Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

ETIKA KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

DANANG CHAIRUL IMAM

NIM : PO0220220005

POLTEKKES KEMENKES PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN POSO
T.A 2020/2021
Assalamualaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun.
Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
A. Pengertian Etika Keperawatan

Etika keperawatan adalah sikap etis yang wajib dimiliki oleh seluruh perawat sebagai bagian dari
integritas selama bertugas menjalankan profesi perawat dengan menerapkan norma-norma
keperawatan dalam kehidupan bermasyarakat.

Etika keperawatan apa saja yang harus diketahui oleh calon perawat? Berikut 8 prinsip etika
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada para pasien baik secara individu,
kelompok atau masyarakat yang lebih luas.

Beberapa Etika Keperawatan

1. Autonomy (Kemandirian)

Sebagai seorang perawat yang profesional haruslah mampu berpikir logis dan cepat dalam mengambil
keputusan. Selain itu, seorang perawat juga harus menghormati dan menghargai orang lain khususnya
pasien.

2. Beneficence (Berbuat Baik)

Berbuat baik harus dilakukan kepada siapa saja tanpa membeda-bedakan, khususnya ketika sedang
memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien.

Perbuatan baik yang dilakukan oleh seorang perawat haruslah berlandaskan kepada ilmu dan kiat
keperawatan.
3. Justice (Keadilan)

Menjunung tinggi keadilan harus selalu dilakukan oleh para perawat, sebagai contoh ketika ada pasien
baru masuk dan di waktu yang sama ada pasien yang membutuhkan bantuan segera maka perawat
harus segera mempertimbangkan berbagai faktor sesuai dengan asas keadilan.

4. Non-Maleficence (Tidak Merugikan)

Pada prinsipnya seorang perawat harus selalu melakukan tindakan pelayanan keperawatan sesuai
dengan ilmu keperawatan dan kiat keperawatan yang telah dimiliki dengan tidak merugikan dan
menimbulkan bahaya pada pasien.

5. Veracity (Kejujuran)

Bagaimana pun, kejujuran harus dimiliki oleh semua orang. Pada seorang perawat kejujuran adalah hal
yang wajib diberikan kepada pasien, hal ini karena pasien mempunyai hak otonomi sehingga ia berhak
untuk mengetahui berbagai informasi yang ia inginkan.

Walau pada kondisi tertentu hal ini sangat sulit mengingat banyak hal yang harus dijaga untuk kebaikan
pasien namun sebagai seorang perawat harus pintar dalam memberikan informasi kepada pasien meski
pun itu pahit.
B.Teori utilitariarianism dan teori deontology

Utilitarianisme : Secara bahasa latin utilitis memiliki arti bermanfaat. Secara teori berarti sesuatu yang
baik jika membawa manfaat bagi banyak orang secara keseluruhan seperti masyarakat luas.

Deontologi : Deontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu deon yang memiliki arti kewajiban. Dalam
teori ini, perbuatan menjadi baik tidak dilihat dari hasilnya melainkan karena perbuatan tersebut wajib
dilakukan. Deontologi menjadikan perbuatan ikut baik karena tujuannya yag baik. Tujuan yang baik tidak
menjadi perbuatan itu juga baik. Di sini kita tidak boleh melakukan suatu perbuatan jahat agar sesuatu
yang dihasilkan itu baik.

C. Nilai nilai etika dalam keperawatan

Jika dilihat kembali, nilai-nilai profesionalisme keperawatan ini sebenarnya sangat relatable untuk
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kita ambil nilai human dignity sebagai contoh. Pada
penjelasan sebelumnya, dikatakan bahwa human dignity adalah nilai dimana perawat menghargai
keunikan dan perbedaan yang ada dalam diri tiap orang. Nilai ini dapat kita aplikasikan pada kehidupan
sehari-hari, mengingat lingkungan masyarakat kita ini sangat majemuk, mulai dari lingkungan rumah,
kampus, pekerjaan, hingga lingkungan yang lebih luas dari itu. Kemajemukan tersebut meliputi
perbedaan karakter, perilaku, latar belakang (sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, politik, maupun
ideologi), dan banyak lagi. Dengan menerapkan nilai human dignity ini, kita bisa senantiasa menghargai
dan mentoleransi segala perbedaan yang ada. Nilai ini menjadikan kita lebih bijaksana dalam
bersosialisasi.

Contoh lainnya adalah altruisme. Tak dapat dipungkiri, pada dewasa ini, kepedulian sosial masyarakat
terhadap satu sama lain nampaknya semakin memudar. Hal ini dapat diatasi, salah satunya dengan
mulai menerapkan nilai altruisme. Dalam pengertian yang lebih luas, altruisme adalah kesediaan untuk
berkorban demi kepentingan masyarakat banyak. Jika kita menerapkan nilai ini, tidak akan terasa sulit
bagi kita untuk memberikan pertolongan kepada orang lain. Nilai-nilai profesionalisme keperawatan
lainnya seperti aesthetic (keindahan), autonomy (menghargai kebebasan orang lain dalam membuat
keputusan), integrity (berpegang pada prinsip dan aturan), justice (keadilan), dan truth (kebenaran dan
kejujuran), juga sangat mungkin untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari sini kita tahu bahwa nilai-nilai profesionalisme dalam keperawatan adalah nilai-nilai yang
sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Banyak hal positif yang dapat diambil dari tiap-
tiap nilai, yang jika kita implementasikan dengan baik, dapat membuat kita menjadi seseorang yang
lebih bijaksana dalam berkehidupan. Selain itu, memahami nilai-nilai profesionalisme keperawatan ini
membuat kita lebih sadar bahwa perawat adalah profesi yang sudah sepantasnya kita hargai. Selain
karena jasa dan pekerjaannya yang teramat mulia, perawat dituntut untuk mampu secara konsisten
mempertahankan nilai-nilai profesionalisme yang sudah disebutkan sebelumnya, dalam menjalankan
tugas keperawatan. Semoga nilai-nilai profesionalisme keperawatan di atas dapat diimplementasikan
dengan baik oleh seluruh perawat di Indonesia, sehingga citra perawat di negara ini dapat terbangun
dengan lebih baik.

D.Prinsip prinsip etika dalam keperawatan

1. Autonomy (Kemandirian)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir secara logis dan mampu
membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus
menghargainya.

Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri, dan
perawat haruslah bisa menghormati dan menghargai kemandirian ini.

Salah satu contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah memberitahukan klien bahwa keadaanya
baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan

2. Beneficence (Berbuat Baik)

Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan
dalam melakukan pelayanan keperawatan.
Contoh perawat menasehati klien dengan penyakit jantung tentang program latihan untuk memperbaiki
kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko
serangan jantung.

Hal ini merupakan penerapan prinsip beneficence. Walaupun memperbaiki kesehatan secara umum
adalah suatu kebaikan, namun menjaga resiko serangan jantung adalah prioritas kebaikan yang haruslah
dilakukan.

3. Justice (Keadilan)

Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat keperawatan dengan memperhatikan
keadilan sesuai standar praktik dan hukum yang berlaku.

Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat
yang memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor
tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.

4. Non-Maleficence (Tidak Merugikan)

Prinsip ini berarti seorang perawat dalam melakukan pelayanannya sesuai dengan ilmu dan kiat
keperawatan dengan tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfusi
darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk dan
dokter harus menginstrusikan pemberian transfusi darah.

Akhirnya transfusi darah ridak diberikan karena prinsip beneficence walaupun pada situasi ini juga
terjadi penyalahgunaan prinsip non-maleficence.

5. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini tidak hanya dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti.

Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar
membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan
informasi yang ia ingin tahu.

Contoh Ny. A masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya
juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. A selalu bertanya-tanya tentang keadaan
suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum memberitahukan kematian
suaminya kepada klien. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.

E.Peka budaya dalam praktik

Seorang perawat dituntut untuk memiliki kompetensi kultural sehingga memiliki kepekaan terhadap
kebutuhan budaya pasien. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran peningkatan kompetensi
kultural perawat yang masih rendah melalui program Pelatihan Asuhan Keperawatan Peka Budaya pada
Pasien dengan Gangguan Respirasi. Desain yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan pre dan
post test tanpa kelompok kontrol. Program pelatihan ini berlangsung selama 4 minggu melibatkan 93
orang perawat pelaksana dan manajer asuhan keperawatan di sebuah rumah sakit di Jakarta Timur yang
dipilih secara purposif. Instrumen kompetensi kultural yang digunakan adalah instrumen yang
dikembangkan oleh peneliti pada penelitian sebelumnya. Hasil pengukuran kompetensi kultural perawat
sebelum dan setelah pelatihan menunjukkan perbedaan yang bermakna. Kompetensi kultural ditinjau
dari aspek pengetahuan budaya memiliki nilai p< 0,001 (α= 0,05), dari sikap budaya nilai p< 0,01 (α=
0,05), dan dari aspek keterampilan budaya nilai p< 0,001 (α= 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil
adalah bahwa kegiatan Pelatihan Asuhan Keperawatan Peka Budaya efektif meningkatkan kompetensi
kultural perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Rekomendasi untuk kegiatan selanjutnya
adalah perlunya mensosialisasikan model Asuhan Keperawatan Peka Budaya yang digunakan dalam
pelatihan ini kepada seluruh perawat agar dapat diterapkan kepada seluruh pasien dengan berbagai
gangguan kesehatan.

a. Kode etik keperawatan

Perawat dan Klien


Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia,
keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur,
jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan social.

Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang
menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien

Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan

Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.

Perawat dan Praktik

Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan melalui belajar terus menerus

Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
professional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
klien.

Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangkan
kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan
delegasi kepada orang lain

Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan
perilaku professional

Perawat dan Masyarakat

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung
berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.

Perawat dan Teman Sejawat

Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga
kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal.

Perawat dan Profesi

1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan

2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan

3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja
yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

b. Perilaku etik

1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia,
keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur,
jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.

Perilku yang dapat diukur:

Perawat wajib memperkenalkan dir kepada klien dan keluarganya

Perawat wajib menjelaskan setiap intervensi keperawatan yang dilakukan pada klien dan keluarga

Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dilarang/tidak mencela adat kebiasaan dan
keadaaan khusus klien
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dilarang/tidak mebedakan pelayanan atas dasar
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta
kedudukan sosial pada klien.

Baca Juga:

8 Prinsip Etika Keperawatan

Kode Etik Keperawatan Indonesia

4 Unsur Utama Etika Keperawatan

2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang
menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama.

Perilaku yang dapat diukur:

Perawat pada awal bertemu klien, wajib menjelaskan bahwa mereka boleh menjalankan/diizinkan
melaksanakan kegiatan yang terkait dengan budaya, adat, dan agama

Perawat dalam memberikan pelayanan wajib memfasilitasi pelaksanaan nilai-nilai budaya, adat istiadat
dan kelangsungan hidup beragama dan wajib mencari solusi yang akan berpihak pada klien bila terjadi
konflik terkai nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama.

Perawat wajib membantu klien memenuhi kebutuhannya sesuai dengan budaya, adat istiadat dan
agama.

Perawat wajib menigkut sertakan klien secara terus menerus pada saat memberikan asuhan
keperawatan.

3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan

Perilaku yang dapat diukur:

Perawat wajib melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar prosedur operasional (SPO)

Perawat wajib melaksanakan intervensi keperawatan sesuai dengan kompetensinya

Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatan sesuai SPO


4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku.

Perilaku yang dapat diukur:

Perawat tidak memberikan informasi tentang klien kepada orang yang tidak berkepentngan

Perawat tidak mendiskusikan klien ditempat umum

Perawat menjaga kerahasiaan dokumen klien.

c. Dilema etik

DILEMA etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral suatu tindakan tetapi
tidak dapat dilakukan keduanya, Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan
moral atau prinsip. Pada dilema etik ini, sukar untuk menentukan mana yang benar atau salah serta
dapat menimbulkan stress pada perawat karena perawat tahu apa yang harus dilakukan.

Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian interaksi perawat dengan
penderita dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian
penderita. Itu sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan.

Sebagai profesi, perawat telah mempunyai keahlian dari pendidikan magister spesialis, doktor, dan
bahkan professor. Dalam penanganan pasien Covid 19 perawat sering dihadapkan dengan yang
namanya dilema etik dalam pemberian asuhan, dimana perawat di tuntut untuk selalu bersikap adil,
jujur, selalu memberikan pelayan yang terbaik, tidak merugikan serta menghormati hak pasien. Akan
tetapi tindakan yang dilakukan perawat seringkali dipandang sebelah mata. Perawat hanya di anggap
sebagai pembantu dokter dan lain sebagainya. Padahal dalam bekerja perawat selalu mengedepankan
yang namanya etika serta critical thinking dalam peroses pengambilan keputusan.
Contohnya dalam memberikan asuhan pada pasien Covid-19, perawat dituntut untuk selalu bersikap
adil tanpa membedakan setatus dan golongan si pasien. Selain itu, perawat selalu bersikap jujur kepada
keluarga pasien terkait kondisi yang dialamai pasien akan tetapi tindakan jujur tersebut tidak
sepenuhnya mendapat respons baik dari masyarakat. Sebagaimana yang banyak kita saksikan di media
masa banyak masyarakat yang beranggapan bahwa Covid-19 dijadiakan sebagai lahan bisnis oleh rumah
sakit. Anggapan-anggapan seperti itu yang terkadang menjadi dilema tersendiri bagi tenaga kesehatan
khususnya perawat.

Anda mungkin juga menyukai