Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS BRONKOPNEUMONIA

Disusun Oleh : Tiara Rahmawati 030.08.240 Pembimbing : dr. Thomas Harry Adoe, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI PERIODE 26 AGUSTUS 2 NOVEMBER 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat, Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 26 Agustus 2 November 2013 dengan judul Bronkopneumonia yang disusun oleh : Nama : Tiara Rahmawati NIM : 030.08.240

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth : Pembimbing : dr. Thomas Harry Adoe, Sp. A

Menyetujui,

(dr. Thomas Harry Adoe, Sp. A)

BAB I ILUSTRASI KASUS


I. IDENTITAS Data Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Agama Suku bangsa Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Islam Jawa TK Pelajar Hubungan dengan Keterangan orang tua : Anak kandung II. ANAMNESIS Dilakukan secara Auto dan Alloanamnesis pada hari Senin tanggal 14 Oktober 2013 a. Keluhan Utama Demam sejak 4 hari SMRS b. Keluhan Tambahan Sesak, batuk, mual, muntah c. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demamnya terus menerus sampai pasien menggigil, demam turun bila diberi obat namun akan meningkat kembali. Demam tidak disertai oleh kejang. Menurut ibunya, pasien juga mengeluh batuk semenjak demam muncul, batuk terus menerus, berdahak, dengan dahak berwarna putih kekuningan tetapi sulit untuk dikeluarkan. Gejala tersebut juga disertai sesak napas sejak 3 hari SMRS. Sesaknya dirasakan tiba-tiba dan semakin lama semakin memberat, namun tidak disertai dengan bunyi ngik.
3

Pasien An. T 5 tahun Perempuan

Ayah Tn. H 30 tahun Laki-laki Bantar Gebang, Bekasi Islam Jawa D1 Pegawai -

Ibu Ny. D 27 tahun Perempuan

Islam Jawa SMA Ibu Rumah Tangga -

Pasien mengaku juga merasa mual dan muntah sejak awal sakit. Muntah sebanyak tiga kali dalam sehari, berisi makanan bercampur cairan yang dikonsumsi. Pasien muntah terutama setelah batuk terus menerus. Semenjak sakit nafsu makan menurun, tapi masih mau untuk minum airputih. Buang Air Besar (BAB) dan uang Air Kecil dalam batas normal. d. Riwayat Penyakit Dahulu Penyakit Alergi Cacingan DBD Thypoid Otitis Parotis Umur Penyakit Difteria Diare Kejang Maag Varicela Asma Umur 4 tahun Penyakit Jantung Ginjal Darah Radang paru Tuberkulosis Morbili Umur 2 tahun -

Kesan : Os kejang pertama kali umur 4 tahun dan sedang menjalani pengobatan kejang sejak 1 tahun yang lalu sampai sekarang. Saat umur 2 tahun os menderita tb paru dan dinyatakan sembuh setelah mendapat OAT selama 9 bulan.

e. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang serupa.

f. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran : KEHAMILAN Morbiditas kehamilan Perawatan antenatal KELAHIRAN Tempat kelahiran Penolong persalinan Cara persalinan Masa gestasi Tidak ditemukan kelainan Setiap bulan periksa ke bidan Rumah sakit Bidan Spontan 9 bulan Berat lahir 2700 g Panjang badan 45 cm Keadaan bayi Lingkar kepala tidak ingat Langsung menangis Nilai apgar tidak tahu
4

Tidak ada kelainan bawaan

Kesan : Riwayat kehamilan dan persalinan pasien baik

g. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan : Pertumbuhan gigi I Psikomotor Tengkurap Duduk Berdiri Berjalan Bicara Baca dan Tulis Kesan : 3 bulan : 6 bulan : 9 bulan : 13 bulan : 12 bulan : 5 tahun : Riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai usia. (normal: 3-4 bulan) (normal: 6 bulan) (normal: 9-12 bulan) (normal: 13 bulan) (normal: 9-12 bulan) : 6 bulan (normal: 5-9 bulan)

h. Riwayat Makanan Umur (bulan) 0-2 2-4 4-6 6-8 8-10 + + + + + + + + + + + + ASI/PASI Buah/biskuit Bubur susu Nasi tim

Kesan : kebutuhan gizi pasien terpenuhi cukup baik

i. Riwayat Imunisasi : vaksin BCG DPT POLIO CAMPAK HEPATITIS B Dasar (umur) Lahir 2 bln Lahir 9 bln Lahir 1 bln 6 bln 4 bln 6 bln 2 bln 4 bln Ulangan (umur)

Kesan : Imunisasi dasar lengkap


5

j. Riwayat Keluarga Ayah Nama Perkawinan ke Umur Keadaan kesehatan Tn. A Pertama 30 Baik Ibu Ny.A Pertama 27 Baik Anak pertama An. Y 5 tahun

Kesan : Keadaan kesehatan kedua orang tua dalam keadaan baik.

k. Riwayat Perumahan dan Sanitasi : Tinggal dirumah sendiri. Terdapat tiga kamar. Ventilasi baik, cahaya matahari cukup, air minum dan air mandi berasal dari air tanah. Kesan : Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien cukup baik.

III. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan umum b. Tanda Vital Kesadaran Frekuensi nadi Tekanan darah Frekuensi pernapasan Suhu tubuh : compos mentis : 120x/menit : 110/70 mmHg : 36x/menit : 38,2 oC : tampak sakit sedang

c. Data antropometri Berat badan Tinggi badan : 14 kg : 115 cm

d. Kepala Bentuk Rambut Mata : normocephali : rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata : conjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil isokor, RCL +/+, RCTL +/+ Telinga Hidung Mulut : normotia, membran timpani intak, serumen -/: bentuk normal, sekret -, nafas cuping hidung -/: faring hiperemis -, T1-T1 : KGB tidak membesar, kelenjar tiroid tidak membesar
6

e. Leher

f. Thorax Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : pergerakan dinding dada simetris : gerak napas simetris, vocal fremitus simetris : sonor dikedua lapang paru : Pulmo SN vesikuler, ronki +/+, wheezing -/Cor BJ I & II normal, murmur -, gallop g. Abdomen Inspeksi Auskultasi Palpasi membesar Perkusi : shifting dullness -, nyeri ketok : ikterik -, petechie : akral hangat, sianosis -, edema : perut datar : bising usus 3x/menit : supel, nyeri tekan -, hepar dan lien tidak teraba

h. Kulit i. Ekstremitas

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Laboratorium darah tanggal 7 Oktober 2013 Jenis Pemeriksaan HEMATOLOGI Darah lengkap LED Leukosit 17 4,0 mm ribu/uL Hitung jenis basofil eosinofil batang segment limfosit monosit Eritrosit Hemoglobin 0 1 0 33 59 7 4,31 10,6 % % % % % % juta/uL g/dL <1 1-3 2-6 52-70 20-40 2-8 4-5 11-14,5
7

Hasil

Satuan

Nilai Normal

0-10 5-10

Hematokrit Trombosit

31,7 263

% ribu/uL KIMIA KLINIK

37-47 150-400

GDS Natrium Kalium Clorida

102 141 4,4 97

mg/dL mmol/L mmol/L mmol/L

60-110 135-145 3,5-5,0 94-111

b. Rontgen Thorax PA

Kesan : Bronkopneumonia Duplex

V. RESUME a. Anamnesis Pasien datang dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demamnya terus menerus, demam hanya turun sebentar apabila diberi obat. Selain itu pasien juga mengeluh batuk semenjak demam, batuknya berdahak, dahaknya berwarna putih kekuningan tetapi sulit untuk dikeluarkan. Sesak napas juga dirasakan oleh pasien, sesaknya dirasakan tiba-tiba dan tidak disertai bunyi ngik. Pasien juga mengalami mual dan
8

muntah, muntahnya sejak 3 hari, dalam sehari muntah kurang lebih sebanyak tiga kali berisi makanan bercampur cairan, pasien muntah terutama saat setelah batuk. Riwayat kejang, gangguan BAK dan gangguan BAB disangkal oleh pasien.

b. Pemeriksaan fisik Keadaan umum Tanda Vital Kesadaran Frekuensi nadi Tekanan darah Frekuensi pernapasan Suhu tubuh : compos mentis : 120x/menit : 110/70 mmHg : 36x/menit : 38,2oC : tampak sakit sedang

Mata : Conjungtiva anemis +/+ Thorax : Ronki +/+ c. Pemeriksaan penunjang Laboratorium darah LED Leukosit batang segment limfosit Hemoglobin Hematokrit 17 4,0 0 33 59 10,6 31,7 mm ribu/uL % % % g/dL % 0-10 5-10 2-6 52-70 20-40 11-14,5 37-47

Rontgen thorax PA Kesan : Bronkopneumonia Duplex

VI. DIAGNOSIS KERJA Bronkopneumonia

VII. DIAGNOSIS BANDING Bronkiolitis TB Paru


9

VIII. PENATALAKSANAAN a. Non medikamentosa Tirah baring Edukasi kepada orangtua tentang penyakit yang diderita

b. Medikamentosa O2 2 lpm IVFD Tridex 27A 12 tpm Paracetamol 3 x 1 Cefotaxime 2 x 500 mg Ambroxol 3 x 1 Ranitidin 2 x 1/2 ampul Inhalasi/8 jam

IX. PROGNOSIS Ad vitam As fungsionam Ad sanationam : Dubia ad bonam : Dubia ad bonam : Dubia ad bonam

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


I. DEFINISI Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi: Pneumonia lobaris Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) Pneumonia intertisial (bronkiolitis) Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak infiltrat. ( Whalley and Wong, 1996). Bronkopneumonia adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu tubuh meningkat, nadi dan petnafasan meningkat. (Suzanne G. Bare,1993) Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebakan oleh bakteri, jamur,virus, dan benda asing (Sylvia Anderson,1994) Jika digabungkan dapat menjadi, bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.

II. ETIOLOGI Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia pada anak, terutama spektrum etiologi, gabaran klinis, dan strategi pengobatan. Etiologi pada neonatus dan bayi kecil meliputi streptococcus grup B dan Bakteri gram negatif seperti E.coli, Pseudomonassp, Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan balita seringnya disebabkan oleh infeksi Streptococcus Pneumoniae, Haemophillus influenzae tipe B dan Staphylococcus auereus. Faktor lain yang mempengaruhi bronkopneumonia adalah menurunnya daya tahan tubuh, seperti malnutrisi energi protein (MEP), penyakit kronis, pengobatan antibiotik yang tidak adekuat.

11

Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara maju : USIA Lahir 20 hari ETIOLOGI YANG SERING BAKTERI E. colli Streptococcus group B Listeria monocytogenes BAKTERI Bakteri anaerob Streptococcus group D Haemophillus influenzae Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum VIRUS Virus Sitomegalo Virus Herpes simpleks 3 minggu 3 bulan BAKTERI Chlamydia trachomatis Streptococcus pneumoniae VIRUS Virus Adeno Virus Influenza Virus Parainfluenza 1, 2, 3 Respitatory Syncytical Virus 4 bulan 5 tahun BAKTERI Chlamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae Streptococcus pneumoniae VIRUS Virus Adeno Virus Influenza Staphylococcus aureus VIRUS Virus Varisela-Zoster
12

ETIOLOGI YANG JARANG

BAKTERI Bordetella pertussis Haemophillus influenzae tipe B

Moraxella catharalis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealyticum VIRUS

Virus Sitomegalo

BAKTERI Haemophillus influenzae tipe B Moraxella catharalis

Neisseria meningitidis

Virus Parainfluenza Virus Rino Respiratory Synncytial virus 5 tahun remaja BAKTERI Chlamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae Streptococcus pneumoniae VIRUS Virus Adeno Virus Epstein-Barr Virus Influenza Virus Parainfluenza Virus Rino Respiratory Syncytial Virus
Virus Varisela-Zoster

BAKTERI Haemophillus influenzae Legionella sp

Staphylococcus aureus

III. EPIDEMIOLOGI Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak meninggal setiap tahunnya akibat pneumonia. Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi, 22,8% kematian balita di indonesia disebabkan oleh penyakit respiratori, terutama pneumonia.

IV. FAKTOR RESIKO Faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia pada anak balita di negara berkembang, antara lain: a. Pneumonia yang terjadi pada masa bayi
13

b. Berat badan lahir rendah c. Tidak mendapat imunisasi d. Tidak mendapat ASI yang adekuat e. Malnutrisi f. Defisiensi vitamin A g. Tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring h. Tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap rokok)

i. Imunodefisiensi dan imunosupresi : keadaan ini meningkatkan predisposisi pneumonia. j. Adanya penyakit lain yang mendahului, seperti infeksi HIV, campak k. Tinggal di lingkungan padat penduduk l. Intubasi, trakeostomi, refleks batuk yang terganggu, dan aspirasi : keadaan ini menyebabkan organisme infeksi lebih mudah masuk kedalam alveoli dan ruang udara terminal m. Diskinesia silier, obstruksi bronkial, infeksi viral, merokok, dan bahan-bahan kimia: kondisi ini menganggu kerja mukosiliar. n. Abnormalitas anatomi, aspirasi cairan lambung atau sebab lain dari inflamasi nooninfeksius, penurunan aliran darah, dan edema pulmonal: kondisi tersebut meningkatkan predisposisi dari pneumonia.

V. KLASIFIKASI Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Pembagian secara anatomis : a. Pneumonia lobaris b. Pneumonia lobularis c. Pneumonia interstisialis (bronkiolitis) Pembagian secara etiologi : a. Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus pneumonia, Haemofilus influenzae. b. Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus,

Adenovirus c. Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis,

Coccidiomycosis, Blastomycosis, Cryptoccosis.


14

d. Corpus Alienum e. Aspirasi f. Pneumonia hipostatik

VI. PATOGENESIS Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran respiratori. Awalnya terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermdah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi sebukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukan kuman pada alveoli. Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah. Stadium ini disebut hepatisasi merah. Deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi fagositosis cepat. Lobus masih tetap padat dan warnanya menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit. Kapiler tidak lagi kongestif. Disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Eksudat berkurang. Disebut stadium resolusi. Sistem jaringan bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal. Secara patologi anatomi bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur.

15

VII. GEJALA KLINIS Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar dari ringan hingga sedang. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terjadi komplikasi sehingga perlu dirawat. Bronkopneumonia biasanya di dahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung berat ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut: a. Gambaran infeksi umum : Demam suhu bisa mencapai 39-40oC dan kadang dapat juga disertai dengan kejang akibat demam yang tinggi. Sakit kepala Gelisah Malaise Penurunan nafsu makan Keluhan gastrointestinal mual, muntah, diare Batuk awalnya kering kemudian menjadi produktif Sesak nafas Retraksi dada Takipnea Napas cuping hidung Penggunaan otat pernafasan tambahan Air hunger Sianosis Merintih

b. Gambaran gangguan respiratori:

Pada pemeriksaan fisik bronkopneumonia tergantung dari luasnya daerah yang terkena. Inspeksi dapat terlihat nafas cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi dada. Pada perkusi toraks sering tidak ditemukan kelainan. Tetapi kadang dapat juga bunyi pekak saat perkusi atau bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi ditemukan bunyi redup dan suara nafas mengeras saat auskultasi. Saat auskultasi terdapat ronki basah halus, mengi dan penurunan suara nafas. Tetapi ronki dan mengi sukar dilokalisasi sumbernya dari suara yang kebetulan pada anak

16

yang amat muda dengan dada hipersonor. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.

VIII. DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan : a. Anamnesis terhadap manifestasi manifestasi klinis yang umumnya dijumpai pada anak dengan bronkopneumonia b. Temuan pemeriksaan fisik yang sesuai c. Pemeriksaan penunjang seperti : 1) Darah lengkap Leukositosis berkisar antara 15.000-40.000/mm3 , dengan predominan PMN. Leukopenia menunjukan prognosis buruk. Leukositosis hebat (> 30.000/mm3) hampir selalu menunjukan adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakteriemi, dan resiko terjadi komplikasi lebih tinggi. Kadang terdapat anemia ringan dan LED meningkat. Secara umum hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan bakteri secara pasti. 2) C reaktif protein Suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit. Sebagai respon infeksi atau inflamasi jaringan 3) Uji serologis Deteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Tetapi diagnosis infeksi Streptokokus grup A dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer antibodi seperti antistreptolisin O, streptotozim. 4) Pemeriksaan mikrobiologis 5) Rontgen toraks Posisi AP. Gambaran difus merata pada kedua paru berupa bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah petifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.

17

IX. DIAGNOSA BANDING a. Pneumonia lobaris Biasanya pada anak yang lebih besar disertai badan menggigil dan kejang pada bayi kecil. Suhu naik cepat sampai 39-40oC dan biasanya tipe kontinua. Sesak nafas (+), nafas cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan mulut dan nyeri dada. Anak lebih suka tidur pada sisi yang terkena. Pada foto rotgen terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. b. Bronkioloitis Diawali infeksi saluran nafas bagian atas, subfebris, sesak nafas, nafas cupung hidung, retraksi intercostal dan suprasternal, terdengar wheezing, ronki nyaring halus pada auskultasi. Gambaran labarotorium dalam batas normal, kimia darah menggambarkan asidosis respiratotik ataupun metabolik. c. Aspirasi benda asing Ada riwayat tersedak d. Atelektasis Adalah pengembangan tidak sempurna atau kempisnya bagian paru yang seharusnya mengandung udara. Dispnoe dengan pola pernafasan cepat dan dangkal, takikardia, sianosis. Perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser dan letak diafragma mungkin meninggi. e. Tuberkulosis Demam > 2 minggu, batuk > 3 minggu, berat badan menurun, nafsi makan menurun, malaise, diare persisten yang tidak membaik dengan pengobatan baku diare. Dan biasanya terdapat kontak. Diagnosis TB pada anak ditegakkan dengan skor TB, yaitu: Parameter 0 1 2 Laporan keluarga Kontak TB Tidak jelas (BTA negatif atau BTA (+) tdk jelas Postif ( 10mm, Uji Tuberkulin negatif atau 5 mm pada keadaan imunosupresi Berat badan/ BB/TB <90% Klinis gizi buruk atau atau BB/TB <70% 18

keadaan gizi

BB/U<80% Demam yg tdk diketahui penyebabnya Batuk kronik Pembesaran kelenjar kolli, inguinal Pembengkakan tulang/sendi panggul, falang Foto toraks Normal/k elainan tdk jelas Gambaran sugestif TB* lutut, Ada pembengkaka n limfe aksila, 3 minggu 1 cm jumlah > 1, tidak 2 minggu

atau BB/U<60%

nyeri

X. PENATALAKSANAAN a. Oksigen b. Cairan intravena c. Koreksi keseimbangan asam basa, elektrolit, gula darah d. Analgetik/ antipirektik untuk demamnya e. Antibiotik Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci keberhasilan pengobatan. Pilihan lini pertama adalah golongan beta laktam atau kloramfenikol. Jika tidak responsif, dapat diberikan antibiotik golongan gentamisin, amikasin, sefalosporin sesuai dengan petunjuk etiologi yang ditemukan. Terapi dilanjutkan 7-10 hari bila tidak ada komplikasi.

XI. KOMPLIKASI Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta, pnemothorax, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta. Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri. Efusi pleura, abses paru dapat juga terjadi.
19

Ilten F dkk. melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan sistolik ventrikel kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan. Oleh karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG, ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim.

XII. PROGNOSIS Secara umum, prognosisnya adalah baik, Gangguan jangka panjang pada fungsi paru jarang, bahkan pada anak dengan pneumonia yang telah terkomplikasi dengan empiema dan abses paru. Sekuele yang signifikan muncul pada penyakit adenoviral, termasuk bronkiolitis obliterans. Kematian dapat muncul pada anak dengan kondisi yang mendasari, seperti penyakit paru kronik pada bayi prematur, penyakit jantung bawaan, imunosupresi, malnutrisi energi. Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%.

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Said M. Pneumonia. In: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar Respirologi Anak. 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. H. 350-65. 2. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Indonesia. Pneumonia. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Cetakan kesebelas. Jakarta: Infomedika Jakarta; 1985. H. 1228-35 3. Jr william w.hay, Levin myron j, sondheimer judith m, Deterding robin R.Lange current diagnosis and treatment in pediatric.United states of america: The McGraw-Hill companies;2007. 4. http://emedicine.medscape.com/article/954506. Accessed on 17 October 2013 5. http://www.scribd.com/doc/33659310/Askep-Bronkopneumonia-Pada-Anak-Roy. Accessed on 15 April 2013

21

Anda mungkin juga menyukai