PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN LINGKUNGAN KELUARGA
TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA
Oleh: MUHAMMAD ARIF IKHSANUDIN NIM. 05501241013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA
Penulis : Muhammad Arif Ikhsanudin
Pembimbing : Mutaqin, M.Pd., M.T.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal dan
lingkungan keluarga terhadap intensi berwirausaha siswa SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi ganda dengan taraf signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) komunikasi interpersonal siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta tergolong sangat baik sebesar 34,2 %, kategori baik sebesar 63.3% dan cukup baik sebesar 2.5%. 2) terdapat pengaruh yang signifikan komunikasi interpersonal terhadap intensi berwirausaha siswa, dengan kontribusi sebesar 2.9%; 3) terdapat pengaruh yang signifikan lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha, dengan kontribusi sebesar 3,1%; 4) koefisien determinasi sebesar 0,051 menyatakan besarnya sumbangan variabel komunikasi interpersonal dan lingkungan keluarga terhadap intensi berwirausaha siswa. Peningkatan intensi berwirausaha ditentukan oleh komunikasi interpersonal dan lingkungan keluarga sebesar 5,1% sedangkan 94,9% ditentukan oleh faktor lainnya. Hasil tersebut memberikan pengertian terdapat pengaruh yang signifikan variabel komunikasi interpersonal dan lingkungan keluarga secara bersama-sama terhadap intensi berwirausaha siswa SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Kata kunci: komunikasi interpersonal, lingkungan keluarga, dan intensi berwirausaha siswa. 1. Pendahuluan perguruan tinggi yang dari tahun ke tahun 1.1 Latar Belakang semakin meningkat. Lulus dari sekolah, Terbatasnya lapangan pekerjaan yang siswa biasanya ingin bekerja, akan tetapi tersedia saat ini telah meningkatkan jumlah pada kenyataannya siswa sulit untuk pengganguran. Jumlah Tingkat mendapatkan pekerjaan, karena tenaga yang Pengangguran Terbuka (TPT) hingga dibutuhkan oleh perusahaan tidak sesuai Februari 2011 mencapai 6,80%. Jumlah ini dengan keahlian yang dimilikinya. diprediksi akan semakin meningkat apabila Upaya yang dilakukan untuk tidak segera disediakan lapangan kerja baru. mengurangi pengangguran tersebut minimal Jumlah Tingkat Pengganguran Terbuka harus ada perubahan pola pikir masyarakat untuk pendidikan Sekolah Menengah Atas dari mencari kerja menjadi menciptakan dan Diploma menempati posisi tertinggi, lapangan kerja. Rencana Strategis (Renstra) yaitu masing-masing sebesar 12,17 % dan Kementerian Pendidikan Nasional 2010- 11,59 % menurut Badan Pusat Statistik 2014 mengemukakan bahwa salah satu (BPS) yang diunduh tanggal 7 Januari upaya yang dilakukan pemerintah untuk 2012. Tingginya jumlah pengangguran di menciptakan lapangan kerja yaitu melalui Indonesia tidak terlepas dari kualitas semangat berintensi wirausaha. Semangat sumber daya manusia yang masih rendah. berintensi wirausaha akan berdampak pada Hal ini dapat dilihat dari jumlah kelulusan pembukaan lapangan pekerjaan yang lebih sekolah dari SLTP, SLTA maupun luas. Salah satu lembaga pendidikan yang mengembangkan pembelajaran sekitarnya. Faktor lainya yang berperanan kewirausahaan adalah Sekolah Menengah penting terhadap tinggi rendahnya intensi Kejuruan (SMK). SMK merupakan berwirausaha siswa SMK yaitu Lingkungan lembaga pendidikan yang mengembangkan keluarga. Syamsu dan Juntika (2006) dalam pembelajaran kewirausahaan di kalangan bukunya, berpendapat bahwa lingkungan siswa. Pembelajaran kewirausahaan di keluarga memiliki peranan yang sangat SMK diharapkan mampu meningkatkan penting dalam mengembangkan pribadi pengetahuan berwirausaha di kalangan anak. Lingkungan keluarga merupakan siswa. Pengembangan sikap profesional faktor yang memegang peranan penting Siswa SMK perlu ditunjang dengan dalam menumbuhkan sikap intensi, ketrampilan-ketrampilan yang mengarah motivasi berwirausaha dan inspirasi siswa pada ketrampilan kerja, mandiri dan dalam mencari pekerjaan setelah lulus nanti berwirausaha, agar siswa mampu Berdasarkan uraian di atas faktor berkompetensi di dunia karir maupun di lingkungan keluarga, komunikasi dunia kerja. Keinginan yang kuat untuk interpersonal siswa merupakan faktor yang menjadi seorang wirausaha perlu dimiliki diharapkan mempunyai peranan penting dalam diri siswa SMK. terhadap tinggi rendahnya intensi Salah satu faktor yang akan berwirausaha siswa SMK. Beberapa faktor mendukung berwirausaha adalah adanya yang diduga berpengaruh terhadap intensi niat. Niat ini oleh Fishbein dan Ajzen berwirausaha siswa SMK yaitu komunikasi dalam Sarlito WS dan Eko A.M (2009) interpersonal dan lingkungan keluarga yang disebut sebagai intensi yaitu komponen akan dijadikan variabel penelitian. dalam diri individu yang mengacu pada niat Penelitian tersebut dilaksanakan di daerah untuk melakukan tingkah laku tertentu. Yogyakarta dan tempat penelitian di Sikap Intensi merupakan suatu kebulatan sekolah SMK Muhammadiyah 3 tekad, keinginan maupun tindakan perilaku Yogyakarta. untuk melakukan aktivitas tertentu yang dilatar belakangi oleh motivasi seseorang 1.2 Kajian Teori untuk bertindak. Menurut Suryana (2003) 1.2.1 Komunikasi Interpersonal menyebutkan bahwa perilaku Kata “komunikasi” berasal dari kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor bahasa Latin, Communis, yang berarti internal dan faktor eksternal. Faktor internal membuat kebersamaan atau membangun merupakan faktor dari diri seorang kebersamaan antara dua orang atau lebih. wirausaha yang meliputi cara Gerad E. Miler mengemukakan dalam berkomunikasi, pendidikan, usia dan jenis Daryanto (2011) bahwa komunikasi sebagai kelamin. Faktor eksternal merupakan faktor situasi situasi yang memungkinkan suatu yang mempengaruhi diri seorang wirausaha sumber mentransmisikan suatu pesan dari luar seperti lingkungan keluarga dan kepada seorang penerima dengan disadari lingkungan masyarakat secara umumnya. untuk mempengaruhi perilaku penerima. Berdasarkan pendapat tersebut, faktor Proses komunikasi minimal terdiri dari tiga kemahiran komunikasi interpersonal unsur utama yaitu pengirim pesan, pesan itu merupakan salah satu faktor yang perlu sendiri dan target penerima pesan. Menurut dikuasai siswa, agar siswa mampu Hardjana dalam Daryanto (2011), Salah mengemukakan pendapat, kerja sama, dan satu jenis komunikasi yang frekuensi menghargai orang lain. Kemahiran terjadinya cukup tinggi adalah komunikasi komunikasi interpersonal bukan hanya interpersonal atau komunikasi antarpribadi. untuk bertujuan berkomunikasi tetapi Deddy Mulyana dalam Suranto mengajarkan siswa SMK mampu (2011) mengemukakan bahwa komunikasi menyelesaikan permasalahan dengan siswa interpersonal merupakan komunikasi antara lain, guru, orang tua maupun masyarakat orang–orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya merupakan sesuatu yang mengelilingi menangkap reaksi orang lain secara individu di dalam hidupnya, baik dalam langsung, baik secara verbal maupun lingkungan fisik seperti orang tua, kawan nonverbal Komunikasi interpersonal tidak dan masyarakat sekitarnya, maupun dalam hanya dengan apa yang dikatakan, yaitu lingkungan psikologis seperti perasaan- bahasa yang digunakan, tapi bagaimana perasaan yang dialami, persoalan yang dikatakan misalnya non-verbal pesan yang dihadapi. Syamsu dan Juntika (2006) dikirim, seperti nada suara dan ekspresi berpendapat bahwa lingkungan merupakan wajah. Ketika dua atau lebih orang berada segala hal yang mempengaruhi individu, di tempat yang sama dan menyadari sehingga individu itu terpengaruh kehadiran satu sama lain, maka komunikasi karenanya. Lingkungan merupakan faktor dikatakan langsung, tidak peduli seberapa yang memiliki peranan penting dalam halus atau disengaja( Hartley, 2001). mengembangkan pribadi anak, khususnya Komunikasi interpersonal merupakan lingkungan keluarga jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya Pendapat tersebut dipertegas oleh cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Nana Syoadih Sukmadinata (2007) bahwa Efektivitas dalam komunikasi interpersonal lingkungan keluarga sering disebut sebagai akan mendorong terjadinya hubungan yang lingkungan yang pertama, sebab di positif antara teman, keluarga, masyarakat, lingkungan inilah pertama–tama anak maupun pihak-pihak yang saling mendapat pendidikan, bimbingan, asuhan berkomunikasi. Hal tersebut memberikan dan latihan. Lingkungan keluarga bukan manfaat dan memelihara hubungan hanya menjadi tempat tinggal anak antarpribadi. Sikap postif yang perlu dipelihara dan dibesarkan, tetapi tempat dikembangkan siswa SMK untuk anak hidup dan dididik pertama kalinya. mendukung efektivitas komunikasi Apa yang diperoleh dari lingkungan interpersonal antarsiswa. Menurut Suranto keluarga akan menjadi dasar dan (2011), sikap positif yang perlu dikembangkan pada kehidupan selanjutnya. dikembangkan oleh siswa SMK diantaranya Lingkungan keluarga merupakan faktor : (1) membuka pintu komunikasi, (2) sopan yang dimungkinkan memiliki peranan dan ramah dalam berkomunikasi, (3) jangan dalam intensi berwirausaha seseorang. sungkan meminta maaf pada saat merasa Lingkungan keluarga sendiri memiliki bersalah. (4) cepat dan tanggap, (5) penuh faktor yang terkandung di dalamnya, faktor perhatian, (6) bertindak jujur dan adil. tersebut menurut Slamento dalam kutipan Berdasarkan uraian diatas dapat bukunya Sumarni (2006) bahwa faktor disimpulkan bahwa komunikasi lingkungan keluarga terdiri dari: (1) cara interpersonal atau komunikasi antar pribadi orang tua mendidik, (2) relasi antar anggota merupakan komunikasi sekurang- keluarga, (3) suasana rumah, (4) keadaan kurangnya dua orang atau lebih, dilakukan ekonomi keluarga, (5) pengertian orang tua, secara tatap muka dan tindakannya untuk (6) latar belakang kebudayaan. menyampaikan dan menerima pesan secara Berdasarkan pendapat yang telah timbal-balik. Komunikasi interpersonal diuraikan di atas, disimpulkan bahwa yang dilakukan siswa di sekolah dapat lingkungan keluarga merupakan wilayah memberikan dukungan, keterbukaan, mempunyai peranan penting dalam kerjasama, saling menghargai dan mempengaruhi individu untuk belajar kesetaraan antarsiswa, antarsiswa dengan memperhatikan keinginan-keinginan orang guru maupun antarsiswa dengan masyarakat lain, bekerja sama dan saling membantu. Orang tua merupakan bagian dari wilayah 1.2.2 Lingkungan Keluarga lingkungan keluarga yang dapat F. Paty dalam Baharuddin (2009) berpengaruh terhadap anak, ketika memilih mengemukakan bahwa lingkungan pekerjaan, karir dan berwirausaha. wirausaha adalah individu-individu yang 1.2.3 Intensi Berwirausaha Siswa berorientasi kepada tindakan, dan bermotivasi tinggi yang mengambil resiko Menurut Ajzen dan Fisbein di dalam dalam mengejar tujuannya. Seorang Sarlito dan Eko (2009), bahwa intensi wirausaha berarti memadukan perwatakan merupakan komponen dalam diri individu pribadi, keuangan dan sumber- sumber daya yang mengacu pada niat untuk melakukan di dalam lingkungan anda. Setiap wirausaha tingkah laku tertentu. Ajzen dan Fisbein memiliki perwatakan unik dan tujuan dari menambahkan bahwa intensi perilaku watak meraka. Wirausaha berarti memiliki merupakan determinan terdekat dengan kemampuan menemukan dan mengevaluasi perilaku yang dimaksud dan merupakan peluang-peluang. mengumpulkan sumber prediktor tunggal terbaik bagi perilaku yang daya yang diperlukan dan bertindak untuk akan dilakukan seseorang. Intensi memperoleh keuntungan dari peluang- merupakan jembatan antara sikap, norma peluang itu. Wirausahawan dapat dibentuk subjektif dan kontrol perilaku terhadap bukan lahir begitu saja maupun dari perilaku sebenarnya. Intensi atau niat keluarganya yang berprofesi sebagai seseorang semakin keras untuk terlibat wirausaha, namun pada dasarnya dalam suatu perilaku maka kecenderungan merupakan jiwa dari seorang yang semakin besar seseorang untuk benar-benar diekspresikan melalui sikap dan perilaku melakukan perilaku tersebut. yang kreatif dan inovatif untuk melalukan Aspek intensi merupakan aspek- suatu kegiatan. aspek yang mendorong niat individu Wasty Soemanto dalam bukunya berperilaku seperti keyakinan dan Sirod Hantoro (2005) berpendapat bahwa pengendalian diri. Terbentuknya perilaku manusia wirausaha merupakan manusia dapat diterangkan dalam teori yang yang berkepribadian kuat dan memiliki ciri- dikemukakan oleh Azjen yaitu theory of ciri moral tinggi, memiliki sikap mental planned behavior. Teori tersebut wirausaha, peka terhadap lingkungan dan menjelaskan bahwa niat (intention) memiliki ketrampilan wirausaha. mengasumsikan manusia selalu mempunyai Wirausahawan yang memiliki moral tinggi tujuan dalam perilaku. Faktor-faktor tentunya juga memiliki kemerdekaan batin penentu intensi diperjelas dalam Theory Of dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Planned Behavior yang dikemukakan Esa. Wirausahawan yang memiliki moral Ajzen (2005) yaitu tiga jenis keyakinan tinggi tidak akan mengalami banyak penting. Tiga jenis keyakinan penting ini gangguan, kekhawatiran, dan tekanan di dibedakan menjadi keyakinan perilaku dalam jiwanya. Sikap mental wirausaha (Behavior Of Belief) yang diasumsikan perlu dimiliki bagi wirausahawan yang berpengaruh terhadap sikap (Attitude mempunyai kemauan keras untuk mencapai Toward Behavior), keyakinan normatif tujuan dan kebutuhan hidup. (Normative Belief) yang diasumsikan terdapat determinan dengan norma subjektif Kesimpulan dari definisi teori di (Subjektive Norm), keyakinan kontrol atas mengemukakan bahwa intensi (Control Belief) yang menyediakan dasar berwirausaha adalah kesiapan diri seeorang bagi persepsi kontrol perilaku (Perceived untuk melakukan tindakan atau perilaku Behavioral Control). Kesimpulan definisi niat mengambil resiko dalam mengejar intensi di atas menjelaskan bahwa tujuan, mengambil keputusan keputasan kesungguhan niat seseorang untuk dan memiliki motivasi yang besar untuk melakukan tindakan, keinginan maupun berprestasi. Faktor penentu intensi perbuatan suatu perilaku tertentu. berwirausaha siswa ditentukan tiga aspek Menurut Geoffrey G. Meredith yaitu: (1) sikap terhadap perilaku (2002) mendefinisikan bahwa para berwirausaha dipengaruhi faktor kemampuan pengetahuan wirausaha siswa terdiri dari, sangat setuju (SS), setuju (S), SMK, (2) norma subjektif terhadap perilaku kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS). intensi berwirausaha yang dipengaruhi kontribusi komunikasi interpersonal siswa 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan SMK, (3) persepsi kontrol perilaku 3.1 Hasil Penelitian terhadap intensi berwirausaha yang di 3.1.1 Komunikasi interpersonal dukung faktor lingkungan keluarga yang Data komunikasi interpersonal memberikan ketersedian prasarana dalam dideskripsikan berdasarkan data angket mewujudkan niat berwirausaha siswa SMK. sebanyak 24 butir dengan jumlah responden Faktor-faktor tersebut akan berkontribusi 199 siswa. Berdasarkan perhitungan dengan bersama membentuk persepsi perilaku program komputer SPSS 17.0 for Windows intensi berwirausaha siswa.. diperoleh hasil untuk mean sebesar 17,13. Berdasarkan hasil deskripsi variabel 2. Metode Penelitian komunikasi interpersonal memiliki kategori 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian sangat baik sebanyak 34,2%; kategori baik Penelitian ini dilaksanakan di SMK sebanyak 63,3% dan kategori cukup baik Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Penelitian sebanyak 2,5%. Hal ini berarti komunikasi dilaksanakan pada bulan Mei sampai interpersonal termasuk kategori baik dalam dengan Juni 2012. mendukung intensi berwirausaha siswa SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Hasil 2.2 Populasi dan Sampel tersebut dapat dilihat pada diagram batang Populasi dalam penelitian ini adalah pada Gambar 1. siswa SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang duduk di kelas XI. Sampel penelitian ini yaitu siswa yang telah mengikuti mata pelajaran kewirausahaan dan diambil dari 413 responden dari kelas XI dan didapat sampel 199 siswa. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini mengacu dari rumus yang dikembangkan oleh Krejcie dan Morgan (Sugiyono, 2006).
2.3 Teknik Pengambilan Data
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu angket atau kuesioner. Variabel yang digunakan untuk Gambar 1. Grafik Variabel pengumpulan data yaitu komunikasi Komunikasi Interpersonal (X1) interpersonal, lingkungan berkeluarga dan 3.1.2 Lingkungan Keluarga intensi berwirausaha siswa SMK. Instrumen Data lingkungan keluarga angket dalam penelitian ini menggunakan dideskripsikan berdasarkan data angket skala likert, sehingga variabel dapat sebanyak 20 butir dengan jumlah responden dijabarkan menjadi indikator-indikator yang 199 siswa. Berdasarkan perhitungan dengan dapat diukur. Indikator tersebut digunakan program komputer SPSS 17.0 for Windows sebagai titik tolak untuk membuat item diperoleh hasil untuk mean sebesar 65,50. instrument berupa pertanyaan atau Berdasarkan hasil deskripsi variabel pernyataan yang perlu dijawab oleh lingkungan keluarga memiliki kategori responden. Setiap jawaban dihubungkan sangat baik sebanyak 57,29% dan kategori dengan bentuk pernyataan atau dukungan baik sebanyak 42,71%. Hal ini berarti sikap. Pernyataan diungkapkan dengan lingkungan keluarga termasuk kategori memberi tanda pada pilihan jawaban yang sangat baik dalam mendukung intensi berwirausaha siswa SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Hasil tersebut dapat dilihat Variabel komunikasi interpersonal pada diagram batang pada Gambar 2. memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha siswa SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan hasil koefisien regresi sebesar 0,131 dan Probabilitas kurang dari 0,05 pada nilai signifikansi sebesar 0,05 atau 5%. Meskipun demikian, variabel komunikasi interpersonal berpengaruh terhadap intensi berwirausaha siswa SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta hanya sebesar 2,9%, ditunjukkan dengan output hasil uji regresi bahwa nilai R2 sebesar Gambar 2. Grafik Variabel Lingkungan 0,029, sedangkan 97,1 % dipengaruhi oleh Keluarga (X2) faktor lain. Hasil tersebut memberikan informasi 3.1.3 Intensi berwirausaha bahwa penerapan dan kegiatan melalui Data intensi berwirausaha siswa komunikasi interpersonal terhadap intensi dideskripsikan berdasarkan data angket berwirausaha siswa di SMK sebanyak 20 butir dengan jumlah responden Muhammadiyah 3 Yogyakarta memiliki 199 siswa. Berdasarkan perhitungan dengan pengaruh dan perlu dioptimalkan lebih program komputer SPSS 17.0 for Windows lanjut, karena kontribusi komunikasi diperoleh hasil untuk mean sebesar 127,53. interpersonal terhadap komunikasi Berdasarkan hasil deskripsi variabel intensi interpersonal yang didapat belum berwirausaha siswa memiliki kategori maksimal. Dengan demikian, diperlukan sangat baik sebanyak 86,43% dan kategori upaya untuk meningkatkan kemampuan baik sebanyak 13,57%. Hal ini berarti komunikasi siswa terhadap intensi intensi berwirausaha siswa termasuk berwirausaha di SMK Muhammadiyah. kategori sangat baik. Hasil tersebut dapat dilihat pada diagram batang pada Gambar 3.2.2 Pengaruh lingkungan keluarga 3. terhadap intensi berwirausaha siswa SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
Variabel lingkungan keluarga
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha siswa SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan hasil koefisien regresi sebesar 0,161 dan Probabilitas kurang dari 0,05 pada nilai signifikansi sebesar 0,05 atau 5%. Meskipun demikian, variabel lingkungan keluarga berpengaruh terhadap Gambar 3. Grafik Variabel intensi intensi berwirausaha siswa SMK berwirausaha siswa (Y) Muhammadiyah 3 Yogyakarta hanya sebesar 3,1%, ditunjukkan dengan output 3.2 Pembahasan hasil uji regresi bahwa nilai R2 sebesar 3.2.1 Pengaruh komunikasi interpersonal 0,031, sedangkan 96,9 % dipengaruhi oleh terhadap intensi berwirausaha siswa faktor lain. SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Hasil tersebut memberikan informasi bagi persepsi perilaku. Keyakinan yang bahwa faktor lingkungan keluarga terhadap diasumsikan terhadap sikap adalah evaluasi intensi berwirausaha siswa di SMK positif atau negatif dari menampilkan Muhammadiyah 3 Yogyakarta memiliki perilaku yang menarik bagi individu. pengaruh dan perlu dioptimalkan lebih Keyakinan normatif yang diasumsikan lanjut berdasarkan kontribusi lingkungan sebagai persepsi individu mengenai tekanan keluarga terhadap intensi berwirausaha sosial untuk melakukan atau tidak siswa. Dengan demikian, diperlukan upaya melakukan suatu perilaku yang berada di untuk meningkatkan peranan lingkungan bawah tekanan sosial tersebut. Keyakinan keluarga terhadap intensi berwirausaha di kontrol perilaku yang memuat keyakinan SMK Muhammadiyah 3 di kalangan siswa. individu yang berkaitan dengan mampu atau tidak mampu melaksanakan perilaku 3.2.3 Pengaruh komunikasi interpersonal yang dimaksud. Ketiga faktor tersebut dan lingkungan keluarga terhadap memberikan persepsi siswa dalam intensi berwirausaha siswa SMK melakukan perilaku tindakan intensi Muhammadiyah 3 Yogyakarta. berwirusaha Variabel komunikasi interpersonal 4. Kesimpulan dan lingkungan keluarga memberikan 1) Berdasarkan analisis deskriptif pengaruh yang signifikan terhadap intensi menunjukkan bahwa komunikasi berwirausaha siswa SMK Muhammadiyah interpersonal siswa kelas XI SMK 3 Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan Muhammadiyah 3 Yogyakarta hasil koefisien regresi sebesar 0,123 untuk tergolong sangat baik sebesar 34,2 %, komunikasi interpersonal dan 0,151 untuk kategori baik sebesar 63,3% dan cukup lingkungan keluarga serta probabilitas baik sebesar 2,5%. kurang dari 0,05 pada nilai signifikansi 2) Terdapat pengaruh yang signifikan sebesar 0,05 atau 5%. Meskipun demikian, komunikasi interpersonal terhadap variabel komunikasi interpersonal dan intensi berwirausaha siswa SMK lingkungan keluarga berpengaruh terhadap Muhammadiyah 3 Yogyakarta, untuk intensi berwirausaha siswa SMK nilai koefisien regresi 0,131 pada taraf Muhammadiyah 3 Yogyakarta hanya signifikan 5% dan menyumbangkan sebesar 5,6%, ditunjukkan dengan output sebesar 2,9%. hasil uji regresi bahwa nilai R2 sebesar 3) Terdapat pengaruh yang signifikan 0,056, sedangkan 94,4 % dipengaruhi oleh lingkungan keluarga terhadap intensi faktor lain. berwirausaha siswa SMK Berdasarkan hasil penelitian tersebut Muhammadiyah 3 Yogyakarta, untuk mengisyaratkan bahwa komunikasi nilai koefisien regresi 0,161 pada taraf interpersonal dan lingkungan keluarga signifikan 5% dan menyumbangkan mempunyai pengaruh signifikan terhadap sebesar 3,1%. intensi berwirausaha siswa SMK 4) Terdapat pengaruh yang signifikan Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Hal ini komunikasi interpersonal dan sesuai dengan apa yang dikemukan Azjen lingkungan keluarga secara bersama- (2005) memberikan pengertian bahwa bersama maupun simultan terhadap faktor penentu intensi atau niat intensi berwirausaha siswa SMK dikategorikan menjadi 3 jenis, yaitu: (1) Muhammadiyah 3 Yogyakarta, dengan keyakinan perilaku yang diasumsikan nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (5,836 berpengaruh terhadap sikap, (2) keyakinan > 3,04) pada taraf signifikan 5% dan normatif yang diasumsikan terdapat menyumbangkan sebesar 5,6%. determinan dengan norma subjektif, dan (3) keyakinan kontrol yang menyediakan dasar DAFTAR PUSTAKA Congress Cataloging in Publication Data London. Diunduh Agus M. Hardjana. (2003). Komunikasi dari http://libary.nu pada 4 januari Intrapersonal & Interpersonal. 2012. Yogyakarta: Kanisius. Nana Syoadih Sukmadinata. (2007). Ajzen, I. (2005). The Theory Of Planned Landasan Psikologi Proses Behaviour. Organizational Pendidikan. Bandung: PT. Remaja behavior and human discussion Rosdakarya. processes, 50, 179-211. Diunduh dari http://people.umass.edu/ pada Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Mei 2012 Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Ajzen, I. (2005). Attitudes, Personality and Behaviour. Secand Edition. Open Sumarni. (2006). Pengaruh Konsep Diri, University Press. Diunduh dari Prestasi Belajar, dan Lingkungan http://www.openup.co.uk pada Terhadap Minat Berwirausaha Desember 2011 Pada Siswa SMK Negeri 2 Semarang. Skripsi. Semarang: Baharuddin. (2009). Psikologi Pendidikan Universitas Negeri Surakarta. Refleksi Teoritis terhadap Fenomena. Yogyakarta: AR-Ruzz Sirod Hantoro. (2005). Kiat Sukses Media. Berwirausaha. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Badan Pusat Statistik. (2012). Tingkat Pengganguran di Indonesia. Sarlito dan Eko. (2009). Psikologi Sosial. Diunduh dari http://www.bps.co.id Jakarta: Salemba Humanika. pada 7 Januari 2012. Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Daryanto. (2011). Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.. Syamsu dan Juntika. (2006). Landasan dan Bimbigan Konseling. Bandung: PT Geoffrey G. Meredith. (2002). Remaja Rosdakarya. Kewirausahaan Teori dan Praktek. Jakarta: Victory Jaya Abadi. Wartawarga Gunadarma. (2012). Penyebab Penggangguran. Diunduh Hartley, Peter. (2001). Interpersonal http://www.wartawarga.gunadarma Communication. Library of .co.id dari 12 Januari 2012.