Anda di halaman 1dari 6

Analisis Faktor Penyebab Gejala Learning Loss (Keterlibatan

Minimal ) Pada Proses Belajar Dimasa Pandemik

Di susun oleh :
Tina Janeti (2208345)

SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KOTA BANDUNG
Analisis Faktor Penyebab Gejala Learning Loss (Keterlibatan Minimal ) Pada Proses
Belajar Dimasa Pandemik
Tina Janeti 2208345
Abstract: Keadaan yang membuat peserta didik tidak ingin menghadapi pelajaran disekolah
salah satunya adalah karena ingin memiliki waktu senggang yang lebih lama, dalam masa
pandemic seluruh sekolah melaksanakan pembelajaran jarak jauh yaitu belajar secara daring,
guru tidak dapat memantau aktivitas pembelajaran secra langsung ataupun memberikan
arahan agar tetap berada dalam pembelajaran. Banyak sekali alasan yang dibuat agar tidak
dapat mengikuti pembelajaran contohnya adalah; karena tidak ada akses internet, tidak
memiliki gawai, ataupun tidak mampu membeli paket data, berbagai alasan seperti ini
menjadi sangat popular bagi kalangan pelajar, maka dari itu diperlukan peninjauan lebih
lanjut apabila terjadi kejadian luar biasa di luar kendali Negara, bagaimanakah cara terbaik
agar setiap peserta didik memiliki kekhawatiran ketika tidak mengikuti pembelajaran, di
samping itu, saya sebagai penulis akan melakukan analisis melalui beberapa jurnal yang telah
ditulis, mengenai penyebab gejala Loss Learning’ pada proses pembelajaran daring dimasa
pandemic.
Kata Kunci : Learning Loss, Daring, Learning Process
Pendahuluan
Covid-19 secara menyeluruh telah membuat banyak sector pembangunan terhenti
bahkan selesai tanpa kesepakatan contohnya adalah pembangunan sekolah berkelanjutan
harus terhenti karena pasokan barang, serta tenaga kerja tidak disalurkan, begitu juga dengan
sector pendidikan yang menjadi dasar dari pembangunan negeri, hal ini mengakibatkan
peserta didik tidak memiliki ketertarikan terhadap pembelajaran karena di rasa ‘monoton’
guru tidak dapat beraktivitas dengan bebas seperti yang dilakukan di kelas biasanya, sama
halnya dengan para peserta didik yang aktivitas belajarnya tidak dapat di pantau langsung
oleh guru. Satu-satu nya cara untuk membuat pembelajaran lebih difahami adalah guru
berinteraksi dengan orangtua mengenai pembelajaran yang disajikan, peserta didik
didampingi oleh salah satu walinya dan di pandu untuk lebih memahami isi dari
pembelajaran, namun karena latarbelakang dari setiap wali peserta didik itu berbeda-beda
maka pemahaman peserta didik pun tentu akan berbeda juga. Disinilah tantangan bagi setiap
tenaga pengajar, lalu permasalahan seperti ini dapat menyebabkan apa saja selain kerugian
dalam bidang intelektual digital?
Pembahasan

Anak-anak dengan ekonomi yang pra sejahtera paling berdampak akibat


pandemi di sektor pendidikan. Hasil proyeksi World Bank terhadap data PISA 2018
misalnya menemukan bahwa penurunan skor PISA membaca pada kelompok
termiskin turun 4% dibandingkan kelompok terkaya turun 2%. Gap skor PISA kedua
kelompok tersebut sebelum pandemi 57 poin, setelah pandemi menjadi 64 poin.
Mengenai efektivitas bantuan kuota internet juga menemukan bahwa siswa miskin
yang tidak memiliki HP android kesulitan mengakses bantuan tsb, sementara mereka
memerlukannya untuk mengikuti pembelajaran daring. Learning loss dalam skala
besar dan jangka panjang akan berdampak pada mempersiapkan generasi emas
Indonesia dan memanfaatkan bonus demografi. jangka pendek akan terjadi
kesenjangan kualitas peserta didik yang melebar dan hasil belajar menurun. (Ayu
Widyasari,M. Reza Widiastono,Dimas Sandika,Yushar Tanjung, 2022)
Kerugian-kerugian yang terjadi dalam sector pendidikan berhubungan erat
dengan perekonomian masyarakat, dengan alasan tidak memiliki gawai menjadi
peserta didik tidak termotivasi untuk belajar secara daring, begitupun dengan
keterbatasan pemahaman digital yang menjadi hal paling sering ditemukan khususnya
di dalam negeri, hal-hal seperti itulah yang memberikan celah kepada peserta didik
kehilangan minat belajar serta kemampuan belajar yang di sebut dengan Learning
Loss. Learning loss merupakan suatu fenomena dimana anak kehilangan
pengetahuan dan keterampilan secara umum baik umum maupun khusus
secara akademis (Cerelia et al., 2021). Learning loss dapat terjadi karena
kesenjangan yang berkepanjangan atau tidak adanya interaksi antara guru sebagai
pengajar dan siswa sebagai murid dalam proses pembelajaran (Anti
Muthmainnah,Siti Rohmah, 2022).
Learning Loss dapat terjadi apabila kedua belah pihak tidak bekerja sama dengan
baik, dari sisi seorang guru, guru tersebut tidak menghadirkan pembelajaran yang interaktif,
dan kreatif dengan demikian peserta didik akan merasa bosan karena system pengajaran yang
monoton, begitu pula dari sisi peserta didik, ia tidak memiliki keinginan, atau motivasi untuk
mencari tahu hal baru ataupun membaca dan memperhatikan pembelajaran yang sedang
berlangsung.
Dalam sebuah jurnal penelitian terdahulu telah dilakukan analisis data yang
menunjukan tingkat pembelajara secara daring itu baik dan didukung oleh berbagai pihak.

Tabel 3 menunjukkan bahwa dalam kecenderungan variabel pembelajaran


daring (PD) berada pada kategori baik yaitu sebanyak 83 orang atau sebesar 85,57%.
Artinya, proses pembelajaran daring yang dilaksanakan di jurusan ekonomi sudah
terlaksana dengan baik. Jika ditinjau dari indikator pengukuran pembelajaran daring
terkait kualitas penyampaian strategi pembelajaran dan kejelasan, mahasiswa
memberikan respon baik yaitu sebesar 64,84%. Indikator tersebut dibentuk oleh 10
item pernyataan. Jika ditinjau dari indikator pengukuran kualitas mengajar, sebesar
71,63 % responden memberikan respon baik. Indikator tersebut dibentuk oleh 4 item
pernyataan yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan dapat diperoleh dari
materi pembelajaran yang digunakan, dosen memberikan tugas dan penialain sesuai
dengan materi pembelajaran yang diajarkan, kemudahan dalam mengakses materi
pembelajaran, dan materi yang disampaikan oleh dosen jelas dan mudah dipahami.
(Ai Nur Solihat,Ati Sadiah, Gugum Gumilar, 2022)
Namun penelitian tersebut dilakukan kepada beberapa orang mahasiswa dan
memiliki kecenderungan berfikir secara sistematis sehingga dengan keadaan tersebut
mahasiswa masih dapat melaksanakan proses belajara secara lancar tanpa kendala.
Bila yang dihadapi adalah peserta didik tingkat SD, SMP,SMA/SMK, hal ini akan
menjadi sebaliknya, pembelajaran daring akan menurunkan motivasi belajar pada
peserta didik dengan rentang usia 6-18 tahun karena pada usia tersebut peserta didik
memiliki keinginan kebebasan yang tinggi. Di bawah ini disajikan table yang berisi
mengenai tingkat motivasi siswa dalam pembelajaran daring hasil penelitian dari
(Jessica Jesslyn Cerelia*, Aldi Anugerah Sitepu*, Farid Azhar L.N. *, Indah Reski
Pratiwi*,, 2021)

Jika dilihat pada gambar 1 yaitu jumlah peserta didik yang melakukan remote
learning berdasarkan tingkat pendidikannya, Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah/sederajat merupakan tingkat pendidikan dengan jumlah peserta didik
remote learning tertinggi yaitu sebesar 28,59 juta murid. Direktur Program Inovasi
Untuk Anak Sekolah Indonesia Kemitraan Australia Indonesia (Inovasi), Mark
Heyward menilai, SD adalah jenjang kelas yang paling mengkhawatirkan kondisinya
saat learning loss atau kehilangan kesempatan belajar selama pandemi Covid-19.
Menurut Heyward, tingkatan SD kelas awal itu memiliki dampak yang serius
terhadap learning loss. Dikarenakan pada jenjang pendidikan dan kelas tersebut
merupakan pondasi awal untuk peserta didik berkembang secara akademik. Jika di
tahap awal saja mereka sudah terkena risiko learning loss, maka akan terjadi kesulitan
juga untuk jenjang kelas berikutnya. Disampaikan juga oleh Michelle Kaffenberger,
berdasarkan penelitian yang dilakukannya, dampak learning loss secara global pada
peserta didik sangat besar terjadi pada siswa yang sedang duduk di bangku Sekolah
Dasar

KESIMPULAN
Loss Learning merupakan sebuah fenomena yang terjadi dikala tingkat motivasi
belajar peserta didik menurut secara drastic dalam skala besar, Indonesia adalah salah
satu Negara yang terkena dampak tersebut dari pembelajaran jarak jauh, halini
disebabkan karena keterbatasan interaksi antara guru dan peserta didik, bahkan
pemahaman tekhnologi pun menjadi salah satu terjadinya Loss Learning tersebut.
Meskipun dengan tegas pemerintah telah mengeluarkan Kebijakan yang meringankan
bagi pendidikan. Kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi dengan menerbitkan Permendiknas Nomor 719/P Tahun 2020 yang berisi
Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan Dalam Kondisi Khusus
berdampak positif secara sistemik. Yakni, memberikan keleluasaan kepada sekolah
dalam menggunakan kurikulum sesuai kebutuhan siswa. Intinya, ada penyederhanaan
kurikulum di masa pandemi COVID19. Namun masih banyak peserta didik yang
tidak termotivasi dengan berbagai macam pembelajaran yang menarik sekalipun, hal
ini akibat dari kebiasaan yang dimanjakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ai Nur Solihat,Ati Sadiah, Gugum Gumilar. (2022). Pengaruh Pembelajaran Daring terhadap
Learning Loss dan Implikasinya. Jurnal Inovasi Pendidikan Ekonomi, 15.

Anti Muthmainnah,Siti Rohmah. (2022). LEARNING LOSS: ANALISIS PEMBELAJARAN JARAK


JAUH. Jurnal Kewarganegaraan, 970.

Ayu Widyasari,M. Reza Widiastono,Dimas Sandika,Yushar Tanjung. (2022). Fenomena


Learning Loss sebagai Dampak Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19. Best Journal,
299.

Jessica Jesslyn Cerelia*, Aldi Anugerah Sitepu*, Farid Azhar L.N. *, Indah Reski Pratiwi*,.
(2021). Learning Loss Akibat Pembelajaran Jarak Jauh Selama masa pandemic covid
19. SEMINAR NASIONAL STATISTIKA X, 4.

Anda mungkin juga menyukai