Anda di halaman 1dari 23

TANTANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA ERA NORMAL

BARU DI KOTA WAINGAPU KABUPATEN SUMBA TIMUR


Angelita Doke Koro1 Roslin Paji Jera2 Jumaspan Umbu Wuri3
1
Fakultas Ilmu-ilmu Sosial, Universitas Kristen Wira Wacana Sumba
2
Fakultas Ilmu-ilmu Sosial, Universitas Kristen Wira Wacana Sumba
3
Fakultas Ilmu-ilmu Sosial, Universitas Kristen Wira Wacana Sumba

email: angelitadokekoro312@gmail.com2

Abstrak
Tujuan penelitian merupakan untuk mengetahui tantangan
pembelajaran matematika di masa Covid-19 ke era normal baru. Penelitian
yang digunakan pada penelitian tersebut adalah pendekatan kualitatif pada
penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tantangan yang
dialami peserta didik, guru, dan orang tua. Untuk menemukan data terkait
kendala yang dialami oleh guru, peserta didik dan orang tua, peneliti
melakukan observasi sebagai langkah awal penelitian. Selanjutnya,
menjalankan kuesioner online dan wawancara sebagai pengembangan
instrumen penelitian untuk melengkapi dan membandingkan data.tujuan
penelitian menjelaskan tentang tantangan yang dihadapi dalam pembelajaran
di masa Covid-19. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 23-30 Oktober 2020.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di ke 7 SMP yang berada di kota
waingapu adanya tantangan belajar di masa pandemi Covid 19 yaitu
penyajian materi belajar yang masih kurang, kurangnya sara-prasarana
belajar, gangguan jaringan pada saat belajar dan kesadaran diri peserta didik
dalam belajar. Adapun strategi yang bisa dilakukan dalam menghadapi
tantangan belajar adalah sikap keaktifan peserta didik dalam belajar tanpa
harus menunggu untuk disuruh belajar, tetapi peserta harus menemukan
sendiri dalam menggunakan segala fasilitas yang ada, baik itu orang tua, guru
serta lingkungan sekitar.

Kata Kunci: Tantangan, Pembelajaran,


Matematika, Covid
Abstract
The research objective was to determine the challenges of learning
mathematics during the Covid-19 era into the new normal era.The research
used in this research is a qualitative approach to descriptive research. This
research was conducted to determine the challenges experienced by students,
teachers, and parents.To find data related to the constraints experienced by
teachers, students and parents, researchers made observations as a first step in
the research.Furthermore, running online questionnaires and interviews as a
research instrument development to complement and compare data. The
research objectives explain the challenges faced in learning during the
Covid-19 period. The research was conducted on 23-30 October
2020.Based on the results of research conducted at 7 junior high schools in the
city of Waingapu, there were learning challenges during the Covid 19
pandemic, namely the presentation of learning material that was still
lacking, lack of learning infrastructure, network disruption during learning and
self-awareness of students in learning.The strategy that can be done in facing
learning challenges is the active attitude of students in learning without having
to wait to be told
to learn, but participants must find themselves in using all available facilities,
be it parents, teachers and the surrounding environment.

Keywords: Challenges, Learning,


Mathematics, Covid-19

PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini merupakan peristiwa
yang membuat perubahan dalam kehidupan manusia dan berdampak pada
berbagai bidang salah satunya pendidikan. Penutupan sekolah merupakan
tindakan pemerintah yang di Kabupaten Sumba Timur maupun di berbagai
daerah lainnya, sebagai upaya melindungi peserta didik agar tidak tertular
Covid-19. Untuk menjaga segala kemungkinan dari penularan Covid-19 yaitu
dengan menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, serta membatasi
perkumpulan berskala besar. PandemiCovid-19 berpengaruh dalam seluruh
komponen pendidikan untuk menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
(Wiryanto, 2020).
Selama masa pandemi Covid-19, Pembelajaran Jarak Jauh menjadi
pilihan utama. Pembelajaran Jarak Jauh merupakan kegiatan belajar
mengajar yang menggunakan media sebagai alat untuk berinteraksi antara
guru dan peserta didik (Prawiyogi et al., 2020).(Dina Amsari, 2018)
Pembelajaran Jarak Jauh dilakukan secara Dalam Jaringan (daring) dan Luar
Jaringan (luring) oleh sekolah-sekolah yang berada di Kota Waingapu
Kabupaten Sumba Timur. Pembelajaran jarak jauh disebut sebagai pelatihan
yang diikuti peserta didik tanpa berkumpul disuatu tempat, melainkan menerima
bahan-bahan belajar dan instruksi-instruksi secara detail. Pembelajaran daring
dilakukan melalui beberapa portal dan aplikasi pembelajaran daring dengan alat
bantu berupa handphone, tablet dan laptop. Sedangkan, Pembelajaran Jarak
Jauh luring menggunakan televisi, radio, modul belajar mandiri serta lembar
kerja, bahan ajar cetak, alat peraga dan media belajar yang ada dilingkungan
sekitar peserta didik.
Pembelajaran matematika adalah suatu proses peningkatan atau
pengembangan berpikir yang dilakukan peserta didik dengan dibantu oleh guru
dalam belajar (Amir & Risnawati, 2016). Pembelajaran matematika yang
dilaksanakan pada masa Covid-19 adalah menggabungkan pembelajaran tatap
muka dan virtual. Akan tetapi, perubahan ini membawakan peserta didik dan
guru untuk belajar melakukan hal-hal yang baru dalam pembelajaran.
Teknologi menjadi suatu hal yang sangat penting dalam pembelajaran untuk
memberikan ruang gerak bagi peserta didik dalam bereksplorasi, memudahkan
interaksi serta adanya kolaborasi yang dibangun oleh guru dan peserta didik
dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku
yang disebabkan oleh suatu kondisi dalam perencanaan untuk memfasilitasi
agar timbulnya respon peserta didik(Dina Amsari, 2018).
Adapun pernyataan penelitian yang dilakukan oleh Wahyono dkk bahwa
“Guru profesional di masa pandemi Covid-19:Review implementasi,
tantangan dan solusi pembelajaran” menyatakan bahwa kendala yang
dihadapi berupa keterbatasan jaringan, kurangnya pelatihan, kurangnya
kesadaran dan juga kesukaan untuk belajar merupakan suatu masalah utama.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti berminat untuk meneliti “Tantangan
Pengembangan Cara Belajar Peserta Didik Di MasaPandemi Covid-19 Ke Era
New Normal”. Dengan tujuan agar sistem penyelenggaraan pendidikan
terlaksana untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Mengacu pada
kesejahteraan kehidupan berbangsa Indonesia pada UUD 1945 alinea ke-4.
Proses perubahan perilaku dan memulai kebiasaan yang baru orang-orang
mengalami pengakhiran yang sulit, kehilangan psikologis yang sangat besar,
merasa terombang- ambing, kecemasan meningkat dan motivasi menurun.
Ditinjau dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada di Wilayah
Kabupaten Sumba Timur.

KAJIAN TEORI
A. Matematika
Menurut Ani Sunarsi dalam Hasibuan E. (2018:21) meyatakan bahwa
matematika adalah sarana untuk mendapatkan suatu jawaban atas
permasalahan yang di alami manusia yaitu dengan menggunakan informasi,
mengggunakan perhitungan, serta pengetahuan berupa ukuran dan bentuk
dan manusia berpikir bagaimana melihat dan dalam menghubungkan.
Menurut Hasmira (2016:8) matematika merupakan dasar ilmu pengetahuan
perlu dikuasai dengan baik oleh peserta didik, sejak dari jenjang sekolah
dasar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan dasar ilmu
pengetahuan sebagai sarana dalam memecahkan suatu masalah dengan
berdasarkan pada perhitungan.
B. Tantangan Pembelajaran Matematika
Pembelajaran yang berlangsung secara daring atau belajar dari rumah
merupakan salah satu tindakan yang perlu dilakukan karena merupakan isi
surat edaran dari Menteri Pendidikan maupun Pemerintah Republik
Indonesia (Santoso, 2020). Tantangan yang dialami pada kondisi saat ini
adalah pembelajaran matematika yang dilaksanakan menggunakan aplikasi
secara daring yaitu: google classroom, whatsapp group, youtube, google
meet dan aplikasi lainnya (Kencanawati, Febriyanti, & Irawan, hal. 219).
Adanya pembelajaran ini, merupakan suatu tantangan baru bagi guru
maupun peserta didik yang dipandang sebagai peraturan yang baru.
C. Normal Baru
Normal baru merupakan pola hidup masyarakat dalam menggerakkan
ekonomi dalam mengikuti perilaku perubahan budaya (Muhyiddin, 2020).
Normal baru merupakan salah satu tatanan yang mempengaruhi proses
keberlangsungan Pendidikan yang ada di Indonesia sesuai dengan surat
keputusan yang dikeluarkan (Firmansyah & Kardina, 2020). Surat edaran
kemendikbud No. 15 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Belajar dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Jadi, segala
aktivitas kehidupan masyarakat akan senantiasa berlangsung sesuai dengan
tatanan yang diatur sesuai dengan keputusan pemerintah.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang digunakan pada penelitian tersebut adalah pendekatan


kualitatif pada penelitian deskriptif. Jenis penelitian deskriptif kualitatif
merupakan data kualitatif dan dijabarkan secara deskriptif pada suatu
metode penelitian (Sendari, 2019). Penelitian deskriptif adalah data yang
disajikan dalam bentuk kata-kata, gambar dan bukan angka.(Ghony &
Almanshur, 2012). Penelitian dilakukan di berbagai Sekolah Menengah Pertama
(SMP) yang berada di kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tantangan yang dialami
peserta didik, guru, dan orang tua.Untuk menemukan data terkait kendala yang
dialami oleh guru, peserta didik dan orang tua, peneliti melakukan observasi
sebagai langkah awal penelitian. Selanjutnya, menjalankan kuesioner online
dan wawancara sebagai pengembangan instrumen penelitian untuk melengkapi
dan membandingkan data.
Peneliti memperoleh informasi melalui teknik pengumpulan
data sebagai berikut:

1
.
O
b
s
e
r
v
a
s
i
Metode observasi merupakan perilaku dalam lingkungan atau
ruang,waktu dan keadaan tertentu sebagai cara yang tepat untuk
mengontrol perilaku subjek penelitian.

2.Wawancara
Kemudian, untuk menggali lebih mendalam terhadap subjek penelitian
yang bersifat apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti serta hal-
hal yang mencakup waktu yaitu menggunakan metode wawancara(Salim &
Haidir, 2019).

3. Angket
Angket mempunyai peran yang tidak jauh berbeda dengan teknik
wawancara, yang menjadi perbedaannya hanya pada pelaksanaan
pengumpulan data. Angket diisi oleh responden secara tertulis sedangkan
wawancara, peneliti menyampaikan pertanyaan secara langsung kepada
responden. Data angket akan menghasilkan data deskriptif bukan
berupa angka. Pengumpulan data menggunakan angket sangatlah
efisien. Daftar pertanyaan kuesioner/angket dapat dibuat dengan petunjuk
sebagai berikut (Sutabri, 2012):
a. Terlebih dahulu merencanakan pengumpulan fakta/opini yang terkait
denganpenelitian dalam suatu perencanaan.
b. Menentukan tipe-tipe pertanyaan sesuai dengan fakta/opini yang
telahdikumpulkan.

c. Menuliskan tipe-tipe pertanyaan yang akan digunakan dalam


penelitian.Pertanyaan harus bersifat jelas dan sederhana atau mudah
dipahami.
d. Melakukan uji coba pada beberapa responden kurang lebih dari 3
orangresponden. Untuk mengevaluasi tingkat kejelasan dari tipe-tipe
pertanyaan, bila kurang dipahami perlu untuk di perbaiki.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tujuan penelitian menjelaskan tentang tantangan yang dihadapi


dalam pembelajaran di masa Covid-19. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 23-
30 Oktober 2020.

A. Hasil
3.1 Profil singkat Responden
Responden yang menjadi sasaran dalam penelitian ini merupakan peserta
didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada di Kota Waingapu,
Kabupaten Sumba Timur diberikan dalam bentuk link google form dengan
total responden sebanyak 102 orang. Pelaksanaan pembelajaran jarak
jauh berdasarkan deskripsi tantangan yang dihadapi oleh peserta didik di tingkat
SMP dalam wilayah Kota Waingapu diketahui dari tanggapan informan
kuesioner pada pernyataan- pernyataan.

Gambar 1. Jenis Kelamin

Jumlah responden berdasarkan hasil pengisian kuesioner online


terhadap pembelajaran matematika di masa Covid-19 sebanyak 65,7 %
perempuan dan 34,3 % laki-laki dari 102 responden yang tersebar
dibeberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Waingapu.

Gambar 2.
Tempat
Domisili
Berdasarkan data kuesioner, 93,1 % peserta didik yang
mengisi kuesioner
berdomisili didalam Kota Waingapu. Sedangkan sisa persentase adalah
peserta didik yang berda diluar kota waingapu.
3.2 Kondisi Pembelajaran Daring

Gambar 3. Metode Pembelajaran


Daring/Luring

Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner terkait metode


pembelajaran matematika yang digunakan oleh guru tingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di Kota Waingapu selama masa pandemi yaitu
sebanyak 69,6 % menggunakan metode Dalam Jaringan (daring) dan 30,4 %
menggunakan metode Luar Jaringan (luring). Hal tersebut menunjukkan
bahwa penggunaan metode pembelajaran daring adalah salah satu upaya
dalam melindungi peserta didik dari penularan Covid-19. Walaupun
demikian, data menunjukkan bahawa pembelajaran luring masih
dilaksanakan karena ada beberapa
peserta didik yang mengalami kendala dalam pembelajaran daring.

Gambar 4. Alat yang digunakan dalam pembelajaran secara


daring/online
Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner online bahwa
menunjukkan sebanyak 92,2% menggunakan Handphone/Android,
sedangkan sisa presentase menggunakan laptop, komputer, tablet, La,
sistem belajar tatap muka, buku LKS dan buku paket. Hal tersebut,
dikarenakan Handphone/Android merupakan alat yang sederhana dan
mudah digunakan oleh peserta didik yaitu bersifat fleksibel.
Gambar 5. Koneksi Internet yang
digunakan

Berdasarkan data hasil kuesioner online terhadap koneksi internet


yang digunakan

peserta didik di tingkat SMP sebanyak 40,2 % menggunakan internet HP


sendiri, 41,2 % menggunakan wifi, 15,7 % menggunakan Tethering dengan
HP saudara maupun orang tua, sedangkan sisa presentase menggunakan
tatap muka atau hanya diberikan tugas modul dan hotspot. Hal tersebut
menunjukkan bahwa persentase penggunaan wifi dan internet HP sendiri
hampir seimbang dikarenakan banyak peserta didik yang tidak memiliki
kuota intenet. Di sisi lain, peserta didik memilih menggunakan internet HP
sendiri untuk menjaga kestabilan sinyal.

Gambar 6. Model interaksi pembelajaran daring/online


yang digunakan

Berdasarkan data hasil kuesioner, model interaksi dalam


pembelajaran
matematika yang dialami peserta didik selama masa pandemi Covid-19
yakni sebanyak

70,6 % non tatap muka dengan menggunakan whatsapp, Line,


Facebook, Messeger, Telegram dan lain-lain, sebanyak 14,7 % campuran
(tatap muka dan non tatap muka), tatap muka dengan menggunakan aplikasi
Zoom/webex/skype/webinar dan lain-lain, sedangkan sisanya
persentasenya sistem pembelajaran yang digunakan yakni sistem
gugus/kelompok yang berdekatan rumah, belajar dari rumah dan
memberikan tugas lewat

WhatsApp.

Gambar 7. Aplikasi pembelajaran


daring/online
Berdasarkan data kuesioner, aplikasi yang sering digunakan dalam
pembelajaran

matematika secara daring/online yakni 34,3 % menggunakan google class,


sedangkan 9,8

% menggunakan google meet, 8,8 % menggunakan zoom, sedangkan sisa


persentasi dengan cara webinar, facebook live, youtube live, webwx dan
skype. Aplikasi google class memiliki persentase paling tinggi dikarenakan
cara penggunaannya mudah, efisien dan adanya interaksi yang baik antara
guru dan peserta didik.

3.3 Hambatan dan Solusi Pembelajaran Daring


Gambar 8. Tingkat
Pemahaman materi

Berdasarkan data kuesioner yang diisi oleh peserta didik sebanyak


39% cukup memahami pembelajaran matematika, 24% kurang cukup
memahami pembelajaran daring, dan 13 % peserta didik tidak
memahami, memahami dan sangat memahami pembelajaran
matematika secara darin. Sehingga, pembelajaran matematika secara
daring di Kota Waingapu belum efektif karena berada pada persentase
sedang.
Gambar 9. Kualitas Penyajian Pelajaran
Matematika
Berdasarkan hasil data kuesioner, kualitas penyajian pelajaran
matematika di

tingkat SMP dalam Kota Waingapu selama masa pandemi sebanyak 25 %


cukup baik, 24
% baik, 22 % sangat baik, 20 % kurang cukup dan 11 % sangat tidak
cukup. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas penyajian pelajaran
matematika masih rendah.

Gambar 10. Kesiapan Fasilitas Pembelajaran daring


Berdasarkan kuesioner, kesiapan fasilitas pembelajaran daring
sebanyak 22,5%
kurang siap karena jaringan internet tidak stabil dan kuota tidak
mencukupi, 19,6% peserta didik sangat siap karena internet cepat dan
kuota cukup, 18,6% siap karena internet cepat dan kurang siap karena
jaringan internet tidak stabil dan kuota tidak mencukupi, 8,8% kurang siap
karena jaringan internet tidak stabil dan sisa persentasenya adalah peserta
didik tidak menggunakan HP atau tidak secara online. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kesiapan fasilitas pembelajaran daring di tingkat SMP
dalam Kota Waingapu masih minim.
Gambar 11. Keungggulan Pembelajaran Matematika Secara
Daring

Berdasarkan data kuesioner online, keunggulan pembelajaran


matematika secara daring di Kota Waingapu memiliki persentase
sebanyak 23,5% berpendapat bahwa pembelajaran daring merupakan
pengalaman baru bagi para peserta didik, sedangkan 20,6% materi
terdokumentasi dan dapat dipelajari kembali, 19,6% berpendapat
bahwa pembelajaran matematika secara daring lebih santai dan
fleksibel,17,6% lebih hemat waktu, 11,8% peserta didik lebih berani
bertanya dan mengajak berdiskusi dan sisa persentase lebih suka ke
sekolah dan lebih murah. Hal tersebut menunjukkan bahwa keunggulan
pembelajaran matematika secara daring peserta didik beranggapan
sebagai pengalaman baru dalam proses belajar peserta didik dan juga
sebagai tantangan.

Gambar 12. Kekurangan Pembelajaran Matematika

Berdasarkan data kuesioner online, ditemukan kekurangan dalam


pembelajaran matematika tingkat SMP di Kota Waingapu yaitu sebanyak
54% peserta didik kurang memahami materi yang dijelaskan guru, 53%
jaringan internet kadang tidak stabil, 34% peserta didik mendapat tugas
terlalu banyak, 25% konsentrasi peserta didik kadang menurun, 22% sering
diganti dengan tugas online, 5% jadwal pembelajaran matematika sering
diganti, dan 1 % sering diganti dengan tugas online. Hal tersebut,
menunjukkan bahwa kekurangan pembelajaran matematika secara
daring/online sangat bervariasi yang dialami oleh peserta didik.

Gambar 13. Perbandingan pembelajaran daring dan


tatap muka

Berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh peserta didik tingkat


SMP di Kota

Waingapu, sebanyak 80,4 % berpendapat bahwa pembelajaran tatap


muka secara langsung lebih baik dan 19,6 % berpendapat bahwa
pembelajaran daring atau online lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa
peserta didik lebih memilih pembelajaran tatap muka langsung dikelas dari
pada daring.
Adapun hasil wawancara dengan guru matematika dan
orang tua murid.

Wawancara guru di SMP


menjelaskan bahwa:

SMP X berpendapat bahwa: 1) Kendala pembelajaran yang dialami


oleh guru di masa Covid-19 yaitu, pada sarana-prasarana
pembelajaran,pengetahuan guru yang masih merasa kaku karena tidak
terbiasa dengan suasana pembelajaran online serta peserta didik kurang
mengikuti pembelajaran dengan maksimal. 2) biaya yang dikeluarkan
pada pembelajaran di masa Covid-19 yaitu untuk pembelajaran luring
Rp3.000.000 digunakan untuk fotocopy materi pembelajaran, bahan
bakar kendaraan. Sedangkan untuk daring berkisaran 1.000.4000. 3)alat
peraga yang digunakan berupa
video pembelajaran. 4) hasil pembelajaran online saat penilaian tengah
semester yaitu peserta didik yang tuntas hanya 10% dan yang tidak
tuntas 90%. 5). Adapun bantuan dana yang diterima dari sekolah yaitu
uang senilai 1.000.000/perbulan. 6)metode pembelajaran yang
digunakan adalah kembali kepada metode konvensional. 7) adapun
tanggapan guru-guru dalam pembelajaran online di masa Covid adalah
bahwa pembelajaran online bisa dipakai, akan tetapi,bila didukung
dengan fasilitas yang memadai, sehingga pembelajaran offline lebih
baikdari pembelajaran online.
SMP Y berpendapat bahwa: 1) Kendala pembelajaran yang dialami
oleh guru di masa Covid-19 yaitu, kendala umum banyak siswa yang
tidak mengumpulkan tugas dan kendala secara khususnya adalah banyak
siswa yang tidak mempunyai hp. 2). Biaya yang dikeluarkan pada
pembelajaran di masa Covid-19 tidak terlalu menghabiskan biaya
sebab menggunakan wifi yang pembayaran /bulan kisaran
385.000 3). Alat peraga yang digunakan berupa materi dikirim ke google
class room disertakan dengan latihan soal. 4) hasil pembelajaran online
saat penilaian tengah semester yaitu peserta didik yang tuntas 85%
dan tidak tuntas 15%. 5). Adapun bantuan dana di masa pembelajaran
Covid-19 yaitu, adanya bantuan dana dari sekolah untuk menggantikan
dan dikeluarkan oleh guru. 6)metode pembelajaran yang digunakan
adalah Discovery learning. 7) adapun tanggapan guru-guru dalam
pembelajaran online di masa Covid adalah bahwa pembelajaran online
tidak memuaskan, karena lebih baik pembelajaran tatap muka.
Wawancara orang tua murid:

Orang tua si A berpendapat : 1)cara mengontrol anak dalam


pembelajaran online yaitu selalu mengingatkan anak dalam belajar.
2).kesulitan yang dialami orang tua dalam mengontrol pembelajaran
online anak yaitu minimnya pendidikan orangtua serta anak sedikit
membangkang dalam belajar 3)biaya yang dikeluarkan orang tua dalam
membantu anak belajar di masa pandemi Covid-19 biaya pulsa dan
kadang ada juga LKS yang harus diantar ke rumah guru, sehinggan
biaya yang dikeluar.
Orang tua si B berpendapat bahwa: 1) mengantrol anaknyan dengan
membantu dalam belajar bila ada kesulitan. 2)kesulitan yang dialami
oranng tua yaitu harus membagi waktu untuk mengerjakan pekerjaan
rumah serta membantu anak dalam belajar.
3)biaya yang dikeluarkan tiap bulan yaitu
500.000/bulan.
B. Pembahasan

Tantangan yang dialami oleh guru, peserta didik dan orang tua
dalam pembelajaran online khususnya pendapat dari 7 sekolah yang ada di
kota waingapu Kabupaten Sumba Timur yakni sarana dan prasarana dalam
proses pembelajaran. Dari kuesioner peserta didik mengemukakan saat
pelaksanaan pembelajaran online ada gangguan jaringan atau tidak
stabil 69%, kurang memahami materi pelajaran 52%., tugas terlalu dan
sebelumnya kendala kuota internet (tapi sekarang adanya bantuan pulasa
paket dari pemerintah). Serta adapun hasil wawancara guru dan orang tua
mengenai kendala belajar. Ada keunikan antara hasil wawancara antara guru
di sekolah X dan Y yaitu: guru sekolah X menggunakan metode
pembelajaran kembali ke yang konvensional akan tetapi tidak membantu
peserta didik dalam mencapai nilai ketuntasan yang mana hanya 10% yang
tuntas sedangkan sekolah Y menggunakan metode pembelajaran
discovery learning akan tetapi peserta yang mendapatkan nilai tuntas
85%.
Tantangan yang dialami oleh peserta didik selama masa
pembelajaran daring/online dari rumah tugas yang terlalu banyak. Sesaui
dengan hasil penelitian bahwa ada 30 %. Dengan demikian, disaran kepada
guru dalam pemberian harus memperhatikan psikologi anak. Bahkan dirilis
dari situs Suara.com terkait berita dimana seoarang peserta didik asal
Tarakan, Kalimantan Utara melakukan aksi bunuh diri karena stress akibat
belajar online. Selain lain daripada itu, hasil penelitian kami juga
menunjukkan kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung proses
pembelajaran matematika secara daring/online seperti kurangnya
praktisnya penyediaan materi pembelajaran, alat peraga yang digunakan
oleh guru, guru tidak menjelaskan materi dengan baik dan kendala peserta
didik menggunakan aplikasi pembelajaran daring yang sering terkendala
oleh jaringan internet yang kurang
stabil.

Tantangan yang dialami oleh guru ialah beberapa siswa belum


memahami materi yang diberikan oleh guru. Hal tersebut dilihat dari hasil
penelitian kami bahwa peserta didik dalam memahami masih dalam kategori
cukup. Solusinya guru garus kembali menggunakan pembelajaran
kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan pemberdayaan potensi
peserta didik terhadap lingkungan sekolah dan kehidupannya yng
digunakan oleh guru sebagai wahana dalam belajar (Hasanawati, 2006)
Tantangan yang dialami oleh orang tua minimnya tingkat
pendidikan orang tua sehingga tidak dapat membantu anak-anak dalam
belajar. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian kami terhadap orang
tua siswa dimana kurang mampu membagi waktu antara mendidik dan
mengontrol anak dalam proses belajar jarak jauh. Selanjutnya pendapat
orang tua mengenai tantangan peserta didik dalam pembelajaran di masa
Covid yaitu bahwa peserta kurang kesadaran dalam mengerjakan tugas
sendiri.

SIMPULAN (PENUTUP)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di ke 7 SMP yang berada di


Kota Waingapu adanya tantangan belajar di masa pandemi Covid-19 yaitu
penyajian materi belajar yang masih kurang, kurangnya sara-prasarana belajar,
gangguan jaringan pada saat belajar dan kesadaran diri peserta didik dalam
belajar. Adapun strategi yang bisa dilakukan dalam menghadapi tantangan
belajar adalah sikap keaktifan peserta didik dalam belajar tanpa harus
menunggu untuk disuruh belajar, tetapi peserta harus menemukan sendiri dalam
menggunakan segala fasilitas yang ada, baik itu orang tua, guru serta
lingkungan sekitar.

Amir, Z., & Risnawati. (2016). Psikologi Pembelajaran Matematika.


Yogyakarta: Aswaja
Prssindo.
Amsari, D., & Mudjiran. (2018). Implikasi Teori Belajar E.Thorndike
(Behavioristik) Dalam
Pembelajaran Matematika. Jurnal Basicedu , 2, 54.
Ghony, D., & Almanshur, F. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Hasanawati. (2006). Pendekatan Contextual Teaching Learning Hubungannya
Dengan Evaluasi
Pembelajaran. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan (61).
Praiwiyogi, A. G., Purwanugraha, A., Fakrhy, G., & Firmansyah, M. (2020).
Efektifitas Pembelajaran Jarak Jauh Terhadap Pembelajaran Siswa di SDIT
Cendekia Purwarkarta. Jurnal Pendidikan Dasar (95).
Salim, & Haidir. (2019). Penelitian Pendidikan. Medan: Kencana.
Sendari, A. A. (2019). Mengenal Jenis Penelitian Deskriptif Kualitatif Pada
Sebuah Tulisan
Ilmiah. Jakarta: Liputan 6.Com.
Sutabri, T. (2012). Analisis Sistem Informasi. Yogyakarta: CV Andi
Offset.Wiryanto. (2020). Proses Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar di
Tengah Pandemi Covid-
19. Jurnal Review Pendidikan Dasar: Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil
Penelitian , 6 (2).

DAFTAR PUSTAKA

Dina Amsari, M. (2018). Implikasi Teori Belajar E.Thorndike (Behavioristik)


Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Basicedu, Vol. 3(No. 2), hlm 52.
Prawiyogi, A. G., Purwanugraha, A., Fakhry, G., & Firmansyah, M. (2020).
Efektifitas Pembelajaran Jarak Jauh Terhadap Pembelajaran Siswa di SDIT
Cendekia Purwakarta. Jurnal Pendidikan Dasar, 11(01), 94–101.
Wiryanto. (2020). Proses Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar di Tengah
Pandemi COVID-19. Jurnal Review Pendidikan Dasar: Jurnal Kajian
Pendidikan Dan Hasil Penelitian, 6(2).
http://journal.unesa.ac.id/index.php/PD

Anda mungkin juga menyukai