Anda di halaman 1dari 25

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

SINDROM MIELODISPLASIA
Pembimbing: dr. Hj. Meliana Sp. PD
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG
Penyaji: Salma Rizqi Amanah 1920221093 PERIODE 22 MARET 2021 – 1 MEI 2021
PENDAHULUAN
Sindrom mielodisplasia→ sebagai salah satu jenis kanker darah yang langka.

Penyebab: belum diketahui secara pasti, beberapa literatur→ paparan zat kimia,
penggunaan obat sitotoksik, rokok, radiasi, kelainan genetik

Setelah menegakan diagnosis hematologi/onkologi→ MDS dengan risiko tinggi dan risiko
rendah→ memprediksi prognosis, pengobatan
DEFINISI
Sindrom mielodisplasia (Myelodysplastic Syndrom / MDS) adalah suatu kelainan sel punca

(stem cell) darah yang ditandai dengan terganggunya proliferasi dan proses pematangan sel

hematopoesis. MDS ditandai dengan hematopoesis yang tidak efektif dan adanya displasia

sel punca akibat proliferasi dan maturasi yang abnormal. Dua karakteristik inilah yang

menyebabkan terjadinya sitopenia pada penderita MDS (Kasper, 2018).

Sindrom mielodisplasia adalah kelompok penyakit clonal hematopoietic

stem cell yang ditandai dengan terdapatnya kegagalan sumsum tulang

yang menyebabkan kelainan kuantitatif dan kualitatif pada sel di darah

perifer (Steensma, 2016 )


EPIDEMIOLOGI
Sindrom Mielodisplasia paling sering terjadi pada orang dewasa
yang lebih tua. (usia rata-rata 70 tahun)

Insidensi tahunan MDS diperkirakan 1 sampai 5 kasus per 100.000;

Namun, untuk individu yang berusia> 70 tahun kejadiannya paling


sedikit 20 kasus / 100.000
ETIOLOGI
Etiologi dari sindrom mielodisplasia masih sedikit diketahui namun beberapa literatur menyebutkan bahwa
kelainan klonal sel induk myeloid yang dapat terjadi de novo atau sekunder akibat berbagai kerusakan pada
sumsum tulang. Berbagai etiologi yang berhasil untuk diidentifikasi antara lain;

1. Kimia

2. Sitotoksik kemoterapi

3. Radiasi

4. Kelaianan genetik

5. Rokok
Subtipe Darah Tepi Sumsum Tulang

MDS with single-lineage 1 atau 2 sitopenia dysplasia in ≥ 10% of one cell line, < 5% blasts
dysplasia (MDS-SLD)

KLASIFIKASI MDS dengan multilineage 1-3 sitopenia, < 1 × 109/L dysplasia in ≥ 10% of cells in ≥ 2 hematopoietic
WHO, 2016 displasia (MDS-MLD) monocytes; lineages < 15% ring sideroblasts (or < 5% ring
sideroblasts if SF3B1 mutation present) < 5% blasts

MDS with ring sideroblas Anemia, no blasts 15% of erythroid precursors with ring sideroblasts or
(MDS-RS) ≥ 5% ring sideroblasts if SF3B1 mutation is present

MDS with isolated del (5q) Anemia, platelets normal or in bone marrow, unilineage erythroid dysplasia,
decreased isolated del(5q), < 5% blasts ± one other
abnormality except -7/del(7q)
MDS with excess blasts (MDS- 1-3 blood cytopenias 0-3 dysplastic bone marrow lineages, and 5-9%
EB) blasts in bone marrow or 2-4% blasts in blood (MDS-
EB1) or 10-19% blasts in bone marrow or 5-19%
blasts in blood (MDS-EB2)
MDS unclassified Cytopenias, ±1% blasts on at single-lineage dysplasia or no dysplasia but
least 2 occcasions; characteristic MDS cytogenetics, < 5% blasts
KLASIFIKASI
FAB
1. Refractory Anemia ( RA )
•sitopenia, paling sedikit pada satu turunan sel (cell lineage), umumnya pada seri
eritroid.
•Sumsum tulang hiperseluler atau normoseluler dengan perubahan displastik
•Blast dalam darah tepi <1% dan dalam sumsum tulang <5%.

2. Refractory Anemia with Ringed Sideroblast


(RARS)
• sitopenia (hampir selalu disertai anemia), perubahan displastik, jumlah blast seperti pada RA,
ring sideroblast dijumpai >15% dari sel eritroid berinti dalam sumsum tulang
KLASIFIKASI
FAB
3. Refractory Anemia with Exessive Blast (RAEB)
•sitopenia dari dua atau lebih turunan sel pada darah tepi.
•Perubahan displastik pada ketiga lineage dalam sumsum tulang
•Blast darah tepi <5% dan dalam sumsum tulang antara 5 – 20%.

4. RAEB in Transformation to Leukemia (RAEBt)


• Pada RAEBt gambaran hematologi sama dengan RAEB,
• blast darah tepi >5% atau blast dalam sumsum tulang 21 – 30%
• adanya auer rod pada sel blast.
5. Chronic Myelo-Monocytic Leukemia (CMML)
Pada CMML dijumpai monositosis pada darah tepi (monosit >1.109 per liter).
Dalam darah tepi <5%, sedangkan dalam sumsum tulang sampai dengan 20%
GEJALA KLINIS

Gejala Anemia

Gejala Leukopenia

Gejala Trombositopenia
Penyebab MDS belum diketahui secara pasti, dan sulit
PATOFISIOLOGI dipisahkan dari penyebab
mieloproliferatif lainnya.
leukemia dan penyakit

faktor lingkungan kelainan genetik interaksi sel

mutasi pada tingkat sel induk sehingga


menimbulkan ketidakseimbangan proses proliferasi
dan diferensiasi.

hemopoesis inefektif

kematian premature sel (eritroid, myeloid, megakariosit) dalam


sumsum tulang sebelum sempat dilepaskan ke darah tepi.

sumsum tulang hiperseluler, tetapi terjadi sitopenia pada darah tepi.


DIAGNOSIS
1. Anamnesis; paparan, gaya hidup,
2.Px fisik; tanda terjadinya neutropenia,
leukopenia dan anemia
3. Px penunjang
•Sumsum tulang
•Darah
Myelodysplasia: penampilan darah tepi dan
sumsum tulang.

(a) Multinukleat eritroblas polikromatik. (b) noda Perls


terlihat kelebihan zat besi di makrofag sumsum tulang (c)
Sideroblas cincin. (d) Sel darah putih menunjukkan sel
pseudo-Pelger, mielosit agranular dan neutrofil. (e) Sel
monositoid dan sebuah neutrofil agranular
STAGING IPSS-R
Cytogenetic Cytogenetic abnormalities
prognostic
subgroups
Very good -Y, del(11q)
Good Normal, del(5q), del(12p), del(20q),
double
including del(5q)
Intermediate Del(7q), +8, +19, t(17q), any other
single or
double independent clones
Poor -7, inv(3)/t(3q)/del(3q), double
including
-7,/del(7q), complex: 3 abnormalities
Very poor Complex: >3 abnormalities
STAGING IPSS-R
Points Assigned
Risk
0 0.5 1 1.5 2 3 4 Risk Score
Category
Cytogenet
Very Intermedi Very
ic Good Poor
subgroup
Good ate Poor ≤1.5 Very Low
Bone
marrow ≤2
>2-
5-10 >10 >1.5-3 Low
<5
blasts (%)

Hemoglob >3-4.5 Intermediate


≥10 8-9.9 <8
in (g/dL)
Variable
Platelet >4.5-6 High
count (x ≥100 50-99.9 < 50
109/L)

Absolute
neutrophil
count (x
≥0.8 < 0.8
>6 Very High
109/L)
DIAGNOSIS BANDING
•kekurangan nutrisi seperti B12 dan folat
• infeksi seperti parvovirus dan human immunodeficiency virus (HIV)
•obat-obatan seperti methotrexate, dan penggunaan alkohol.
•Gangguan sumsum tulang primer lainnya harus dipertimbangkan,
seperti gangguan myeloproliferative atau sindrom yang tumpang
tindih dengan fitur myelodysplastic dan myeloproliferative seperti
CMML
TATA LAKSANA

Guideline untuk tatalaksana MDS telah di tetapkan oleh beberapa organisasi seperti
(Fenaux, 2021);

• National Comprehensive Cancer Network (NCCN)

• European LeukemiaNet (ELN)

• European Society for Medical Oncology (ESMO


TATA LAKSANA
1. Suportif Treatment

Pedoman NCCN merekomendasikan perawatan suportif sebagai standar perawatan untuk pasien dengan
MDS risiko rendah. Perawatan suportif meliputi (NCNN 2021):
a. Pemantauan klinis, dukungan psikososial dan penilaian kualitas hidup
b. Transfusi sel darah merah (RBC)
c. Transfusi trombosit
TATA LAKSANA
1. Suportif Treatment

d. Cytomegalovirus (CMV) -produk darah negatif atau leuko-dikurangi untuk kandidat transplantasi
CMV-negatif
e. Tidak ada profilaksis antibiotik rutin kecuali pada pasien dengan infeksi berulang.
f. Deferoksamin subkutan atau deferasirox oral, kecuali pada pasien dengan klirens kreatinin rendah
(<40 mL / menit)
TATA LAKSANA
Pada pasien MDS risiko rendah, ketiga pedoman merekomendasikan lenalidomide untuk
Low Risk
pengobatan anemia simptomatik pada pasien dengan MDS del (5q).

Untuk pasien tanpa del (5q), dengan atau tanpa kelainan sitogenetik lain dan dengan
sideroblas cincin <15% (atau sideroblas cincin <5% dengan mutasi SF3B1), rekomendasi
NCCN adalah sebagai berikut:

a. Serum eritropoietin (EPO) ≤500 mU / m: EPO rekombinan (epoetin alfa) atau darbepoetin;
granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) atau lenalidomide dapat ditambahkan jika terjadi
nonresponse setelah 3 bulan atau hilangnya respons
TATA LAKSANA
Pada pasien MDS risiko rendah, ketiga pedoman merekomendasikan lenalidomide untuk
Low Risk
pengobatan anemia simptomatik pada pasien dengan MDS del (5q).

b. EPO serum> 500 mU / m; Pada pasien yang cenderung merespons terapi imunosupresif, equine anti-
thymocyte globulin (ATG) dengan atau tanpa siklosporin; pada mereka yang tidak merespons, azacitidine
(lebih disukai) atau decitabine; pertimbangkan lenalidomide atau uji klinis pada kasus tertentu.

Untuk pasien dengan trombositopenia atau neutropenia yang relevan secara klinis atau
peningkatan blas sumsum, pedoman NCCN merekomendasikan terapi azacitidine (lebih disukai),
decitabine, atau terapi imunosupresif pada kasus tertentu
TATA LAKSANA High risk

a. Transplantasi sel induk hematopoietik alogenik (HSCT), hanya transplantasi atau didahului
dengan azacitidine, decitabine, atau kemoterapi intensitas tinggi

b. Untuk kandidat non-transplantasi atau untuk kandidat tanpa respons atau kambuh
setelah transplantasi, azacitidine (lebih dipilih; kategori 1) atau decitabine.
PROGNOSIS
Statistik kelangsungan hidup berikut ini didasarkan pada kelompok risiko Sistem IPSS-R yang
direvisi.

Penting untuk diperhatikan bahwa sistem ini sebagian besar didasarkan pada orang yang
didiagnosis bertahun-tahun yang lalu dan yang tidak mendapatkan perawatan seperti kemoterapi
untuk MDS mereka (American Cancer Society, 2018)
IPSS-R Risk Group Median Survival
Very Low 8.8 years
Low 5.3 years
Intermediate 3 years
High 1.6 years
Very High 0.8 years
KESIMPULAN
Sindrom mielodisplasia adalah kelompok penyakit clonal hematopoietic stem cell yang
ditandai dengan adanya keabnormalan differensiasi dan maturasi dari sumsum tulang,
yang menyebabkan kegagalan sumsum tulang dengan sitopenia, disfungsi elemen
darah, dan kemungkinan terjadi komplikasi leukemia.

Manifestasi klinis berkaitan dengan gejala trombositopenia,


anemia dan neutropenia.

Tata laksana dan prognosis pada MDS tergantung pada risiko


yang telah ditentukan pada pasien.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai