Anda di halaman 1dari 25

BAB XI : ASESMEN

Regina Maria Nova - 18112141044


Bambang Irawan - 18112141052
Athaya Eura Nosa - 18112141058
Fathina ‘Azizah - 18112141059
Anggita Nurindah K - 18112141060
Materi

01 PASAL 62 03 PASAL 64 05 PASAL 66

02 PASAL 63 04 PASAL 65 06 PASAL 67


01
PASAL 62
PASAL 62
DASAR
ASESMEN
Asesmen Psikologi adalah prosedur evaluasi
yang dilaksanakan secara sistematis. Termasuk
didalam asesmen psikologi adalah prosedur
observasi, wawancara, pemberian satu atau
seperangkat instrumen atau alat tes yang
bertujuan untuk melakukan penilaian dan /atau
pemeriksaan psikologi.
PASAL 62 AYAT (1) PASAL 62 AYAT (2)

Psikolog dan/atau Ilmuwan Laporan hasil pemeriksaan psikologis yang


Psikologi melakukan observasi, merupakan rangkuman dari semua proses
wawancara, penggunaan alat asesmen, saran dan/atau rekomendasi hanya
instrumen tes sesuai dengan dapat dilakukan oleh Psikolog sesuai dengan
kategori dan kompetensi yang kompetensinya, termasuk kesaksian forensik
ditetapkan untuk membantu yang memadai mengenai karakteristik
psikolog melakukan psikologis seseorang hanya setelah Psikolog
pemeriksaan psikologis. yang bersangkutan melakukan pemeriksaan
kepada individu untuk membuktikan dugaan
diagnosis yang ditegakkan.
PASAL 62 AYAT (3) PASAL 62 AYAT (4)

Psikolog dalam membangun Bila usaha asesmen yang dilakukan


hubungan kerja wajib membuat Psikolog dan / atau Ilmuwan
kesepakatan dengan lembaga / Psikologi dinilai tidak bermanfaat
institusi /organisasi tempat bekerja Psikolog dan /atau Ilmuwan Psikologi
mengenai hal-hal yang berhubungan tetap diminta mendokumentasikan
dengan masalah pengadaan, usaha yang telah dilakukan tersebut.
pemilikan, penggunaan dan
penguasaan sarana instrumen/alat
asesmen.
Contoh Kasus pasal 62 ayat (2):

Mawar adalah seorang ilmuan psikologi forensik terkenal, ia


diminta oleh pihak yang berwenang untuk memberikan saran dan
rekomendasi terhadap seseorang yang melakukan kasus kriminal
untuk dijadikan sebagai pertimbangan pihak tersebut dalam
mengambil langkah-langkah hukum. Kemudian, ilmuan psikologi
tersebut memberi saran dan rekomendasi terhadap pihak yang
berwenang mengenai seorang tersangka tersebut tanpa melakukan
pemeriksaan psikologi sesuai standar yang berlaku.
Menu

02
PASAL 63
PASAL 63
PENGGUNAAN
ASESMEN
Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menggunakan
teknik asesmen psikologi, (wawancara atau
observasi, pemberian satu atau seperangkat
instrumen tes) dengan cara tepat mulai dari proses
adaptasi, administrasi, penilaian atau skor,
menginterpretasi untuk tujuan yang jelas baik dari
sisi kewenangan sesuai dengan taraf jenjang
pendidikan, kategori dan kompetensi yang
disyaratkan, penelitian, manfaat dan teknik
Untuk mencegah asesmen psikologi oleh orang yang
tidak kompeten antara lain yaitu :

● Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dapat menawarkan bantuan jasa


asesmen psikologi kepada professional lain termasuk Psikolog
dan/atau Ilmuwan Psikologi.
● Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus secara akurat
mendeskripsikan tujuan, validitas, reliabilitas, norma termasuk juga
prosedur penggunaan dan kualifikasi khusus yang mungkin
diperlukan untuk instrumen tersebut.
● Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang menggunakan bantuan
jasa asesmen psikologi dari Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi lain
untuk memperlancar pekerjaannya ikut bertanggung jawab terhadap
penggunaan instrumen asesmen secara tepat termasuk dalam hal ini
penerapan, skoring dan penterjemahan instrumen tersebut.
Contoh Kasus

Seorang Ilmuan Psikologi lulusan S2 Magister Sains yang direkrut menjadi seorang dosen
disebuah sekolah tinggi. Suatu hari Ilmuan psikolog ini diminta untuk melakukan tes
psikologi yang bertujuan untuk melihat kemampuan minat bakat dan penjurusan kelas.
Masyarakat & pihak sekolah tidak mengetahui program studi atau latar belakang pendidikan
secara detail dari ilmuan psikologi ini. Ilmuan psikologi ini melakukan tes dibantu oleh
seorang psikolog yang merupakan teman akrab sejak mengenyam pendidikan di S2. Yang
memegang peran utama dalam tes ini ialah ilmuan psikologi bukan seorang psikolog tersebut
dan psikolog ini hanya sebatas mendampingi mulai dari pemberian tes hingga penyampaian
data serta hasil asesmen.
03
PASAL 64
PASAL 64

Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus memperoleh persetujuan untuk


melaksanakan asesmen, evaluasi, intervensi, atau jasa diagnostic lain sebagaimana
yang dinyatakan dalam standar informed consent, kecuali jika pelaksanaan asesmen
diatur oleh peraturan pemerintah atau hukum, adanya persetujuan karena pelaksanaan
asesmen dilakukan sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, kelembagaan, atau
organisasi secara rutin missal: seleksi, ujian, pelaksanaan asesmen digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan individu yang menjalani pemeriksaan psikologis yang
digunakan untuk pengambilan keputusan dalam suatu pekerjaan atau perkara
Contoh

Informed consent adalah prosedur yang harus dilalui oleh setiap pengguna jasa psikologi
sebelum memulai setiap jasa psikologi. Dalam hal asesmen, informed consent
dimungkinkan tidak dilakukan sepenuhnya, apabila assesmen berkaitan dengan
penyelasian suatu masalah yang berkaitan dengan hukum, misal kasus kriminal, dimana
pelaksanaannya telah diatur oleh peraturan perundang-undangan. Proses asesmen dapat
dijalankan tanpa prosedur informed consent sebelumnya, dalam hal ini, asesmen
ditujukan untuk kepentingan tertentu misal penyeleksian dalam Psikolog dalam
menginterprestasi hasil asesmen psikologi harus mempertimbangkanberbagai faktor dari
instrumen yang digunakan, karakteristik peserta asesmen sepertikeadaan situasional yang
bersangkutan, bahasa dan perbedaan budaya yang mungkin kesemua ini dapat
mempengaruhi ketepatan interpretasi sehingga dapat mempengaruhi keputusan.
04
PASAL 65
Interpretasi Hasil
Asesmen
PASAL 65
Interpretasi Hasil
Asesmen

Psikolog dalam menginterpretasi hasil asesmen psikologi


harus mempertimbangkan berbagai faktor dari Instrumen
yang digunakan, karakteristik peserta asesmen seperti
keadaan situasional yang bersangkutan, bahasa dan
perbedaan budaya yang mungkin kesemua ini dapat
mempengaruhi ketepatan interpretasi sehingga
mempengaruhi ketepatan keputusan
Contoh Kasus Pasal 65

A merupakan pengguna jasa layanan psikologi. A ini bukanlah dari


golongan yang berada dan memiliki tingkat pendidikan yang cukup rendah.
Ia kemudian datang ke seorang psikolog untuk melakukan asesmen
terhadap dirinya. Setelah hasil asesmen keluar, ia bertanya kepada
psikolog tersebut. Ternyata ia mengalami PTSD (Post traumatic disorder).
Psikolog itu kemudian menjelaskan kepadanya tentang PTSD sama
seperti ketika ia menjelaskannya terhadap kliennya yang lain, tanpa
mempertimbangkan kondisi dari A yang notabene bukan berasal dari
golongan orang berpendidikan tinggi. Sehingga sulit untuk menerima
penjelasan dari psikolog tersebut.
05
PASAL 66
Ayat 1
Data asesmen Psikologi adalah data alat/ instrument
psikologi yang berupa data kasar, respon terhadap pertanyaan
atau stimulus, catatan serta rekam psikologis. Data asesmen
ini menjadi kewenangan Psikolog dan/atau Ilmuwan
Psikologi yang melakukan pemeriksaan. Jika diperlukan data
asesmen dapat disampaikan kepada sesama profesi untuk
kepentingan melakukan tindak lanjut bagi kesejahteraan
individu yang menjalani pemeriksaan psikologi.
Ayat 2

Hasil asesmen adalah rangkuman atau integrasi data dari seluruh


proses pelaksanaan asesmen. Hasil asesmen menjadi kewenangan
Psikolog yang melakukan pemeriksaan dan hasil dapat disampaikan
kepada pengguna layanan. Hasil ini juga dapat disampaikan kepada
sesama profesi, profesi lain atau pihak lain sebagaimana yang
ditetapkan oleh hukum.
Ayat 3

Psikolog harus memperhatikan kemampuan pengguna


layanan dalam menjelaskan hasil asesmen psikologi. Hal yang
harus diperhatikan adalah kemampuan bahasa dan istilah
Psikologi yang dipahami pengguna jasa.
Contoh Penerapan

Seorang ibu membawa anaknya yang masih duduk di kelas 3 SD untuk berkonsultasi kepada
psikolog. Ia meminta psikolog tersebut melakukan asesmen terhadap anaknya untuk
mengetahui apakah anaknya memiliki gejala autisme atau tidak? Setelah dilakukan asesmen
ternyata sang anak bukan mengalami gejala autisme melainkan gangguan temper-tantrum.
Psikolog tersebut memberikan hasil asesmen terhadap Ibu tersebut. Karena banyak kalimat
dan istilah yang sulit dipahami, psikolog tersebut kemudian memberikan hasil asesemen
menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami, dan ia menjelaskan beberapa istilah yang
tidak dimengerti oleh ibu tersebut.
06
PASAL 67
a. Ayat 1
Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi wajib menjaga kelengkapan dan keamanan
instrumen/alat tes psikologi, data asesmen psikologi dan hasil asesmen psikologi sesuai
dengan kewenangan dan sistem pendidikan yang berlaku, aturan hukum dan kewajiban
yang telah tertuang dalam kode etik ini.

b. Ayat 2
Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi wajib menjaga kelengkapan dan keamanan data
hasil asesmen psikologi sesuai dengan kewenangan dan sistem pendidikan yang berlaku
yang telah tertuang dalam kode etik ini.

c. Ayat 3
Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi mempunyai hak kepemilikan sesuai dengan
kewenangan dan sistem pendidikan yang berlaku serta bertanggungjawab terhadap alat
asesmen psikologi yang ada di instansi/ organisasi tempat dia bekerja.
Contoh Kasus
Psikolog A sedang melakukan tes asesmen rekruitmen terhadap calon
karyawan di sebuah perusahaan. Karena banyaknya pelamar dan keterbatasan
waktu. Ia menaruh alat dan hasil tes disembarang tempat. Alhasil, setelah ia
usai mengadakan tes dan pulang ke biro layanan ia bekerja, banyak alat dan
hasil asesmen yang hilang.

Dalam hal ini, psikolog tersebut dianggap telah melanggar kode etik pasal 67
tentang menjaga alat, data, dan hasil asesmen karena ia lalai terhaadap
kelengkapan dan keamanan data dan hasil asesmen.

Anda mungkin juga menyukai