Anda di halaman 1dari 61

DENGUE SHOCK

SYNDROME
BERNARDUS OKA WIDYANDANU
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
salah satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui nyamuk terutama
Aedes aegepty dan Aedes albopictus.

Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan manifestasi klinis yang


bervariasi, yakni: (mild undifferentiated febrile illness), demam dengue,
demam berdarah dengue, sampai demam berdarah dengue disertai syok
(dengue shock syndrome).

Tanda patognomonik antara demam dengue dan demam berdarah dengue adalah
peningkatan permeabilitas kapiler darah yang menyebabkan adanya kebocoran
dari intravaskuler ke kompartemen ekstravaskuler.

Penanganan DSS adalah resusitasi dengan pemberian cairan secara parenteral,


dengan tujuan untuk memulihkan dan mempertahankan kebutuhan cairan selama
periode meningkatnya permeabilitas kapiler.
DEFINISI

Sindrom syok dengue (SSD) adalah derajat terberat dari DBD yang
terjadi karena peningkatan permeabilitas kapiler sehingga cairan keluar
dari intravaskuler ke ekstravaskuler, sehingga terjadi penurunan volume
intravaskuler dan hipoksemia.
ETIOLOGI

Virus dengue Mempunyai 4 jenis


merupakan serotipe, yaitu:
small single DENV-1, DENV-2,
stranded RNA DENV-3, DENV-4.

Genus Aedes (Stegomyia)


Flavivirus, aegypti dan
famili Aedes (Stegomyia)
Flaviviridae albopictus
EPIDEMIOLOGI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENINGKATAN DAN PENYEBARAN KASUS DBD

• Pertumbuhan penduduk yang tinggi


• Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali
• Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah
endemis
• Peningkatan sarana transportasi
MANIFESTASI KLINIK

• Infeksi dengue merupakan penyakit sistemik dan dinamis.


• Setelah masa inkubasi, dilanjutkan dengan 3 fase :
a. Fase Demam
b. Fase Kritis
c. Fase Penyembuhan (Konvalesens)
1. FASE DEMAM

• Demam tinggi mendadak, terus menerus, berlangsung 2-7


hari, naik turun tidak berpengaruh dengan antipirektik.
• Suhu tubuh bisa mencapai 40oC dan dapat terjadi kejang
demam.
• Kadang terdapat muka yang merah, eritema, myalgia,
arthralgia, dan sakit kepala. Anoreksia juga sering
dikeluhkan.
2. FASE KRITIS (SYOK)

• Fase kritis terjadi pada saat demam turun (time of fever


defervescence), pada saat ini terjadi puncak kebocoran
plasma sehingga pasien mengalami syok hipovolemi.
• Kenali gejala warning signs!
• Warning signs umumnya terjadi menjelang akhir fase
demam, yaitu antara hari sakit ke 3-7.
• Muntah terus menerus dan nyeri perut hebat merupakan
petunjuk awal perembesan plasma dan bertambah hebat saat
pasien masuk ke keadaan syok.
3. FASE PENYEMBUHAN
(KONVALESENS)
• Apabila pasien dapat melalui fase kritis yang berlangsung sekitar
24-48 jam, terjadi reabsorbsi cairan dari ruang ekstravaskuler ke
dalam ruang intravaskuler yang berlangsung secara bertahap pada
48-72 jam berikutnya.
• Keadaan umum dan nafsu makan membaik, gejala
gastrointestinal mereda, status hemodinamik stabil, dan diuresis
menyusul kemudian.
PENYULIT

Fase Gejala klinis


Demam Dehidrasi
Demam tinggi dapat menyebabkan gangguan
neurologi dan kejang demam
Kritis Syok akibat perembesan plasma
Perdarahan masif
Gangguan organ
Konvalesens Hipervolemia (bila terapi cairan berlebihan
dan/atau dilanjutkan sampai fase konvalesens)
Edema paru akut
KLASIFIKASI DIAGNOSIS
WHO 1997 WHO 2009 WHO 2011
Dengue fever Dengue without warning Dengue fever
(no plasma leakage) signs (no plasma leakage)
DHF grade 1 Dengue with warning DHF grade I
(no shock) signs (no shock)
DHF grade II Severe dengue DHF grade II
(no shock, spontaneous (severe plasma leakage, (no shock, spontaneous
bleeding) severe hemorrhage, organ bleeding)
DHF grade III/DSS involvement) DHF grade III/DSS
(dengue shock syndrome) (dengue shock syndrome)
DHF grade IV DHF grade IV
(DSS with profound Expanded dengue syndrome
shock) (unusual manifestation, organ
involvement, co-morbidiy)
KRITERIA DIAGNOSIS

• Demam Dengue
• Demam Berdarah Dengue
• Demam Berdarah Dengue dengan Syok (SSD)
- Syok terkompensasi
- Syok dekompensasi
• Expanded Dengue Syndrome
DEMAM
DENGUE
 Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus menerus, bifasik.
 Manifestasi perdarahan baik spontan seperti petekie, purpura, ekimosis,
epitaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan/atau melena; maupun berupa
Uji Torniquette positif.
 Nyeri kepala, myalgia, arthralgia, nyeri retroorbital.
 Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau di sekitar
rumah.
 Leukopenia <4.000/mm3
 Trombositopenia <100.000/mm3
Apabila ditemukan gejala demam ditambah adanya dua atau lebih tanda dan
gejala lain, diagnosis klinis demam dengue dapat ditegakkan
DEMAM BERDARAH DENGUE

 Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus menerus, kontinua.
 Manifestasi perdarahan baik spontan seperti petekie, purpura, ekimosis,
epitaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan/atau melena; maupun berupa
Uji Torniquette positif.
 Nyeri kepala, myalgia, arthralgia, nyeri retroorbital.
 Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau di sekitar
rumah.
 Hepatomegali
 Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu tanda/gejala:
 Peningkatan nilai hematokrit >20% dari pemerksaan awal atau dari data
populasi menurut umur.
 Ditemukan adanya efusi pleura, asites
 Hipoalbumiemia, hipoproteinemia
 Trombositopenia <100.000/mm3
Demam disertai dengan dua atau lebih manifestasi klinis, ditambah bukti
perembesan plasma dan trombositopenia cukup menegakkan diagnosis DBD.
WARNING SIGNS

Klinis Demam turun tetapi keadaan anak memburuk


Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
Muntah yang menetap
Letargi, gelisah
Perdarahan mukosa
Pembesaran hati
Akumulasi cairan
Oliguria

Laboratorum Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan penurunan


cepat jumlah trombosit
Hematokrit awal tinggi
DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN
SYOK SSD

• Memenuhi kriteria Demam Berdarah Dengue


• Ditemukan tanda dan gejala syok hipovolemik
baik terkompensasi maupun dekompensasi.
SYOK TERKOMPENSASI

 Takikardia
 Takipnea
 Tekanan nadi (perbedaan antara sistolik dan
diastolik) <20 mmHg
 Waktu pengisian kapiler (CRT) > 2 detik
 Kulit dingin
 Produksi urin < 1 ml/kgBB/jam
 Anak gelisah
SYOK DEKOMPENSASI

 Takikardia
 Hipotensi (sistol dan diastole menurun)
 Nadi cepat dan kecil
 Pernapasan Kussmaul
 Sianosis
 Kulit lembab dan dingin
 Profound shock: nadi tidak teraba dan tekanan
darah tidak terukur
Tanda klinis Stabil Terkompensasi Dekompensasi
Kesadaran Clear and lucid Clear and lucid Perubahan status
  (syok tidak mental (gelisah,
terdeteksi apabila combative)
tidak memegang
pasien)
Waktu pengisian Cepat (<2 detik) Memanjang (>2 Sangat memanjang,
kapiler (CRT) detik) kulit mottled
 
Ekstremitas Hangat dan Dingin Dingin dan lembab
  kemerahan
Volume nadi Volume baik Lemah dan halus Lemah atau
perifer menghilang
 
HEMODINAMIK Frekuensi jantung Normal sesuai usia Takikardia Takikardia berat,
  bradikardia pada
TIAP FASE syok lanjut
Tekanan darah Normal sesuai usia Tekanan sistolik Hipotensi (syok
Tekanan nadi normal normal, tetapi tekanan hipotensi)
sesuai usia diastolic meningkat, Tekanan darah tidak
tekanan nadi terukur (profound
menyempit (<20 shock)
mmHg)
Frekuensi napas Normal sesuai usia Quite Takipnea Asidosis
metabolic/hiperkan
ea/ pernapasan
Kussmaul
Diuresis Normal Cenderung menurun Oliguria/anuria
EXPANDED DENGUE SYNDROME

Memenuhi kriteria DD atau DBD baik disertai syok maupun tidak, dengan
manifestasi klinis komplikasi infeksi virus dengue atau dengan manifestasi
klinis yang tidak biasa, yakni:
• Kelebihan cairan
• Gangguan elektrolit
• Ensefalopati
• Ensefalitis
• Perdarahan hebat
• Gangguan ginjal akut
• Haemolytic uremic syndrome (HUS)
• Gangguan jantung: gangguan kondiksi, miokarditis, perikarditis
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hematologi

Radiologi

Serologi
HEMATOLOGI

• Leukosit  Awal demam normal atau dengan peningkatan neutrophil,


selanjutnya diiukuti penurunan jumlah leukosit dan neutrophil.
• Trombosit  awal fase demam jumlah trombosit normal, kemudian diikuti
oleh penurunan. Penurunan trombosit yang mendadak di bawah 100.000/uL
terjadi pada akhir fase demam memasuki fase kritis atau saat penurunan
suhu. Di samping itu terjadi gangguan fungsi trombosit (trombositopati).
• Hematokrit  awal demam nilai hematokrit masih normal. Peningkatan
hematocrit lebih dari 20% merupakan tanda dari adanya kebocoran plasma.
Trombositopeni di bawah 100.000/uL dan peningkatan hematocrit lebih dari
20% merupakan bagian dari diagnosis klinis DBD.
RADIOLOGI

• Pada foto thoraks DBD dapat didapatkan efusi pleura,


biasanya sebelah kanan. Posisi foto adalah lateral dekubitus
kanan.
• Ascites dan efusi pleura dapat di deteksi dengan
pemeriksaan USG.
SEROLOGI

• IgG dan IgM  IgM akan terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3 dan
menghilang setelah 60-90 hari setelahnya. Sedangkan IgG terdeteksi pada hari ke-14 pada
infeksi primer dan hari ke-2 pada infeksi sekunder.
SEROLOGI

• Deteksi antigen virus dengue  Pemeriksaan NS-1 Antigen Virus


Dengue
Dideteksi sejak hari pertama demam dan menghilang setelah 5 hari.
Sensitivitas tinggi pada 1-2 hari demam dan kemudian menurun hari
selanjutnya.
TATALAKSANA DBD DENGAN
SYOK
 Berikan terapi oksigen 2-4 L/menit
 Berikan resusitasi cairan dengan cairan kristaloid isotonic intravena
dengan jumlah cairan 10-20 ml/kgBB dalam waktu 1 jam. Periksa
hematokrit.
 Bila syok teratasi, berikan cairan dengan dosis 10 ml/kgBB/jam selama 1-2
jam.
 Bila keadaan sirkulasi stabil, jumlah cairan dikurangi secara bertahap
menjadi 7,5, 5, 3, 1,5 ml/kgBB/jam. Pada umumnya setelah 24-48 jam
pasca resusitasi, cairan intravena sudah tidak lagi diperlukan.
Pertimbangkan untuk mengurangi jumlah cairan yang diberikan secara
intravena bila masukan cairan melalui oral makin membaik.
 Bila syok tidak teratasi, periksa analisis gas darah, hematokrit, kalsium dan
gula darah untuk menilai kemungkinan adanya A-B-C-S yang
memungkinkan memperberat syok hipovolemik. Apabila salah satu atau
beberapa kelainan ditemukan, segera lakukan koreksi.
PEMANTAUAN DBD DENGAN SYOK

1. Tanda vital setiap 15-30 menit, selanjutnya setiap jam apabila syok
sudah teratasi.
2. Analisa gas darah, gula darah, kalsium pada saat masuk rumah
sakit terutama pada pasien syok dekompensasi atau syok
berkepanjangan.
3. Hematokrit harus diperiksa sebelum pemberian cairan resusitasi
pertama dan kedua, selanjutnya setiap 4-6 jam.
4. Produksi urin harus ditampung dan diukur.
5. Bila adanya gangguan fungsi organ lain, seperti ginjal, hati,
gangguan pembekuan, dan jantung; periksa fungsi ginjal, fungsi
hati, fungsi koagulasi dan EKG.
6. Hati hati akan kemungkinan terjadinya edema paru akibat
kelebihan cairan.
INDIKASI TRANSFUSI
TROMBOSIT
TROMBOSIT
(x10 /mm )
3 3
PERDARAHAN
(KliniS)
INDIKASI

>150 Tidak terjadi perdarahan kecuali Ya, bila ada bukti gangguan
terdapat gangguang fungsi trombosit fungsi trombosit dan
perdarahan atau pembedahan
100-150 Tidak terjadi perdarahan kecuali Ya, bila ada bukti gangguan
terdapat gangguan fungsi trombosit fungsi trombosit dan
perdarahan aktif atau
pembedahan
50-100 Tidak terjadi perdarahan spontan Ya, untuk bedah major atau
trauma
20-50 Kadang-kadang perdarahan Ya, perdarahan serius,
pembedahan, trauma, tidak
untuk profilaksis
10-20 Perdarahan dengan trauma minor, Transfusi profilaksis mungkin
beberapa dengan perdarahan spontan diindikasikan, terutama bila
juga disertai demam atau
sepsis
<10 Sering perdarahan spontan Transfusi profilaksis biasanya
diindikasikan
KOMPLIKASI
Overload cairan

Perdarahan

Ensefalopati

DIC

Edema Paru

Gangguan Ginjal Akut


LAPORAN
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama • An. E

Jenis Kelamin • Laki-laki

Umur • 12 tahun

Pekerjaan • Pelajar

No. RM • 2355xx

Tanggal MRS • 24 Februari 2020


ANAMNESIS

• Keluhan Utama : Nyeri perut


• Riwayat Penyakit Sekarang :
• Pasien datang dengan keluhan nyeri perut yang dirasakan sejak 2 hari
SMRS. Keluhan nyeri perut tersebut disertai dengan demam yang sudah
dirasakan sejak 4 hari SMRS. Demam dirasakan terus menerus, hanya
sesekali demam turun kemudian suhu tubuh meningkat kembali. Keluhan
nyeri perut juga disertai rasa mual, namun orang tua pasien mengatakan
pasien tidak sampai muntah.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat sakit serupa : disangkal
• Riwayat alergi obat : disangkal
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat merokok : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat diabetes mellitus : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


• Riwayat sakit serupa : disangkal
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum
• Tampak lemah

Kesadaran
• Compos mentis (E4V5M6)

Vital Sign
• Tekanan darah : 87/65 mmHg
• Nadi : 110 x/menit, reguler
• Respirasi : 24 x/menit, reguler
• Suhu : 36,4o C
• BB 39 kg
Pemeriksaan Kepala
• Normocephal
• Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
• Leher : pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-)

Pemeriksaan Thoraks Paru


• Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-)
• Palpasi : fremitus diseluruh lapang paru
• Perkusi : Sonor, redup di bagian paru basal kanan
• Auskultasi : ves (+/+), rh (+/), wh (-/-)
Pemeriksaan Thoraks Jantung
• Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : iktus kordis teraba (+) di SIC V linea
midklavikularis sinistra
• Perkusi : kanan atas SIC II linea parasternalis dextra
kanan bawah SIC IV linea parasternalis dextra kiri bawah
SIC V linea midklavikularis sinistra kiri atas SIC II linea
parasternal sinistra
• Auskultasi : bunyi jantung I & II reguler
Pemeriksaan Abdomen
• Inspeksi: distensi (-)
• Auskultasi : peristaltik (+) normal
• Perkusi : timpani (+)
• Palpasi : supel (+), hepatomegali (-), nyeri tekan (+)

Pemeriksaan Ekstremitas
• Eks. atas : akral dingin, CRT >2”, edema (-/-)
• Eks. bawah : akral dingin, CRT >2”, edema (-/-)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Hasil:
Foto Thorax AP view, posisi supine,
simetris, inspirasi cukup, kondisi cukup,
dengan hasil:
Tampak corakan bronchovaskular
meningkat
Tampak kedua diafragma licin
Tampak penebalan pleural space dextra
Cor, CTR <0,5
Sisterna tulang yang tervisualisasi intak
Kesimpulan
Efusi pleura dextra
Peningkatan coracan bronkovaskular pulmo
Besar cor normal
HEMATOLOGI
Darah Lengkap

Hb 19.3 H g/dL 11.6-15.0

Eritrosit 7.05 H 10*6µL 4.40-5.90

Hematokrit 55.8 H Vol% 44.0-52.0

Leukosit 5.30 10*3µL 4.50-13.50

Trombosit 23 LL 10*3µL 156-408

Serologi
Anti Dengue Positif   Negatif
IgG
Anti Dengue Negatif   Negatif
IgM

Kimia Klinik
SGPT (ALT) 55 H U/L 0-40

SGOT (AST) 97 H U/L 0-41


ASSESSMENT

• Dengue shock syndrome


PENATALAKSANAAN

 MRS di ICU
 Oksigen 3 lpm
 IVFD Asering 750 cc secepatnya
 Dilanjutkan IVFD Koloid 375 – 400 cc/ jam
 IVFD Asering 7 cc/kgBB  260 cc/jam (selama 2 jam)
 IVFD Asering 5 cc/kgBB  185 cc/jam (selama 4 jam)
 IVFD Asering 3 cc/kgBB  110 cc/jam
 Pasang OGT dan DC
 Inj. Ondancetron 3 x 2,5 mg
 Inj. Pantoprazol 1x 20 mg
 Inj. Ca Glukonas 1x4 cc
 PO. Paracetamol syrup 3 x cth 1 prn
RAWAT INAP (25/02/2020)

S : Pasien lemas, demam (-)


O: TD: 91/60; RR 24; N 84x S 36,7
Produksi urine 24 jam: 3000 cc
A: DSS H+2 Lab:
P: Hb: 14,3
- IVFD Asering 120 cc/jam + drip Ht: 40,4
Neurobion 1 amp Leu: 4,3
- Inj. Ondancetron 3x2,5 mg Trom: 32 L
- Inj. Pantoprazol 1x 20 mg
- Inj. Calcium Glukonas 1x2,5 cc SGOT: 55
diencerkan dengan D10%  10 cc; SGPT: 97
IV pelan
- PO: Paracetamol syr prn
RAWAT INAP (26/02/2020)

S : Pasien lemas, demam (-)


O: TD: 94/65; RR 24; N 84x S 36,7
Produksi urine 24 jam: 6000 cc Lab:
A: DSS H+3 Hb: 14,3
P: Ht: 39,6
- IVFD Asering 96 cc/jam Leu: 6,65
- Inj.Ondancetron 2x2 mg Trom: 13 LL
- Inj. Pantoprazol 1x 30 mg
- PO: Paracetamol syr prn
RAWAT INAP (27/02/2020)

S : Pasien lemas, demam (-), belum BAB


(+)
O: TD: 107/75; RR 24; N 90x S 36,4
Produksi urine 24 jam: 8000 cc Lab:
A: DSS H+4 Hb: 12,0
P: Ht: 35,6
- IVFD Asering 75 cc/jam Leu: 5,9
- Inj.Ondancetron 2x2 mg Trom: 25 LL
- Inj. Pantoprazol 1x 30 mg
- PO. Paracetamol syr prn
- PO. Furosemide 2x20 mg
- Microlax supp
RAWAT INAP (28/02/2020)

S : Pasien lemas, demam (-)


O: TD: 107/75; RR 24; N 90x S 36,4
Produksi urine 24 jam: 4000 cc
A: DSS H+5 Lab:
P: Hb: 12,9
- IVFD Asering 50 cc/jam Ht: 36,6
- Inj.Ondancetron 2x2 mg Leu: 8,37
- Inj. Pantoprazol 1x 30 mg Trom: 73 L
- PO. Paracetamol syr prn
- PO. Furosemide 2x10 mg
- PO. Trolit 2x1
RAWAT INAP (29/02/2020)

S : Pasien lemas, demam (-)


O: TD: 106/71; RR 24; N 86x S 36,5
Produksi urine 24 jam: 1500 cc
Lab:
A: DSS H+6
Hb: 13,1
P:
- IVFD Asering 50 cc/jam Ht: 37,3
- Inj. Ondancetron 2x1 cc Leu: 6,7
- Inj. Ranitidin 2x 2 mg Trom: 196
- PO. L Bio 2x1
- PO. Paracetamol syr prn
- PO. Furosemide 2x10 mg
- PO. Trolit 2x1

ACC pindah ruang bangsal anak.


RAWAT INAP (2/03/2020)

S : Demam (-)
Lab:
O: TD: 106/71; RR 24; N 86x S 36,5
Hb: 13,3
Produksi urine 24 jam: 1500 cc
Ht: 38,3
A: DSS perbaikan
Leu: 8,52
P:
Trom: 426
ACC pulang.
Obat pulang :
Curcuma syr 1x5 cc
JOURNAL READING
Article Info

• Saptadi Yuliarto, Kurniawan Taufiq Kadafi, Dessy Anitasari

• Date: Received: 14 November 2019 Accepted: 22 December 2019


Int J Pediatr, Vol. 7, N4, Derial No. 64, Apr. 2019

• Keyword: Children, Dengue Shock Syndrome, Liberal, Fluid Resuscitation, Restrictive


LATAR BELAKANG

• Resusitasi cairan merupakan terapi andalan untuk menetralkan kebocoran


plasma pada sindrom syok dengue.
• Komplikasi yang paling sering ditemukan dari infeksi dengue adalah
kebocoran plasma, perdarahan masif, dan disfungsi organ, dimana hal tersebut
adalah penyebab kematian utama pada anak.
TUJUAN

• Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan


perbedaan dalam hasil klinis dan parameter hemodinamik
anak-anak dengan sindrom syok dengue pasca resusitasi
cairan restriktif dan liberal.
METODE

• Penelitian ini merupakan studi observasional retrospektif.


• Subyek penelitian: semua pasien pediatric dengan kriteria
klinis DHF grade III dan IV (WHO 2011) yang dirawat di
Pediatric Intensive Care Unit (PICU), bangsal pediatric, dan
IGD RSU Saiful Anwar, Malang.
• Pasien dibagi menjadi 2 kelompok: resusitasi dengan
jumlah <40 ml/kgBB (kelompok restriktif) dan resusitasi
dengan jumlah di atas > 40 ml/kgBB (kelompok liberal);
kemudian dianalisis hasil klinis dan parameter
hemodinamik di antara 2 kelompok tersebut.
HASIL
HASIL

• Dari 100 pasien, 92 pasien digolongkan ke dalam DHF grade III dan 8 pasien DHF
grade IV. Sebanyak 74 pasien masuk kedalam kelompok resusitasi restriktif dan 24
pasien sisanya masuk ke dalam kelompok liberal. Usia rata-tata saat didiagnosis adalah
6 tahun; 56% diantaranya adalah perempuan.
• Tidak ada perbedaan signifikan dalam hal durasi perawatan di PICU (P=0,09), dan
durasi penggunaan ventilator (P=0,68). Kelompok resusitasi restriksi memiliki tingkat
mortalitas 53% lebih rendah dibandingkan dengan kelompok resusitasi liberal (P=0,18).
• Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada parameter
hemodinamik berdasarkan pengukuran dengan USCOM, yakni komponen preload
(P=0,89), komponen inotropi (P=0,07) dan cardiac index (P=0,66).
KESIMPULAN

• Penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam


keluaran klinis pasien (lama penggunaan ventilasi mekanik dan
lama perawatan PICU), dan parameter hemodinamik (preload,
inotropic, afterload dan cardiac index) pada pasien Dengue Shock
Syndrome yang mendapatkan terapi resusitasi cairan restriktif dan
liberal.

Anda mungkin juga menyukai