
oral (Psidi 3 x 2 tablet A:
 masalah teratasi
P:
 intervensi di
hentikan

Anda mungkin juga menyukai