Abstrak
Abstrac
Abstract
The purpose of this study was to obtain information about the effectiveness of the
online learning process during the Covid-19 pandemic as a process of adjustment
(resilience) for elementary school children at Perum Tirta Regency. There are many
obstacles, especially for children who have to adapt to learning from home during this
pandemic period and also the people who accompany the majority are still unfamiliar
with the use of learning media. This study uses a quantitative descriptive method,
with data collection techniques using questionnaires from several samples. The results
of the research carried out showed that the effectiveness of online learning for
elementary school children at Perum Tirta Regency during the covid-19 pandemic
was less effective. In this case the researcher distributed to 30 children, in accordance
with the statement of the majority of elementary school children that they can only
understand the subject matter, but do not progress well during online learning. In the
online learning process there must be good cooperation between educators and
children so that children's adjustment to online learning becomes effective.
The purpose of this study is to get information about the effectiveness of the online
learning process during the Covid-19 pandemic as a process of adjustment
(resilience) for elementary school children in Perum Tirta Regency. There are many
obstacles, especially in children who have to adjust learning from home during this
period of emigrants. The study used quantitative descriptive methods, with data
collection techniques using questionnaires from multiple samples. From the results of
research conducted showed that the effectiveness of online learning for elementary
school children in Perum Tirta Regency during the covid-19 pandemic was less
effective. In accordance with the statement of the majority of elementary school
children that they can only understand the subject matter, but do not experience good
progress during online learning. Efforts of effectiveness and adjustment in the
learning process must be cooperation between educators and children.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan
yang ada disekitar anak sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak melakukan proses belajar. Pembelajaran
juga dikatakan sebagai proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak dalam melakukan proses belajar.
Peran dari guru sebagai pembimbing bertolak dari banyaknya anak yang bermasalah. Dalam belajar tentunya banyak
perbedaan, seperti adanya anak yang mampu mencerna pelajaran, ada pula anak yang lamban dalam mecerna materi
pelajaran. Kedua perbedaan inilah yang menyebabkan guru kurang mampu mengatur strategi dalam pembelajaran
yang tidak sesuai dengan keadaan setiap anak.
Pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran yang dilakukan dengan tidak bertatap muka
langsung, tetapi menggunakan platform yang dapat membantu proses belajar mengajar yang dilakukan meskipun
dalam keadaan jarak jauh. Menurut Isman (2016) pembelajaran daring adalah pemanfaatan jaringan internet dalam
proses pembelajaran. Sedangkan menurut Meidawati, dkk (2019) pembelajaran daring sendiri dapat dipahami sebagai
pendidikan formal yang diselenggarakan oleh sekolah, anak dan guru berada dilokasi terpisah sehingga memerlukan
sistem telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan
didalamnya. Pembelajaran daring dapat dilakukan darimana dan kapan saja tergantung pada ketersediaan alat
pendukung yang digunakan.
Media pembelajaran daring dapat diartikan sebagai media yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang
dapat dioperasikan oleh pengguna (user), sehingga pengguna dapat mengendalikan dan mengakses apa yang menjadi
kebutuhan pengguna. Penggunaan media online dan pembelajaran daring merupakan solusi untuk anak mampu
memahami materi yang diberikan. Sejauh ini, media yang digunakan dalam pembelajaran diantaranya Whatsapp,
Zoom Meeting, Youtube, Google Form, E-mail. Media pembelajaran tersebut mampu memberikan pengaruh besar
dalam pembelajaran daring.
Dalam pelaksanaan pembelajaran daring tergantung pada stabilitas jaringan, kecanggihan perangkat
hardware, kelancaran sinyal dan pemilihan dan penggunaan aplikasi dapat digunakan sebagai platform yang memiliki
kelebihan untuk memudahkan guru maupun orangtua dalam memantau anak.
Menurut Hamalik (2011: 171) pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan
kepada siswa untuk dapat belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.
Dengan adanya pandemi Covid-19 di Indonesia mengakibatkan sistem pembelajaran berubah, sejak
munculnya kasus pasien positif Covid-19 pemerintah menerapkan kebijakan belajar dan pembelajaran dari rumah
sejak Maret 2020. Dengan kebijakan inilah sekolah harus beradaptasi secara drastis, walaupun tidak sedikit sekolah
mempunyai insfrastruktur yang memadai. Pembelajaran tatap muka disekolah menjadi pembelajaran daring yang
dilaksanakan dirumah masing-masing. Membuat proses pembelajaran kurang efektif dan efisien. Anak mengalami
kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Belajar dirumah membuat konsentrasi anak menjadi
tidak fokus, karena banyaknya gangguan baik itu internal maupun eksternal.
Maka dari itu, dalam pembelajaran daring ini perlu dievaluasi agar ada perbaikan pembelajaran. Apakah
pembelajaran daring ini efektif terhadap anak pada masa pandemi Covid-19. Pembelajaran daring pada saat pandemi
Covid-19 ini sangat menarik untuk dikaji dan dianalisis. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas
pembelajaran daring terhadap anak-anak di Perum Tirta Regency, Desa Langonsari, Kecamatan Pameungpeuk,
Kabupaten Bandung
II. METODE
Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif
untuk mengetahui gambaran efektivitas pembelajaran daring terhadap anak dalam menyesuaikan diri dengan
pembelajaran daring di Perum Tirta Regency. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2012: 13) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan dengan variable yang lain. Sedangkan menurut Sudjana dan Ibrahim (2004: 64)
penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi
pada saat sekarang.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif dilakukan dengan cara
mencari informasi berkaitan dengan gejala yang ada, dijelaskan dengan jelas tujuannya yang akan diraih,
merencanakan bagaimana melakukan pendekatannya, dan mengumpulkan berbagai macam data sebagai bahan untuk
membuat laporan.
Untuk pendekatan kuantitatif menurut Arikunto (2013: 12) bahwa pendekatan dengan menggunakan
kuantitatif karena menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, dari penafsiran terhadap data tersebut, serta
penampilan dari hasilnya. Pendekatan penelitian ini juga dihubungkan dengan variable penelitian yang memfokuskan
pada masalah-masalah terkini dan fenomena yang sedang terjadi saat sekarang dengan bentuk hasil penelitian berupa
angka-angka yang memiliki makna.
Populasi penelitian yakni seluruh masyarakat Perum Tirta Regency dalam efektivitas pembelajaran daring.
Sampel yang menjadi responden penelitian ini sebanyak 30 siswa yang berada di Perum Tirta Regency, dipilih
dengan menggunakan teknik random sampling dengan mempertimbangkan homogenitas populasi. Instrument
pengumpulan data mengunakan kuisioner yang berisi jenis pertanyaan tertutup yang di bagikan secara door to door ke
rumah warga di Perum Tirta Regency. Analisis data menggunakan stastistik deskiptif dengan perhitungan manual.
III. PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Untuk saat ini negara kita memberlakukan pembelajaran daring untuk memutus rantai peningkatan wabah virus
covid-19 yang sedang terjadi. Tenaga guru memilih beberapa aplikasi sebagai media pembelajran untuk melakukan
pembelajaran dan pemberian tugas. Penggunaan media pembelajaran seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan
pembelajaran agar pembelajaran daring berjalan efektif. Untuk melihat efektifitas pembelajaran daring dengan
menggunakan media pembelajaran daring, peneliti melakukan penelitian kepada 30 anak. Terdapat enam kategori
dalam kuisioner yang peneliti sebarkan. Enam kategori itu adalah kategori pemahaman, kategori kesulitan
mengerjakan tugas, kategori pengerjaan tugas yang diberikan, kategori pemberian tutorial atau penjelasan guru,
kategori pemahaman media pembelajaran daring, dan keikutserrtaan orang tua dalam membantu mengerjakan tugas.
3,4%
Paham
Kurang Paham
Tidak Paham
46,6% 49%
60
60
40
36.6
20
0 3.4
YA KADANG TIDAK
Kita dapat melihat pada gambar pertama, yaitu persentase dari pernyataan dari kategori pertama. Pada
gambar tersebut terdapat persentase dari setiap jawaban yang diberikan oleh responden. Gambar tersebut
membuktikan bahwa sebagian besar responden menyatakan sudah paham terkait materi pembelajaran daring. Hal ini
membuktikan bahwa guru sudah melakukan pengajaran dengan baik.
Sedangkan dibagan pertama ini berkaitan dengan Gambar 1, anak tidak sepenuhnya memahami pelajaran
yang diberikan oleh guru. Persentase tersebut sebagai berikut, orang tua yang menjawab “ya” sebanyak 36.6%, yang
menjawab “kadang-kadang” sebanyak 60%, dan yang menjawab “tidak” sebanyak 3,4%.
43,3%
Bagan 2 Keefektifan Penyampaian Guru Dalam Pembelajaran Daring Menurut Pandangan Orang Tua
Pada gambar kedua, 43,3% responden menyatakan ada kesulitan dalam mengerjakan tugas yang guru
berikan dan 43,3% responden juga menyatakan kadang-kadang mengalami kesulitan, sementara 13,4% responden
menyatakan tidak ada kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain: kurangnya penjelasan yang disampaikan oleh guru, ketidakfokusan anak dalam
mengerjakan tugas, hingga kondisi lingkungan yang kurang mendukung saat mengerjakan tugas.
Sedangkan dibagan kedua, orang tua menyatakan bahwa penyampaian guru dalam pembelajaran daring
belum efektif. Responden yang menyatakan “ya” sebanyak 23,3%, yang menjawab “kadang-kadang” sebanyak
36,7%, dan yang menjawab “tidak” sebanyak 40%. Hal ini berkaitan dengan Gambar 2 yang menyatakan bahwa
anak mengalami kesulitan ketika mengerjakan tugas, dan membuat pembelajaran daring tidak berjalan dengan
efektif.
Ya
26,6% Kadang
Tidak
73,4%
Berdasarkan gambar ketiga, presentase jawaban dari responden 73,4% menunjukan bahwa anak
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, sedangkan 26,6% anak lainnya kadang mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru. Dan tidak ada responden yang tidak mengerjakan tugas. Hal ini menunjukkan mayoritas anak
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru selama masa pembelajaran daring.
Dibagan ketiga, responden yang sering membantu anak belajar dirumah sebanyak 90%, sedangkan
responden yang kadang-kadang membantu anaknya belajar dirumah sebanyak 10%, dan yang tidak membantu
sebanyak 0%. Hal ini bersangkutan dengan Gambar 3 yang menyatakan bahwa mayoritas anak mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru, karena mendapat bantuan dari orang tua selama pembelajaran daring.
Bagan 4 Guru Memberikan Tutorial Penjelasan Kepada Orang Tua Dan Anak
Dapat kita lihat pada gambar keempat, dimana secara spesifik menunjukkan presentase guru yang
memberikan tutorial penjelasan dalam meningkatkan hasil belajar anak, ternyata data yang diperoleh 66,6% guru
memberikan tutorial penjelasan selama melaksanakan pembalajaran daring, sedangkan 26,7% kadang-kadang guru
memberikan tutorial penjelasan dan sisanya 6,7% guru tidak memberikan tutorial penjelasan selama pembelajaran
daring berlangsung. Data tersebut diperolah dari hasil penelitian penulis di Perum Tirta Regency.
Dapat kita lihat pada bagan keempat, responden yang menyatakan bahwa guru memberikan tutorial
penjelasan kepada orang tua dan anak sebanyak 56,6%, yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 36,6%, dan yang
tidak sebanyak 6.8%. Hal ini berkaitan dengan Gambar 4, bahwa guru memberikan tutorial penjelasam selama
pembelajaran daring berlangsung.
50%
Hasil dari gambar kelima, 50% responden yang menyatakan paham dengan penggunaan media
pembelajaran daring, sementara 46,6% lainnya menyatakan kurang paham dengan penggunaan media pembelajaran
daring dan 3,4% responden menyatakan tidak paham dalam penggunaan media pembelajaran daring. Dapat kita lihat
yang paham dengan penggunaan media pembelajaran daring ini tidak sampai 50%. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain: guru yang belum terbiasa dengan pembelajaran daring, tersediaan sarana maupun kuota yang
digunakan saat pelaksanaan pembelajaran daring, hingga kondisi lingkungan yang kurang mendukung saat
menggunakan media pembelajaran daring.
Pada bagan kelima ini, responden menyatakan bahwa adaptasi orang tua terhadap sistem pembelajaran
daring yang menjawab “ya” sebanyak 26,6%, yang kurang bisa beradaptasi sebanyak 56,7%, dan yang tidak bisa
beradaptasi sebanyak 16,7%. Hal ini berkaitan dengan Gambar 5, yang menyatakan bahwa mayoritas anak kurang
paham dengan penggunaan media pembelajaran daring.
Berdasarkan gambar keenam, persentase jawaban dari responden yang menunjukkan bahwa orang tua ikut
serta dalam membantu mengerjakan tugas anak sebanyak 66,6%, sementara orang tua yang membantu anaknya
dalam pengerjaan tugas sebanyak 30%, dan orang tua yang tidak membantu anaknya hanya 3,4%. Data tersebut
diperolah dari hasil penelitian penulis di Perum Tirta Regency dengan menanyakan kuisioner kepada anak.
Berdasarkan bagan keenam, orang tua yang sering membantu mengarahkan anak dalam pembelajaran
daring sebanyak 93,3%, yang menjawab kadang-kadang sebanyak 6,6%, sedangkan yang menjawab tidak 0%.
Mayoritas orang tua membantu anaknya dalam mengarahkan serta membantu mengerjakan tugas anak sesuai
dengan Gambar 6.
Uraian dari keenam kategori diatas, mulai dari kategori pemahaman, kategori kesulitan mengerjakan tugas,
kategori pengerjaan tugas yang diberikan, kategori pemberian tutorial atau penjelasan guru, kategori pemahaman
media pembelajaran daring, dan keikutsertaan orang tua dalam membantu mengerjakan tugas. Menunjukkan bahwa
masih diperlukan usaha ekstra dari pemerintah, guru maupun orang tua agar anak dapat melaksanakan pembelajaran
daring secara efektif. Anak-anak perlu dibekali agar terbiasa menggunakan media pembelajaran daring.
Proses pembelajaran merupakan hal yang penting untuk dikaji, dengan demikian kendala yang ditemukan
dapat dijadikan dasar untuk evaluasi pembelajaran, keefektifan dalam proses pembelajaran daring dapat ditinjau
melalui media yang digunakan saat melaksanakan pembelajaran daring.
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan menunjukan bahwa efektivitas pembelajaran daring terhadap anak
SD di Perum Tirta Regency pada masa pandemi covid-19 kurang efektif. Sesuai dengan pernyataan mayoritas
responden/anak SD bahwa anak SD hanya dapat memahami materi pelajaran, namun tidak mengalami progress
yang baik selama pembelajaran daring. Selain itu banyak juga kendala dan kekurangan dalam pelaksanaan
pembelajaran daring yang membuat sistem pembelajaran daring ini menjadi kurang efektif bagi anak SD di Perum
Tirta Regency.
Dari hasil penelitian penulis, bahwa tingkat keefektifan pembelajaran anak SD di Perum Tirta Regency
masih belum bisa dikatakan efektif, hal ini terjadi karena beberapa kendala. Begitu juga dari data hasil penelitian
Septi, Ahmad, dkk (2021) dalam pembelajaran daring siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, hal
tersebut dikarenakan anak merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Hal yang membedakan dari penelitian penulis dan penelitian sebelumnya adalah mengenai orang tua yang
mendampingi anak ketika belajar. Dari penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa Anak SD 06 Payaraman tidak
mendapat dampingan dari orang tua, sedangkan hasil penelitian penulis di Perum Tirta Regency kebanyakan anak
mendapat dampingan dari orang tua ketika melakukan pembelajaran daring.
Hal ini sejalan dengan pendapat Suryono Aktif yaitu Pembelajaran yang dirancang agar siswa aktif dalam
berpendapat, aktif dalam berdiskusi, dan aktif dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, sebagai upaya
pembelajaran aktif pada langkah-langkah pembelajaran seorang guru harus mengawali dengan pembagian
kelompok belajar. (Suryono Hariyanto, 2011)
B. Pembahasan
1. E-learning
Pembelajaran e-learning mungkin masih jarang diterapkan pada lembaga sekolah karena dalam
penerapannya diperlukan beberapa fasilitas yang mendukung teknis pembelajaran tersebut.
E-learning merupakan sebuah metode pembelajaran berbasis internet atau belajar daring yang harus
dijalani oleh semua siswa yang ada di Indonesia bahkan seluruh dunia yang terpapar pandemi Covid-19 guna
menyambung proses belajar tatap muka yang terkendala karena social distancing atau tidak berkerumun untuk
membantu mencegah penyebaran covid-19. Sistem E-Learning bukan lagi sesuatu yang asing, hanya saja tidak
semua sekolah pernah menerapkan sistem ini, terutama sekolah-sekolah yang berada di daerah terpencil atau di
desa-desa.
Menurut Khumar C. Koran (2002) mendefinisikan e-learning merupakan sebagai sembarang pengajaran
dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, dan Internet) untuk menyampaikan isi
pembelajaran, interaksi atau bimbingan. Sedangkan menurut Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa “e” atau
singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi pendukung dalam
usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.
Penggunaan aplikasi e-learning yang sering digunakan oleh anak SD di Tirta Regency diantaranya melalui
whatsapp. Untuk penerapan e-learning dengan menggunakan aplikasi whatsapp, pada langkah persiapan pengajaran
guru mempersiapkan materi yang akan dijadikan sebagai bahan ajar. Pada masa pandemi ini, guru tidak hanya
membaca materi tetapi juga mempertimbangkan cara yang tepat untuk mentransformasi materi tersebut agar bisa
diunggah pada platform. Pemilihan platform whatsapp didasari sebagai media komunikasi berbasis internet yang
sering digunakan. Penyajian materi pada platform whatsapp disajikan dengan bentuk visual dan audio, yaitu dengan
memberikan foto halaman buku ajar kemudian menjelaskannya secara verbal melalui voice note.
Selain itu, penggunaan aplikasi e-learning seperti zoom meeting juga sering digunakan dalam
pembelajaran daring. Aplikasi tersebut bisa digunakan jika terdapat materi yang perlu disampaikan secara tatap
muka berbasis online. Contohnya seperti pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Kebugaran (PJOK),
ataupun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengandung muatan materi praktik.
Pembelajaran daring merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dirumah dengan menggunakan
teknologi dan informasi sesuai dengan kemampuan masing-masing sekolah. Hal ini sejalan dengan Meidawati
(2019) menyatakan bahwa “pembelajaran daring sebagai pendidikan formal yang mana siswa dan guru berada
dilokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi dan sumber daya yang menghubungkan keduanya.”
Pembelajaran daring dapat dilakukan dimana saja dengan adanya perangkat pendukung, pembelajaran ini
berlangsung di dalam jaringan dimana siswa dan guru tidak bertatap muka. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
daring merupakan suatu bentuk interaksi jarak jauh yang dalam menggunakannya membutuhkan teknologi dan
informasi.
Prinsip pembelajaran daring adalah ketika pembelajaran tersebut menjadi bermakna, yaitu proses
pembelajaran yang berorientasi pada interaksi dan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran tidaklah terpaku hanya
pada pemberian tugas-tugas kepada peserta didik. Seorang pendidik dan peserta didik haruslah saling
berkomunikasi satu sama lain dalam proses pembelajaran daring tersebut. Menurut Fajar, dkk (2019) menjelaskan
bahwa perancangan sistem pembelajaran daring harus mengacu pada tiga prinsip yang harus dipenuhi yaitu: (1)
Sistem pembelajaran yang sederhana sehingga mudah untuk dipelajari, (2) Sistem pembelajaran harus dibuat atau
dirancang secara bersama personal oleh pendidik (guru) sehingga peserta didik tidak saling tergantung. (3) Sistem
haruslah cepat dalam proses pencarian materi atau menjawab soal dari hasil perancangan sistem yang
dikembangkan.
Efektivitas pembelajaran adalah keberhasilan pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran ditandai
adanya kesesuaian hasil yang didapatkan dengan kriteria yang ditentukan. Menurut Beni (2016:69) efektivitas
adalah hubungan antara output dan tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat
output, kebijakan dan prosedur dari organisasi.
Efektivitas juga berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik sehingga suatu
kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan
pelayanan kepada masyarakat yang merupakan sasaran yang telah ditentukan.
Menurut (Mulyono, 2012) pembelajaran efektif adalah apabila kegiatan mengajar dapat mencapai tujuan
sesuai pada perencanaan awal. Pembelajaran dikatakan efektif ketika peserta didik dapat menyerap materi pelajaran
dengan kegiatan pembelajaran yang efisien. Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil baik, jika kegiatan
belajar-mengajar tersebut dapat membangkitkan proses belajar. Penentuan atas ukuran pembelajaran yang efektif
terletak pada hasilnya. Keefektifan pembelajaran adalah hasil yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar-
mengajar.
Salma, dkk (2013:105) menjelaskan persiapan sebelum memberikan layanan belajar merupakan salah satu
faktor penentu dalam keberhasilan belajar, terutama pada online learning dimana adanya jarak antara pebelajar dan
pemelajar. Pada pembelajaran ini pemelajar harus mengetahui prinsip-prinsip belajar dan bagaimana pebelajar
belajar. Rovai (Mahardika:2002) menyatakan bahwa alat penyampaian bukanlah faktor penentu kualitas belajar,
melainkan desain mata pelajaran menentukan keefektifan belajar. Salah satu alasan memilih strategi pembelajaran
adalah untuk mengangkat pembelajaran yang bermakna. Sehingga efektif atau tidaknya pembelajaran dapat
diidentifikasi melalui perilaku-perilaku antara pemelajar dan pembelajar. Bagaimana respon pebelajar terhadap apa
yang disampaikan oleh pemelajar.
Keefektifan program pembelajaran menurut Surya (Firdaus, 2016:64) ditandai dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
Menurut Soemosasmito (Al-Tabany, 2017:22) suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi
persyaratan utama keefektifan pengajaran, yaitu :
a.
Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM;
b.
Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa;
c.
Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi
keberhasilan belajar) diutamakan; dan
d. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang mendukung
butir b, tanpa mengabaikan butir d.
5. Karakteristik Pembelajaran Daring
Menurut Munir (2012:25) karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran daring sebagai berikut:
Istilah resiliensi secara etimologis berasal dari kata latin “resilire” yang artinya melambung kembali.
Resiliensi berarti kemampuan untuk pulih kembali dari suatu keadaan. Bila digunakan sebagai istilah psikologi,
resiliensi adalah kemampuan manusia untuk cepat pulih kembali dari perubahan, sakit, kemalangan, atau kesulitan.
Sejumlah ahli yang berbicara tentang resiliensi mengemukakan berbagai definisi dari resiliensi sebagai berikut:
(Benard, 2004) mendefinisikan resiliensi sebagai kualitas atau karakteristik individual yang berkaitan
dengan perkembangan positif dan kesuksesan dalam individu tersebut. Resiliensi menurut Richardson, dkk dalam
Henderson dan Milstein (2003) merupakan proses mengatasi masalah seperti ganggguan, kekacauan, tekanan, atau
tantangan hidup, yang pada akhirnya membekali individu dengan perlindungan tambahan dan kemampuan untuk
mengatasi masalah sebagai hasil dari situasi yang dihadapi.
(Siebert, 2005) mengatakan bahwa resiliensi merupakan kemampuan untuk mengatasi perubahan yang
terjadi, mempertahankan energi, bangkit kembali dari kemunduran dan merubah cara baru dalam pekerjaan dan
kehidupan ketika cara lama tidak mungkin digunakan kembali.
Adaptasi merupakan proses seorang individu lebih khususnya siswa sekolah dasar untuk menyesuaikan
dirinya terhadap lingkungan yang dihadapinya. Dalam psikologi, adaptasi adalah penyesuaian diri sesuai dengan
keadaan (keinginan diri). Menurut Robbins (2003), adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang
berupaya mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi sosial yang berubah-
ubah agar tetap bertahan. Maka dapat disimpulkan adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau
diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi masalah.
Perubahan pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran daring yang terjadi pada masa pandemi
merupakan sesuatu yang tiba-tiba. Hal ini memungkinkan kondisi pembelajaran daring dimasa pandemi belum
didukung adanya kesiapan bagi siswa sekolah dasar untuk menjalaninya.
Disamping keharusan melaksanakan pembelajaran daring, semangat belajar anak juga memicu akan efektif
atau tidaknya pembelajaran daring, mengingat budaya belajar tatap muka yang masih melekat dalam diri anak
sehingga selama kegiatan pembelajaran daring ini tidak jarang banyak anak yang merasa jenuh atau bosan,
sehingga membuat hasil belajar yang diharapkan tidaklah efektif.
IV. SIMPULAN
Setelah melakukan penelitian dan menganalisis data yang di peroleh dari lapangan, maka dapat disimpulkan
bahwa efektivitas pembelajaran daring terhadap Anak SD di Perum Tirta Regency pada masa pandemi ini masih
kurang efektif disebabkan masih kurangnya pemahaman anak terhadap materi yang disampaikan guru, anak sering
kali mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, masih banyak anak yang kurang paham terhadap media
pembelajaran daring dan metode pengajaran yang disampaikan oleh guru masih kurang dipahami oleh anak. Oleh
karena itu, anak-anak memerlukan penyesuaian diri (resiliensi) terhadap pembelajaran daring yang masih
berlangsung sampai saat ini.
Begitupun hasil riset yang diperoleh dari jawaban orang tua, mayoritas orang tua menyatakan bahwa
pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19 ini kurang efektif, dikarenakan terdapat beberapa faktor yaitu
tentang pemahaman anak, metode pembelajaran yang kurang bisa dipahami oleh anak sehingga semangat belajar
anak pun menjadi berkurang.
DAFTAR RUJUKAN
Abidi, Z., Hudaya, A., & Anjani, D. (2020). Efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh Pada
Masa Pandemi Covid-19. Research and Development Journal Of Education,
134-136.
Amelia, A., C, B. D., Hasanah, U., Putra, A. M., & Rahman, H. (2020). Analisis
Keefektifan Pembelajaran Online di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 34.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Benard, B. (2004). Resilliency: What we have learned. California: WestEd.
Dasopang, M. D. (2017). Belajar dan Pembelajaran. FITRAH: Jurnal Kajian Ilmu-
Ilmu Keislaman, 337.
Hamalik, O. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Handarini, O. I., & Wulandari, S. S. (2020). Pembelajaran Daring Sebagai Upaya
Study Form Home (SFH) Selama Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan
Administrasi Perkantoran (JPAP), 498.
Hariyanto, S. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Indasari, S., Syarifuddin, A., Tastin, & Faisal. (2021). Efektivitas Pembelajaran
Daring Menggunakan Aplikasi WhatsApp di SD Negeri 06 Payaraman. Jurnal
Limas PGMI, 9.
Isman. (2016). Pembelajaran Moda Dalam Jaringan (MODA DARING). Jakarta:
ISBN : 978-602-361-0457.
Jayusman, I., & Shavab, O. K. (2020). Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Aktivitas
Belajar Mahasiswa Dengan Menggunakan Media Pembelajaran Edmodo
Dalam Pembelajaran Sejarah. Jurnal Artefak, 14-15.
Kumalasari, D., & Akmal, S. Z. (2020). Resiliensi Akademik dan Kepuasan Belajar
Daring di Masa Pandemi Covid-19: Peran Mediasi Kesiapan Belajar Daring.
Persona : Jurnal Psikologi Indonesia, 355.
Legistiawan, M. I. (2020). Efektivitas Pembelajaran Daring Mahasiswa Program
Studi Dokter Universitas Muhammadiyah Makasar Angkatan 2019. Skripsi, 6.
Mulyono. (2012). Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran Di Abad
Global. Malang: UIN-Maliki Press.
Nafi'ah, J. (2021). Adaptasi Pembelajaran E-Learning dan Branded Learning di Era
New Normal Pada Peserta Didik Madrasah Ibtidaiyah. Auladuna : Jurnal
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 27-28.
Pohan, A. E. (2020). Konsep Pembelajaran Daring Berbasis Pendekatan Ilmiah.
Purwodadi: CV Sarnu Untung.
Siebert, A. (2005). The resilience advantage: master change, thrive under pressure,
and bounce back from set backs. San Fransisco: Berrette-Koehler.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabet.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.