Anda di halaman 1dari 16

Laporan Seminar Isu – Isu Terkini dalam Psikologi

Student Engagement di Masa Pembelajaran Jarak Jauh

oleh:
Fathina 'Azizah
18112141059

Jurusan Psikologi
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
2021
Daftar Isi

Daftar Isi 2
BAB I 3
BAB II 6
BAB III 10
BAB IV 12
Daftar Pustaka 13
BAB I
A. Latar Belakang
Pada Maret 2020, Covid-19 untuk pertama kalinya terdeteksi di Indonesia,
peningkatan kasus yang cukup signifikan dan penyebarannya yang cepat membuat
pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Pembatasan sosial berskala besar
menjadi keputusan pemerintah untuk mencegah penyebaran sehingga memengaruhi
kehidupan sehari – hari manusia. Salah satu area yang terdampak adalah pendidikan,
melalui Surat Edaran dari Menteri Pendidikan No 4 Tahun 2020 mengenai
pelaksanaan pembelajaran dalam masa darurat yang mengharuskan pelaksanaan
pendidikan berubah dari secara langsung menjadi melalui layar gawai.
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) akhirnya menjadi keputusan yang diambil oleh
pemerintah Indonesia selama masa pandemi ini. Menurut Permendikbud RI No.24
Tahun 2012, PJJ adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan
pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi informasi
dan komunikasi, dan media lain. Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh
menggarisbawahi tidak adanya pertemuan fisik antara siswa dan guru, hal ini dapat
digantikan dengan pertemuan virtual berupa tayangan video, penyajian materi teks,
hingga grafik dan gambar baik secara real time maupun tertunda (Griffiths, 2016;
Churiyah, Sholikhan, Filianti, & Sakdiyyah, 2020). Seringkali PJJ juga disebut
sebagai pembelajaran daring, pembelajaran daring merupakan sistem yang
memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pembelajaran yang lebih luas dan
variatif.
Keberhasilan PJJ tidak dapat diwujudkan hanya dari salah satu pihak, seluruh
pihak yang terlibat PJJ memengaruhi keberhasilan PJJ termasuk siswa sebagai
subjeknya. Salah satu upaya siswa untuk mewujudkan keberhasilan PJJ adalah dengan
terikat terhadap proses pembelajaran atau memiliki student engagement yang tinggi.
Seperti halnya pada definisi student engagement yang menyinggung usaha siswa
dalam mengikuti pembelajaran, Steinmayr, Weidinger, dan Wigfield (2018)
melakukan penelitian yang menyatakan bahwa ketekunan usaha siswa berkorelasi
secara positif dan kuat dengan behavioral engagement mereka. Penelitian tersebut
juga menunjukkan bahwa konsistensi siswa terhadap minat berkorelasi positif dengan
behavioral engagement mereka. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa student
engagement dapat memengaruhi performa akademik siswa, tetapi penelitian dari
Palos, Maricutoiu, dan Costea (2019) menunjukkan bahwa prestasi akademik yang
tinggi dapat dilihat sebagai anteseden/penyebab student engagement yang tinggi dan
student burnout yang rendah karena siswa dengan nilai tinggi pada term 1 berkorelasi
positif dengan student engagement pada term 2.
Menurut data yang dihimpun oleh UNESCO hingga 15 Maret 2021, terdapat 154,6
juta siswa di seluruh dunia yang pendidikannya terdampak oleh pandemi Covid-19
sehingga sekolah mereka ditutup dan sebagian lainnya melakukan pembelajaran jarak
jauh (UNESCO, 2021). Perubahan sistem pembelajaran menjadi jarak jauh /
pembelajaran daring tentunya memiliki efek bagi para siswa. Survei yang dilakukan
oleh Youth Truth Survey di Amerika Serikat menunjukkan bahwa hanya 41% siswa
yang masih memiliki motivasi cukup untuk mengerjakan tugas sekolah dan hanya
50% siswa yang dapat fokus selama pembelajaran daring. Survei yang melibatkan
lebih dari 20.000 siswa kelas 5 – 12 ini juga menunjukkan bahwa hanya 31% siswa
yang merasa terkoneksi dengan sekolahnya selama pembelajaran jarak jauh. Hal
tersebut menunjukkan banyaknya siswa yang kehilangan motivasi dan engagement
nya terhadap proses belajar mengajar.
Tak jauh berbeda dengan kondisi di negara lain, pendidikan Indonesia juga
terdampak karena adanya pandemi Covid-19. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) mengemukakan bahwa sebanyak 68 juta peserta didik
mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah atas
(SMA) di Indonesia turut terdampak pandemi Covid-19 (Puspita, 2020). Survei yang
dilakukan KPAI terhadap 1700 siswa remaja menunjukkan bahwa 77,8% dari mereka
kewalahan dalam mengerjakan tugas selama PJJ karena waktu yang diberikan sangat
singkat. Sedangkan, survei yang dilakukan oleh Kelompok Kerja Sosial Perkotaan
(KKSP) Jakarta menunjukkan bahwa 61,5% siswa merasa bosan dengan PJJ dan
30,7% siswa tidak bisa fokus dengan pembelajaran.
Survei yang dilakukan oleh peneliti pada 15 siswa SMA di Jogjakarta pada 2021,
mendapatkan data bahwa 45,5% siswa SMA merasakan bosan saat mengikuti
pembelajaran jarak jauh. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya emotional
engagement pada siswa. Mereka juga merasakan perbedaan semenjak PJJ
dilaksanakan, motivasi yang dimiliki siswa semakin turun dan menjadi mudah lelah
dalam mengikuti pembelajaran. Tak jarang dari siswa juga merasa cemas, suasana hati
kacau, tidak memiliki tujuan, kehilangan arah, dan afek negatif lainnya.
B. Urgensi Penelitian
Berbagai data yang dihimpun mengenai kondisi siswa selama PJJ menunjukkan
bahwa kurangnya student engagement terhadap pembelajaran daring. Hal tersebut
tentunya menjadi salah satu hambatan yang cukup berarti dalam mencapai
keberhasilan pelaksanaan PJJ. Student engagement dianggap berpengaruh penting
dalam keberhasilan PJJ karena mencakup berbagai aspek siswa saat mengikuti PJJ
seperti aspek perilaku siswa saat mengikuti pembelajaran, aspek emosi siswa terhadap
pembelajaran, dan aspek kognitif siswa mengenai persepsi mereka terhadap
pembelajaran daring. Jika PJJ tidak menunjukkan tanda – tanda keberhasilan, dampak
jangka panjang yang muncul adalah penurunan kualitas SDM pada suatu generasi
yang terdampak pandemic Covid-19 ini.
Selaras dengan teori ekologi yang dicetuskan Bronfenbrenner (1993) bahwa pada
tingkat kronosistem, suatu keadaan yang meliputi perubahan / konsistensi lingkungan
dari waktu ke waktu dapat memengaruhi individu di dalamnya. Jika kondisi pandemi
dan pembelajaran jarak jauh ini tidak dapat dilewati dengan baik maka akan
memberikan pengaruh buruk kepada siswa di generasi ini. Student engagement yang
dapat menjadi salah satu penunjang keberhasilan PJJ dari pihak siswa tentunya harus
diperhatikan dengan baik supaya dapat memberikan pengaruh baik kepada kualitas
siswa pada generasi ini.
BAB II
A. Definisi
Student engagement dan disengagement merupakan sebuah konstruk yang telah
dikonseptualisasikan sejak tahun 1980-an sebagai media untuk memahami dan
mengurangi kebosanan, keterasingan, dan kasus dropout pada siswa. Perkembangan
penelitian pada beberapa dekade terakhir membuat student engagement tidak hanya
sebagai intervensi siswa yang hampir dropout tetapi juga dapat dikaitkan dengan
prestasi akademik, kesehatan berisiko rendah dan perilaku seksual, wellbeing, dan
hasil jangka panjang, seperti keberhasilan kerja (Christenson, Reschly, & Wylie,
2012).
Menurut Newmann (1992), student engagement merupakan investasi psikologis
siswa dan usaha untuk belajar, memahami, atau menguasai pengetahuan, kompetensi,
atau keahlian pada suatu pekerjaan akademik sehingga akan adanya suatu peningkatan
(Christenson, Reschly, & Wylie, 2012). Student engagement merupakan konstruk
yang bersifat multidimensional, segala perilaku siswa untuk terikat dengan sekolah
yang melibatkan aspek emosi, perilaku, dan kognitif siswa (Fredricks J. A.,
Blumenfeld, Friedel, & Paris, 2005). Sedangkan Reeve (2012) mendifinisikan
engagement sebagai keterlibatan aktif seorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar
(Christenson, Reschly, & Wylie, 2012). Student engagement merupakan bentuk
partisipasi siswa secara aktif pada kegiatan di sekolah, baik di dalam kelas maupun di
luar kelas (Arifani, 2018).
Engagement juga dapat didefinisikan sebagai kualitas hubungan atau keterlibatan
siswa dengan upaya sekolah dan karenanya dengan orang, kegiatan, tujuan, nilai, dan
tempat yang menyusunnya (Skinner, Kinderman, & Furrer, 2009). Terdapat pula
penelitian yang menjadikan motivasi dan engagement dalam satu konstruk dengan
definisi motivasi sebagai energi dan dorongan individu untuk belajar, bekerja secara
efektif dan mencapai potensi mereka, sedangkan engagement sebagai perilaku yang
selaras dengan energi dan dorongan ini (Martin, 2007, 2010a; Liem & Martin, 2011).
Berdasarkan definisi – definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa student
engagement adalah keterlibatan dan usaha yang dikeluarkan siswa dalam mengikuti
pembelajaran di sekolah yang dapat diamati dari berbagai aspek.
B. Faktor – faktor
- Dukungan dari Guru dan Orang tua
Pada teori yang dicetuskan oleh Vygotsky, proses scaffolding dalam
pembelajaran penting untuk mencapai zona perkembangan maksimal dari sang
anak. Scaffolding adalah proses memfasilitasi anak saat belajar yang dilakukan
oleh guru, orang tua, atau orang dengan pengetahuan yang lebih dari sang anak.
Sehingga dukungan dari guru maupun orang tua akan memberi dampak yang baik
dalam proses belajar anak.
Menurut Bempechat dan Shernoff (2012), orang tua yang memberikan
bantuan saat mengerjakan PR memainkan peran penting, tidak hanya dalam
mendorong pembelajaran, tetapi juga dalam strategi untuk manajemen waktu dan
pemecahan masalah. Sebuah penelitian di Ghana yang dilakukan oleh Ansonga et.
al., (2017) menunjukkan bahwa dukungan orang tua memiliki hubungan
campuran dengan student engagement. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dukungan dari orang tua secara langsung berhubungan positif dengan behavioral
engagement tetapi berhubungan negatif dengan emotional engagement. ). Ada
efek tidak langsung yang signifikan secara statistik dari dukungan orang tua pada
behavioral engagegement melalui peran mediasi dari emotional engagement.
Temuan ini berarti emotional engagement membawa beberapa pengaruh dukungan
orang tua pada behavioral engagement. Temuan studi yang dilakukan oleh Lavy
dan Naama-Ghanayim (2020) pada 600-an siswa di Israel menunjukkan
pentingnya kepedulian guru dan hubungannya dengan harga diri siswa,
kesejahteraan, school engagement, dan menunjukkan bahwa pengertian guru dapat
menjadi penyebab siswa merasa bahwa gurunya peduli pada mereka.
- Metode Pembelajaran
Engagement siswa terhadap suatu pembelajaran tentunya dipengaruhi oleh
metode yang digunakan selama pembelajaran tersebut, peta konsep menjadi salah
satu metode yang dapat digunakan untuk menjaga engagement siswa pada masa
pembelajaran daring. Hal tersebut dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan
Fatawi, et. al., (2020) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara penggunaan peta konsep sebagai asesmen formatif dibandingkan
dengan penggunaan soal pilihan ganda sebagai asesmen terhadap student
engagement siswa melalui penelitian eksperimen yang dilakukan terhadap 81
mahasiswa di Universitas Negeri Malang. Selain menggunakan peta konsep,
pandemi menuntut metode pembelajaran melalui e-learning pun harus bervariasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Ritonga, Sunarno, Azimi (2019) menunjukkan
bahwa pada kelompok eksperimen yang mendapat pembelajaran e-learning
dengan Edmodo, hasil pengolahan data menunjukkan tingkat student engagement
mengalami peningkatan dari kondisi sebelum mendapatkan pembelajaran
e-learning. Hal tersebut memberi pencerahan kepada tenaga pendidik untuk
memberi metode yang lebih bervariasi untuk melaksanakan pembelajaran daring.
- Kepribadian Siswa
Sifat atau ciri dalam kepribadian dapat dijadikan sebagai prediktor yang kuat
di berbagai aspek, salah satunya adalah pendidikan. Penelitian yang dilakukan
oleh Erik Noftle dan Richard Robins (2007) terhadap 10.000 siswa sekolah
menengah dan mahasiswa menunjukkan bahwa siswan dengan kepribadian
conscientiousness yang tinggi memiliki nilai akhir / IPK yang tinggi karena
memiliki perilaku kerja keras, meluangkan waktu untuk belajar, memahami cara
belajar yang tepat, dan proaktif saat pembelajaran (Feist & Feist, 2008)
Student engagement melibatkan individu dan interaksinya dengan lingkungan,
maka dari itu pada tingkat personal terdapat kepribadian yang menjadi salah satu
hal yang cukup penting. Penelitian yang dilakukan oleh Zhang, Chen, dan Xu
(2020) mengenai komposisi kepribadian siswa terhadap student engagement pada
suatu diskusi daring menunjukkan hasil bahwa tiap trait pada Big Five Personality
memiliki pengaruh yang berbeda untuk kelompok diskusi. Individu dengan
kepribadian openness dapat menstimulasi engagement anggota kelompok yang
lainnya, kelompok dengan rata - rata skor kepribadian conscientiousness tinggi
maka engagement yang tercipta juga tinggi, kepribadian neuroticism cenderung
akan memiliki student engagement rendah, individu dengan tingkat agreeableness
yang tinggi memiliki affective engagement yang tinggi dan dapat membuktikan
keterikatan kelompok tersebut begitu pula pada kelompok yang skor ekstraversion
nya tinggi maka affective engagement nya tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, student engagement dapat dipengaruhi beberapa faktor


diantaranya dukungan guru dan orangtua, metode pembelajaran, dan kepribadian siswa.
C. Dimensi Student Engagement
1. Dimensi Student Engagement menurut Fredricks, Blumenfeld, Friedel, &
Paris (2005).
a. Behavioral engagement
Behavioral engagement merupakan suatu bentuk partisipasi siswa dalam kegiatan
sekolah, baik di dalam kelas, di luar kelas (ekstrakurikuler), maupun kegiatan
sosial. Perilaku tersebut merupakan perilaku yang mendukung proses
pembelajaran siswa seperti mematuhi aturan kelas, menjawab pertanyaan dari
guru, memperhatihan pembelajaran, dan sebagainya.
b. Emotional engagement
Emotional engagement merupakan suatu bentuk reaksi emosi/afektif siswa
terhadap guru, teman sebaya, pembelajaran, maupun sekolah itu sendiri. Emosi
siswa tidak didikotomiskan menjadi positif atau negatif saja, tetapi emosi ini
bersifat dinamis dan memiliki alur.
c. Cognitive engagement
Cognitive engagement merupakan suatu bentuk kemampuan dan kemauan siswa
dalam menjalani suatu proses pembelajaran tertentu, sehingga tercapailah suatu
prestasi pada bidang tertentu. Dimensi ini menekankan pada investasi yang
dilakukan siswa dalam pembelajaran, seperti strategi belajarnya, pengaturan diri,
dan lain sebagainya.
2. Dimensi student engagement menurut Reeve (2012)
a. Behavioral engagement
Seberapa aktif siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran akan melibatkan
penilaian mengenai konsentrasi, perhatian, dan usahanya.
b. Emotional engagement
Kehadiran emosi yang memfasilitasi dalam mengerjakan tugas (adanya minat saat
mengerjakan tugas) dan tidak adanya emosi yang menghambat tugas (merasa
stres saat akan mengerjakan tugas).
c. Cognitive engagement
Menentukan strategi pembelajaran yang efisien daripada yang konvensional
untuk proses pembelajaran dirinya sendiri, berusaha memahami materi lebih
dalam tidak hanya secara general/permukaannya saja.
d. Agentic engagement
Sejauh mana siswa mencoba untuk memperkaya pengalaman belajar maupun
pengetahuannya daripada hanya secara pasif menerima sesuatu yang diberikan.
BAB III
A. Variabel – variable terkait
1. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Singh, Kumar, dan Srivastava (2020)
menunjukkan bahwa:
- Student engagement memiliki hubungan negatif / berkorelasi secara negatif
dengan academic burnout dan kesepian.
- Internal locus of control memiliki dampak yang sedang terhadap student
engagement dan academic burnout
- Kesepian bertindak sebagai mediator parsial untuk hubungan antara
burnout-student engagement.
2. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurmalita, Yoenanto, dan Nurdibyanandaru
(2020) menunjukkan bahwa:
- Subjective well being, peer support, dan efikasi diri mempengaruhi student
engagement.
- Efikasi diri memberikan nilai pengaruh paling besar dibandingkan SWB dan peer
support.
3. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zhang, Chen, dan Xu (2020) menunjukkan
adanya pengaruh tipe kepribadian OCEAN dengan student engagement dengan
rincian:
- Pada tipe kerpibadian neurotisme, tidak ada relevansi yang signifikan antara
Team Personality Elevation (TPE) neurotisme dengan studeng engagement
- Pada tipe kepribadian Ekstraversion, kelompok diskusi yang semua anggotanya
memiliki skor Ekstraversion tinggi akan memiliki affective engagement yang
tinggi pula.
- Pada tipe kepribadian Openness, individu dengan skor openness yang tinggi dapat
menstimulasi anggota kelompok lain supaya antusias saat diskusi.
- Pada tipe kepribadian Agreeableness, individu dengan tingkat agreeableness yang
tinggi memiliki affective engagement yang tinggi dan dapat membuktikan
keterikatan kelompok tersebut.
- Pada tipe kepribadian conscientiousness, jika kelompok diskusi memiliki tingkat
conscientiousness yang semakin beragam maka group engagement akan semakin
tinggi.
4. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Moreira et. al (2020) menunjukkan bahwa:
- Dimensi dari student engagement berkorelasi negatif secara signifikan dengan
fenotipe tipe kepribadian novelty seeking, namun berkorelasi positif secara
signifikan dengan reward dependence, persistence, self-directedness, dan
cooperativeness.
- Profil temperamen memiliki efek yang signifikan terhadap seluruh dimensi dari
student engagement
5. Menurut Ella R. Kahu (2013), student engagement dipengaruhi oleh aspek
sosiokultural.
- Aspek psikososial yang mempengaruhi student engagement dibagi menjadi pihak
sekolah (proses mengajar, beban kerja, dukungan, staff) dan pihak siswa
(motivasi, efikasi diri, skills, dan identitas diri)
Dengan demikian, student engagemenet dipengaruhi oleh locus of control,
kepribadian, subjective well being, peer support, efikasi diri, dan aspek psikosial.
B. Paradigma Penelitian
Kondisi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) telah dilaksanakan lebih dari satu tahun di
berbagai instansi Pendidikan di Indonesia. Perubahan sistem pembelajaran ini tentunya
memberikan dampak bagi seluruh pihak termasuk siswa, peran siswa selama
pembelajaran akan mengalami perubahan demi terwujudnya PJJ yang maksimal. Jika PJJ
tidak dapat berjalan maksimal, maka kualitas siswa yang dicetak pun tidak maksimal dan
dapat memengaruhi kualitas SDM di Indonesia.
Salah satu untuk mencapai keberhasilan PJJ dari sisi siswa adalah kesejahteraan
siswa yang di dalamnya mencakup student engagement. Selama PJJ, siswa harus terlibat
aktif dalam pembelajaran sehingga ilmu yang diserap pun dapat maksimal. Student
engagement melibatkan aspek perilaku, kognitif, emosi, dan agentik dari siswa sehingga
siswa tidak hanya terlibat dari satu hal seperti hanya mengerjakan tugas (aspek perilaku)
atau hanya merasa senang (aspek emosi), tetapi dapat terlibat dari seluruh aspek.
Student engagement merupakan hasil interaksi antara individu dengan
lingkungannya, sehingga student engagement dipengaruhi oleh aspek personal seperti
kepribadian. Kepribadian terbagi ke dalam beberapa tipe. Kepribadian yang berbeda dari
tiap individu akan menghasilkan student engagement yang berbeda pula. Kepribadian
yang mengacu pada teori big five akan menjadi tinjauan peneliti dalam penelitian ini.
Teori big five dikelompokan ke dalam lima trait, yaitu extraversion (E), agreeableness
(A), openness (O), conscientiousness (C), dan neuroticism (N).
Peneliti tertarik untuk mengetahui apakah student engagement dipengaruhi dimensi
kepribadian, selain itu untuk mengetahui dimensi dari student engagement mana yang
memiliki hubungan positif dengan tipe kepribadian yang ada pada teori big five.

BAB IV
A. Kesimpulan
Student engagement merupakan salah satu faktor penting tercapainya
keberhasilan proses pembelajaran karena student engagement mencakup seluruh
aspek dari diri siswa yang dimaksudkan sebagai usaha untuk terlibat dalam
pembelajaran. Student engagement terdiri dari berbagai aspek diantaranya perilaku,
emosi, kognitif, dan agentik. Berdasarkan berbagai penelitian, student engagement
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya dukungan guru dan orangtua, metode
pembelajaran, dan kepribadian siswa. Student engagement tidak hanya dihubungkan
dengan tipe kepribadian tertentu saja, tetapi juga berdasar sifat – sifat yang dimiliki
siswa secara personal seperti self efficacy, locus of control, dan lain – lain. Menjadi
suatu konstruk psikologis yang cukup personal, student engagement memiliki
dinamika yang menarik dengan tipe kepribadian.
Daftar Pustaka
Ansonga, D., Okumub, M., Bowena, G. L., Walkera, A. M., & Eisensmitha, S. R. (2017). The
role of parent, classmate, and teacher support in student engagement: Evidence from
Ghana. International Journal of Educational Development.
Arifani, A. D. (2018). PEER ATTACHMENT DAN STUDENT ENGAGEMENT PADA SISWA
SMA. Universitas Islam Indonesia, Psikologi, Yogyakarta.
Bempechat, J., & Shernoff, D. J. (2012). Parental Infl uences on Achievement Motivation and
Student Engagement. In S. L. Christenson, A. L. Reschly, & C. Wylie, The Handbook
of Research on Student Engagement. Springer.
Bronfrenbenner, U. (1993). Ecological Models of Human Development. In M. Gauvanin, &
M. Cole, Readings on the developmental of children (pp. 37 - 43). New York:
Freeman.
Choi, B.-Y., Song, S., & Zaman, R. (2020). Smart Education: Opportunities and Challenges
Induced by COVID-19 Pandemic [A Survey-Based Study]. IEEE International Smart
Cities Conference (ISC2). Piscataway: IEEE.
Christenson, S. L., Reschly, A. L., & Wylie, C. (Eds.). (2012). Handbook of Student
Engagement. Springer Science+Business Media.
Churiyah, M., Sholikhan, Filianti, & Sakdiyyah, D. A. (2020). Indonesia Education
Readiness Conducting Distance Learning in Covid-19 Pandemic Situation.
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding.
Fatawi, I., Dageng, I. N., Setyosari, P., Ulfa, S., & Harashima, T. (2020). Effect of
Online-Based Concept Map on Student Engagement and Learning Outcomes.
International Journal of Distance Education Technologies, 42-56.
Feist, J., & Feist, G. J. (2008). Theories of Personality, Seventh Edition. McGraw Hills.
Fredricks, J. A., Blumenfeld, P., Friedel, J., & Paris, A. (2005). School Engagement.
Kahu, E. R. (2013). Framing student engagement in higher education. Studies in Higher
Education.
Lavy, S., & Naama-Ghanayim, E. (2020). Why care about caring? Linking teachers’ caring
and sense of meaning at work with students’ self-esteem, well-being, and school
engagement. Teaching and Teacher Education.
Liem, G. A., & Martin, A. J. (2011). The Motivation and Engagement Scale: Theoretical
Framework, Psychometric Properties, and Applied Yields. Australian Psychological
Society.
Moreira, P. A., Inman, R. A., Cloninger, K., & Cloninger, C. R. (2020). Student engagement
with school and personality: a biopsychosocial and person-centred approach. British
Journal of Educational Psychology.
Nurmalita, T., Yoenanto, N. H., & Nurdibyanandari. (2021). Pengaruh Subjective Well Being,
Peer Support, dan Efikasi Diri Terhadap Student Engagement Siswa Kelas X di
Empat SMAN di Kabupaten Sidoarjo. Anima Indonesia Psychological Journal.
Paloș, R., Maricuţoiu, L. P., & Costea, I. (2019). Relations between academic performance,
student engagement, and student burnout: A cross-lagged analysis of a two-wave
study. Studies in Educational Evaluation.
Puspita, R. (2020, Agustus 4). Kemendikbud: 68 Juta Siswa Terdampak Pandemi Covid-19.
Diambil kembali dari Republika:
https://republika.co.id/berita/qejb7r428/kemendikbud-68-juta-siswa-terdampak-pande
mi-covid19
Reeve, J. (2012). A Self-determination Theory Perspective on Student Engagement. In S. L.
Christenson, A. L. Reschly, & C. Wylie, Handbook of Research on Student
Engagement.
Ritonga, D. A., Sunarno, A., & Azmi, C. (2019). Student Engagement dalam Penerapan
E-Learning pada Pembelajaran Psikologi Olahraga di PJKR FIK Universitas Negeri
Medan. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 135-145.
Singh, L. B., Kumar, A., & Srivastava, S. (2020). Academic burnout and student engagement:
a moderated mediation model of internal locus of control and loneliness. Journal of
International Education in Bussiness.
Sitompul, I. (2020). Survei KKSP: Lebih 50 Persen Siswa dan Orang Tua Sebut
Pembelajaran Jarak Jauh Membosankan dan Tak Efektif. Retrieved from Trans
Indonesia:
https://transindonesia.co/2020/04/survei-kksp-lebih-50-persen-siswa-dan-orang-tua-se
but-pembelajaran-jarak-jauh-membosankan-dan-tak-efektif/
Skinner, E. A., Kinderman, T. A., & Furrer, C. J. (2009). A Motivational Perspective on
Engagement and Disaffection. Educational and Psychological Measurement.
Steinmayr, R., Weidinger, A. F., & Wigfield, A. (2018). Does Student's Grit Predict Their
School Achivement Above and Beyond Their Personality, Motivation, and
Engagement? Contemporary Educational Psychology.
UNESCO. (2021, Maret 15). Education: From disruption to recovery. Diambil kembali dari
UNESCO: https://en.unesco.org/covid19/educationresponse
Zhang, X., Chen, G., & Xu, B. (2020). The Influence of Big-Five Personality Composition on
Student Engagement in Online Discussion. International Journal of Information and
Educational Technology.

Anda mungkin juga menyukai