Anda di halaman 1dari 51

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN

MAHASISWA KEPERAWATAN DALAM MENJALANI PEMBELAJARAN


DARING DI MASSA COVID-19

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh:

DITTYA RAHMA RIZKI (G1B117025)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


WHO menetapkan corona virus disease 2019 (covid-19) sebagai pandemi
berskala global, banyak negara di dunia yang menetapkan kebijakan social distancing
dan bahkan physical distancing untuk menghambat penyebaran Covid-19. Hal ini
sejalan dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui International
Health 2 Regulations (2005) Emergency Committee pada 30 Januari 2020 untuk
melakukan social distancing dengan tujuan untuk melindungi mereka yang berisiko
tinggi terhadap morbiditas dan penyakit terkait COVID-19 (Nicole K. Le, 2020).
Menurut WHO data yang di dapatkan pada tanggal 03 Desember 2020
penyebara virus covid-19 sudah tersebar luas ke seluruh dunia sebanyak 219 negara
sudah terkena covid-19 dengan total 63,965,092 kasus yang terkonfirmasi covid-19 dan
total 1,488,120 kasus kematian. Dari hasil penelitian yang di dapat Negara yang
menduduki peringkat pertama dengan kasus terbanyak adalah Amerika serikat dengan
jumlah 14.313.864 kasus. Sedangkan dari hasil penelitian yang di dapatkan Indonesia
berada di urutan ke 22 sebagai negara dengan jumlah kasus terkonfirmasi positif covid-
19 557.877 kasus dan DKI Jakarta menduduki peringkat pertama kasus covid-19 di
Indonesia dengan jumlah kasus sebanyak 140.238 jiwa yang terpapar covid-19
Pada saat ini seluruh masyarakat dunia terutama di Indonesia sedang mengalami
wabah covid-19 atau dikenal dengan sebutan virus corona. Virus Corona atau severe
acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) (Pane, 2020). Virus corona
adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan covid-19 ini masih belum diketahui. Berdasarkan bukti ilmiah, covid-
19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet),
Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan
pasien covid-19 termasuk yang merawat pasien covid-19 (Kemenkes RI, 2020). Tanda
dan gejala umum infeksi covid-19 termasuk gejala gangguan pernapasan akut seperti
demam, batuk, dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata adalah 5 - 6 hari dengan masa
inkubasi demam, batuk, dan sesak napas. Pada kasus yang parah, covid-19 dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian
(Tosepu et al., 2020).
Penutupan ini menjadi langkah paling efektif untuk mengurangi penyebaran
virus pada siswa dan mahasiswa (Hasanah & Setiawan, 2020). Perguruan tinggi juga
menjadi salah satu lembaga Pendidikan yang terdampak dari pandemi covid-19 setelah
lembaga pendidikan pada tingkat pra sekolah, tingkat dasar, tingkat menengah pertama
dan juga pada tingkat menengah atas (Hasanah et al., 2020). Penutupan perguruan tinggi
sendiri dilakukan secara fisik, artinya hanya gedung kampus yang ditutup tetapi kegiatan
pembelajaran dan kegiatan yang bersifat administratif lainnya tetap dikerjakan secara
jarak jauh (Firman, 2020). Dampak penutupan lembaga pendidikan akibat pandemi
COVID-19 berdampak besar dalam proses pembelajaran dan kurikulum pendidikan
(Rahmawati, 2020).
Pembelajaran daring menjadi sebuah solusi alternatif yang diambil setelah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan surat edaran
tentang pembelajaran secara daring dalam rangka pencegahan penyebaran corona virus
disease (Covid-19). Pembelajaran jarak jauh merupakan metode pembelajaran yang
menggunakan jaringan internet dengan konektivitas, aksesibilitas, fleksibilitas, dan
kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran (Sadikin &
Hamidah, 2020). Perubahan proses belajar dari tatap muka menjadi pembelajaran daring
merupakan suatu keputusan yang harus diambil oleh universitas agar pembelajaran
masih dapat berlangsung sebagaimana mestinya. Berbagai perubahan harus dilakukan
oleh universitas dan hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi setiap universitas untuk
tetap mejalankan tujuan pendidikan. Kebijakan pemindahan kegiatan belajar dari
sekolah ke rumah berdampak pada perubahan model pembelajaran. Kini, baik
mahasiswa maupun dosen harus menggunakan aplikasi online seperti Google
Classroom, Zoom, dan fasilitas lainnya untuk menunjang kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran yang dilakukan secara daring memiliki beberapa kelebihan dalam
penerapannya. Pembelajaran daring membuat kegiatan belajar mengajar menjadi dapat
dijangkau dari berbagai waktu dan tempat (Shukla, Dosaya, Nirban, & Vavilala, 2020).
Penggunaan media daring juga memungkinkan mahasiswa untuk mendapatkan
informasi yang lebih luas melalui internet (Hastini, Fahmi, & Lukito, 2020).
Pemanfaatan teknologi ini dianggap sangat membantu dalam melangsungkan
pembelajaran selama pembatasan sosial di masa pandemi covid-19 (Pakpahan &
Fitriani, 2020). Generasi mahasiswa saat ini juga dekat dengan teknologi sehingga lebih
mudah untuk beradaptasi dengan pembelajaran daring (Hastini et al., 2020).
Berbagai kendala juga muncul dalam penerapan pembelajaran daring.
Pembelajaran melalui internet menjadi hal yang sulit dilakukan di beberapa daerah
tertentu dengan jaringan yang tidak memadai (Hastini et al., 2020). Penggunaan kuota
internet juga memunculkan pengeluaran biaya baru yang bisa menjadi masalah bagi
beberapa mahasiswa yang mengalami kesulitan finansial (Morgan, 2020). Kesuksesan
dari penerapan pembelajaran daring juga tergantung dari kesiapan universitas
penyelenggara serta dosen pengajar (Rusdiana & Nugroho, 2020). Tidak semua dosen
mampu menyampaikan keseluruhan materi dengan optimal melalui sistem pembelajaran
daring (Morgan, 2020). Perubahan pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran
online yang 3 dilaksanakan secara mendadak membuat pembelajaran tidak dapat
berjalan dengan maksimal (Irawati & Jonatan, 2020). Seiring berjalannya waktu
pembelajaran daring menjadi berdampak pada psikologis mahasiswa. Hasil penelitian
serupa menyatakan bahwa cara dosen mengajar mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat stres mahasiswa (Agustin, Hidayatullah, Aminoto, & Tau, 2018). Hasil
penelitian lain didapatkan 55,8% merasa stres selama pandemi Covid-19 disebabkan
proses pembelajaran daring yang mulai membosankan (Livana PH. dkk., 2020).
Tuntutan untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam waktu yang terbatas
dapat menyebabkan stres bagi mahasiswa (Oktaria, D., Sari, M. I., Azmy, N. A., 2019).
Menurut Susanto & Azwar (2020) kejenuhan belajar yang dialami para
mahasiswa terjadi akibat dari adanya tuntutan bagi mereka untuk selalu mematuhi
aturan tugas-tugas yang telah diberikan, mengerjakan kegiatan perkuliahan yang selalu
sama di setiap harinya seperti hanya menatap layar laptop kemudian mengerjakan tugas.
Hal ini membuat mahasiswa menjadi sensitif. Perilaku yang ditunjukkan seseorang yang
mengalami kejenuhan yaitu cepat marah, mudah stres, mudah terluka, dan mudah
frustasi.
Kecemasan atau ansietas adalah perasaan was-was seakan sesuatu yang buruk
terjadi dan merasa tidak nyaman seakan ada ancaman yang disertai gejala-gejala fisik
seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin, gelisah, meras takut. Gangguan
kecemasan pada dewasa muda di Amerika adalah sekitar 18,1% atau sekitar 42 juta
orang hidup dengan gangguan kecemasan, seperti gangguan panik, gangguan
obsesivkompilsif, gangguan stress pasca trauma, gangguan kecemasan umum dan fobia
(Duckworth, 2013).
Gejala kecemasan diantaranya timbul rasa kekhawatiran, tidak tenang, ragu,
bimbang, memandang masa depan dengan rasa was-was, kurang percaya diri, gugup,
gerakan sering serba salah, mudah tersinggung, serta bertindak histeris kalau sedang
emosi.9 Mahasiswa yang cemas menjadi kurang percaya diri, tidak suka menghadapi
tantangan, diri sendiri dianggap tidak menyenangkan oleh lingkungan. Kecemasan dapat
mempengaruhi suasana hati (kecemasan, mudah marah, perasan tegang), pikiran (sukar
berkosentrasi, suka melamun, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, sangat
sensitif, merasa tidak berdaya), motivasi (ketergantungan, meremehkan, ingin melarikan
diri), perilaku (gelisah, gugup, kewaspadaan berlebihan), gejala biologis (gerakan
otomatis meningkat seperti berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar,mual, sulit
tidur dan mulut kering). Disamping itu, ada faktor – faktor yang mempengaruhi terdiri
dari faktor biologis, faktor sosial lingkungan, faktor perilaku dan faktor emosional
(Nevid et al, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Suherman (2019) menunjukan bahwa tidak
terdapat hubungan antara umur dengan tingkat tingkat kecemasan yang memiliki p-
value lebih dari 0,05. Untuk variabel jenis kelamin menunjukan adanya hubungan
dengan tingkat kecemasan dimana p-value kurang dari 0,05 dan pada variabel
pendapatan orang tua dan jenis kelamin menunjukan ada hubungan dengan tingkat
kecemasan dimana p-value lebih dari 0,05.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Kartika (2019) menunjukan bahwa sebagian
besar mahasiswa mengalami stres karena beberapa faktor yang diakibatkan
pembelajaran jarak jauh di masa pandemi covid-19. Tidak ada ketetapan jadwal yang
jelas membuat mahasiswa menjadi cemas dan akhirnya menjadi stres. Di perguruan
tinggi, program penjadwalan merupakan salah satu hal penting dalam proses belajar
mengajar, karena semua kegiatan dosen dan mahasiswa bergantung pada jadwal yang
ada, sehingga harus disusun dengan benar, sehingga nantinya tidak mengganggu
aktivitas belajar mengajar (Ariani et al., 2011). Tapi pada pembelajaran jarak jauh,
seringkali jadwal perkuliahan mengalami perubahan dan seringkali dikabarkan
mendadak.
Menurut Susanto & Azwar (2020) kejenuhan belajar yang dialami para
mahasiswa terjadi akibat dari adanya tuntutan bagi mereka untuk selalu mematuhi
aturan tugas-tugas yang telah diberikan, mengerjakan kegiatan perkuliahan yang selalu
sama di setiap harinya seperti hanya menatap layar laptop kemudian mengerjakan tugas.
Hal ini membuat mahasiswa menjadi sensitif. Perilaku yang ditunjukkan seseorang yang
mengalami kejenuhan yaitu cepat marah, mudah stres, mudah terluka, dan mudah
frustasi.
Berdasarkan hasil observasi pada mahasiswa 2017 Mahasiswa menyatakan mulai
mengeluhkan beberapa hal seperti kendala jaringan saat melakukan daring. kendala
jaringan yang sering terjadi saat melakukan daring yaitu saat melaksanakan pertemuan
online melalui aplikasi zoom secara tiba-tiba gangguang singnal sehingga keluar secara
otomatis dari ruang zoom. Saat akan masuk kembali keruangan zoom harus menunggu
kembali bisa masuk ke ruangan zoom maka akan menimbulkan cemas bagi mahasiswa.
Kecemasan lain yang akan terjadi yaitu saat mengisi kehadiran secara online. mahasiswa
berfikiran dianggap tidak hadir karena saat mengisi daftar hadir waktu habis. kecemasan
juga terjadi saat pengisian kuis secara online sehingga takut tidak lulus dalam mengikuti
pembelajar. Pada survey pendahuluan pada tanggal 14 Desember 2020 yang dilakukan
dengan wawancara pada 5 mahasiswa, peneliti menanyakan hal-hal yang berkaitan
dengan kecemasan yang dialami oleh mahasiswa keperawatan dalam menjalani
pembalajaran daring pada massa covid-19, 3 mahasiswa keperawatan angkatan 2017
dan 2 mahasiswa keperawatan angkatan 2018 mengatakan bahwa selama pembelajaran
daring ini ia merasa takut tidak memahami semua materi yang di sampaikan oleh dosen
karena disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya jaringan yang kurang memadai
dan keadaan ekonomi keluarga yang kurang mendukung. Dari hasil survey di atas maka
peneliti tertarik untuk melihat “ faktor apa saja yang berhubungan dengan kecemasan
mahasiswa keperawatan Universitas Jambi”

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apasaja faktor-faktor yang
berhubungan dengan kecemasan mahasiswa dalam menjalani pembelajaran dimasa
covid-19 ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan
mahasiswa keperawatan dalam menjalani pembelajran dimasa covid.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya karakteristik responden mahasiswa keperawatan dalam
menjalani pembelajaran dimasa covid.
b. Diketahuinya gambaran tingkat kecemasan mahasiswa keperawatan dalam
menjalani pembelajaran dimasa covid.
c. Diketahuinya gambaran dukungan orang tua mahasiswa keperawatan dalam
menjalani pembelajran di masa covid.
d. Diketahuinya gambaran self elefacy mahasiswa keperawatan dalam
menjalani pembelajaran di masa covid.
e. Diketahuinya hubungan karakteristik responden mahasiswa keperawatan
dengan tingkat kecemasan mahasiswa keperawatan dalam menjalani
pembelajaran dimasa covid
f. Diketahuinya hubungan dukungan orang tua mahasiswa keperawatan dengan
tingkat kecemasan mahasiswa keperawatan dalam menjalani pembelajaran
dimasa covid
g. Diketahuinya hubungan self elefacy mahasiswa keperawatan dengan tingkat
kecemasan mahasiswa keperawatan dalam menjalani pembelajaran dimasa
covid

1.4 Manfaat
1. Bagi Keperawatan Universitas Jambi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan refrensi untuk
menambah ilmu pengetahuan terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan
kecemasan mahasiswa dalam menjalani pembelajaran dimasa covid.
2. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitin ini dijadikan sumber refrensi untuk peneliti
selanjutnya dan melakukan penelitian tentang kecemasan dalam menjalanin
pembelajaran di masa covid.
3. Bagi Pembaca
Peneliti berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan informasi yang
berguna bagi pembaca tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
kecemasaan pada mahasiswa keperawatan dalam menjalani pembelajaran daring
di massa covid-19.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecemasan
2.1.1 Pengertian
Suatu keadaan yang mengancam keberadaan kehidupan seseorang,
akan menimbulkan suatu perasaan yang tidak menyenangkan pada diri orang
tersebut. Perasaan tidak menyenangkan dan sangat mengganggu jiwa dan
pikiran ini dapat mempengaruhi proses pemaknaan seseorang terhadap
peristiwa atau masalah yang sedang dihadapi. Biasanya pemaknaan yang
terjadi hampir selalu subjektif dan kurang dapat mengikutkan pendapat umum
karena pikiran dan hati sedang dalam keadaan tidak stabil. Gunarsa dan
Gunarsa mengatakan bahwa kecemasan adalah rasa khawatir dan takut yang
tidak jelas sebabnya. Seseorang akan mengalami kecemasan seringkali tak
dapat menyebutkan penyebabnya dengan jelas. Inilah yang mengakibatkan
seseorang yang mengalami kecemasan biasanya mempunyai pandangan
subjektif terhadap perasaan dan peristiwa yang dialami.
Alloy menjelaskan bahwa kecemasan adalah perasaan takut dan
ketakutan yang sangat mengenai sesuatu yang akan terjadi tentang ancaman-
ancaman ataupun kesulitan-kesulitan yang sebenarnya samar-samar dan tidak
realistis yang akan muncul di masa depan tetapi tidak jelas, dan dapat
membahayakan kesejahteraan seseorang.
Kecemasan menurut Darajat diartikan sebagai manifestasi dari
berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang
sedang mengalami tekanan perasaan (frustrasi) dan pertentangan batin
(konflik). Selain itu Daradjat mengemukakan pula bahwa orang yang merasa
cemas karena menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan,
sehingga merasa terancam oleh sesuatu tersebut.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengertian kecemasan adalah perasaan tidak menyenangkan yang
ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan dan rasa
takut yang tidak jelas penyebabnya, yang dialami dalam tingkatan yang
berbeda atas situasi yang dianggap mengancam.

2.1.2 Macam-macam kecemasan


a. Kecemasan Normal
Dalam arti tradisional, istilah kecemasan ( anxiety ) menunjuk pada
keadaan emosi yang menentang atau tidak menyenangkan yang meliputi
interpretasi subjektif dan “arousal” atau rangsang fisiologis. Kecemasan
dikonseptualisasikan sebagai reaksi emosional yang umum dan nampaknya
tidak berhubungan dengan keadaan atau stimulus tertentu. Terkadang istilah
kecemasan “free floating” digunakan untuk menggambarkan respon yang umum
ini muncul tanpa sebab yang jelas.
Pada kesempatan lain, kecemasan digambarkan sebagai state anxiety
dan trait anxiety. State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul
pada situasi tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. Keadaan ini
ditentukan oleh perasaan ketegangan yang subjektif. Trait anxiety menunjuk
pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang
untuk menginterpretasikan suatu keadaan sebagai ancaman yang untuk
menginterpretasikan suatu keadaan sebagai ancaman yang disebut “anxiety
proneness” atau kecenderungan akan kecemasan. Orang tersebut cenderung
untuk merasakan berbagai macam keadaan sebagai keadaan yang
membahayakan atau mengancam, dan cenderung untuk menanggapi dengan
reaksi kecemasan.
Bruno mengemukakan tentang jenis kecemasan normal yang lain yaitu :
1) Kecemasan realistis adalah kecemasan yang sesuai dengan keadaan.
Kecemasan ini berorientasi pada saat sekarang dan memberitahukan bahwa
ada suatu ancaman, di sini dan saat ini.
2) Kecemasan eksistensial adalah kecemasan mengenai eksistensi itu sendiri.
Kecemasan ini merupakan kecemasan tentang keadaan manusia yang tidak bisa
melepaskan diri dari keadaan tertentu.
b. Kecemasan Abnormal
Pada umumnya, kecemasan dianggap sebagai hal yang abnormal
jika terjadi dalam situasi yang dapat diatasi dengan sedikit kesulitan oleh
kebanyakan orang. Perasaan cemas yang terus menerus dan tinggi
intensitasnya akan sangat memempengaruhi fungsi individu, sosial, relasi dan
fungsi sekolah atau pekerjaan sehari-hari. Didalam hal ini kecemasan telah
menjadi masalah perilaku. Gangguan kecemasan sangat lazim pada
masyarakat baik anak-anak maupun orang dewasa. Terdapat pula jenis
kecemasan neurotik. Kecemasan neurotik adalah kecemasan yang tidak
realistis, irasional dan sama sekali tidak berguna. Kecemasan ini tak berguna
karena hal ini tidak menolong orang memecahkan atau menghadapi masalah
secara efektif. Kecemasan ini membuat seseorang semakin terpuruk masalah
psikologis yang mendalam sampai akhirnya orang tersebut secara emosional
akan tenggelam. Sebagian besar dari kita merasa cemas dan tegang jika
menghadapi situasi yang mengancam atau stress. Perasaan tersebut adalah
reaksi normal terhadap stress. Kecemasan dianggap abnormal hanya jika
terjadi dalan situasi yang sebagian besar orang dapat menanganinya tanpa
kesulitan yang berarti. Gangguan kecemasan adalah sekelompok gangguan di
mana kecemasan merupakan gejala utama (gangguan kecemasan umum dan
gangguan panik) atau dialami jika seseorang berupaya mengendalikan
perilaku maladaptive tertentu (gangguan fobik dan gangguan obsesif-
kompulsif).
1. Gangguan kecemasan umum
Seseorang yang menderita gangguan ini hidup tiap hari dalam
ketegangan yang tinggi. Ia secara samar-samar merasa takut atau cemas pada
hampir sebagian besar waktunya dan cenderung bereaksi secara berlebihan
terhadap stress yang ringan pun. Individu terus menerus merasa takut akan
kemungkinan masalah dan mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan.
Orang yang menderita gangguan kecemasan umum mungkin juga
mengalami serangan panikepisode ketakutan yang berat dan mendadak atau
teror. Selama serangan panik, individu merasa pasti bahwa sesuatu yang
menakutkan akan terjadi. Orang yang mengalami kecemasan umum dan
gangguan panik mungkin tidak mengetahui dengan jelas mengapa mereka
merasa ketakutan.
2. Panik
Orang-orang yang menderita gangguan panik, atau yang sebelumnya
dinamakan dengan neurosis kecemasan, akan mengalami semacam serangan
kecemasan atau panik. Serangan tersebut biasanya datang secara mendadak,
tidak dapat dijelaskan, dan tidak dapat dikendalikan. Ketika seseorang
mengalami serangan tersebut, biasanya melaporkan sulit bernafas, gemetar,
mual, berkeringat banyak, denyut jantung tidak teratur dan tanda-tanda
ketegangan otot yang lain. Orang dengan ciri gangguan ini, biasanya sudah
dapat memperlihatkan respon panik hanya dengan tekanan atau halangan
kecil saja. Biasanya penderita gangguan ini sangat cemas dan takut bila
terjadi serangan lagi dan terhadap stress yang kecil sekalipun mereka cenderung
mudah khawatir.
3. Fobia
Atkinson dkk menjelaskan bahwa orang yang berespon dengan ketakutan
yang kuat pada stimulus atau situasi tertentu yang oleh sebagian besar orang
tidak dianggap berbahaya dikatakan menderita fobia. Individu biasanya
menyadari bahwa rasa takutnya itu tidak rasional tetapi masih merasa cemas
(mulai dari kekuatiran yang kuat sampai panik) yang dapat dihilangkan dengan
menghindari objek atau situasi yang ditakutinya. Ketakutan biasanya tidak
didiagnosis sebagai gangguan fobik kecuali mengganggu kehidupan sehari-
hari. Phobia adalah ketakutan terhadap suatu benda atau suatu kejadian atau
situasi tertentu yang sedemikian besarnya sehingga orang selalu berusaha
menghindarkan diri. Seseorang yang menderita phobia ini tahu bahwa
kecemasannya tidak seimbang dengan bahaya yang ada, tetapi merasa tidak
sanggup mengendalikan perasaannya. Phobia biasanya dihubungkan dengan
berbagai rangsang, termasuk ketinggian satu tempat, daerah yang selalu terbuka
atau selalu tertutup, keramaian, sendirian, sakit, badai, darah, bakteri,
kegelapan, penyakit, penghinaan, ular, hewan dan api. Psikolog analitis
memandang phobia sebagai reaksi terhadap kecemasan yang dialihkan.
Mereka mengasumsikan bahwa ketakutan secara tidak sadar dialihkan dari
pengalaman pertama yang membangkitkan kecemasan kepada objek yang
kurang membahayakan.
4. Obsesif- Kompulsif
Atkinson dkk berpendapat bahwa obsesi adalah pikiran, bayangan,
atau impuls yang tidak diundang yang menimbulkan kecemasan. Kompulsi
adalah dorongan yang tidak dapat ditahan untuk melakukan tindakan atau ritual
tertentu yang menurunkan kecemasan. Pikiran obsesif disertai dengan tindakan
kompulsif. Korban mungkin berjuang mati-matian untuk membuang pikiran
yang mengganggu atau menahan dorongan untuk melakukan tindakan berulang
tetapi tidak mampu melakukannya. Kadang-kadang, semua orang memiliki
pikiran yang timbul berulang-ulang dan dorongan untuk melakukan perilaku
ritualistik. Tetapi bagi orang dengan gangguan obsesif-kompulsif, pikiran dan
tindakan itu menyita banyak waktu sehingga mengganggu kehidupan sehati-
hari. Individu yang bersangkutan menyadari pikirannya sebagai irasional dan
menjijikan tetapi tidak mau mengabaikan atau menekannya. Orang dengan
gangguan obsesif-kompulsif menyadari ketidak masuk akalan dari perilaku
kompulsifnya tetapi menjadi cemas saat mencoba menahan kompulsi itu, dan
merasa lega jika tindakan kompulsi dilakukan.
2.1.3 Gejala- gejala kecemasan
Menurut Taylor gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita kecemasan,
antara lain :
a. Menjadi gelisah ketika sesuatu tidak sesuai yang dirasakan
b. Sering mengalami kesulitan bernafas, sakit perut, keringat dingin maupun
keringat berlebih
c. Merasa takut pada banyak hal
d. Sulit tidur pada malam hari, jantung berdebar-debar, mengalami mimpi
buruk, terbangun dari tidur karena ketakutan.
e. Sulit berkonsentrasi, mudah tersinggung dan mudah marah-marah.
Kecemasan menunjukkan simtom-simtom sebagai berikut :
a. Senantiasa diliputi ketegangan rasa was-was dan keresahan yang bersifat
tidak menentu (diffuse uneasiveness).
b. Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan, dan sering merasa
tidak mampu, minder, depresi dmematah-matahkan kuku jari, mendehem dan
sebagainyaan serba sedih.
c. Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan, serba ikut salah.
d. Rasa tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap tegang,
lamban, bereaksi secara berlebihan terhadap rangsang yang datang secara
tiba-tiba atau yang tidak diharapkan dan selalu melakukan gerakan-
gerakan neurotik tertentu sepeerti mematahmatahkan kuku jari, mendehem
dan sebagainya.
e. Sering mengeluh bahwa ototnya tegang, khususnya bagian leher dan
sekitar bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering
buang air kecil dan menderita gangguan tidur berupa insomnia dan
mimpi buruk.
f. Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangan sering basah.
g. Sering berdebar-debar dan tekanan darah tinggi.
h. Sering mengalami gangguan pernafasan dan berdebar-debar tenpa sebab
yang jelas.
i. Sering mengalami “ anxiety attacks” atau tiba -tiba cemas tanpa sebab
pemicunya yang jelas. Gejala dapat berupa berdebar-debar, sulit bernafas,
berkeringat, pingsan, badan terasa dingin atau sakit perut.
2.1.4 Faktor-faktor Penyebab Kecemasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecemasan menurut Sarason
(Djiwandono, 2002), yaitu:
a. Keyakinan diri Tingkat keyakinan diri akan mempengaruhi kecemasan
pada setiap individu.
b. Dukungan sosial Meliputi dukungan yang diberikan dari orang terdekat.
Hal tersebut membuat individu merasa diperhatikan, dicintai dan
berharga sehingga akan mempengaruhi individu.
c. Modelling Modelling dapat mengubah perilaku seseorang dengan melihat
cara orang lain melakukan sesuatu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecemasan menurut Nevid,


Rathus & Greene (2005), yaitu:
a. Faktor Sosial Lingkungan Meliputi pemaparan dari peristiwa yang
mengancam dan membuat traumatis seseorang, mengamati respon
orang lain terhadap ketakutan, dan kurang mendapatkan dukungan
sosisal
b. Faktor Biologis Meliputi predisposisi genetis, ireguaritas dalam
fungsi dari neurotransmitter, serta abnormalitas dalam otak yang
memberi sinyal bahaya atau menghambat tingkah laku repretitif.
c. Faktor Perilaku Meliputi pemasangan stimuli aversif dan stimuli yang
sebelumnya netral, kelegaan dari kecemasan karena melakukan suatu
kegiatan yang kompulsif atau menghindari stimuli fobik, dan
kurangnya kesempatan untuk pemunahan karena penghindaran
terhadap objek atau situasi yang ditakuti.
d. Faktor Kognitif dan Emosional Meliputi konflik psikologis yang
tidak terselesaikan serta prediksi berlebihan tentang ketakutan,
keyakinan yang irasional.
2.1.5 Jenis-jenis Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan
didalamdirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari
luar.
Mustamir Pedak (2019) membagi kecemasan menjadi tiga jenis
kecemasan yaitu :
a. Kecemasan Rasional
Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang
mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini
dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme
pertahanan dasariah kita.
b. Kecemasan Irrasional
Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaan
keadaan-keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang
mengancam.
c. Kecemasan Fundamental
Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa
dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya
berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistens
mempunyai peran fundamental bagi kehidupan manusia.
Sedangkan Kartono Kartini (2016) membagi kecemasan menjadi dua
jenis kecemasan, yaitu :
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar
dan ringan lama.Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi
perkembangan kepribadian seseorang, karenakecemasan ini dapat
menjadi suatu tantangan bagi seorang individu untuk
mengatasinya.Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah suatu
kecemasan yang wajar terjadi pada individu akibat situasi-situasi
yang mengancam dan individu tersebut tidak dapat mengatasinya,
sehingga timbul kecemasan. Kecemasan ini akan bermanfaat bagi
individu untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi situasi-situasi
yang sama di kemudian hari.Kecemasan ringan yang lama adalah
kecemasan yang dapat diatasi tetapi karena individu tersebut tidak
segera mengatasi penyebab munculnya kecemasan, maka kecemasan
tersebut akan mengendap lama dalam diri individu.
b. Kecemasan Berat
Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar
secara mendalam dalam diri seseorang. Apabila seseorang mengalami
kecemasan semacam ini maka biasanya ia tidak dapat mengatasinya.
Kecemasan ini mempunyai akibat menghambat atau merugikan
perkembangan kepribadian seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi
dua yaitu kecemasan berat yang sebentar dan lama. Kecemasan yang
berat tetapi munculnya sebentar dapat menimbulkan traumatis
padaindividu jika menghadapi situasi yang sama dengan situasi
penyebab munculnya kecemasan.

2.1.6 Gangguan Kecemasan


Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri
kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak dapat
secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Fitri Fauziah & Julianty
Widuri (2017) membagi gangguan kecemasan dalam beberapa jenis, yaitu :
a. Fobia Spesifik Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena
kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.
b. Fobia Sosial Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan
menetap, biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu
menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang
membuatnya merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukkan tanda-
tanda kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang memalukan.
c. Gangguan Panik Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya
serangan panik yang spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang
dapat muncul pada gangguan panik antara lain ; sulit bernafas, jantung
berdetak kencang, mual, rasa sakit didada, berkeringat dingin, dan
gemetar. Hal lain yang penting dalam diagnosa gangguan panik adalah
bahwa individu merasa setiap serangan panik merupakan pertanda
datangnya kematian atau kecacatan.
d. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder) adalah
kekhawatiran yang berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan
berbagai simtom somatik, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam
kehidupan sosial atau pekerjaan pada penderita, atau menimbulkan stres
yang nyata.
Sedangkan Sutardjo Wiramihardja (2015) membagi gangguan kecemasan
yang terdiri dari :
a. Panic Disorder
Panic Disorder ditandai dengan munculnya satu atau dua serangan panic
yang tidak diharapkan, yang tidak dipicu oleh hal-hal yang bagi orang
lain bukan merupakan masalah luar biasa. Ada beberapa simtom yang
menandakan kondisi panik tersebut, yaitu nafas yang pendek, palpilasi
(mulut yang kering) atau justru kerongkongan tidak bisa menelan,
ketakutan akan mati, atau bahkan takut gila.
b. Agrophobia
Yaitu suatu ketakutan berada dalam suatu tempat atau situasi dimana ia
merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar menjadi baik secara fisik maupun
psikologis untuk melepaskan diri. Orang-orang yang memiliki
agrophobia takut pada kerumunan dan tempat-tempat ramai.

2.1.7 Dampak Kecemasan


Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi
yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh
berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi
tidak adaptif. Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang
merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit
penyakit fisik.
Yustinus Semiun (2016) membagi beberapa dampak dari kecemasan
kedalam beberapa simtom, antara lain :
a. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya
hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang
tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan
dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.
b. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada
individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi.
Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang ada,
sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan
akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.
c. Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang,
gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki
mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-
tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi
pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja
yang dirasanya mengancam.

2.1.8 Tingkatan Kecemasan


Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan Gail W. Stuart (2016)
mengemukakan tingkat ansietas, diantaranya.
1. Ansietas ringan Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari, ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan
meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar
dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
2. Ansietas sedang Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit
lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak
perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika
diarahkan untuk melakukannya.
3. Ansietas berat Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu
cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak
berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus
pada area lain.
4. Tingkat panik Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror.
Hal yang rinci terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan
kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan
menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan
kehilangan pemikiran yang rasional.
2.1.9 Respon Kecemasan
Gail W. Stuart (2016) mengelompokkan kecemasan (anxiety) dalam
respon perilaku, kognitif, dan afektif, diantaranya.
1. Perilaku, diantaranya: 1) gelisah, 2) ketegangan fisik, 3) tremor, 4) reaksi
terkejut, 5) bicara cepat, 6) kurang koordinasi, 7) cenderung mengalami
cedera, 8) menarik diri dari hubungan interpersonal, 9) inhibisi, 10)
melarikan diri dari masalah, 11) menghindar, 12) hiperventilasi, dan 13)
sangat waspada.
2. Kognitif, diantaranya: 1) perhatian terganggu, 2) konsentrasi buruk, 3)
pelupa, 4) salah dalam memberikan penilaian, 5) preokupasi, 6)
hambatan berpikir, 7) lapang persepsi menurun, 8) kreativitas menurun,
9) produktivitas menurun, 10) bingung, 11) sangat waspada, 12)
keasadaran diri, 13) kehilangan objektivitas, 14) takut kehilangan
kendali, 15) takut pada gambaran visual, 16) takut cedera atau kematian,
17) kilas balik, dan 18) mimpi buruk.
3. Afektif, diantaranya: 1) mudah terganggu, 2) tidak sabar, 3) gelisah, 4)
tegang, 5) gugup, 6) ketakutan, 7) waspada, 8) kengerian, 9)
kekhawatiran, 10) kecemasan, 11) mati rasa, 12) rasa bersalah, dan 13)
malu.
2.1.10 Faktor Yang mempengaruhi Stress
Sedangkan menurut Nevid (2014,), kecemasan dipengaruhi beberapa
faktor, yaitu:
a) Faktor sosial lingkungan
Meliputi pemaparan terhadap peristiwa yang mengancam atau
traumatis, mengamati respon takut pada orang lain, dan kurangnya
dukungan sosial.
b) Faktor biologis
Meliputi predisposisi genetis, ireguaritas dalam fungsi neurotransmiter,
dan abnormalitas dalam jalur otak yang memberi sinyal bahaya atau yang
menghambat tingkah laku repetitif.
c) Faktor behavioral
Meliputi pemasangan stimuli aversif dan stimuli yang sebelumnya netral,
kelegaan dari kecemasan karena melakukan ritual kompulsif atau
menghindari stimuli fobik, dan kurangnya kesempatan untuk pemunahan
karena penghindaran terhadap objek atau situasi yang ditakuti.
d) Faktor kognitif dan emosional
Meliputi konflik psikologis yang tidak terselesaikan (Freudian atau teori
psikodinamika), faktor-faktor kognitif seperti prediksi berlebihan tentang
self defeating atau irasional, sensivitas ketakutan, keyakinan-keyakinan
yang berlebih terhadap ancaman, sensivitas kecemasan, salah atribusi dari
sinyal- sinyal tubuh, dan self efficacy yang rendah.

2.11 Alat Ukur Kecemasan


Tingkat kecemasan dapat diukur dengan pengukuran skor kecemasan
menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating
Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan
pada munculnya gejala pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut
skala HARS terdapat 14 gejala yang nampak pada individu yang mengalami
kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (nol
present) sampai dengan 4 (severe). Skala HARS pertama kali digunakan
pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah
menjadi standar dalam pengukuran kecemasan. Skala HARS telah dibuktikan
memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran
kecemasan yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran
kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang
valid dan reliabel.
Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) dalam penilaian
kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:
1. Perasaan ansietas: cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
2. Ketegangan: merasa tegang, lesu, tak bisa istirahat tenang, mudah
terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.
3. Ketakutan: pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang
besar, pada keramaian lalu lintas, pada kerumunan orang banyak.
4. Gangguan tidur: sukar masuk tidur, terbangun malam hari, tidak
nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi buruk.
5. Gangguan kecerdasan: sukar konsentrasi, daya ingat buruk.
6. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi,
sedih, bangun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
7. Gejala somatik: sakit dan nyeri di otot-otot, kaku, kedutan otot, gigi
gemerutuk, suara tidak stabil.
8. Gejala sensorik: penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa
lemah, perasaan ditusuk-tusuk.
9. Gejala kardiovaskuler: takikardi, berdebar, nyeri di dada, denyut nadi
mengeras, perasaan lesu/lemas seperti mau pingsan, detak jantung
menghilang (berhenti).
10. Gejala respiratori: rasa tertekan atau sempit di dada, perasaan tercekik,
sering menarik napas, napas pendek/sesak.
11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, perut melilit, nyeri sebelum dan
sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh/kembung, mual,
muntah, BAB lembek, kehilangan berat badan konstipasi.
12. Gejala urogenital: sering buang air kecil, tidak dapat menahan air seni,
amenorrhea, menorrhagia.
13. Gejala otonom: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, pusing
atau sakit kepala, bulu-bulu berdiri.
14. Tingkah laku pada wawancara: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kerut
kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan


kategori:
0 = jika tidak ditemukan gejala atau keluhan
1 = Gejala ringan (jika ditemukan minimal 1 dari gejala/keluhan yang ada).
2 = Gejala sedang (jika ditemukan 50% dari gejala/keluhan yang ada sesuai
dengan indikator).
3= Gejala berat (jika ditemukan lebih dari 50% dari keseluruhan
gejala/keluhan yang ada).
4= Gejala sangat berat (jika ditemukan seluruh/semua gejala yang ada).
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item
1-14 dengan hasil:
a) Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan.
b) Skor 14 – 20 = kecemasan ringan.
c) Skor 21 – 27 = kecemasan sedang.
d) Skor 28-41 = kecemasan berat.
e) Skor 42-56 = kecemasan sangat berat.

2.2 Pembelajaran Daring


2.2.1 Pengertian
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan
jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan
untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran. Penggunaan internet
dan teknologi multimedia mampu merombak cara penyampaian pengetahuan dan
dapat menjadi alternatif pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelas tradisional.
Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang mampu mempertemukan
mahasiswa dan dosen untuk melaksanakan interaksi pembelajaran dengan
bantuan internet (Kuntarto, E. (2017).
Pembelajaran daring merupakan pembelajran yang berlangsung di dalam
jaringan dimana pengajar dan yang diajar tidak bertatap muka secara
berlangsung, menurut isman (2016) pembelajran daring adalah pemanfaatan
jaringan internet dalam proses pembelajaran.

2.2.2 Manfaat Pembelajaran Daring


Perubahan yang tengah dialami oleh seluruh pihak yang terkait dalam
penyelenggaraan pendidikan pada saat ini adalah bagaimana menggunakan
teknologi secara total sebagai media utama dalam pembelajraan daring.
Keberadaan teknologi dalam pendidikan sangat bermanfaat untuk mencapai
efesiensi proses pelaksanaan pembelajaran dalam jaringan. Manfaat tersebut
seperti efesiensi waktu belajar, lebih mudah mengakses sumber belajar dan
materi pembelajaran.
Menurut meidawati, dkk (2019) manfaat pembelajaran daring dapat
membangun komunikasi dan diskusi yang sangat efisien antara dosen dan
mahasiswa, kedua mahasiswa saling berinteraksi dan berdiskusi antara
mahasiswa yang satu dengan yang lainnya tanpa melalui dosen, ketiga dapat
memudahkan interaksi antara mahasiswa, dengan orang tua, keempat sarana
yang teapat untuk ujian maupun kuis,kelima dosen dapat dengan mudah
memberikan materi kepada mahasiswa berupa gambar dan video selain itu
mahasiswa juga dapat mengunduh bahan ajaran tersebut, keenam dapat
memudahkan dosen membuat soal dimana saja dan kapan saja tanpa batas
waktu.
Pembelajran daring juga memberikan metode pembelajaran yang efektif,
seperti berlatih dengan adanya umpan balik terkait, menggabungkan kolaborasi
kegiatan dengan belajar mandiri, personalisasi pembelajaran berdasarkan
kebutuhan mahasiswa yang menggunakan simulasi dan permainan
(Ghirardini,2011).

2.2.3 Fenomena Pembelajaran Daring


1. Gambaran Umum Pembelajaran Daring
Pembelajaran dalam jaringan bukan hal yang baru dikenal dan diterapkan
di dalam pendidikan pada saat ini. Konsep pembelajaran ini sudah ada sejak
mulai bermunculan berbagai jargon berawalan e, seperti e-book, e-learning, e-
laboratory, e-ducation, e-library, e-payment, dan lain sebagainya. Namun pada
pelaksanaannya, tidak semua instansi menggunakan aplikasi tersebut dalam
proses pembelajaran. Bahkan jumlah institusi yang menggunakan atau
menerapkan aplikasi tersebut untuk pembelajaran daring jauh lebih sedikit.
Secara total pelaksanaan pembelajaran daring di Indonesia bahkan di
seluruh Negara di dunia dimulai pada tahun 2020. Kondisi ini dipicu oleh
permasalahan global berupa penularan wabah covid-19. Antara efektif dan
terpaksa menjadi hakikat dari konsep pembelajaran daring ini. Secara umum
banyak permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran daring ini.
Permasalahan berdasarkan ketersediaan infrastruktur ditempatkan sebagai
masalah utama di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di daerah 3T
(terdepan, terluar, tertinggal). Permasalahan yang dimaksud seperti permasalah
ketersedian listrik dan akses internet pada satuan pendidikan.
Berdasarkan data Dapodik Kemndikbud pada tahun 2020 terdapat 46.272
atau 18% satuan pendidikan dasar dan menegah tidak ada akses internet dan
8.281 satuan pendidikan atau 3% belum terpasang listrik. Di samping itu,
mengacu pada hasil survey yang dilakukan oleh komisi perlindungan anak
Indonesia (KPAI) pada tahun 2020 bahwa terdiri dari 40,2% satuan pendidikan
tidak memberikan bantuan fasilitas kepada dosen. Kondisi ini melibatkan
pelaksanaan pembelajaran dalam jaringan tidak berjalan sebagai mestinya.
Permasalah lain yang terjadi adalah permasalah teknis yang di hadapi
oleh kalangan pelajar, tenaga pengajar dan orang tua. Permasalah yang di hadapi
dosen adalah kemampuan menggunakan teknologi dalam pembelajaran daring.
Tidak semua dosen menguasi berbagai patfom sebagai media uatam pendukung
dalam jaringan ini

2.2.4 Prinsip Pembelajaran Daring


Prinsip pembelajaran daring adalah terselenggaranya pembelajaran yang
bermakna, yaitu proses pembelajran yang berorientasi pada interaksi dan
kegiatan pembelajaran. Pembelajaran bukan terpaku pada pemberian tugas-tugas
belajar kepada mahasiswa. Tenaga pengajar dan yang diajari harus tersambung
dalam proses pembelajran daring.
Menurut Munawar (2013) di dalam padjar, dkk (2019) perancangan
system pembelajaran daring harus mengacu pada 3 prinsip yang harus di penuhi
yaitu:
1. system pembelajaran harus sederhana sehingga mudah untuk di pelajari.
2. System pembelajaran harus di buat personal sehingga pemakaian system
tidak saling tergantung
3. System harus cepat dalam proses pencarian materi atau menjawab soal dari
hasil perancangan system yang di kembangkan.

2.2.5 Kebijakan Pembelajaran Daring


1. Dasar Hukum Pembelajaran Daring
Dasar hukum SKB 4 Menteri tentang Perubahan atas Panduan
Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun
Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19),
adalah :
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 128, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6236);
7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 191, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6404);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan
Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3447);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4769);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4828 Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Pembatasan Sosial Berskala
Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019
(COVID-I9) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 91,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6487);
13. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 tentang Komite Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 178);
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 33 Tahun 2019
tentang Penyelenggaraan Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor1258);
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 326);
1. Ketentuan Pembelajaran Daring
Ketentuan pembelajaran daring terlah diatur oleh peraturan menteri
pendidikan dan kebudayaan repsiublik Indonesia melalui surat Ede]aran nomor 4
tahun tentang batasan- batasannya sebagai berikut;
a. Mahasiswa tidak dibebani tuntunan menuntasakan seluruh capaian
kurikulum untuk kenaikan kelas;
b. Pembelajaran dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajr
yang bermakna bagi mahasiswa;
c. Difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai
covid-19;
d. Tugas dan aktivitas disesuaikan dengan minat dan kondisi
mahasiswa, serta mempertimbangkan kesenjangan akses dan fasilitas
belajar dirumah;
e. Bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik
yang bersifat kualitatif dari dossen, tanpa harus berupa skor/ nilai
kuantitatif;
2.2.6 Media Pembelajaran Daring
Dalam pembelajaran daring tdosen tidak dibatasi oleh aturan dalam
memilih dan media pembelajaran online yang digunakan. Namun dosen harus
mengacu pada prinsip pembelajaran daring seperti yang telah di jelasi di atas.
Artinya adalah media yang digunakan oleh dosen dapat digunakan sehingga
komunikasi dalam pembelajaran dapat dilakukan degan baik.
Beberapa patf atau media onlien yang dapat digunakan dalam pembelajaran
onlien seperti e-earening, edmodo, google, google meet, v-class, google class,
webinar, zoom, skype, webx, facbook live, youtube live, schoollogi, whatssap,
gmail, dan messenger.
2.2.7 Faktor- faktor Kecemasan Pembelajaran dalam masa pandemi covid19
Faktor utama penyebab kecemasan mahasiswa terhadap pembelajaran
daring selama pandemi Covid-19. Ansietas dapat berupa perasaan khawatir,
perasaan tidak enak, tidak pasti atau merasa sangat takut sebagai akibat dari
suatu ancaman atau perasaan yang mengancam dimana sumber nyata dari
kecemasan tersebut tidak diketahui dengan pasti (Nasir, Abdul., Abdul
Muhith, 2011). Kecemasan mempengaruhi hasil belajar mahasiswa, karena
kecemasan cenderung menghasilkan kebingungan dan distorsi persepsi.
Distorsi tersebut dapat mengganggu belajar dengan menurunkan kemampuan
memusatkan perhatian, menurunkan daya ingat, mengganggu kemampuan
menghubungkan satu hal dengan yang lain (Kaplan dan Saddock, 2005).
Kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi secara terus-menurus dapat
menyebabkan stres yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Tanggung jawab
dan tuntutan kehidupan akademik pada mahasiswa dapat menjadi bagian
kecemasan yang dialami oleh mahasiswa. Kecemasan akademik merupakan
tekanan mental dan emosional, atau tension, yang terjadi akibat tuntutan
kehidupan kampus (Simbolon, 2015).
Faktor utama kecemasan akademik meliputi : situasi yang monoton,
kebisingan, tugas yang terlalu banyak, harapan yang mengada-ngada,
ketidakjelasan, kurang adanya kontrol, keadaan bahaya dan kritis, tidak
dihargai, diacuhkan, kehilangan kesempatan, aturan yang membingungkan,
tuntutan yang saling bertentangan, dan deadline tugas perkuliahan
(Davidson, 2001 dalam Purwati, S. 2012).
Tekanan akademis mahasiswa, , kendala keuangan dan kurang tidur
adalah faktor-faktor yang telah berkontribusi pada masalah psikologis yang
terkait dengan kecemasan (Al Saadi T, et. Al. 2019).

2.3 Corona Virus Deases 2019 (Covid-19)


2.3.1 Pengertian
Covid-19 merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh virus corona.
Nama ini diberikan oleh WHO (World Health Organzation) sebagi nama resmi
penyakit ini. Covid sendiri merupakan singkatan dari Corona Virus Disease-
2019. Covid-19 yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang
menyerang saluran pernafasan sehingga menyebabkan demam tinggi, batuk, flu,
sesak nafas serta nyeri tenggorokan. Menurut situs WHO, virus corona adalah
keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau
manusia. Pada manusia corona diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai
dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrme (SARS). Virus ini
mampu mengakibatkan orang kehilangan nyawa sehingga WHO telah
menjadikan status virus corona ini menjadi pandemi dan meminta Presiden Joko
Widodo menetapkan status darurat nasional corona.

2.3.2 Proses Penularan Covid-19


Menularnya Covid-19 membuat dunia menjadi resah, termasuk di
Indonesia. Covid-19 merupakan jenis virus yang baru sehingga banyak pihak
yang tidak tahu dan tidak mengerti cara penanggulangan virus tersebut.
Pemerintah dituntut untuk sesegera mungkin menangani ancaman nyata Covid-
19. Jawaban sementara terkait dengan persoalan tersebut ternyata telah ada
dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
Dimana dalam undang-undang tersebut telah memuat banyak hal terkait dengan
kekarantinaan kesehatan, pihak yang berwenang menetapkan kedaruratan
kesehatan masyarakat, dan lain sebagainya.
Dalam undang-undang tersebut juga menentukan apa saja peraturan
pelaksanaan sebagai tindak lanjut ketentuan dalam kekarantinaan kesehatan.
Namun peraturan pelaksanaan sebagai ketentuan lanjutan dari UU Kekarantinaan
Kesehatan belum ada padahal peraturan pelaksanaan tersebut sangat perlu untuk
segera dibentuk.
Menurut WHO, Covid-19 menular dari orang ke orang. Caranya dari
orang yang terinfeksi virus corona ke orang yang sehat. Penyakit menyebar
melalui tetesan kecil yang keluar dari hidung atau mulut ketika mereka yang
terinfeksi virus bersin atau batuk. Tetesan itu kemudian mendarat di benda atau
permukaan yang disentuh dan orang sehat. Lalu orang sehat ini menyentuh mata,
hidung atau mulut mereka. Virus corona juga bisa menyebar ketika tetesan kecil
itu dihirup oleh orang sehat ketika berdekatan dengan yang terinfeksi corona.

2.3.3 Tanda Dan Gejala


Masing-masing orang memiliki respons yang berbeda terhadap COVID-
19. Sebagian besar orang yang terpapar virus ini akan mengalami gejala
ringan hingga sedang, dan akan pulih tanpa perlu dirawat di rumah sakit.
1. Gejala yang paling umum:
a) demam
b) batuk kering
c) kelelahan
2. Gejala yang sedikit tidak umum:
a) rasa tidak nyaman dan nyeri
b) nyeri tenggorokan
c) diare
d) konjungtivitis (mata merah)
e) sakit kepala
f) hilangnya indera perasa atau penciuman
g) ruam pada kulit, atau perubahan warna pada jari tangan atau jari kaki
3. Gejala serius:
a) kesulitan bernapas atau sesak napas
b) nyeri dada atau rasa tertekan pada dada
c) hilangnya kemampuan berbicara atau bergerak
Segera cari bantuan medis jika Anda mengalami gejala serius. Selalu
hubungi dokter atau fasilitas kesehatan yang ingin Anda tuju sebelum
mengunjunginya.
Orang dengan gejala ringan yang dinyatakan sehat harus melakukan
perawatan mandiri di rumah.
Rata-rata gejala akan muncul 5–6 hari setelah seseorang pertama kali
terinfeksi virus ini, tetapi bisa juga 14 hari setelah terinfeksi.

2.3.4 Dampak Covid-19


Penyebaran virus corona ini pada awalnya sangat berdampak bagi dunia
ekonomi yang mulai lesu, dan akhirnya kini berdampak juga dirasakan oleh
dunia pendidikan. Kebijakan yang sudah diambil oleh banyak negara dan
termasuk Indonesia juga dengan meliburkan seluruh aktivitas pendidikan, dan
membuat pemerintah dan lembaga terkait harus menghadirkan alternatif untuk
proses pendidikan bagi peserta didik maupun mahasiswa yang sekarang tidak
bisa melaksanakan proses pembelajaran atau proses pendidikan pada suatu
lembaga pendidikan (Dewi, 2020).
Adanya virus COVID-19 pada tahun 2020 memberikan dampak yang luar
biasa hampir pada semua bidang, salah satunya pada bidang pendidikan. Dengan
adanya virus COVID-19 ini membuat proses pembelajaran menjadi berubah dari
yang tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh, tetapi dalam keadaan seperti
ini guru masih tetap harus melaksanakan kewajibannya sebagai pengajar, dimana
guru harus memastikan siswa dapat memperoleh informasi/ilmu pengetahuan
untuk diberikan kepada siswa (Aulia, 2020).
2.3.5 Cara Menanggulangi dan Mencegah Covid-19 Yang Benar
Seiring mewabahnya virus Corona atau Covid-19 ke berbagai negara,
Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan protokol kesehatan. Protokol
tersebut akan dilaksanakan di seluruh Indonesia oleh pemerintah dengan dipandu
secara terpusat oleh Kementerian Kesehatan.
Adapun salah satu protokolnya yaitu jika merasa tidak sehat dengan
kriteria demam lebih dari 38o C, batuk, flu, nyeri tenggorokan maka
beristirahatlah yang cukup di rumah dan minumlah air yang cukup. Gunakan
masker, apabila tidak memiliki masker, hendaknya mengikuti etika ketika batuk
dan bersin yang benar dengan cara menutup hidung dan mulut dengan tisu,
lengan atas bagian dalam. Bila merasa tidak nyaman dan masih berkelanjutan
dan disertai sesak nafas maka segerakan diri untuk memeriksakan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan. Dan usahakan untuk tidak menaiki kendaraan
massal.
Sebagaimana protokol diatas maka dapat diambil kesimpulan mengenai
penanggulangan dan pencegahan Covid-19 secara umum yang benar adalah
sebagai berikut:
a.Rajin mencuci tangan
b. Kurangi berinteraksi dengan orang lain
c.Gaya hidup sehat (makan, tidur, olahraga) untuk imunitas tubuh
d. Jaga jarak aman (1 meter) dengan orang yang batuk/bersin
e.Hindari kerumunan
f. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut
g. Hindari bepergian ke daerah terjangkit atau bila sedang sakit
h. Etika batuk dan bersin, hindari meludah di tempat umum
i. Olah daging mentah dengan hati-hati
j. Hindari memakan daging hewan yang sakit/ mati karena sakit
k. Bila ada gejala, segera berobat dan gunakan masker bila sedang sakit
l. Serta selalu berdoa kepada Tuhan yang Maha Melindungi
2.3.6 Bentuk Partisipasi Dalam Memerangi Covid-19
Di tengah gencarnya kebijakan Merdeka Belajar era Menteri Nadiem
Makarim, negara digegerkan dengan wabah virus corona (Covid-19). Kebijakan
yang diberlakukan saat ini adalah belajar di rumah. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Bapak Presiden Jokowi di istana bogor pada tanggal 15 Maret 2020 yaitu
"Dengan kondisi ini saatnya kita kerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di
rumah." Hal ini sudah berjalan sejak satu bulan lebih. Dimana sekolah
diliburkan, tetapi proses belajar mengajar tetap berjalan melalui kegiatan di
rumah. Guru mengajar dari rumahnya masing-masing, para siswa belajar di
rumahnya masing-masing. Pembelajaran di rumah bisa menggunakan model
pembelajaran mandiri, pembelajaran online, pembelajaran berbantu ICT, atau
bentuk lain.
Salah satu dari bentuk partisipasi dalam memerangi Covid-19 yaitu
mendukung kebijakan pemerintah akan hal tersebut dengan tetap belajar di
rumah, kerja dari rumah dan ibadah di rumah. Hal ini bertujuan mengurangi dan
mengantisipasi penyebaran virus corona. Adapun pembelajaran online atau
pembelajaran daring merupakan sistem yang menggantikan pembelajaran sistem
tatap muka dengan via online dengan mengakses internet baik melalui Hp
ataupun laptop. Tujuannya agar proses pembelajaran tetap berjalan walau dalam
keadaan seperti ini. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kita termasuk
orang yang ikut berpartisipasi dalam memerangi Covid-19 ini.
Namun terdapat cara yang dapat dilakukan agar pembelajaran online
tetap berjalan efektif. Diantaranya:
1. Tetap mengoptimalkan manajemen waktu agar waktu belajar tetap
teratur
2. Mempersiapkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan saat
pembelajaran online berlangsung seperti Hp ataupun laptop
3. Belajar dengan serius dan fokus
4. Tetap menjaga komunikasi dengan pengajar dan teman-teman kelas
Dengan demikian, pembelajaran online yang dilakukan akan mampu
memberikan nilai positif terhadap proses pembelajaran. Karena hal ini juga
mampu memberikan pengalaman baru serta pembelajaran yang menggambarkan
bahwa teknologi juga dapat bermanfaat baik bagi penggunanya.
2.4 Kerangka Teori

Pembelajaran daring di Kecemasan


masa covid19 mahasiswa Tingkat kecemasan

- Kecemasan ringan
- Kecemasan sedang
Faktor-faktor: - Kecemasan berat
1. sosial lingkungan
( dukungan orang tua)
2. biologis
3. behavior
4. kognitif dan emosional
(self elefaccy)

Gambar 2.1 kerangka teori


Sumber: Kartini (2016)

2.5 Kerangka Konsep


Berdasarkan kerangka teori diatas maka variabel yang diteliti dalam penelitian
ini adalah hubungan kadar tingkat kecemasan (variabel independen) dan faktor-
faktor kecemasan (variabel dependen).
Variabel Independen Variabel Dependen

faktor-faktor: Tingkat kecemasan


1. sosial lingkungan
( dukungan orang tua) - Ringan
2. self elefacy - Sedang
3. biologis - Berat
4. behavior

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


BAB III

METODETOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian


metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti
kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional,
empiris, dan sistematis (Sugiyono, 2018:2). Penelitian ini menggunakan
rancangan analisis kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan Prodi Keperawatan Universitas Jambi
Penelitian akan dilakukan pada bulan Mei 2021 sampai dengan Juni 2021.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 245
mahasiswa Keperawatan Universitas Jambi
3.3.2. Sampel
Penentuan besar sampel dapat dilakukan dengan cara perhitungan
statistik yaitu dengan menggunakan Rumus Lamesshow:

Z(1-a/2)2 P (1-N) N
n=
d2 (N-1) + Z(1-a/2)2 P (P-1)

(1,96)2 x 0,5 (1-0,5) 245


n =
0,102 (245-1) + 1,962 x 0,5 (1-0,5)
3.84 x 0.5 (0.5) 245
n =
0.01(244) + 3.84 x 0.5(0.5)
n = 69,11
Keterangan :
n : Besar Sampel
Z1-a/2 : Nilai Z pada derajat kemaknaan (95%=1,96)
P : Proporsi suatu kasus tertentu populasi (proporsi tidak
diketahui ditetapkan 50% = 0,5)
N : Populasi (245)
d : Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan
10% (0,10)

Dari besaran rumusan sampel di atas, maka jumlah sampel pada


penelitian ini adalah sebanyak 69,11 orang dibulatkan menjadi 70.
Untuk mencegah adanya drop out penelitian menambahkan 10% dari
jumlah minimal sampel, jadi sampel yang diambil sebanyak 77
responden. Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak
77 orang.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling
yaitu mengambil sampel yang memenuhi keriteria inklusi hingga
jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi (Dahlan, 2015). Kriteria
inklusi sebagai berikut:

1. mahasiswa aktif di prodi keperawatan


2. bisa berkomunikasi dengan baik
Kriteria ekslusi:
1. mahasiswa yang tidak pernah melakukan daring
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
a. Data primer Data primer didapatkan langsung dari masyarakat.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan
memberikan kuesioner atau membacakan kuesioner satu
persatu kepada masyarakat.
b. Data sekunder Data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi dalam Profil Kesehatan Provinsi Jambi. Data
sekunder didapat juga dari data Dinas Kesehatan Kota Jambi,
buku, publikasi, dan dokumentasi resmi.
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data dari kepa desa setempat dan ke
masyarakat. peneliti mengambil sampel secara acak sesui dengan
keriteria inklusi dan eklusi. Sebelum responden mengisi kuesioner,
peneliti memberikan penjelasan tentang manfaat penelitian dan
penjelasan tentang kuesioner. Selanjutnya responden diminta untuk
mengisi lembar informed consent yaitu lembar pernyataan bahwa
responden bersedia menjadi responden dalam penelitian. Jika
responden telah selesai mengisi informed consent, maka peneliti
melakukan wawancara dengan responden untuk pengisian kuesioner
dan mengecek kelengkapan kuesioner.
3.5. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Hasil Ukur


Ukur
1 Faktor Bentuk Kuesioner Wawancara Ordinal 1.Kurang baik
lingkungan partisipasi jika jumlah skor
(Dukungan orang tua < nilai
orang tua) untuk mean/median
anaknya 2. Baik jika
jumlah skor
≥nilai
mean/median
2 Behavior Tingkah laku Kuesioner Wawancara Ordinal 1.Kurang baik
sehari hari jika jumlah skor
< nilai
mean/median
2. Baik jika
jumlah skor
≥nilai
mean/median
3 Biologis sesuatu yang Kuesioner Wawancara Ordinal 1.Baik jika >
terhubung
mean atau
dengan
proses alami median
dari makhluk
2. Buruk jika <
hidup seperti
kelahiran, mean atau
genetik dsb.
median
4 Self elefaccy merupakan Kuesioner Wawancara Ordinal 1.Baik jika >
hasil dari mean atau
proses median
kognitif yang 2. Buruk jika <
menekankan mean atau
pada median
komponen
yang dimiliki
seseorang
untuk
menghadapi
situasi di
masa
mendatang
3.6. Instrumen Penelitian
Insturmen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
(angket),untuk mengetahui faktor lingkungan (dukungan orang tua), dan self
elefacy mahasiswa. Kuesioner merupakan modifikasi dari peneliti
sebelumnya yang terdiri dari 10 pertanyaan dukungan orang tua dan 10
pertanyaan self elefaccy. kuesioner menggunakan skala gutman terdiri dari
jawaban benar-salah dan ya-tidak. Sebelum dilakukan penelitian, peneliti
akan melakukan uji validitas uji reabilitas kuesioner.

3.7. Pengelolahan dan Analisa Data


3.7.1. Pengelolahan Data
Setelah selesai proses pengumpulan data, kemudian peneliti
melakukan tahapan dalam pengelolahan data sebagai berikut:
1. Editing
Melakukan pemeriksaan kelengkapan data dan memastikan
kelengkapan jawaban dan tulisan. Peneliti melakukan
pemeriksaan terhadap semua item yang telah diisi.
2. Coding
Setelah memeriksa kelengkapan data selanjutnya peneliti
melakukan coding yaitu memberikan kode dengan mengubah
data yang berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka untuk
memudahkan dalam analisis data.
3. Tabulating
Peneliti melakukan tabulasi untuk mengelompokkan data
berdasarkankan kategori yang telah ditentukan oleh peneliti.
4. Entry Data
Memasukan data dari hasil pemeriksaan yang sudah lengkap dan
telah diberikan kode ke dalam program komputer.
5. Cleaning
Setelah data dimasukkan dalam program komputer, selanjutnya
peneliti melakukan cleaning yaitu memeriksa kembali data yang
sudah di-entry untuk mengetahui kemungkinan adanya data
yang masih salah atau tidak lengkap sebelum dilakukan analisis.

3.7.2. Analisa Data


1. Analisis Univariat
Analisis univariat untuk mendeskripsikan karakteristik masing-
masing variabel yang diteliti meliputi karakteristik respoden,
variabel bebas, dan variabel terikat dalam penelitian.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. uji yang digunakan yaitu
chi-square.

3.8. Etika Penelitian


a. Beneficience
Prinsip beneficience menekankan peneliti untuk melakukan penelitian yang
memberikan manfaat bagi responden. Prinsip ini memberikan keuntungan
dengan cara mencegah dan menjauhkan bahaya antara keuntungan dan
risiko.
b. Non maleficence
Peneliti memperhatikan kemungkinan timbulnya ketidaknyamanan dan
bahaya yang dirasakan responden selama melakukan penelitian. Maka
peneliti memberikan penjelasan kepada responden serta melakukan penelitian
sesuai dengan prosedur.
c. Respect for Autonomy
Dalam penelitian ini peneliti memberikan kebebasan kepada responden untuk
menentukan apakah bersedia menjadi responden atau tidak dalam penelitian
ini setelah diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian.
Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa menjamin kerahasiaan
responden dengan tidak menuliskan atau mencantumkan identitas responden
pada lembar pengumpulan data atau kuesioner.
d. Veracity
Prinsip veracity atau kejujuran untuk menyampaikan informasi yang bener.
Penelitian memberikan informasi mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur
penelitian.
e. Justice
Prinsi keadilan menuntut peneliti tidak melakukan diskriminasi saat
memilih responden penelitian. Pada penelitian ini sampel yang sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti memiliki peluang yang
sama untuk menjadi responden.

3.10 . Prosedur Penelitian

Tahap Persiapan

Study kepustakaan, survey tempat


penelitian serta usulan revisi proposal

Tahap Pelaksanaan

Responden yang memenuhi keriteria inkluksi menandatangani surat persetujuan


menjadi responden pengumpulan data (membagikan kuisioner untuk dijawab
oleh responden)

Tahap Pengolahan Data

Analisis univariat dan analisis bivariat (chi-square)

Tahap Penyelesaian Akhir

Penyusunan laporan penelitian

Presentasi hasil penelitian

Revisi hasil penelitian


SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
KepadaYth:
Ibu/bapak calon responden
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Keperawatan Universitas Negeri Jambi :
Nama : Dittya Rahma Rizki
Npm : G1B117025
Judul :Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Mahasiswa
Keperawatan Dalam Menjalankan Pembelajaran Dari Di Massa
Covid-19

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang akan merugikan bagi
saudara/i Sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan
dijaga dan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Jika saudara/i menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan untuk
menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
saya ajukan.
Atas perhatian saudara/i sebagai responden saya ucapkan terimakasih.

Jambi, Maret 2021

(Dittya Rahma Rizki)


Persetujuan Menjadi Responden
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan kesediaan untuk
berpartisipasi sebagai responden penelitian ini, setelah menerima penjelasan
tentang maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program
Studi Keperawatan Universitas Islam Negeri Jambi.
Tanda tangan saya menunjukan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini.

Jambi, Maret 2020

KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN
MAHASISWA KEPERAWATAN DALAM MENJALANKAN
PEMBELAJARAN DARI DI MASSA COVID-19

Bagian I
Kami mengharapkan kesediaan Saudara/i untuk memberikan keterangan pribadi.
Isilah salah satu jawaban dengan cara memberikan tanda ceklist (√ ) pada kotak yang
telah disediakan dan jawaban pertanyaan pada tempat yang telah disediakan.
Identitas Responden
1. Inisial :
2. Semester :
2. Jenis kelamin : Pria
Wanita
4. Usia :
KUESIONER
Kecemasan

Bagian I
Petunjuk Pengisian Kuesioner :

1. Berilah tanda ceklist (√ ) pada salah satu jawaban yang saudara pilih
2. Isilah seluruh butir pertanyaan

Jawab
No Pertanyaan YA TIDAK
1 Apakah saudara/i merasa cemas selama
proses belajar daring?
2 Apakah saudara/i merasa cemas jika tidak
memahami apa yang dijelaskan dosen?
3 Apakah kecemasan membuat saudara/i
menjadi tertekan?
4 Apakah saudara/i dapat mengatasi
kecemasan dengan sendiri?
5 Apakah emosi saudara/i stabil jika
mengalami kecemasan?
6 Apakah saudara/i merasa cemas jika tiba-
tiba dosen menanyakan jawaban dari
pertanyaan dosen tersebut?
7 Apakah saudara/i merasa panik/cemas
jika tidak bisa masuk zoom meating?
8 Apakah saudara/i merasa cemas jika telat
masuk kelas?
9 Apakah saudara/i merasa cemas saat
menunggu hasil ujian?
10 Apakah rasa cemas saudara/i cepat
menghilang?
KUESIONER
Dukungan Orang Tua

Bagian II
Petunjuk Pengisian Kuesioner :

1. Berilah tanda ceklist (√ ) pada salah satu jawaban yang saudara pilih
2. Isilah seluruh butir pertanyaan

Jawab
No Pertanyaan YA TIDAK
1 Apakah selama belajar daring ornag tua
mendampingi mahasiswa?
2 Apakah dosen berkomunikasi dengan
orang tua untuk memantau proses belajar
anak dari rumah?
3 Apakah orang tua mendukung proses
belajar dari rumah seperti saat ini?
4 Apakah orang tua mengetahui
perkembangan anak saat belajar dari
rumah?
5 Apakah orang tua perlu menambah
wawasan pengetahuan terkait mendidik
yang efektif dirumah?
6 Apakah orang tua Menciptakan rumah
sebagai tempat belajar yang nyaman?
7 Apakah orang tua Memberikan semangat
serta dukungan kepada anak?
8 Apakah orang tua memberikan pengaruh
yang baik kepada anak?
9 Apakah Orang tua perlu menambah
wawasan pengetahuan terkait materi
pelajaran anak?
10 Apakah orang tua Memenuhi fasilitas
belajar yang dibutuhkan oleh anak?
KUESIONER
Self Effifacy

Bagian III
Petunjuk Pengisian Kuesioner :

1. Berilah tanda ceklist (√ ) pada salah satu jawaban yang saudara pilih
2. Isilah seluruh butir pertanyaan

Jawab
No Pertanyaan YA TIDAK
1 Apakah saudara/i mampu mengikuti
semua mata pelajaran?
2 Apakah saudara/i mampu hadir tepat
waktu saat memasuki zoom meating?
3 Apakah saudara/i mampu mengatasi
kesulitan dalam mengerjakan tugas-tigas
kuliah?
4 Apakah saudara/i mampu berkonsetrasi
selama belajar daring?
5 Apakah saudara/i mampu
mempertahankan usaha dalam
menyelesaikan tugas kuliah tepat waktu?
6 Apakah saudara/i mampu untuk tetap
berusaha mencapai target nilai?
7 Apakah saudara/i mampu untuk
menyelesaikan tugas tepat waktu?
8 Apakah saudara/i mampu berusaha
mencari referensi sendiri jika ada tugas?
9 Apakah saudara/i mampu menyelesaikan
tugas jika sedang lelah?
10 Apakah saudara/i mampu mengulang
pelajaran lagi setelah daring?
KUESIONER
Biologis

Bagian IV
Petunjuk Pengisian Kuesioner :

1. Berilah tanda ceklist (√ ) pada salah satu jawaban yang saudara pilih
2. Isilah seluruh butir pertanyaan

Jawab
No Pertanyaan YA TIDAK
1 Apakah saudara/i merasa tegang yang
berlebihan ketika ingat tentang belajar
daring?
2 Apakah saudara/i tidak cemas dengan
belajar daring yang penuh dengan
tantangan?
3 Apakah saudara/i selalu semangat saat
mencari materi pembelajaran?
4 Apakah saudara/i merasa khawatir ketika
akan menghadapi pembelajaran daring?
5 Apakah saudara/i cemas menghadapi
persaingan belajar?
6 Apakah saudara/i lemas ketika
memikirkan persaingan belajar yang
semakin berat?
7 Apakah saudara/i yakin akan
mendapatkan nilai yang baik?
8 Apakah saudara/i selalu sharing dengan
teman yang tentang pembelajaran?
9 Apakah saudara/i susah untuk konsentrasi
kalau mengingat pelajaran?
10 Apakah saudara/i tiba-tiba merasa panik
jika mendekati ujian?
KUESIONER
Behavior

Bagian V
Petunjuk Pengisian Kuesioner :

1. Berilah tanda ceklist (√ ) pada salah satu jawaban yang saudara pilih
2. Isilah seluruh butir pertanyaan

Jawab
No Pertanyaan YA TIDAK
1 Apakah saudara/i pernah tidak
memperhatikan dosen saat menjekaskan
materi?
2 Apakah saudara/i fokus memperhatiakan
dosen yang memberikan penjelasan?
3 Apakah saudara/i mengumpulkan tugas
tepat waktu?
4 Apakah saudara/i selalu mengerjakan
tugas-tugas dari dosen?
5 Apakah saudara/i berani bertanya jika
tidak memahami materi yang dijelaskan?
6 Apakah nilai saudara/i akan turun jika
tidak memperhatikan dosen menjelaskan?
7 Apakah saudara/i belajar yang giat agar
cita-cita saudara/i bisa tercapai?
8 Apakah saudara/i membaca buku apa saja
untuk menambah pengetahuan?
9 Apakah saudara/i sebelum belajar selalu
berdoa terlebihdulu agar belajarnya
menjadi lancar?
10 Apakah saudara/i selalu menyiapkan
perlengkapan alat tulis dan buku
pelajaran, sebelum melakukan zoom
meeting?

Anda mungkin juga menyukai