Anda di halaman 1dari 15

Hubungan antara Gratitude dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Psikologi Unesa di Masa Pandemi

Covid-19

HUBUNGAN ANTARA GRATITUDE DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA


MAHASISWA PSIKOLOGI UNESA DI MASA PANDEMI COVID-19

Thresia Putrianna Lumban Gaol


Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, thresia.18125@mhs.unesa.ac.id

Ira Darmawanti
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, iradarmawanti@unesa.ac.id

Abstrak
Pandemi adalah situasi terjadinya suatu wabah penyakit yang menular dan menyebar secara meluas di
seluruh negara. Kondisi ini mengarahkan mahasiswa pada situasi yang menjadi tantangan bagi dirinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Gratitude dengan Subjective Well-Being
pada mahasiswa Psikologi UNESA di masa pandemi Covid-19. Penelitian dilakukan dengan metode
kuantitatif korelasional dengan subjek penelitian berjumlah 188 mahasiswa sebagai partisipan dan 30
mahasiswa sebagai sampel tryout. Teknik analisis data menggunakan korelasi Pearson Product
Moment. Berdasarkan hasil analisis korelasi menunjukan bahwa terdapat nilai signifikansi pada
Gratitude dengan Subjective well-being sebesar 0.000 (Sig. < 0.05) yaitu kurang dari 0.05 dengan nilai
koefisien korelasi sebesar 0.638 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara Gratitude dengan Subjective Well-Being pada mahasiswa Psikologi UNESA di masa pandemi
Covid-19. Hasil menunjukan terdapat hubungan yang kuat dan memiliki arah hubungan yang positif
sehingga apabila Gratitude (X) meningkat maka Subjective Well-Being (Y) juga meningkat, begitupun
sebaliknya. Penelitian ini menunjukkan besaran kontribusi variabel Gratitude terhadap Subjective Well-
Being adalah sebesar 40.7% sedangkan 59.3% sisanya disumbangkan oleh faktor lain.
Kata Kunci : Bersyukur, Kesejahteraan Subjektif, Mahasiswa, Pandemi Covid-19

Abstract
A pandemic is a situation where there is an outbreak of a disease that is contagious and spreads widely
throughout the country. This condition leads students to situations that are challenging for them. This
study aims to determine the relationship between gratitude and subjective well-being in (State
University of Surabaya Psychology students during the Covid-19 pandemic. The research was
conducted using Correlational Quantitative methods with the research subjects totaling 188 students as
participants and 30 students as the tryout sample. The data analysis technique used Pearson Product
Moment correlation. Based on the results of the correlation analysis, it shows that there is a
significance value in Gratitude with Subjective well-being of 0.000 (Sig. <0.05), which is less than 0.05
with a correlation coefficient value of 0.638 so it can be concluded that there is a significant
relationship between Gratitude with Subjective Well-Being to Universitas Negeri Surabaya Psychology
students during the Covid-19 Pandemic. The results show that there is a strong relationship and has a
positive direction, so that when Gratitude (X) increases, Subjective Well-Being (Y) also increases, and
vice versa. This study shows that the contribution of the Gratitude variable to Subjective Well-Being is
40.7%, while the remaining 59.3% is contributed by other factors.
Keywords : Gratitude, Subjective Well-Being, Students, Covid-19 Pandemic

& Saputra, 2020). Pandemi adalah situasi terjadinya


PENDAHULUAN suatu wabah penyakit yang menular dan menyebar
Virus SARS-CoV-2 atau yang dikenal dengan secara meluas di seluruh negara. Fenomena ini
Covid-19 pertama kali ditemukan pada Desember 2019 menggemparkan masyarakat di dunia dengan tidak
di Wuhan, Tiongkok. Virus ini melakukan penyebaran terkontrol dan mengalami peningkatan hingga tahun
terhadap beberapa negara terhitung sejak awal tahun 2021 sehingga mengakibatkan jutaan orang
2020. Negara Indonesia mendeteksi munculnya virus dikonfirmasi positif terinfeksi virus Covid-19.
ini pada tanggal 11 Maret 2020 bersamaan dengan Berdasarkan situasi tersebut, pemerintah
pernyataan WHO bahwa virus ini telah ditetapkan bersama dengan tenaga medis telah melakukan
sebagai pandemi secara global pada Maret 2020 (Fitria berbagai upaya, meliputi terbentuknya gugus tugas

180
Volume 9 Nomor 1 (2022). Character: Jurnal Penelitian Psikologi.

Covid-19, penanganan dan fasilitas medis, penerapan untuk mengikuti perkuliahan yang berlangsung
protokol kesehatan serta sosialisasi kesehatan. Salah meskipun dengan keterbatasan yang dialaminya.
satunya adalah dengan ditetapkannya pemberlakuan Terjadinya pandemi Covid-19 juga mengubah perilaku
pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) secara sosial sebagai dampak dari penyesuaian diri
(Darmalaksana & Garnasih, 2021). PPKM (Agung, 2020). Diberlakukannya pembelajaran daring
diberlakukan terutama di wilayah Jawa-Bali dengan akan mengurangi keterlibatan interaksi langsung yang
tujuan dapat mengatasi peningkatan kasus Covid-19 terjalin antara mahasiswa dengan lingkungannya. Hal
yang melonjak dipertengahan tahun 2021. ini tentunya berdampak pada perubahan kebiasaan
Pandemi Covid-19 yang berlangsung hingga mahasiswa, terutama bagi mahasiswa tingkat pertama
saat ini menyebabkan timbulnya permasalahan yang dan kedua yang sebelumnya tidak pernah mengikuti
merugikan bagi individu secara fisik maupun pembelajaran tatap muka.
psikologis. Dampak psikologis yang terjadi pada Berbagai kendala dan keterbatasan terjadi dalam
individu sebagai akibat dari virus Covid-19 akan sangat proses pembelajaran daring, seperti keterbatasan
memberikan pengaruh yang besar pada kesejahteraan jaringan internet, perangkat komputer atau aplikasi
hidupnya (Sumakul & Ruata, 2020). Permasalahan pintar yang tidak memadai, atau kesulitan memahami
yang timbul tidak hanya mencakup aspek kesehatan materi pembelajaran karena tidak terjalinnya interaksi
dan perekonomian, namun juga menimbulkan dampak secara langsung. Selain itu, perguruan tinggi juga
perubahan pada aspek pendidikan, termasuk sistem menentukan durasi yang sama antara pembelajaran
pembelajaran ditingkat perguruan tinggi. daring dan tatap muka, yaitu sekitar 100 menit untuk
Pendidikan merupakan suatu proses perubahan masing-masing mata kuliah. Mahasiswa sebagai
perilaku dan sikap individu maupun kelompok dengan partisipasi dalam pembelajaran daring akan
tujuan mendewasakan diri melalui proses pelatihan dan menggunakan perangkat komputer atau ponsel pintar
pengajaran yang terlaksana sesuai sistematika selama durasi perkuliahan berlangsung. Perangkat
pendidikan tersebut (Khofifah & Minsih, 2016). Salah tersebut menghasilkan pancaran sinar yang akan
satu komponen dalam pendidikan adalah pembelajaran. berdampak kelelahan bagi mahasiswa, baik secara fisik
Belajar adalah serangkaian aktivitas, baik secara fisik ataupun psikologis (Wahyuningtyas et al., 2019).
atau badaniah yang membentuk perubahan atau Permasalahan yang dialami oleh mahasiswa
pertumbuhan dalam diri individu yang dapat ditinjau pada perubahan model belajar yang dilakukan secara
melalui cara berperilaku yang baru sebagai bentuk daring mengakibatkan timbulnya rasa mudah bosan
latihan dan pengalaman dari adanya interaksi individu selama pembelajaran berlangsung karena kegiatan yang
dengan orang lain maupun lingkungannya (Agustin, monoton dan tidak terjadinya interaksi dengan tenaga
2011). Mahasiswa sebagai pelajar semestinya pendidik atau teman secara langsung (Pawicara &
mengikuti serangkaian aktivitas pembelajaran. Conilie, 2020). Selain itu, durasi waktu yang cukup
Pembelajaran yang berlangsung didasarkan dengan lama menimbulkan efek jenuh bagi mahasiswa
adanya pengalaman dan latihan sehingga terjalinnya sehingga berdampak pada tingkat konsentrasinya.
interaksi antara mahasiswa dengan sekitarnya, seperti Mahasiswa yang merasakan jenuh dalam pembelajaran
teman sebaya dan tenaga pendidik. akan mengalami kelelahan dan penurunan konsentrasi
Implikasi dari permasalahan Covid-19 bagi sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas
aspek pendidikan yaitu penerapan pembelajaran yang pembelajaran yang berlangsung. Selain itu, terdapat
dilakukan secara daring (Gunawan et al., 2020). beberapa permasalahan lainnya, seperti kesulitan dalam
Pembelajaran daring merupakan metode belajar dengan mengerjakan tugas kelompok, menumpuknya tugas
melibatkan penggunaan teknologi dan dilaksanakan yang diberikan, hingga timbulnya tekanan dalam upaya
melalui perangkat komputer atau ponsel pintar yang pengerjaan tugas yang diprioritaskan (Kartika, 2020).
memiliki jaringan internet (Hoi et al., 2018). Aktivitas Peneliti melakukan studi pendahuluan terhadap
pembelajaran daring dilakukan dengan berbagai 80 mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Surabaya
aplikasi atau penyedia jasa, seperti google classroom, angkatan 2018-2021 melalui survey google form,
zoom, google meet, dan aplikasi lainnya dengan tujuan ditemukan bahwa dampak signifikan dari pembelajaran
agar memfasilitasi pelaksanaan pembelajaran (Didin et daring dialami oleh mahasiswa angkatan 2020-2021.
al., 2020). Mahasiswa yang mengikuti pembelajaran Bagi mahasiswa angkatan 2020 dan 2021 yang
daring akan saling tatap muka melalui aplikasi yang sebelumnya tidak pernah menjalani pembelajaran tatap
tersedia dengan teman dan tenaga pendidiknya. muka mengatakan bahwa kesulitan yang dialami terasa
Mahasiswa dihadapkan pada situasi yang lebih besar dibandingkan angkatan sebelumnya.
menjadi tantangan bagi dirinya. Mahasiswa dituntut Sebagai individu yang baru memasuki dunia

181
Hubungan antara Gratitude dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Psikologi Unesa di Masa Pandemi
Covid-19

perkuliahan, mahasiswa angkatan 2020 dan 2021 belajar (Pawicara & Conilie, 2020). Menurut
merasakan lebih banyak hambatan dan permasalahan. Dewantara dan Nurgiansah (2021), tingkat kepuasan
Bahkan dalam kondisi perkuliahan tatap muka pun dalam pembelajaran daring memberikan pengaruh
terjadi penyesuaian tanggung jawab sebagai peralihan terhadap kualitas pelaksanaan pembelajaran bagi
masa sekolah menengah menuju perkuliahan, terutama mahasiswa. Dengan ketidakpuasan yang dirasakan oleh
saat kondisi tidak pasti dan terbatas akibat masa mahasiswa menghasilkan kualitas pembelajaran yang
pandemi saat ini. tidak efektif. Selain itu, mahasiswa juga cenderung
Berdasarkan hasil tersebut, peneliti melakukan mengalami penurunan antusias atau dorongan dalam
survey lanjutan kepada 40 mahasiswa Psikologi Unesa menjalani perkuliahannya.
angkatan 2020 dan 2021. Permasalahan yang dialami Penurunan rasa kepuasan dan kebahagiaan yang
oleh mahasiswa meliputi ketidaksejahteraan dalam dialami mahasiswa dan berbagai permasalahan
menjalani perkuliahan daring sebanyak 25 mahasiswa psikologis dapat mempengaruhi subjective well-being.
(62,5%), tidak merasa bahagia sebanyak 28 mahasiswa Subjective well-being adalah evaluasi terkait kepuasaan
(70%), tidak merasa puas sebanyak 26 mahasiswa dan emosional terhadap dirinya secara subjektif
(65%), mengalami hambatan dan keterbatasan (Diener, 2009). Terdapat dua variabel utama dari
sebanyak 31 mahasiswa (77,5%) serta sebanyak 22 subjective well-being, yaitu kebahagiaan dan kepuasan
mahasiswa merasa tertekan dan cemas (55%). hidup (Compton, 2005). Kepuasaan hidup merupakan
Peneliti juga melakukan wawancara semi evaluasi secara menyeluruh terhadap penerimaan hidup
terstruktur dengan tujuan agar mengetahui berbagai bagi individu. Sedangkan kebahagiaan mencakup
kendala yang terjadi dalam mengikuti pembelajaran pengalaman emosi yang menyenangkan dalam diri
daring. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa individu dan responnya terhadap diri dan lingkungan.
cenderung merasakan tekanan dalam mengerjakan Diener, Lucas dan Oishi (2002), mengungkapkan
tugas sehingga menimbulkan perasaan cemas, bahwa subjective well-being mencakup rasa kepuasan
berkurangnya frekuensi dalam berinteraksi dengan emosi dan hidup yang tinggi (Amanah et al., 2020).
teman sebaya, kesulitan dalam memahami materi, Subjective well-being mencakup tingkat emosi negatif
terjadinya ketimpangan dalam pembagian tugas yang rendah, kepuasan hidup yang tinggi dan berbagai
kelompok, menumpuknya tugas dengan tenggat pengalaman emosi yang menyenangkan. Subjective
pengumpulan yang terbatas, penundaan dan pengabaian well-being pada mahasiswa dapat ditinjau berdasarkan
tugas hingga munculnya gejala psikologis, seperti evaluasi terkait kepuasaan dan kebahagiaan yang
mudah lelah, tertekan hingga penurunan kualitas tidur. dijalani dalam kehidupannya. Pengalaman
Berdasarkan permasalahan tersebut menunjukkan menyenangkan dianggap sebagai keinginan untuk
adanya keselarasan antara permasalahan yang terjadi mewujudkan kualitas hidup.
dilapangan dengan penelitian yang dilakukan Subjective well-being merupakan evaluasi dari
sebelumnya. dua aspek, yakni kognitif mengenai kepuasan dan
Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah et al., pemenuhan serta afektif mencakup reaksi emosianal
(2020) dengan menunjukkan adanya gambaran terhadap peristiwa pada individu (Diener et al., 2002).
psikologis pada masa pandemi Covid-19 yang dialami Aspek kognitif dan afektif dalam subjective well-being
oleh mahasiswa selama mengikuti pembelajaran daring. memiliki dua dimensi yang berbeda. Aspek kognitif
Dampak terjadinya perubahan model pembelajaran, meliputi life satisfaction dan domain satisfaction. Life
yaitu mahasiswa mengalami berbagai permasalahan satisfaction merupakan evaluasi individu mengenai
psikologis, seperti cemas yang terjadi secara kepuasan hidupnya berdasarkan persepsi antara dirinya
berkepanjangan. Masalah lainnya mengacu pada aspek saat ini dengan kriteria hidup yang dimiliki. Sedangkan
psikososial karena tidak adanya interaksi langsung domain satisfaction merupakan evaluasi domain yang
dengan teman dan lingkungannya selama proses dilakukan oleh individu, mencakup pekerjaan,
pembelajaran berlangsung. Apabila permasalahan ini kesehatan fisik dan mental serta hubungan sosial
tidak dapat diatasi oleh mahasiswa, maka akan (Rulanggi et al., 2021). Evaluasi kognitif dilakukan
mengganggu kegiatan sehari-harinya. oleh individu melalui pengambilan keputusan yang
Permasalahan, tuntutan, kendala dan tekanan berkaitan dengan kepuasan hidupnya.
yang terjadi dalam proses pembelajaran daring juga Aspek afektif terdiri dari dua afek, yaitu positive
menimbulkan rasa ketidakpuasan bagi mahasiswa. Rasa affective dan negative affective. Positive affective
ketidakpuasan ini mengacu pada sistem dan metode meliputi emosi positif, seperti gembira, antusias,
pembelajaran daring yang tidak bervariasi sehingga bersyukur, kagum, penuh kasih dan memiliki tekad
timbul rasa bosan dan malas hingga tidak ada minat terhadap hidup sehingga membuktikan bahwa hidup

182
Volume 9 Nomor 1 (2022). Character: Jurnal Penelitian Psikologi.

yang dijalaninya sesuai dengan keinginannya. kesadaran atas pengalaman dan kekaguman yang
Sedangkan negative affective meliputi emosi negatif dimiliki dalam menanggapi situasi tertentu sehingga
terhadap peristiwa yang dihadapi oleh individu, seperti mahasiswa akan merespon rasa terima kasih atas
kesusahan, ketakutan, kesedihan, frustasi, gelisah, iri kebaikan yang terjadi dalam hidupnya.
hati dan mudah kecewa (Rulanggi et al., 2021). Gratitude menjadi salah satu indikator dari
Evaluasi afektif yang dilakukan oleh individu sebagai kebahagiaan dan kesejahteraan atas hidup individu.
reaksi emosional, baik positif maupun negatif. Kebahagiaan yang dirasakan oleh individu merupakan
Subjective well-being dianggap sebagai penilaian atas bentuk dari reaksi emosi yang diiringi dengan
kehidupan individu secara keseluruhan. Subjective well- ketekunan dengan Tuhan Yang Maha Esa, sikap rendah
being positif merupakan suatu kondisi dimana tingkat hati, memberi sesama dan menghargai sesama.
perasaan menyenangkan lebih tinggi dibandingkan Emmons dan McCullough (2004), menyatakan bahwa
perasaan tidak menyenangkan dan sebaliknya. individu dengan tingkat gratitude yang tinggi memiliki
Individu yang memiliki  subjective well-being suasana hati positif, vitalitas, kepuasan hidup,
tinggi dapat mengendalikan emosi dan permasalahan optimisme, spiritualitas, dan cenderung lebih rendah
yang dihadapinya dengan optimal. Tingkat subjective mengalami iri hati dan depresi dibandingkan individu
well-being yang tinggi juga memberikan dampak yang dengan kurang bersyukur. Individu yang mampu
baik bagi kesehatan dan kesejahteraan, pendapatan dan mengekspresikan rasa syukurnya akan mengalami
pekerjaan, hubungan dan manfaat sosial (Diener, 2009). penurunan yang besar terhadap gejala depresi dan
Sedangkan individu dengan tingkat  subjective well- peningkatan yang signifikan terhadap kesejahteraan
being rendah cenderung memiliki emosi yang negatif, emosional (Seligman, 2002). Individu yang sejahtera
merasa tidak bahagia dan ketidakpuasaan dalam cenderung mampu mengatasi permasalahan yang
hidupnya. Resikonya dapat menimbulkan kemarahan, terjadi dengan strategi penyelesaian yang baik, salah
kecemasan, bahkan depresi (Diener & Tay, 2015). satunya melalui bersyukur.
Subjective well-being pada individu dipengaruhi Individu yang merasa bersyukur cenderung
oleh beberapa faktor, diantaranya seperti biologis, menyadari bahwa dirinya menerima banyak kebaikan,
kepribadian, demografi, pendapatan, dan kualitas pemberian, penghargaan dan penerimaan oleh Tuhan
hubungan sosial (Diener, 2009). Salah satu faktor dan orang lain disekitarnya. Individu yang menyadari
kepribadian dalam subjective well-being, yaitu gratitude akan memiliki dorongan untuk
kebersyukuran (gratitude). Selaras dengan pendapat berterimakasih, menghargai, dan membalas segala
Wibisono (2017) yang menyatakan bahwa subjective kebaikan yang telah diterimanya melalui perbuatan,
well-being dipengaruhi oleh faktor-faktor meliputi perkataan, atau perasaan (Prabowo, 2017). Gratitude
optimisme, spiritualitas, harga diri, dan kebersyukuran adalah ungkapan perasaan yang dimiliki oleh individu
(gratitude) yang dimiliki oleh individu. Gratitude sehingga membuat dirinya menyadari segala hal baik
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi dalam hidupnya dan merespon dengan
subjective well-being. mengekspresikan atau mengungkapkan rasa terima
Gratitude (kebersyukuran) adalah terbentuknya kasih atas kebaikan tersebut. Individu dengan tingkat
emosi menyenangkan yang disadari oleh individu kebersyukuran yang tinggi akan cenderung merasakan
sebagai pengakuan terhadap upaya atau manfaat dari kepuasaan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Hal ini
lingkungan sekitarnya (Emmons & McCullough, 2004). selaras dengan aspek dalam subjective well-being.
Menurut Aisyah dan Chisol (2018), gratitude McCullough, Tsang, dan Emmons (2002)
merupakan perasaan yang berkembang menjadi sifat, menyatakan bahwa gratitude memiliki empat aspek,
sikap, kebiasaan, moral yang baik, kepribadian antara lain Intensity, Frequency, Span, dan Density.
sehingga memberikan pengaruh pada individu dalam Intensity menunjukkan individu yang bersyukur ketika
merespon sesuatu atau keadaan tertentu. Gratitude mengalami peristiwa positif, Frequency mencakup
dianggap sebagai reaksi emosi yang dirasakan individu tingkat kebersyukuran yang dimiliki individu
ketika sesuatu yang baik telah terjadi kepadanya dan berdasarkan kebaikan kecil, dan span mencakup rasa
dirinya menyadari bahwa pihak lain juga bertanggung syukur individu mengenai kesehatan, pendidikan,
jawab atas kebaikan tersebut (Mahardhika & Halimah, pekerjaan dan kehidupan individu sedangkan Density
2017). Sedangkan Emmons dan Shelton, (2002) mencakup individu dengan perasaan bersyukur
menyatakan bahwa gratitude adalah perasaan yang diharapkan dapat menuliskan nama-nama orang yang
mencakup rasa terimakasih, penghargaan dan dianggap telah mendorong rasa bersyukurnya. Individu
kekaguman terhadap kehidupan (Synder & Lopez, yang memiliki gratitude akan cenderung mengenali dan
2007). Gratitude pada mahasiswa merupakan suatu memberikan respon terhadap pengalaman positif atau

183
Hubungan antara Gratitude dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Psikologi Unesa di Masa Pandemi
Covid-19

pemberian yang diperolehnya. Berdasarkan hal ini, emosi positif yang terjadi sehingga berkorelasi dengan
gratitude dianggap sebagai emosi moral yang tingkat kesejahteraan subjektif yang tinggi. Hal ini
melibatkan rasa empati, perasaan bersalah dan malu berarti terdapat hubungan yang positif antara gratitude
apabila sebagai individu sebagai penerima kebaikan dengan subjective well-being pada partisipan dalam
tidak melakukan timbal balik sesuai dengan penelitian (Hamsyah, 2021; Hasana & Murisal, 2017).
kewajibannya. Penelitian yang dilakukan oleh Mutmainah dan
Prabowo (2017) membagi gratitude menjadi dua Fauziah (2019) menghasilkan hipotesis diterima, yaitu
tingkatan, yaitu gratitude state yang berpusat pada adanya hubungan yang positif antara gratitude dengan
keadaan dan gratitude trait dengan berdasarkan sifat. subjective well-being. Individu yang memiliki gratitude
Gratitude state merupakan keadaan dimana individu tinggi akan semakin tinggi juga subjective well-being
memiliki perasaan subjektif berupa kekaguman, rasa dalam dirinya, sedangkan apabila tingkat gratitude
terima kasih, dan menghargai segala sesuatu yang telah yang dimilikinya rendah maka subjective well-being
ia terima. Misalnya, mahasiswa bersyukur atas yang dimiliki oleh individu akan semakin rendah.
kesehatan dan keberadaan orang lain disekitarnya, Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Mahardhika
terutama keluarga dalam masa pandemi Covid-19. dan Halimah (2017) menunjukkan hasil signifikan
Banyaknya kabar duka dari berbagai media akan yang berarti antara gratitude dan subjective well-being
menimbulkan rasa syukur dan terima kasih sehingga memiliki hubungan yang positif.
mahasiswa cenderung menghargai waktu dan kesehatan Penelitian yang dilakukan Alkozei, Smith dan
yang terjadi dihidupnya. Sedangkan Gratitude trait Killgore (2018) menghasilkan adanya korelasi positif
adalah kecenderungan individu untuk merasakan antara gratitude dan subjective well-being dengan
kebersyukuran dalam hidupnya sehingga individu akan melibatkan dua kerangka kausal, yaitu kerangka
lebih sering berterima kasih pada situasi-situasi kognitif dan psikososial. Hasilnya ditemukan bahwa
tertentu. Misalnya, mahasiswa memiliki pandangan individu dengan subjective well-being yang lebih besar
bahwa pandemi Covid-19 yang berlangsung saat ini akan mengarah pada peningkatan pengalaman gratitude
membentuk dirinya agar mampu menerima keadaan yang dimilikinya sehingga menciptakan lingkaran
dan berfokus pada kegiatan yang bermanfaat umpan balik positif. Penelitian ini juga memberikan
dibandingkan hal-hal negatif disekitarnya. dukungan terhadap pengurangan gejala psikopatologi,
Tingkat kebersyukuran mahasiswa dapat ditinjau hubungan interpersonal yang lebih baik dan
berdasarkan situasi dan tantangan saat ini. Mahasiswa peningkatan kesehatan fisik didasari dengan
yang memiliki rasa bersyukur tinggi akan menyadari mekanisme efek positif dari intervensi gratitude dan
bahwa terdapat harapan dan kebaikan meskipun dalam peningkatan subjective well-being yang dimiliki oleh
situasi yang tidak menentu akibat pandemi Covid-19. individu.
Mahasiswa dengan tingkat kebersyukuran yang tinggi Penelitian yang dilakukan oleh Jans-Beken,
akan mengalihkan fokus dan waktunya untuk Laster, Denise, Lechner dan Jacobs (2018) juga
melakukan hobby, menghabiskan moment untuk menunjukkan bahwa gratitude memiliki hubungan
berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga, yang signifikan terhadap subjective well-being. Namun,
menyusun waktu agar produktif, mengikuti pelatihan gratitude tidak dapat memprediksi gejala psikopatologi
secara online, menyusun rencana kegiatan yang tidak yang dimiliki oleh individu. Gratitude yang diukur
dapat dilakukan ketika pandemi berlangsung dan dalam penelitian ini terkait dengan usia, jenis kelamin,
mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa. Terdapat tingkat pendidikan, dan status pekerjaan. Penelitian ini
banyak kegiatan positif dan bermanfaat yang dapat menemukan bahwa gratitude dikaitkan dengan faktor
dilakukan oleh mahasiswa dalam menghadapi demografis, dan menunjukkan hubungan yang
tantangan di masa pandemi Covid-19. Hal ini akan kompleks dengan adanya subjective well-being dan
menimbulkan berbagai emosi positif dan berdampak tidak adanya hubungan dengan psikopatologi.
pada kepuasaan dan kebahagiaan yang berkorelasi Penelitian yang dilakukan Wibisono (2017)
dengan aspek subjective well-being bagi mahasiswa. menemukan bahwa mahasiswa cenderung memiliki
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peningkatan kesejahteraan subjektif apabila merasa
sebelumnya menunjukan bahwa individu dengan bersyukur dalam hidupnya dan sebaliknya. Pada
gratitude yang tinggi akan menghasilkan subjective penelitian ini ditunjukkan adanya hubungan positif
well-being yang tinggi. Sedangkan apabila tingkat antara kebersyukuran dan kesejahteraan subjektif pada
gratitude yang dimiliki rendah maka akan semakin mahasiswa yang mengalami masa transisi dari tingkat
rendah pula subjective well-being pada partisipan. sekolah menengah atas menjadi mahasiswa.
Kriteria tingkat bersyukur yang tinggi selaras dengan

184
Volume 9 Nomor 1 (2022). Character: Jurnal Penelitian Psikologi.

Permasalahan mahasiswa mencakup tantangan hidup Penelitian ini memiliki populasi mencakup
yang dijalani dalam menghadapi era globalisasi. seluruh mahasiswa aktif Psikologi UNESA angkatan
Penelitian yang dilakukan Maryana dan 2020 dan 2021. Populasi merupakan sekelompok
Prameswari (2021) menunjukkan bahwa Hasil individu dengan karakteristik serupa yang ditentukan
penelitian menggambarkan bahwa gratitude memiliki sebagai sampel penelitiannya (Jannah, 2018). Populasi
hubungan signifikan dengan subjective well-being. berjumlah 353 mahasiswa dengan jumlah laki-laki
Salah satu pendorong mahasiswa perantau untuk sebanyak 69 mahasiswa dan perempuan sebanyak 284
bersikap positif adalah gratitude yang dimiliki selama mahasiswa. Sedangkan sampel merupakan sejumlah
pandemi berlangsung. Sedangkan Panggagas (2019) individu yang mewakili karakteristik populasi untuk
melakukan penelitian yang menghasilkan bahwa dijadikan sebagai subjek penelitian (Jannah, 2018).
adanya korelasi positif antara gratitude terhadap Pengukuran sampel dalam penelitian ini menggunakan
subjective well-being yang dialami oleh mahasiswa rumus Slovan ditinjau berdasarkan jumlah populasi
dengan peran bekerja dan tetap mengikuti perkuliahan. yang telah diperoleh. Terdapat 30 mahasiswa yang
Namun, ditemukan beberapa faktor lainnya yang digunakan sebagai try out instrumen penelitian dan 188
mendukung dengan hasil nilai signifikan yang besar. mahasiswa sebagai sampel data penelitian.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Teknik pengambilan sampel yang dilakukan
peneliti saat ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu dalam penelitian ini menggunakan sampling incidental.
subjek penelitiannya. Pada penelitian pertama hingga Teknik sampling incidental merupakan pengambilan
keenam tidak mengkaji permasalahan yang terjadi pada sampel secara kebetulan yang dilakukan atas dasar
mahasiswa. Pada penelitian ketujuh, subjek penelitian tidak direncanakan oleh peneliti (Jannah, 2018).
adalah mahasiswa yang menjalani pembelajaran secara Sampel yang diambil berdasarkan karakteristik dari
tatap muka. Penelitian yang kedelapan dan kesembilan populasi, meliputi mahasiswa aktif Psikologi Unesa
juga menggunakan subjek mahasiswa yang merantau angkatan 2020 dan 2021 serta sedang mengikuti
dan menjalani perkuliahan dengan bekerja. Sedangkan pembelajaran daring.
permasalahan yang dikaji pada penelitian ini meliputi Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
masalah yang dihadapi mahasiswa saat menjalani menggunakan angket yang disebar dengan
perkuliahan daring selama Pandemi Covid-19. memanfaatkan google form. Angket yang disebarkan
Permasalahan yang terjadi pada mahasiswa yang secara online berisi pernyataan atau pertanyaan tertulis
menjalani pembelajaran daring merupakan keunikan terhadap subjek agar dijawab sesuai dengan kondisi
dari penelitian sebelumnya dan penting untuk dikaji yang sesungguhnya. Teknik pengumpulan data yang
karena belum pernah dilakukan sebelumnya pada digunakan adalah primer dengan menggunakan skala
tempat penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat likert. Skala likert yang dibagikan kepada subjek
menjadi acuan bagi mahasiswa agar mampu disusun berdasarkan teori mengenai gratitude (variabel
meningkatkan sikap gratitude dan subjective well-being X) dan subjective well-being (variabel Y). Skala likert
yang dimilikinya selama menjalani pembelajaran yang digunakan memiliki empat pilihan jawaban, yaitu
daring di masa pandemi. sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan
Berdasarkan penelitian terdahulu yang sangat tidak setuju (STS).
mendukung tentang hubungan gratitude dengan Instrumen penelitian menggunakan dua alat ukur, yaitu
subjective well-being dan berbagai permasalahan yang skala gratitude dan skala subjective well-being. Skala
terjadi selama masa pandemi Covid-19 pada gratitude disusun oleh peneliti berdasarkan teori
mahasiswa, maka peneliti ingin meneliti adanya McCullough, Emmons, dan Tsang (2002). Aspek
hubungan antara gratitude dan subjective well-being gratitude yang diukur mencakup kebersyukuran, yaitu
pada mahasiswa Psikologi Unesa di Masa Pandemi Frequency, Intensity, Density dan Span. Sedangkan
Covid-19. skala subjective well-being disusun oleh peneliti
berdasarkan teori Diener (2000). Aspek subjective well-
METODE being terdiri dari dua aspek, yaitu aspek kognitif dan
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif aspek afektif. Skala gratitude yang digunakan sebanyak
korelasional dengan tujuan mengetahui adanya 26 aitem. Sedangkan skala subjective well-being
hubungan antara variabel X (variabel bebas) dengan sebanyak 35 aitem. Penelitian ini menggunakan skala
variabel Y (variabel terikat) (Sugiyono, 2019). Pada yang disusun sendiri oleh peneliti karena skala
penelitian ini terdapat variabel bebas (X), yaitu psikologi yang kualitasnya telah distandarkan belum
gratitude dan variabel terikat (Y), yaitu subjective well- mencakup segala aspek sehingga cenderung tidak
being. optimal. Selain itu, terdapat kemajuan

185
Hubungan antara Gratitude dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Psikologi Unesa di Masa Pandemi
Covid-19

teori pengukuran yang memberikan peluang dalam (p>0,05). Sedangkan uji linearitas dilakukan agar dapat
mengembangkan alat ukur yang optimal (Azwar, 2012). mengetahui apakah antara variabel X (bebas) dengan
Sebelum pengambilan data dalam penelitian ini, variabel Y (terikat) terdapat hubungan yang linear. Data
dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. dalam penelitian akan dikatakan linear apabila memiliki
Uji validitas dan reliabilitas memiliki tujuan untuk hasil nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (P<0,5) dan
mengukur keabsahan dari instrumen yang digunakan sebaliknya.
dalam penelitian ini. Uji validitas dalam penelitian ini
menggunakan corrected total-item correlation dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
bantuan Software SPSS 25.00 for windows. Kriteria Hasil Penelitian
aitem yang dinyatakan sebagai aitem yang valid dan Penelitian ini melibatkan 188 mahasiswa
dapat digunakan dalam penelitian ini, yaitu apabila data Psikologi UNESA angkatan 2020 dan 2021. Setelah
validitas >0,3. Sedangkan aitem yang dinyatakan tidak memperoleh hasil sebaran data penelitian, peneliti
valid dan tidak dapat digunakan, yaitu apabila data melakukan olah data dan interpretasi. Olah data yang
validitas menunjukkan <0,3 (Sugiyono, 2013). dilakukan pada penelitian ini menggunakan statistik
Berdasarkan hasil uji validitas, terdapat 26 aitem yang deskriptif dengan memanfaatkan bantuan Software
valid untuk skala gratitude. Sedangkan untuk skala SPSS 25.00 for windows. Uji statistik deskriptif
subjective well-being, jumlah aitem yang valid sebesar sebaiknya dilakukan terlebih dahulu oleh peneliti
35 aitem. Hasil uji validitas pada skala gratitude sebelum melakukan uji normalitas, linearitas dan uji
menunjukkan corrected total-item antara 0,372 hingga hipotesis. Hasil dari analisis statistik deskriptif
0,738. Sedangkan pada skala subjective well-being, menunjukkan data sebagai berikut :
hasil uji validitas menunjukkan corrected total-item
correlation antara 0,319 hingga 0,759. Tabel 1. Statistik Deskriptif
Uji reliabilitas dalam penelitian ini
Std.
menggunakan Alpha Cronbach’s dengan Software N Min Max Mean
Deviation
SPSS 25.00 for windows. Reliabilitas yang diukur pada
penelitian ini menggunakan kriteria ketentuan, yaitu Gratitude
188 50 104 85,87 13,120
apabila aitem dinyatakan reliabel atau dapat diandalkan (X)
dalam penelitian ini menunjukkan hasil nilai Alpha Subjective
Cronbach > 0,60. Sedangkan apabila aitem dinyatakan Well- 188 50 136 93,37 16,585
tidak reliabel maka menunjukkan nilai Alpha Cronbach being (Y)
< 0,60 (Sugiyono, 2013). Hasil uji reliabilitas yang
Valid 188
telah dilakukan dalam penelitian ini memiliki nilai
Alpha Cronbach’s yang lebih dari 0,6, yaitu sebesar
0,924 untuk skala gratitude dan sebesar 0,944 untuk Berdasarkan tabel hasil analisis statistik
skala subjective well-being. Berdasarkan hasil dari deskriptif, pengolahan data dilakukan agar dapat
skala gratitude dan skala subjective well-being dapat mengetahui nilai mean, minimum, maximum serta
diketahui bahwa kuesioner yang digunakan reliabel standar deviasi. Pada penelitian ini diketahui bahwa
yang berarti kuesioner yang baik. variabel gratitude memperoleh hasil mean (rata-rata)
Teknik analisis data yang digunakan untuk sebesar 85,87 sedangkan nilai hasil mean pada
menguji hipotesis pada penelitian ini adalah korelasi subjective well-being sebesar 93,37. Pada gratitude
Pearson Product Moment dengan Software SPSS 25.00 memperoleh nilai hasil maximum sebesar 104 dan nilai
for windows. Teknik analisis korelasi dilakukan untuk hasil minimum sebesar 50. Sedangkan pada subjective
menunjukkan hubungan kuat atau lemah ditinjau well-being memperoleh nilai hasil maximum sebesar
berdasarkan indeks angka korelasi dan arah hubungan 136 dan nilai hasil minimum sebesar 50.
ditinjau berdasarkan tanda (+) atau tanda (-). Selain itu, Berdasarkan olah data penelitian dari skala
dilakukan uji normalitas dan uji linearitas. Uji gratitude menghasilkan nilai standar devisiasi sebesar
normalitas dalam penelitian ini menggunakan analisis 13,120 sedangkan pada subjective well-being
Kolmogorov-Smimov test dengan tujuan untuk menghasilkan nilai sebesar 16,585. Hasil penelitian ini
mengetahui apakah data yang digunakan dalam menunjukkan bahwa data gratitude terhadap subjective
penelitian ini berasal dari data yang memiliki distribusi well-being normal dan tidak menghasilkan bias.
normal atau tidak sebaliknya. Uji normalitas memiliki
syarat, yaitu data yang dikatakan sebagai berdistribusi
normal memiliki nilai signifikan lebih dari 0,5

186
Volume 9 Nomor 1 (2022). Character: Jurnal Penelitian Psikologi.

A. Analisis Data 1. Hasil Uji Asumsi


a. Uji Normalitas variabel. Penjelasannya dapat ditinjau
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan berdasarkan tabel 4 di bawah ini :
untuk mengetahui normal atau tidaknya
distribusi data pada variabel gratitude dan Tabel 4. Ketentuan Distribusi Linier
subjective well-being. Data dapat dikatakan Nilai Signifikansi Keterangan
normal apabila memperoleh nilai signifikansi Sig>0.05 Data Linier
melebihi 0,05 (p>0,05), sedangkan apabila Sig<0.05 Data Tidak Linier
data memperoleh nilai signifikansi di bawah
0,05 (p<0,05) maka dapat dikatakan bahwa Uji linearitas yang dilakukan pada
data tersebut tidak normal. Pada penelitian ini variabel gratitude dan variabel subjective well-
uji normalitas yang dilakukan menggunakan being menghasilkan nilai sebagai berikut ini :
Kolmogorov Smirnov Test dengan
memanfaatkan bantuan software SPSS 25.0 Tabel 5. Hasil Uji Linieritas
for windows.
Variabel Sig. Keterangan
Gratitude
Tabel 2. Kategorisasi Normalitas Data
Subjective 0,197 Linear
Nilai Signifikansi Keterangan
Well-Being
Sig>0.05 Berdistribusi Normal
Sig<0.05 Tidak Berdistribusi
Berdasarkan hasil uji linearitas, maka
Normal
diketahui bahwa hasil nilai signifikansi
devitiation from linearity dari variabel
Uji normalitas yang telah dilakukan pada
gratitude dan subjective well-being
variabel gratitude dan subjective well-being
memperoleh nilai sebesar 0,197 > (Sig. 0,05).
menggunakan Kolmogorov Smirnov
Oleh karena itu, hasil nilai signifikansi
menghasilkan nilai sebagai berikut :
penelitian ini lebih besar dari 0,05 yang berarti
bahwa terdapat hubungan yang linear antara
Tabel 3. Uji Normalitas
variabel gratitude dengan subjective well-
Variabel Sig. Keterangan
being.
Gratitude
Distribusi data
Subjective 0,736 2. Hasil Uji Hipotesis
normal
Well-Being Uji hipotesis dilakukan dengan tujuan
untuk memenuhi asumsi parametik. Hipotesis
Berdasarkan hasil tabel uji normalitas penelitian ini adalah terdapat hubungan antara
menghasilkan nilai signifikansi residual gratitude dengan subjective well-being. Uji
variabel gratitude dan subjective well-being hipotesis menggunakan teknik korelasi
adalah sebesar 0,736 (Sig. > 0,05), yang Product Moment yang memanfaatkan bantuan
berarti bahwa nilai signifikansi lebih besar dari SPSS 25.0 for windows. Peneliti melakukan
0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembuktian uji hipotesis dalam penelitian ini
masing-masing variabel pada penelitian ini berdasarkan pedoman kriteria terhadap
memiliki data berdistribusi normal. koefisien korelasi yang terdiri dari lima
kriteria (Sugiyono, 2019). Penjelasan
b. Uji Linearitas
mengenai kriteria tersebut dapat ditinjau pada
Uji linearitas dilakukan dengan tujuan
tabel 6 berikut :
untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
yang linear antara variabel gratitude dengan
Tabel 6. Kriteria Koefisien korelasi
variabel subjective well-being. Uji linearitas
Interval Tingkat Hubungan
pada penelitian ini menggunakan deviation
0.00-0.199 Hubungan Sangat Lemah
form linearity, apabila data nilai
0.20-0.399 Hubungan Lemah
signifikansinya lebih besar dari 0,05 (>0,05),
0.40-0.599 Hubungan Cukup
maka dapat dikatakan bahwa adanya
0.60-0.799 Hubungan Kuat
hubungan yang linear antara masing-masing
0.80-1.00 Hubungan Sangat Kuat

185
Hubungan antara Gratitude dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Psikologi Unesa di Masa Pandemi
Covid-19

Berdasarkan ketentuan uji hipotesis, Berdasarkan hasil koefisien korelasi yang


apabila nilai signifikannya lebih dari 0,05 menunjukkan nilai sebesar 0,638 berarti
(p>0,05), maka dapat dikatakan bahwa bahwa terdapat derajat korelasi yang kuat
penelitian ini memiliki hubungan yang antar variabel. Selain itu, variabel gratitude
signifikan antar variabel. Sedangkan apabila dan subjective well-being juga memiliki
nilai signifikannya kurang dari 0,05 (p<0,05), hubungan yang positif dan searah sehingga
maka terdapat hubungan yang tidak signifikan apabila gratitude (X) meningkat maka
antar variabel. subjective well-being (Y) juga meningkat.
Sedangkan apabila gratitude (X) menurun
Tabel 7. Ketentuan Uji Hipotesis maka subjective well-being (Y) juga
Nilai Signifikansi Keterangan mengalami penurunan.
Sig<0.05 Hubungan Signifikan Olah data nilai R Square dilakukan
Sig>0.05 Hubungan Tidak dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
Signifikan besaran sumbangan yang diberikan variabel X
terhadap variabel Y. Uji R Square yang
Hipotesis pada penelitian ini adalah dilakukan pada penelitian ini menggunakan
adanya hubungan yang signifikan antara analisis regresi dengan memanfaatkan bantuan
gratitude dengan subjective well-being. SPSS 25.00 for windows dengan hasil sebagai
Kemudian hipotesis diujikan oleh peneliti berikut :
menggunakan korelasi Pearson Product
Moment. Berdasarkan data yang sebelumnya Tabel 9. Hasil Uji R Square
telah diperoleh dan diolah menghasilkan nilai Adjust
R Std.
uji hipotesis sebagai berikut : R ed R
Square Error
Square
Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis Gratitude
*Subjecti
Gratit Subjective 0,638 0,407 0,404 12,802
ve Well-
ude Well-Being Being

Pearson Berdasarkan tabel hasil uji R Square


Gratitude Correla 1 0,638** menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh
tion sebesar 0,407. Oleh karena itu, dapat
Sig. (2- dikatakan bahwa variabel gratitude
0,000
tailed) memberikan kontribusi atau sumbangan
N 188 188 sebesar 40,7% terhadap variabel subjective
Subjective Pearson well-being sedangkan sisanya sebesar 59,3%
0,638*
Well- Correla 1 disumbangkan oleh faktor lain.
*
Being tion
Sig. (2- PEMBAHASAN
0,000
tailed) Kondisi pandemi telah menyebabkan masalah
N 188 188 pada bidang ekonomi, pendidikan, sosial, dan
psikologis yang melemahkan. Kondisi ini dapat
Berdasarkan tabel hasil uji hipotesis menimbulkan kekhawatiran yang berkembang tentang
menunjukkan bahwa data yang diperoleh bagaimana jarak fisik dan sosial ini dapat berdampak
dalam penelitian ini memiliki nilai signifikan merugikan pada kondisi kesejahteraan dan psikologis
sebesar 0,000 (Sig. < 0,05) atau kurang dari mahasiswa (Sibley et al., 2020). Berdasarkan kondisi
0,05. Berdasarkan ketentuannya, yaitu apabila tersebut, mahasiswa seringkali dihadapkan dengan
nilai signifikannya lebih dari 0,05 (p>0,05), kemampuan untuk memiliki pemaknaan secara positif
maka dapat dikatakan bahwa hipotesis dalam terhadap situasi yang terjadi, termasuk rasa syukur.
penelitian ini diterima yang berarti adanya Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk
hubungan yang signifikan antara variabel mengetahui adanya hubungan antara gratitude dengan
gratitude dengan subjective well-being. subjective well-being pada mahasiswa Psikologi

188
Volume 9 Nomor 1 (2022). Character: Jurnal Penelitian Psikologi.

UNESA di masa pandemi Covid-19. Penelitian ini manfaat nyata dari orang lain atau momen kebahagiaan
melibatkan 188 mahasiswa yang kemudian dilakukan dan damai yang ditimbulkan oleh keindahan alam
analisis data menggunakan korelasi Pearson Product (Peterson & Seligmen, 2004). Individu yang memiliki
Moment dengan bantuan SPSS 25.00 for windows. Pada perasaan bersyukur akan menghargai setiap peristiwa
uji hipotesis diketahui bahwa nilai sebesar 0,000 (Sig. < yang terjadi dalam hidupnya.
0,05), yaitu kurang dari 0,05 sehingga dapat Menurut McCullough, Tsang, dan Emmons
disimpulkan bahwa hipotesis diterima atau “terdapat (2002) gratitude memiliki empat aspek, antara lain
hubungan yang signifikan antara variabel Gratitude Intensity, Frequency, Span, dan Density. Intensity
dengan Subjective Well-Being pada mahasiswa menunjukkan individu yang bersyukur ketika
psikologi UNESA di masa pandemi Covid-19”. mengalami peristiwa positif, hal ini mencakup perasaan
Penelitian ini menghasilkan koefisien korelasi intens yang dirasakan individu sebagai emosi positif
dengan nilai sebesar 0,638 yang berarti bahwa terdapat dari gratitude. Mahasiswa yang bersyukur akan
derajat korelasi yang kuat antar variabel. Selain itu, menunjukkan perilaku yang positif atas banyak hal
variabel gratitude dan subjective well-being juga yang terjadi dalam hidupnya. Frequency mencakup
memiliki hubungan yang positif dan searah sehingga tingkat kebersyukuran yang dimiliki individu
apabila gratitude (X) meningkat maka subjective well- berdasarkan kebaikan kecil yang terjadi dalam
being (Y) juga meningkat dan sebaliknya. Peneliti hidupnya. Aspek ini dapat melibatkan mahasiswa pada
menguji besaran kontribusi variabel gratitude terhadap tingkat seberapa seringnya merasakan perasaan syukur
subjective well-being adalah sebesar 40,7% sedangkan dalam rentang waktu tertentu. Span mencakup rasa
59,3% sisanya disumbangkan oleh faktor lain. syukur individu mengenai kesehatan, pendidikan,
Berdasarkan hasil pemaparan koefisien pekerjaan dan kehidupan individu juga bagaimana
korelasi di atas menunjukkan bahwa terdapat arah dirinya bersyukur pada waktu dan kondisi-kondisi
hubungan yang positif antar variabel sehingga tertentu. Hal ini berkaitan dengan perilaku positif
subjective well-being akan meningkat ketika mahasiswa mahasiswa ketika menanggapi tantangan dan
memiliki gratitude yang tinggi dalam menghadapi keterbatasan dalam pendidikan, kesehatan dan interaksi
keterbatasan dan tantangan di masa pandemi Covid-19. sosialnya. Sedangkan density mencakup individu
Mahasiswa yang memiliki sikap bersyukur yang tinggi dengan perasaan bersyukur. Mahasiswa akan
akan memiliki pandangan yang lebih positif terhadap menyadari seberapa banyak rasa syukur yang telah
peristiwa yang dialami. Selain itu, mahasiswa yang dilimpahkan pada dirinya.
memiliki pandangan positif dan rasa syukur akan Mahasiswa akan merasa bahagia apabila
menciptakan afek-afek positif selama melaksanakan dirinya cenderung menjadi orang yang bersyukur.
pembelajaran daring atau menjalin hubungan dengan Selain itu, mengungkapkan rasa terima kasih
orang lain sehingga akan berdampak pada peningkatan tampaknya mengintensifkan pengaruh positif yang
subjective well-being. telah dirasakan dalam menanggapi suatu perilaku yang
Individu yang mengalami peningkatan pada dermawan (misalnya, menerima hadiah). Hal ini juga
subjective well-being, relasi sosial serta menghasilkan berkaitan dengan perasaan bahagia namun tidak
manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan memiliki lengkap sebagai bentuk manifestasi dari kurangnya rasa
kekuatan dalam sikap bersyukur (Simmel, 1950). terima kasih atau pujian yang tidak diungkapkan pada
McCullough, Kilpatrick, Emmons dan Larson (2001) sumber kebahagiaan. Mahasiswa yang menyadari
menjelaskan bahwa gratitude merupakan pengaruh dan adanya kebaikan disekitarnya akan mengapresiasi dan
konsekuensi moral sehingga individu yang memiliki berupaya membalas kebaikan tersebut.
rasa syukur termotivasi untuk melakukan perilaku Sebagai sebuah emosi, rasa syukur juga
prososial, mempertahankan perilaku moral, dan berasal dari persepsi bahwa individu telah mengalami
menghambat perilaku interpersonal yang merusak. hasil positif (Emmons & McCullough, 2003). Langston
Obyek rasa syukur adalah hal lain yang (2004) menjelaskan bahwa individu dapat
ditujukan kepada pribadi, serta sumber impersonal memanfaatkan pengalaman positif dengan
(alam) atau non-manusia (Tuhan, hewan, kosmos). memprosesnya agar bermanfaat secara psikologis.
Rasa syukur adalah suatu keadaan yang bergantung Adanya kemampuan untuk merasakan kejadian positif
pada atribusi yang dihasilkan dari dua tahap dalam hidup individu dan menikmatinya akan
pemrosesan informasi, yaitu mengakui bahwa individu mengarahkan diri kepada pengalaman yang lebih
telah memperoleh hasil positif dan mengakui bahwa memuaskan. Berbagai manfaat emosional yang
ada sumber eksternal untuk hasil positif tersebut.
Gratitude sebagai perasaan syukur mencakup rasa
gembira dalam menanggapi penerimaan hadiah,

189
Hubungan antara Gratitude dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Psikologi Unesa di Masa Pandemi
Covid-19

dihasilkan dari praktik sederhana bersyukur telah mengalami sedikit kegembiraan, dan sering merasakan
ditunjukkan dalam penelitian sebelumnya. emosi negatif seperti marah atau cemas (Diener et al.,
Manipulasi eksperimental pada penelitian 1997).
yang dilakukan oleh Emmons dan McCullough (2003) Watkins (2004) juga mengusulkan serangkaian
dalam studi 1 diketahui mahasiswa yang menyimpan mekanisme untuk menjelaskan bagaimana rasa syukur
jurnal rasa syukur setiap minggu berolahraga lebih dapat berkaitan dengan subjective well-being. Pertama,
teratur, melaporkan gejala fisik yang lebih sedikit, menyarankan bahwa peristiwa positif yang dianggap
merasa lebih baik tentang kehidupan mereka secara sebagai "hadiah" dapat meningkatkan kesejahteraan.
keseluruhan, dan lebih optimis tentang minggu Kedua, rasa syukur dapat melawan adaptasi terhadap
mendatang dibandingkan dengan mereka yang kepuasan yang biasanya terjadi sebagai respon normal
mencatat kerepotan atau kehidupan netral. Dalam studi manusia (Frijda, 1988). Ketiga, praktik syukur dapat
2, mahasiswa melakukan latihan menjaga pada jurnal bekerja sebagai mekanisme koping dalam situasi
rasa syukur setiap hari. Berdasarkan hasilnya kesulitan dengan memberikan perspektif yang
dilaporkan tingkat yang lebih tinggi dari keadaan bermanfaat tentang kehidupan yang membantu dalam
positif kewaspadaan, antusiasme, tekad, perhatian dan perbaikan suasana hati setelah peristiwa yang membuat
energi yang dihasilkan dibandingkan dengan fokus stres. Keempat, rasa syukur dapat meningkatkan
pada kesusahan atau perbandingan sosial ke bawah aksesibilitas dan ingatan peristiwa kehidupan yang
yang berarti upaya bagi peserta agar berpikir lebih baik menyenangkan. Kelima, rasa syukur dapat
daripada yang lain. meningkatkan jumlah manfaat yang sebenarnya dalam
Mekanisme psikologis yang bertanggung kehidupan individu, khususnya manfaat sosial. Watkins
jawab atas efek menguntungkan dari rasa syukur dapat (2004) menyebutkan bahwa gratitude dapat mencegah
dijelaskan oleh Teori Broaden-and-Build (Fredrickson, episode depresi.
2001), yang mengklaim bahwa emosi positif Bono, Emmons, dan Mccullough (2012)
memperluas pemikiran dan tindakan sesaat serta menjelaskan dinamika yang terjadi antara rasa syukur
membangun sumber daya pribadi yang bertahan lama. dan subjective well-being dapat ditinjau ketika individu
Mahasiswa yang memiliki gratitude akan mengalami peningkatan perasaan emosi positif, maka
mencerminkan perilaku yang positif dan mampu dirinya dapat pula meningkatkan hubungan
beradaptasi dalam berbagai kondisi yang tidak interpersonal secara positif terhadap orang lain di
menyenangkan. Kondisi yang dihadapi dengan berbagai sekitarnya. Boleyn-Fitzgerald (2016) mengatakan
permasalahan akan menjadi sebuah peluang dan bahwa gratitude dapat dianggap sebagai perasaan
tantangan dalam hidupnya. Mahasiswa dengan terima kasih dan syukur yang dimiliki oleh individu
gratitude yang tinggi akan memaknai permasalahan secara langsung dan nyata pada saat dirinya berada
dengan pandangan yang positif. Menurut Fredrickson dalam kondisi yang kurang menyenangkan
(2004), gratitude dapat diperluas dengan menjadi dibandingkan orang disekitarnya. Gratitude mencakup
timbal balik kreatif, dan membangun dengan emosi positif yang dimanifestasikan dalam bentuk
membangun sumber daya psikologis, sosial dan perilaku dan ditampilkan sebagai bentuk perasaan serta
spiritual, dan ini dapat mengarah pada peningkatan terima kasih atas pengalaman yang diperolehnya secara
subjective well-being. transpersonal dari Tuhan atau interpersonal dengan
Subjective well-being didefinisikan sebagai orang disekitarnya (Emmons & McCullough, 2012).
persepsi pribadi dan pengalaman tanggapan emosional Studi penelitian yang dilakukan oleh (Chan,
baik secara positif maupun negatif serta evaluasi 2010) untuk menilai rasa syukur dan hubungannya
kognitif dan afektif yang dilakukan individu secara dengan orientasi subjective well-being dalam sampel 96
spesifik dengan kehidupannya (Diener, Lucas, & Oishi, guru sekolah di Hong Kong Cina, peneliti menerapkan
2002). Subjective well-being memiliki tiga komponen efektivitas program intervensi syukur selama delapan
life satisfaction, positive affect dan negative affect minggu menggunakan desain pemberian pretest-
(Andrews & Withey, 1976). Individu dikatakan posttest untuk pengukuran subjective well-being dalam
memiliki subjective well-being tinggi jika mengalami sampel guru yang sama. Hasilnya menunjukkan bahwa
life satisfaction dan positive affect dengan intensitas gratitude guru berkorelasi secara substansial dan positif
waktu yang lebih banyak (misalnya, kegembiraan, dengan orientasi hidup yang bermakna untuk
optimisme) dibandingkan negative affect (misalnya, kebahagiaan atas pencapaian pribadi, serta berkorelasi
kesedihan, kemarahan). Sebaliknya, individu dikatakan secara substansial dan negatif dengan dua komponen,
memiliki subjective well-being rendah apabila yaitu kelelahan emosional dan depersonalisasi.
mengalami ketidakpuasan dengan kehidupannya, Pengaruh intervensi gratitude yang diberikan terbukti

190
Volume 9 Nomor 1 (2022). Character: Jurnal Penelitian Psikologi.

dalam peningkatan skor pada subjective well-being dan dimana terdapat hubungan antara gratitude dengan
menunjukkan hasil pengaruh yang positif, terutama subjective well-being. Berdasarkan pembahasan diatas
bagi guru yang memiliki rasa syukur yang rendah. dapat diketahui jika hipotesis diterima, dimana terdapat
Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan hubungan positif pada kedua variabel, yaitu ketika
oleh Jackowska, Brown, Ronaldson dan Steptoe (2015) gratitude meningkat maka subjective well-being pada
dilakukan dengan eksperimen terkontrol secara acak individu juga meningkat, begitupun sebaliknya. Pada
untuk menguji apakah intervensi rasa syukur singkat penelitian ini variabel gratitude memberikan kontribusi
akan memiliki efek menguntungkan pada fungsi tidur. sebesar 40,7%, sedangkan 59,3% lainnya tidak
Peneliti membandingkan selama dua minggu intervensi diungkap dalam penelitian ini.
syukur dengan kontrol aktif melalui pelaporan kejadian
sehari-hari dan tidak ada kondisi pengobatan pada 119 PENUTUP
wanita muda. Perawatan intervensi gratitude tersebut Kesimpulan
menimbulkan peningkatan subjective well-being, Tujuan dari penelitian yang dilakukan ialah
optimisme dan kualitas tidur bersama dengan mengetahui hubungan antara variabel gratitude dengan
penurunan tekanan darah diastolik. Peningkatan subjective well-being pada mahasiswa Psikologi
subjective well-being sendiri berkorelasi dengan UNESA di masa pandemi Covid-19. Melalui hasil
peningkatan kualitas tidur dan penurunan tekanan analisis hipotesis diketahui bahwa nilai sebesar 0,000
darah. Intervensi yang dilakukan dapat pula (Sig. < 0,05) yaitu kurang dari 0,05 sehingga dapat
menunjukkan bahwa subjective well-being dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
berkontribusi terhadap fungsi biologis yang lebih sehat. antara variabel gratitude dengan subjective well-being
Kemudian pada penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Psikologi UNESA di masa pandemi
oleh Datu, Valdez, McInerney dan Cayubit (2020) pada Covid-19 dengan nilai koefisien korelasi senilai 0,638
160 mahasiswa universitas di Kota Manila, penelitian dimana nilai tersebut menunjukan derajat korelasi yang
dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuat dan memiliki arah hubungan yang positif maka
secara online, penelitian dilakukan untuk memeriksa arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel
efek intervensi syukur dan kebaikan pada kepuasan terikat searah. Ketika gratitude (X) meningkat maka
hidup, emosi positif, emosi negatif, dan kecemasan subjective well-being (Y) juga meningkat, begitupun
Covid-19 melalui studi eksperimental percontohan sebaliknya. Peneliti menguji besaran kontribusi variabel
online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada gratitude terhadap subjective well-being adalah sebesar
perbedaan yang signifikan pada emosi positif ketika 40,7% sedangkan 59,3% sisanya disumbangkan oleh
individu mampu mengontrol rasa syukur dan kebaikan faktor lain.
diberbagai kondisi yang dialami. Peserta yang
ditugaskan dalam intervensi gratitude dan kebaikan Saran
memiliki skor emosi positif dan skor subjective well- Penelitian ini membahas mengenai hubungan
being yang lebih tinggi secara signifikan daripada antara variabel gratitude dengan subjective well-being
mereka yang berada dalam kondisi kontrol. pada mahasiswa psikologi UNESA di masa pandemi
Penelitian yang dilakukan Maryam dan Covid-19. Dalam penelitian disebutkan terdapat
Prameswari (2021) pada 91 mahasisiwa perantau beberapa variabel lain yang belum mengungkap
selama pandemi Covid-19 menunjukan bahwa besaran kontribusi terhadap kondisi subjective well-
gratitude memberikan pengaruh terhadap subjective being individu sehingga diperlukan pengkajian lebih
well-being dengan nilai hasil koefisien korelasi sebesar jauh pada variabel lain. Kemudian, bagi peneliti
0,589 (Sig. < 0,05). Penelitian ini menunjukan jika selanjutnya dapat mengkaji topik serupa namun
gratitude menjadi upaya positif yang dilakukan untuk menggunakan metode eksperimen, hal ini dikarenakan
menciptakan sikap positif selama masa pandemi Covid- di Indonesia sendiri belum banyak penelitian pada
19 oleh mahasiswa perantau. Mahasiswa perantau yang kedua variabel dengan menggunakan setting
memiliki perasaan serta pandangan positif akan eksperimen khususnya selama pandemi Covid-19.
membantu dirinya dalam memaknai hambatan yang ada Peneliti lain juga dapat memperluas jangkauan populasi
sebagai sebuah tantangan dan mensyukuri situasi, seperti pada usia remaja hingga dewasa maupun pada
keadaan, pengalaman positif dalam hidupnya serta mahasiswa universitas lainnya.
beradaptasi sehingga kesulitan yang dialami tidak Saran dari peneliti yang dapat dijadikan bahan
dianggap sebagai kondisi yang menyiksa dirinya. pertimbangan bagi para mahasiswa Psikologi UNESA
Penelitian-penelitian yang telah dijelaskan ialah diharapkan mampu menjaga rasa syukur, serta
diatas menunjukan bahwa penelitian yang dilakukan memberikan pemaknaan positif selama situasi pandemi
sejalan dengan hasil penelitian-penelitian terdahulu,

191
Hubungan antara Gratitude dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Psikologi Unesa di Masa Pandemi
Covid-19

Covid-19, serta mahasiswa dapat mengontrol perasaan- Cayubit, R.F. (2020). The effects of gratitude and
perasaan negatif yang dirasakan seperti rasa cemas, kindness on life satisfaction, positive emotions,
khawatir dan dapat meningkatkan rasa syukur pada negative emotions, and COVID-19 anxiety: An
online pilot experimental study. Application
pengalaman dan kondisi menyenangkan yang dialami.
Psychology Health and Well Being, 1-15.
Mahasiswa juga dapat melakukan interaksi dengan Dewantara, J. A., & Nurgiansah, T. H. (2021).
orang-orang terdekat baik melalui media online Efektivitas pembelajaran daring di masa pandemi
maupun secara langsung dengan menjaga protokol covid 19 bagi mahasiswa Universitas PGRI
kesehatan yang ketat. Pemaknaan positif, rasa syukur, Yogyakarta. Jurnal Basicedu, 5(1), 367–375.
dan menjalin hubungan dapat memberikan dampak https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i1.669
yang efektif dan positif dalam meningkatkan Didin, F. S., Mardiono, I., & Yanuarso, H. D. (2020).
Analisis beban kerja mental mahasiswa saat
kesejahteraan subjektif pada diri individu.
perkuliahan online synchronous dan
asynchronous menggunakan metode rating scale
DAFTAR PUSTAKA mental effort. OPSI – Jurnal Optimasi Sistem
Agung, I. M. (2020). Memahami pandemi covid-19 Industri Analisis, 13(1), 49–55.
dalam perspektif psikologi sosial. https://doi.org/10.31315/opsi.v13i1.3501
Psikobuletin:Buletin Ilmiah Psikologi, 1(2), 68– Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2002). Subjective
84. https://doi.org/10.24014/pib.v1i2.9616 well-being: The science of happiness and life
Agustin, M. (2011). Permasalahan-permasalahan satisfaction. In C. R. Snyder & S. J. Lopez (Eds.),
belajar dan inovasi pembelajaran. Refika Handbook of positive psychology (pp. 63–73).
Aditama. New York: Oxford University Press.
Aisyah, A., & Chisol, R. (2018). Rasa syukur kaitannya Diener, E., Suh, E. M., & Oishi, S. (1997). Recent
dengan kesejahteraan psikologis pada guru findings on subjective well-being. Indian Journal
honorer. Proyeksi, 13(2), 109–122. of Clinical Psychology, 24, 25–41.
Alkozei, A., Smith, R., & Killgore, W. D. S. (2018). Diener, E. (2009). The science of well-being the
Gratitude and subjective wellbeing: A proposal of collected works of Ed Diener. Springer.
two causal frameworks. Journal of Happiness Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2002). Subjective
Studies, 19(5), 1519–1542. well-being: The science of happiness and life
https://doi.org/10.1007/s10902-017-9870-1 satisfaction. In Handbook of positive psychology.
Amanah, F., Situmorang, N. Z., & Tentama, F. (2020). Oxford University Press.
Subjective well-being mahasiswa pada masa Diener, E., & Tay, L. (2015). Subjective well-being and
pandemi covid-19 dilihat dari hope dan human welfare around the world as reflected in
employability. Psikostudia Jurnal Psikologi, x(x), the Gallup World Poll. International Journal of
1–3. https://doi.org/10.30872/psikostudia Psychology, 50(2), 135–149.
American Psychologist. Advance online publication, Emmons, R. A., & McCullough, M. E. (2003).
75, 618–630.https://doi.org/10.1037/amp0000662 Counting blessings versus burdens: An
Andrews, F. M., & Withey, S. B. (1976). Social experimental investigation of gratitude and
indicators of well-being: Americans’ perceptions subjective well-being in daily life. Journal of
of life quality. New York: Plenum Personality and Social Psychology, 84, 377−389.
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Pustaka Emmons, R. A., & McCullough, M. . (2004). The
Belajar. psychology of gratitude. Oxford University Press.
Boleyn-Fitzgerald, P. (2016). Gratitude toward Emmons, R. A., & Shelton, C. M. (2002). Gratitude
things. In Perspectives on Gratitude: An and the science of positive psychology. In
interdisciplinary approach. Handbook of positive psychology (C. R. Snyd, pp.
https://doi.org/10.4324/9781315736891 459–471). Oxford University Press.
Bono, G., Emmons, R. A., & Mccullough, M. E. Emmons, R. A., & McCullough, M. E. (2012). The
(2012). Gratitude in Practice and the Practice Psychology of Gratitude. The Psychology of
of Gratitude. In Positive Psychology in Gratitude.https://doi.org/10.1093/acprof:oso/9780
Practice.https://doi.org/10.1002/9780470939338. 195150100.001.0001
ch29 Fredrickson, B. L. (2001). The role of positive
Chan, D.W. (2010). Gratitude, gratitude intervention emotions in positive psychology. The Broaden-
and subjective well-being among Chinese school and-Build Theory of positive emotions. American
teachers in Hong Kong. Educational Psychology, Psychologist, 56, 218-226. Fredrickson, B. L.
30(2), 139-153. (2004).
Compton, W. C. (2005). Introduction to positive Fitria, P. A., & Saputra, D. Y. (2020). Dampak
psychology. Thomson Learning. pembelajaran daring terhadap kesehatan mental
Darmalaksana, W., & Garnasih, T. R. (2021). Pulih dari mahasiswa semester awal. Jurnal Riset
covid melalui psikologi: Studi kasus ppkm di Kesehatan Nasional, 4(2), 60–66.
indonesia. Pre-Print Kelas Menulis, 1–8. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.37294/jrkn.v4i
Datu, J.A.D., Valdez, J.P.M., McInerney, D.M.,&

192
Volume 9 Nomor 1 (2022). Character: Jurnal Penelitian Psikologi.

2.250 and empirical topography. Journal of Personality


Frijda, N. H. (1988). The Laws of Emotion. American and Social Psychology, 82(1), 112–127.
Psychologist, 43, 349-358. https://doi.org/https://doi.org/10.1037/0022-
Gunawan, G., Suranti, N. M. Y., & Fathoroni, F. 3514.82.1.112
(2020). Variations of models and learning Murisal, & Hasanah, T. (2017). Hubungan bersyukur
platforms for prospective teachers during the dengan kesejahteraan subjektif pada orang tua
covid-19 pandemic period. Indonesian Journal of yang memiliki anak tunagrahita di SLB Negeri 2
Teacher Education, 1(2), 61–70. Gratitude, like Kota Padang. KONSELI: Jurnal Bimbingan Dan
other positive emotions, broadens and builds. In Konseling (E-Journal), 4(2), 81–88.
R. A. Emmons, & M. E. McCullough (Eds.) The Mutmainah, S., & Fauziah, N. (2019). Hubungan
Psychology of Gratitude. (pp. 145-166). New antara gratitude dengan subjective well-being
York: Oxford University Press’ pada pengurus penerima program keluarga
Jackowska, M., Brown, J., Ronaldson, A.,& Steptoe, A. harapan (PKH) di Desa Bulakwaru, Tarub Tegal.
(2015). The impact of a brief gratitude Universitas Diponegoro.
intervention on subjective wellbeing, biology and Panggagas, F. A. W. (2019). Pengaruh gratitude
sleep. Journal of Health Psychology, 1-11. terhadap subjective well-being pada mahasiswa
Hamsyah, S. A. (2021). Hubungan antara gratitude kuliah dan bekerja di Universitas 17 Agustus
dengan subjective well- being pada petani kelapa 1945 Samarinda. Motivasi, 7(1), 1–11.
di indragiri hilir (Vol. 7). Universitas Islam Pawicara, R., & Conilie, M. (2020). Analisis
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. pembelajaran daring terhadap kejenuhan belajar
Hasanah, U., Ludiana, Immawati, & PH, L. (2020). mahasiswa tadris biologi iain jember di tengah
Gambaran psikologis mahasiswa dalam proses pandemi covid-19. ALVEOLI: Jurnal Pendidikan
pembelajaran selama pandemi covid-19. Jurnal Biologi, 1(1), 30–38.
Keperawatan Jiwa, 8(3), 299–306. Prabowo, A. (2017). Gratitude dan psychological
Hoi, S. C., Sahoo, D., Lu, J., & Zhao, P. (2018). Online wellbeing pada remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi
learning: A comprehensive survey. Terapan, 5(02), 260–270.
Jannah, M. (2018). Metodologi Penelitian Kuantitatif https://doi.org/https://doi.org/10.22219/jipt.v5i2.4
Untuk Psikologi. Unesa university Press. 857.
Jans-Beken, L., Lataster, J., Peels, D., Lechner, L., & Peterson, C., & Seligman, M. E. P. (2004). Character
Jacobs, N. (2018). Gratitude, psychopathology strengths and virtues: A handbook and
and subjective well-being: Results from a 7.5- classification. New York: Oxford University
month prospective general population study. Press..
Journal of Happiness Studies, 19(6), 1673–1689. Rulanggi, R., Fahera, J., & Novira, N. (2021). Faktor-
https://doi.org/10.1007/s10902-017-9893-7 faktor yang memengaruhi subjective well-being
Kartika, R. (2020). Analisis faktor munculnya gejala pada mahasiswa. Seminar Nasional Psikologi
stres pada mahasiswa akibat pembelajaran jarak UM, 1(1), 406–412.
jauh di masa pandemi covid-19. Edukasi Dan Sibley, C. G., Greaves, L. M., Wilson, M. S., Overall,
Teknologi, 1(2), 1–11. N. C., Lee, C. H. J., Milojev, P., Milfont, T. L.,
Khofifah, N., & Minsih, S. A. (2016). Pengaruh Houkamau, C. A., Duck, I. M., Vickers-Jones, R.,
manajemen kelas dan keaktifan belajar terhadap & Barlow, F. K. (2020). Effects of the COVID-
prestasi belajar kelas tinggi SD Negeri 19 pandemic and nationwide lockdown on trust,
Tunjungsari tahun ajaran 2015/2016. Universitas attitudes toward government, and well-being.
Muhammadiyah Surakarta. Simmel, G. (1950). The sociology of Georg Simmel.
Langston, C. A. (1994). Capitalizing on and coping Glencoe, IL: Free Press
with daily-life events: Expressive responses to Seligman, M. E. P. (2002). Authentic happiness: Using
positive events. Journal of Personality and Social the new positive psychology to realize your
Psychology, 67, 1112−1125. potential for lasting fulfillment. Free Press.
Mahardhika, N. F., & Halimah, L. (2017). Hubungan Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif,
gratitude dan subjective well-being odapus kualitatif, dan R & D. Penerbit Alfabeta
wanita dewasa awal di syamsi dhuha foundation Bandung.
bandung. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, Sugiyono. (2019). Metode penelitian kuantitatif.
4(1), 91–114. Penerbit Alfabeta Bandung.
https://doi.org/10.15575/psy.v4i1.1278 Sumakul, Y., & Ruata, S. C. N. (2020). Kesejahteraan
Maryana, & Prameswari, Y. (2021). Dinamika gratitude psikologis dalam masa pandemi covid-19.
dan subjective well-being pada mahasiswa Journal of Psychology “Humanlight,” 1(1), 1–7.
perantau di masa pandemi covid-19. Synder, C. R., & Lopez, S. . (2007). Positive
Nathiqiyyah : Jurnal Psikologi Islam, 04(01), 1– psychology: The scientific and practical
11.https://ojs.diniyah.ac.id/index.php/Nathiqiyya explorations of human strengths. Sage
h/article/view/247 Publications, Inc.
McCullough, M. E., Emmons, R. A., & Tsang, J.-A. Wahyuningtyas, S., Isro’in, L., & Maghfirah, S. (2019).
(2002). The grateful disposition: A conceptual Hubungan antara perilaku penggunaan laptop

193
Hubungan antara Gratitude dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Psikologi Unesa di Masa Pandemi
Covid-19

dengan keluhan musculosceletal disorder


(MSDS) pada mahasiswa teknik informatika. 1st
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu
Kesehatan, 196–206.
Watkins, P. C. (2004). Gratitude and subjective well-
being. In R. A. Emmons & M. E. McCullough
(Eds.), The psychology of gratitude (pp.
167−192). New York: Oxford University Press
Wibisono, M. (2017). Hubungan antara kebersyukuran
dan kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.
Universitas Islam Indonesia.
.

194

Anda mungkin juga menyukai