Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN STRES AKADEMIK, STRATEGI KOPING, SELF


EFFICACY, DAN KARAKTERISTIK TERHADAP KESEHATAN JIWA
MAHASISWA SELAMA PEMBELAJARAN DARING DI UNIVERSITAS
UDAYANA

OLEH :

Ni Putu Kresnayanti

1802521059

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI


NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Adanya pandemi COVID-19 menyebabkan berbagai dampak dalam
setiap sisi kehidupan baik sosial, ekonomi maupun pendidikan. Kasus
COVID-19 ini pertama kali dilaporkan di Wuhan Tiongkok pada 31 Desember
2019. COVID-19 dapat menimbulkan gejala gangguan pernafasan akut seperti
demam diatas 38°C, batuk dan sesak nafas bagi penderitanya. COVID-19
ditetapkan oleh World Health Organization (WHO, 2021) sebagai pandemi
global pada rabu 11 maret 2020 yang berdampak besar pada kegiatan maupun
perilaku masyarakat. Penyebaran COVID-19 secara keseluruhan di indonesia
hingga saat ini terjadi di 510 kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi.
(Amin et al., 2020) merebaknya kasus virus COVID-19 di seluruh dunia
segala aktivitas yang melibatkan kerumunan harus diminalisir, termasuk
aktivitas kegiatan belajar mengajar di seluruh tingkat pendidikan dan
institusi. Dalam surat edaran Mendikbud Nomor 36962/MPK.A/HK/2020
menyatakan bahwa semua aktivitas belajar mengajar baik di sekolah ataupun
kampus perguruan tinggi harus menggunakan metode daring atau online
sebagai salah satu upaya pencegahan terhadap perkembangan dan penyebaran
COVID-19 (Zefri and Bhudiman, 2021). Oleh karena itu untuk meminimalisir
penyebaran covid-19 khususnya di instansi pendidikan maka pemerintah
mengupayakan program pembelajaran daring sebagai solusi untuk memutus
rantai penyebaran virus covid-19.
Pembelajaran secara daring diimplementasikan dengan beragam cara
oleh pendidik di tengah pandemi, namun implementasi tersebut tidak
maksimal dan masih menunjukkan ketidaksiapan di kalangan pendidik untuk
beradaptasi di iklim era digital seperti saat ini (Riazul and Hari, 2021).
Perkembangan teknologi di era digital sangat berpengaruh terhadap sistem
pembelajaran yang ada dan menimbulkan berbagai dampak pada kehidupan
salah satunya adalah pendidikan. Pembelajaran daring merupakan proses
pembelajaran dengan menggunakan jaringan internet ataupun rangkaian
elektronik lainnya yang menjadi metode pada saat penyampaian isi
pembelajaran, dan interaksi, dengan menggunakan fasilitas yang didukung
untuk bentuk pelajaran lainnya (Yanti and Nurwulan, 2021; Nurwulan et al.,
2021). Jika dilihat pada situasi pandemi saat ini maka fasilitas yang baik dan
memadai dalam melaksanakan pembelajaran daring sangat dibutuhkan untuk
memenuhi kompetensi akademik mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan.
Pada kondisi pandemi saat ini, pembelajaran daring menjadi salah satu
solusi untuk tetap melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan di
mana saja dan kapan saja. Sistem pembelajaran secara daring telah ditetapkan
oleh pemerintah sebagai sistem yang baku untuk digunakan selama masa
tanggap darurat pandemic Covid 19 (Lubis, Ramadhani and Rasyid, 2021).
Pembelajaran dalam jaringan atau Daring di indonesia sendiri diberlakukan
sejak maret 2020 dan masih berlangsung hingga saat ini jika dilihat dari
perkembangan virus COVID-19 yang masih terus meningkat.
Menurut Center for Public Kesehatan Jiwa (Sujarwoto, Saputri and
Yumarni, 2021) terdapat berbagai masalah yang muncul di tengah wabah
pandemi ini. Sebelum adanya pandemi, mahasiswa sudah sering mengalami
stres dan tekanan lainnya akibat tugas perkuliahan. Namun, di masa pandemi
saat ini semakin banyak mahasiswa yang mengalami stres karena tugas yang
dikerjakan jauh lebih banyak dibandingkan sebelumnya. (Deliviana et al.,
2021) oleh karena itu penting halnya mengendalikan stresor dalam diri kita
sendiri terutama pada mahasiswa karena situasi seperti pandemi saat ini
memulai perkuliahan secara daring perlu adanya adaptasi terhadap sistem
perkuliahan dan mengatur jadwal saat praktik di luar ataupun dalam jaringan
sesuai peraturan masing-masing institusi.
Bagi mahasiswa semester awal kondisi pembelajaran daring
menghambat interaksi dan pengenalan lingkungan kampus secara menyeluruh,
terlebih lagi perubahan status dari siswa menjadi mahasiswa adalah sebuah
harapan yang tidak semua orang diberi kesempatan untuk itu. kendala yang
banyak dirasakan mahasiswa dari perubahan metode secara daring adalah
tidak bisa mengikuti pembelajaran karena kendala pada jaringan, dan kuota
internet yang terbatas, keterbatasan pemahaman materi, kejenuhan
pembelajaran daring, jadwal akademik yang mundur atau tertunda, serta tidak
dapat mengaplikasikan pembelajaran praktik labolatorium karena tidak
tersedianya alat yang memadai saat online dapat mengakibatkan stress
akademik hingga depresi pada mahasiswa, meskipun pemerintah sudah
memberi bantuan untuk kuota internet namun program tersebut tidak
sepenuhnya berjalan dan masih terdapat mahasiswa yang belum mendapat
bantuan. hal tersebut dapat menimbulkan stress akademik pada mahasiswa,
disamping dari kendala jaringan internet dan tugas yang diberikan, fasilitas
yang memungkinkan untuk dilaksanakannya ujian praktik online di rumah
masing-masing juga menjadi tantangan mahasiwa dalam mengikuti
perkuliahan daring.
Stres akademik merupakan respon peserta didik terhadap tuntutan
sekolah yang menekan sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman,
ketegangan dan perubahan tingkah laku. (Lubis, Ramadhani and Rasyid,
2021). Stres akademik dapat muncul karena adanya stresor seperti, situasi
yang monoton, kebisingan, tugas yang terlalu banyak, harapan yang mengada-
ngada, ketidakjelasan, kurang adanya kontrol, tidak dihargai, diacuhkan,
aturan yang membingungkan, tuntutan yang saling bertentangan, dan deadline
tugas perkuliahan (Hasanah et al., 2020) Tentu hal tersebut secara tidak
langsung dapat mempengaruhi kesehatan mental pada mahasiswa yang
berkaitan dengan perubahan proses perkuliahan dan kehidupan sehari-hari
Stres yang tidak dapat dikendalikan atau diatasi mahasiswa akan
mempengaruhi pikiran, perasaan, reaksi fisik, dan tingkah lakunya. (Fitria and
Saputra, 2020) oleh karena itu perlu dukungan sosial pada mahasiswa agar
tidak mengalami gangguan mental selama proses perkuliahan daring.
Gangguan mental merupakan perubahan suasana hati yang
mempengaruhi emosi, pola pikir dan perilaku penderitanya, Banyaknya faktor
penyebab stres dalam perkuliahan daring membuat mahasiswa harus memiliki
pertahanan diri yang kuat. Stres merupakan suatu keadaan yang dapat
disebabkan oleh tuntutan fisik, lingkungan, dan situasi sosial yang tidak
terkontrol. Prevalensi kejadian stres cukup tinggi dimana hampir lebih dari
350 juta penduduk dunia mengalami stres dan merupakan penyakit dengan
peringkat ke-4 di dunia. (Ambarwati, Pinilih and Astuti, 2019). Menurut
catatan (Riskesdas, 2018) prevalensi gangguan emosional pada penduduk
berusia 15 tahun ke atas, meningkat dari 6% di tahun 2013 menjadi 9,8% di
tahun 2018. Prevalensi penderita depresi di tahun 2018 sebesar 6,1%. Riset
Kesehatan Dasar (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013)
menunjukkan bahwa prevalensi bunuh diri pada penduduk berusia 15 tahun ke
atas (N=722.329) sebesar 0,8% pada perempuan dan 0,6% pada laki-laki.
Penelitian mengenai tingkat stres pada mahasiswa sesuai pilihan fakultas
mereka telah dilakukan pada beberapa universitas di dunia. Prevalensi
mahasiswa di dunia yang mengalami stres didapatkan sebesar 38-71%,
sedangkan di Asia sebesar 39,6-61,3% (Ambarwati, Pinilih and Astuti, 2019).
Sementara itu, prevalensi mahasiswa yang mengalami stres di Indonesia
sendiri didapatkan data sebesar 36,7- 71,6% (Fitasari and Nur, 2011).
Mahasiswa harus mampu mengelola kesehatan mental pribadi sendiri, seperti
mengetahui keadaan emosional, cemas, sedih, bahagia dan mengetahui
penyebab munculnya perasaan-perasaan tersebut jika mengalami stres. Bila
diuraikan dalam dukungan kesehatan mental mahasiswa maka peran institusi
pendidikan dan para profesional di bidang kesehatan jiwa sangatlah penting
dalam memberikan dukungan psikososial kepada mahasiswa dan dukungan
yang dapat diberikan dengan layanan konseling online bagi mahasiswa
bagaimana mengelola stres dan coping strategy yang adaptif. Dalam penelitian
Deliviana et al., 2021. Universitas berperan sangat penting untuk menyadari
coping stratrgy yang terbatas pada mahasiswa yang tinggal sendiri tanpa
orang tua atau keluarga perlu mendapat perhatian lebih selama masa pandemi,
untuk mendukung mahasiswa dalam mengatasi tekanan psikologisnya.
Stres yang dialami seseorang dapat diatasi dengan melakukan
management stres atau coping stress yang merupakan suatu bentuk penerapan
untuk mengurangi stress dan menigkatkan skill koping melalui proses kognitif
dan tingkah laku. coping stress adalah tindakan yang dapat dilakukan individu
untuk mentolerir, menguasai, meminimalkan, atau mengurangi efek dari
stress. Mahasiswa yang mengalami stres ketika perkuliahan daring dapat
melakukan strategi coping stress untuk mengurangi perasaan stres yang
sedang terjadi. Coping stress dapat dilakukan dengan berbagai cara,
tergantung seberapa tinggi dan rendahnya stres yang dialami, dan jenis strategi
coping stress yang seperti apa yang mereka sukai untuk diterapkan ketika stres
melanda (Hanifah et al., 2020). Menurut (Muslim, 2020) Terdapat dua jenis
fungsi dari, coping stress yaitu, emotional-focusd coping untuk mengatur
respon emosional terhadap stress dan problem-focused coping untuk
mengurangi stresor individu dengan mempelajari cara atau keterampilan baru
dalam mengatasi stress. menurut Agustiningsih, (2019), individu yang
menggunakan kedua cara yaitu problem solving focused coping dan emotion
focused coping dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah yang
menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari, oleh karena itu
untuk mengatasi stress yang dirasakan selama proses daring, adalah mampu
mengendalikan pikiran dan perasaan dengan manajemen coping strategy yang
dapat diterapkan mahasiswa saat mengalami stress selain itu kemampuan
dalam mengatasi stress juga diperlukan dengan meyakinkan diri bahwa stress
yang dirasakan dapat segera diatasi dengan self eficacy.
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres akademik yang tinggi
dapat menyebabkan gangguan proses berfikir dan pola persepsi terhadap
kemampuan dalam memecahkan masalah yang dialami mahasiswa, serta
berkurangnya dalam mengambil keputusan. Untuk itu mahasiswa perlu
menanamkan suatu keyakinan pada dirinya bahwa dirinya mampu
menyelesaikan tuntutan-tuntutan tersebut yang disebut dengan efikasi diri atau
self eficacy. Self eficacy mengacu pada keyakinan individu dalam kemampuan
untuk menghasilkan hasil yang diinginka kemampuan dalam menghadapi
segala tuntutan. Hasil dari penelitian (Utami, Rufaidah and Nisa, 2020)
mengungkapkan self-efficacy memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
terjadinya stres akademik pada mahasiswa. Self-efficacy itu sendiri merupakan
perluasan teori sosial kognitif yang juga merupakan proses belajar. Pada
dasarnya aspek ini didefinisikan sebagai keyakinan pribadi atau keyakinan
seseorang pada kemampuannya sendiri untuk melakukan tugas yang
ditentukan secara efektif. Sejalan dengan penelitian menurut Halawa, (2020)
self eficacy merupakan keyakinan individu mengenai kemampuannya dalam
menghadapi suatu tuntutan. Hal ini menyebabkan mahasiswa menyadari
tujuan dari pembelajaran daring sehingga mereka tetap memiliki motivasi
dalam belajar dan memiliki self eficacy yang tinggi dan mampu belajar
menyelesaikan masalah dalam belajar di masa pandemic dengan baik, dalam
penelitian (Halawa, 2020) juga menyebutkan self eficacy mahasiswa tinggi
disebabkan karena adanya dukungan social yang mereka dapatkan dari
dukungan keluarga, oleh karena itu penting halnya dalam mengendalikan
efikasi diri untuk memberikan dampak positif bagi kesehatan jiwa dalam
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi kedepannya dan mempu
mengatasi rintangan dan mencapai tujuan yang diharapkan
Berdasarkan hasil survey kesehatan jiwa pada tahun 2021 yang
dilakukan peneliti sebelumnya di universitas udayana didapatkan hasil, jumlah
responden mahasiswa sebanyak 228 orang dengan rentang usia remaja 17-22
tahun dengan rata rata usia paling banyak yaitu 18 tahun dengan responden
jenis kelamin perempuan sebanyak 194 orang dan laki laki sebanyak 34 orang.
Dari hasil survey beberapa item pertanyaan dalam satu bulan terakhir
mengenai kesehatan jiwa, sebanyak 57 orang menjawab merasa tidak sanggup
mengatasi kesulitan yang dialami lebih dari biasanya, sebanyak 58 orang
menjawab merasa tidak bahagia dan tertekan dalam hidup lebih dari biasanya,
sebanyak 69 orang menjawab merasa susah tidur karena khawatir lebih dari
biasanya, sebanyak 44 orang menjawab merasa kehilangan kepercayaan diri
lebih dari biasanya, sebanyak 31 orang berpikir bahwa dirinya adalah seorang
yang tidak berguna. Berdasarkan penilaian responden mengenai kesehatan
jiwa pada diri sendiri didapatkan data sebanyak 34 orang menjawab buruk dan
7 orang menjawab sangat buruk serta 21 orang menjawab tidak yakin
mengenai penilaian terhadap kesehatan mental pada dirinya sendiri.
Berdasarkan kuesioner Way of Coping didapatkan hasil bahwa sebagian besar
mahasiswa memiliki mekanisme koping maladaptif yaitu sebanyak 123 orang
(53,9%) dan mahasiswa dengan koping adaptif yaitu sebanyak 105 orang
(46,1%). Dari hasil survey dengan kuesioner dari beberapa item pertanyaan
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa masih banyak terdapat
mahasiswa yang mengalami stres. Dari jumlah data 228 responden ada lebih
dari 30 remaja yang menjawab lebih dari biasanya atau tidak bisa
mengendalikan stresor dengan baik sehingga berpengaruh pada strategi koping
pada mahasiswa, dimana dalam data disebutkan terdapat 123 orang atau
(53,9%) mahasiswa memiliki mekanisme koping maladaptif hal ini tentu
sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental yang dapat dialami oleh
mahasiswa.
Berdasarkan studi awal yang dilakukan peneliti melalui data penelitian
sebelumnya, di universitas udayana, dari total 92 remaja didapatkan jumlah
remaja yang mengalami harga diri rendah yaitu sebanyak 42 remaja atau
sebesar 45,7%, sedangkan, dari hasil penelitian terkait survey dengan item
pertanyaan, terhadap kepercayaan remaja dengan kemampuan diri yang
dimiliki yaitu sebesar 6,5% atau 6 remaja didapatkan dalam kategori jarang
atau kurang percaya dengan kemampuan diri yang dimiliki, sementara
sebanyak 34,8% atau 32 remaja dalam kategori sering atau masih mempunyai
rasa percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki dan sebanyak 33,7% atau
31 remaja dalam kategori selalu atau memiliki rasa percaya diri yang tinggi,
dimana dari data tersebut dapat terlihat masih terdapat remaja yang kurang
percaya terhadap kemampuan yang dimiliki, ini dapat menimbulkan stressor
yang nantinya akan menimbulkan potensi terhadap kesehatan psikis dan
mental. Dari hasil survey mengenai remaja yang menerima posisi sebagai
siswa yang perlu belajar dengan baik dari 91 remaja sebesar 1,1% atau 1
remaja dalam kategori jarang atau kurang menerima dengan kemampuan diri,
sementara sebanyak 39,1% atau 36 remaja dalam kategori sering dan
sebanyak 46,7% atau 43 remaja dalam kategori selalu, dimana dari hasil data
tersebut masih terdapat remaja yang kurang dalam menerima diri dalam
belajar dengan baik dan remaja lainnya yang memiliki kemampuan diri sering
atau dalam kategori sedang. Dalam situasi pandemi seperti saat ini hal tersebut
dapat berpengaruh terhadap stress akademik terlebih situasi mengharuskan
untuk melakukan pembelajaran secara daring dan harus menyesuaikan diri
terhadap sistem pembelajaran. Penting halnya dalam menyesuaikan pikiran
negatif menjadi pemikiran yang lebih positif dalam belajar dan merawat
pikiran dan tubuh melalui gaya hidup sehat, pola makan teratur, olahraga, dan
meditasi dapat menjadi hal yang dapat membantu mengembalikan kembali
kepercayaan fisik dan emosional ketika sedang dihadapi oleh stressor
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui
terkait dengan “Bagaimana Hubungan Stres Akademik, Strategi Koping, Self
Efficacy, dan Karakteristik Terhadap Kesehatan Jiwa Mahasiswa Selama
Pembelajaran Daring pada mahasiswa di Universitas Udayana
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat dirumuskan, masalah
penelitian yaitu “Bagaimana Hubungan Stres Akademik, Strategi Koping, Self
Efficacy, dan Karakteristik Terhadap Kesehatan Jiwa Mahasiswa Selama
Pembelajaran Daring di Universitas Udayana” oleh karena itu peneliti
membuat rumusan masalah :
1. Bagaimana gambaran terkait karakteristik demografi seperti jenis
kelamin, dan jumlah kunjungan ke pusat layanan kesehatan selama
pembelajaran daring di Universitas Udayana?
2. Bagaimana gambaran kesehatan jiwa mahasiswa Universitas Udayana
3. Bagaimana gambaran stres akademik pada mahasiswa Universitas
Udayana?
4. Bagaimana gambaran strategi koping pada mahasiswa Universitas
Udayana?
5. Bagaimana gambaran efikasi diri pada mahasiswa Universitas
Udayana?
6. Bagaimana menganalisis hubungan stres, strategi koping dan efikasi
diri terhadap kesehatan jiwa mahasiswa Universitas Udayana?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Stres Akademik, Strategi Koping, Self
Efficacy, dan Karakteristik Terhadap Kesehatan Jiwa Mahasiswa
Selama Pembelajaran Daring di Universitas Udayana.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Gambaran terkait karakteristik demografi seperti jenis
kelamin, dan jumlah kunjungan ke pusat layanan kesehatan selama
Pembelajaran Daring di Universitas Udayana
2. Mengetahui gambaran gambaran kesehatan jiwa mahasiswa
Universitas Udayana
3. Mengetahui gambaran stres akademik pada mahasiswa Universitas
Udayana
4. Mengetahui gambaran strategi koping pada mahasiswa Universitas
Udayana
5. Mengetahui gambaran efikasi diri pada mahasiswa Universitas
Udayana
6. Mengetahui menganalisis hubungan stres, strategi koping dan
efikasi diri terhadap kesehatan jiwa mahasiswa Universitas
Udayana

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan diharapkan bisa dijadikan sebagai
evaluasi bagi mahasiswa untuk meminimalisir tingkat stres
akademik dengan manajemen stres maupun coping stress selama
pembelajaran kuliah daring
2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar informasi
pengetahuan khususnya bagi bidang keperawatan jiwa
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneiti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait
dengan Stres akademik, strategi koping, self efficacy, dan
karakteristik Terhadap Kesehatan Jiwa Mahasiswa Selama
Pembelajaran Daring di Universitas Udayana sehingga nantinya
dapat memberikan suatu intervensi yang tepat terkait permasalahan
tersebut.
2. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
mahasiswa PSSIKPN FK Unud agar tidak stress akadamik dalam
menuntut ilmu dengan cara belajar yang maksimal serta persiapan
psikis dan mental agar ketika terjadi suatu masalah tidak langsung
menjadi sebuah ansietas. Selain itu, mahasiswa bisa juga
berkonsultasi kepada bagian bimbingan konseling atau kepada
dosen penasehat akademik agar mendapatkan solusi dari
permasalahan yang terjadi.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
Strategi dalam mengatasi permasalahan psikologis selama
pembelajaran daring sebagai langkah awal untuk penelitian
berikutnya yang lebih luas di masyarakat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mahasiswa
2.1.1 Definisi Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang belajar di perguruan tinggi baik
di universitas, institut maupun akademik (Setiawan, 2019). Mereka yang
terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai
mahasiswa, untuk mempersiapkan diri dengan suatu keahlian tingkat
sarjana, Menurut (Sarwono W., S. 2003) Mahasiswa adalah setiap orang
yang terdaftar secara resmi untuk mengikuti pelajaran disebuah perguruan
tinggi dengan batasan umur sekitar 18 – 30 tahun. Mahasiswa merupakan
suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh status, karena
adanya ikatan dengan suatu perguruan tinggi. Mahasiswa memegang
peranan penting bagi diri sendiri maupun masyarakat, tercapainya karakter
yang intelektual, berkualitas, berbudi luhur dan bermoral akan menunjang
terpacainya peran mahasiswa sebagai iron stock, agent of change,
socialcontrol dan moral force (Panjaitan et al., 2018), dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan mahasiswa merupakan individu yang sedang
menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan memegang
peranan penting sebagai suatu keahlian di bidangnya.

2.1.2 Tugas dan kewajiban mahasiswa


Menurut (Cahyono, 2019) mahasiswa memiliki beragam tugas dan
tanggung jawab mahasiswa antara lain
1. Agen Of Change
Mahasiswa dituntut sebagai agen membawa perubahan ke arah yang
lebih baik, ada banyak cara menciptakan perubahan di masyarakat
seperti, menciptakan teknologi baru yang bermanfaat, berwirausaha
untuk membuka lapangan pekerjaan, melakukan kampanye sosial dan
lain sebgainya
2. Iron Stock
Status sebagai kelompok terpelajar mahasiswa bertanggung jawab
menjadi penerus yang memiliki kemampuan dan akhlak yang mulia
yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya
3. Moral Force
Mahasiswa dituntut untuk memiliki akhlak yang baik, karena
mahasiswa berperan sebagai teladan di masyarakat. Segala tingkah
laku mahasiswa akan diamati dan dinilai oleh masyarakat. Oleh karena
itu mahasiswa harus pandai menempatkan diri dan hidup
berdampingan dengan masyarakat sekitar.
4. Agent of social control
Mahasiswa menjadi panutan dalam masyarakat, berlandaskan dengan
pengetahuannya, dengan tingkat pendidikannya, norma-norma yang
berlaku disekitarnya, oleh karena itu mahasiswa harus menjadi contoh
yang baik bagi masyarakat.

2.1.3 Peran mahasiswa


Mahasiswa sebagai agen perubahan atau agen of change memiliki
peranan penting dalam kehidupan nyata, menurut (Cahyono, 2019)
terdapat 3 peranan penting yang mendasar bagi mahasiswa yaitu :
1. Peran intelektual
Kecerdasan intelektual mahasiswa sebagai seseorang yang memiliki
intelektual harus diimbangi dengan kondisi akhlak yang baik dan bisa
menjalankan kehidupan serta harapan bagi masyarakat nantinya
2. Peran moral
Mahasiswa menunjukkan perilaku bermoral dalam setiap tindakannya
tanpa terpengaruh dari kondisi lingkungan di sekitarnya, Pendidikan
sebagai upaya pembentukan karakter idealnya muncul dengan perilaku
moral terbaik yang ditunjukkan oleh seorang mahasiswa
3. Peran sosial
Mahasiswa sebagai seorang yang membawa perubahan harus selalu
mencerminkan nilai karakter bersinergi, berpikir kritis dan bertindak
konkret, penyampai aspirasi dan pelayan masyarakat sesuai dengan
tingkat intelektualnya, oleh karena itu mahasiswa memiliki peran
penting dalam lingkungan sosial untuk menjadi panutan yang baik di
masyarakat

2.2 Pembelajaran Daring


2.2.1 Definisi pembelajaran daring
Pembelajaran adalah proses interaksi siswa/mahasiswa dengan
pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, (Lubis,
Ramadhani and Rasyid, 2021) Daring merupakan singkatan dari
komunikasi dalam jaringan yang dilakukan dengan penyampaian dan
penerimaan pesan melalui internet. Perkembangan teknologi dan
komunikasi saat ini memiliki pengaruh yang besar terhadap proses
pengajaran dan pembelajaran sehingga dapat dengan mudah mengakses
apa saja yang diinginkan kapan saja dan di mana saja (Saifulloh and
Darwis, 2020) Pada tataran pelaksanaanya pembelajaran daring
memerlukan dukungan perangkat seperti smarphone, laptop, komputer dan
tablet, yang dapat dipergunakan untuk mengakses informasi kapan saja
dan dimana saja (Sadikin and Hamidah, 2020) oleh karena itu dalam
pelaksanaan pembelajaran daring mahasiswa harus memiliki sarana dan
prasarana yang memadai guna mendukung dalam pelaksanaan
pembelajaran daring.

2.2.2 Tujuan Pembelajaran Daring


Tujuan dari adanya program daring menurut (Kemendibud, 2012) adalah :
1. Meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan
2. Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan
3. Meningkatkan kesamaan dalam mendapatkan mutu layanan
pendidikan
4. Meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan
5. Meningkatkan keterjamininan mendapatkan mutu layanan pendidikan
yang baik.
Dengan memanfaatkan adanya jaringan internet untuk pembelajaran
daring dapat meningkatkan mutu dalam dunia pendidikan. Jaringan
internet yang luas dan memadai akan mendukung terjadinya pembelajaran
yang cepat, mudah efektif dan efisien.

2.2.3 Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran Daring


Menurut (Khasanah, Ningrum and Aprilia, 2020) adapun
keunggulan dan kekurangan dari pembelajaran daring yaitu
a. Keunggulan pembelajaran daring
1. Adanya fasilitas e-moderating dimana seorang dosen dan
mahasiswa melakukan kegiatan komunikasi tanpa ada batas ruang
dan waktu.
2. Waktu yang fleksibel karena menggunakan media daring dapat
mengakses internet dengan mudah dan cepat tergantung dari
kekuatan jaringan internet
3. Mahasiswa dapat melihat bahan ajar setiap saat dan dimana saja
dan kapan saja saat mengakses dan menyimpan materi
pembelajaran
4. Perubahan mahasiswa yang pasif menjadi siswa yang aktif dalam
kegiatan pembelajaran.

b. Kekurangan Pembelajaran Daring


1. Kurangnya interaksi antar dosen dan mahasiswa, hal ini dapat
memperlambat kegiatan pembelajaran.
2. Proses pembelajaran lebih cenderung kearah pelatihan dari pada
pendidikan.
3. Mahasiswa tidak mempunyai motivasi yang tinggi dalam
pembelajaran daring seperti bosan selama mengikuti perkuliahan
daring dan tidak dapat berinteraksi langsung dengan teman-teman
4. Proses belajar mengajar tidak selamanya mudah dimengerti oleh
mahasiswa, apalagi jika prosesnya hanya dengan daring, tentunya
tingkat fokus mahasiswa dan penerimaan materi yang disampaikan
tidak lebih baik dari kuliah tatap muka.
Pada mata kuliah teori memang tidak akan terlalu bermasalah jika
dihadapkan dengan kuliah online, namun pada mata kuliah praktek, maka
kuliah online tidaklah menjadi solusi akan hal ini, dan dampak dari
keadaan pandemi seperti saat ini, pengetahuan dan pemahaman mahasiswa
tentang materi kuliah tidak maksimal. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan jika metode kuliah online maupun metode kuliah tatap muka
punya keunggulan dan kelemahan masing-masing yang mana
penerapannya mesti dilihat dari permasalahan yang ada, serta kembali
kepada tujuan dan target dari jenis mata kuliahnya.

2.3 Stres
2.3.1 Definisi Stres
Stres adalah respon tubuh terhadap situasi berbahaya atau sulit,
stres menyebabkan tubuh memproduksi hormon adrenalin untuk
pertahanan diri baik secara fisik maupun emosional (mental/psikis) apabila
ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang
menyesuaikan diri. (Kemenkes RI, 2020) Stres merupakan gangguan pada
tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan hidup.
Tekankan bahwa stres yang tidak dapat dikendalikan atau diatasi dapat
memengaruhi pikiran, perasaan, reaksi fisik, dan perilaku. (Dinkes, 2014)
Pada remaja yang sering dialami adalah kesulitan berkonsentrasi, kesulitan
mengingat materi, kesulitan memahami materi, memiliki pandangan
negatif terhadap diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Emosi
Penampilan ketakutan, kepekaan, dan kesedihan, kemarahan, serta depresi
(Lubis, Ramadhani and Rasyid, 2021), Stres yang berkepanjangan dapat
mengganggu kesehatan fisik dan melemahkan kekuatan daya tahan tubuh.
Selain itu, stres juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem
pencernaan dan sistem reproduksi. Orang yang mengalami tekanan stres
berkepanjangan umumnya juga dapat mengalami gangguan tidur. Oleh
karena itu kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlarut - larut agar nantinya
tidak berlanjut sampai menimbulkan gangguan kesehatan.
2.3.2 Gejala Stres
Stres bisa saja terjadi pada seseorang ketika adanya
ketidakseimbangan antara beban atau masalah dan kemamuannya dalam
menyelesaikan masalah atau mengatasi beban tersebut gejala stres yang
dapat dirasakan antara lain (Rinawati and Sucipto, 2019)
a. Gejala fisik
Gejala ini timbul akibat adanya keluhan seperti halnya sakit kepala,
sakit pada pinggang, susah tidur, hilang selera makan dan sakit pada
perut, kemudian timbulnya hilang semangat pada diri sendiri.
b. Gejala emosinal
Gejala ini timbul berupa keluhan yang dirasakan seperti rasa gelisah,
mudah marah, takut, sedih, gugup, dan cemas.
c. Gejala kognitif
Gejala ini timbul karena adanya keluhan seperti susah berkonsentrasi,
mudah lupa, pikiran menjadi kacau, dan sulit untuk membuat
keputusan. mudah tersinggung, dan merasa tidak ada harapan sama
sekali
d. Gejala interpersonal
Gejala ini timbul berupa sikap tidak perduli atau acuh tak acuh dengan
lingkungan sekitar, hilangnya kepercayaan pada orang lain, minder,
dan mudah untuk menyalahkan orang lain.
e. Gejala organisasional
Gejala ini timbul karena meningkatnya keabsenan saat kuliah dan
bimbingan skripsi, ketergantungan dengan teman, menurunnya
dorongan untuk berprestasi dan menurunnya prodiktivitas

2.3.3 Jenis-jenis Stres


Jenis stres menurut (Donsu, (2017) secara umum dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu :
a. Stres akut
Stres akut adalah kondisi yag terjadi karena respon tubuh terhadap
ancaman tertentu, seperti tantangan atau ketakutan. Respons stres akut
yang segera dan intensif di beberapa keadaan dapat menimbulkan syok
b. Stres kronis
Suatu kondisi stres yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama
sampai berminggu-minggu ataupun sampai berbulan-bulan, hal ini
lebih sulit untuk diatasi karena efek yang ditimbulkan lebih panjang,
sehingga perlu penanganan oleh ahli psikologis untuk menangani
kondisi tersebut

Sedangkan jenis stres menurut (Priyoto, 2014) dapat dibedakan menjadi 3


yaitu:
a. Stres ringan
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang dalam
keseharian seperti gugup atau cemas. Situasi stres ringan berlangsung
beberapa menit atau jam saja. Hal ini tidak sampai mempengaruhi
aktivitas sehari hari
b. Stres Sedang
Stres sedang berlangsung lebih lama daripada stres ringan. Penyebab
stres sedang yaitu situasi yang tidak terselesaikan dan sudah mulai
mengganggu aktivitas sehari hari seperti misalnya kehilangan orang
yang disayangi atau putus dari orang yang disayangi. Ketika itu terjadi,
maka akan muncul berbagai emosi negatif, seperti marah, kecewa,
sedih, atau putus asa.
c. Stres Berat
Stres berat adalah situasi yang lama dirasakan oleh seseorang dapat
berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti
perselisihan Ciri-ciri stres berat yaitu sulit beraktivitas, sulit tidur,
penurunan konsentrasi, keletihan meningkat, tidak mampu melakukan
pekerjaan sederhana, Orang dengan kondisi ini, akan menarik diri dari
kehidupan sosial, tidak dapat melakukan aktivitas harian dengan baik,
dan merasa kesakitan sepanjang hari.
2.3.4 Pengertian Stres akademik
Stres akademik merupakan stres yang dialami oleh individu yang
terjadi dalam lingkungan sekolah atau pendidikan, Stres akademik
diartikan sebagai tekanan mental yang berkaitan dengan frustasi akibat
kegagalan akademik dan ketakutan akan kegagalan tersebut (Hamzah and
Rahmawati, 2020). Mahasiswa yang sedang mengalami stres akademik
dapat berdampak ke arah positif ataupun negatif, peningkatan jumlah stres
akademik akan menurunkan kemampuan akademik yang berpengaruh
terhadap indeks prestasi pada mahasiswa. Beban stres yang dirasa terlalu
berat mampu memicu gangguan memori, konsentrasi, penurunan
kemampuan penyelesaian masalah, dan kemampuan akademik. Selain itu
stres yang dirasa berat juga dapat memicu munculnya masalah kesehatan
seperti depresi dan kecemasan berlebih (Barseli and Ifdil, 2017). Oleh
karena itu stres akademik dapat menjadi tekanan mental yang menjadi
respon pada remaja yang sedang mengalami stres, yang dapat berupa
reaksi fisik, perilaku, pikiran, dan emosi negatif karena terlalu banyaknya
tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan.

2.3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Stres akademik


Stressor  adalah faktor-faktor dalam kehidupan yang
mengakibatkan terjadinya respon stres.  Stressor dapat berasal dari
berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan
juga muncul pada situasi dalam aktivitas, dirumah, dalam kehidupan
sosial, dan lingkungan luar lainnya (Dinkes, 2014). Adapun faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi stres akademik, menurut (Kai-wen, 2010)
yaitu:
1. Faktor Fisik
Pada sebagian besar remaja sangat memperhatikan penampilan fisik
mereka, Remaja yang tidak puas dengan penampilan fisik mereka
cenderung akan mengalami stres. Stres yang ditimbulkan dapat
mempengaruhi rasa percaya diri mereka dan dapat berakibat pada
timbulnya perubahan perilaku di kehidupan sehari-hari
2. Faktor Keluarga
Keluarga yang penuh dengan konflik dapat ditandai dengan kurangnya
komunikasi antara orang tua dengan anak yang tidak saling memahami
satu sama lain. Hal ini dapat meningkatkan stres psikologis pada anak
dan sangat berpengaruh pada stres akademik akibat tuntutan dari
keluarga
3. Faktor lingkungan akademik
Kurikulum dalam sistem pendidikan standarnya semakin lebih tinggi.
Akibatnya persaingan semakin ketat, waktu belajar bertambah, dan
beban mahasiswa semakin meningkat. (Barseli and Ifdil, 2017) Stres
pada remaja berasal dari lingkungan sekolah yakni terlalu banyak
tugas, performansi akademik yang tidak memuaskan, persiapan untuk
tes, kurangnya minat terhadap mata pelajaran/mata kuliah, dan
hukuman dari guru. Harapan dari orang tua, guru dan diri sendiri
biasanya menjadi sumber stres akademik
4. Faktor sosial
Seiring dengan perkembangan zaman dan beragamnya masyarakat,
setiap orang memiliki peran ganda. Di rumah, seorang mahasiswa juga
berperan sebagai seorang anak, kakak atau adik Standar hidup yang
diterapkan pada masing-masing individu berbeda antara satu dengan
lainnya, (Yusuf and Ma’wa, 2020) hal ini berpengaruh pada seseorang
menghadapi keadaan penuh stress

2.3 Strategi coping stress


2.3.1 Definisi coping stress
Coping adalah proses mengelola tuntutan internal atau eksternal yang
ditaksir sebagai beban karena diluar kemampuan diri individu. Coping
stress dapat dartikan sebagai Suatu usaha berbentuk kognitif maupun
perilaku yang secara spesifik dilakukan untuk mengelola tuntutan-tuntutan
yang dapat menyebabkan stress (Lazarus and Folkam, 1984) Dapat
dikatakan coping stress merupakan proses individu melakukan segala
sesuatu yang ditujukan untuk menanggulangi stress dan mengurangi atau
menghilangkan dampak negatif dari stress. Strategi coping sering
dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pengalaman dalam menghadapi
masalah, kepribadian, faktor lingkungan, faktor sosial, konsep diri dan lain
sebagainya, sangat berpengaruh pada kemampuan individu dalam
menyelesaikan masalahnya (Maryam, 2017). Dari beberapa pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa coping merupakan respon perilaku dan
pikiran terhadap stres yang bertujuan untuk mengurangi atau mengatur
konflik yang timbul dari diri pribadi dan di luar dirinya Perilaku coping
dapat juga dikatakan sebagai transaksi yang dilakukan individu untuk
mengatasi berbagai tuntutan (internal dan eksternal) sebagai sesuatu yang
membebani dan mengganggu kelangsungan hidupnya.

2.3.2 Jenis Jenis Coping Stress


Menurut (Lazarus and Folkam, 1984) membagi jenis coping stress
menjadi 2 yaitu :
a. Emotion-focused coping
Strategi Coping berfokus pada masalah, merupakan Suatu tindakan
yang diarahkan kepada pemecahan masalah. Perilaku coping yang
berpusat pada masalah cenderung dilakukan apabila individu tidak
mampu atau merasa tidak mampu mengubah kondisi yang
stressful. Yang dapat dilakukan oleh individu untuk mengurangi
stres adalah dengan mengatur emosi.
Aspek – aspek dari emotion-focused coping antara lain :
1. Seeking social emotional support yaitu mencoba untuk
memperoleh dukungan secara emosional maupun sosial dari
orang lain, contohnya seseorang selalu berusaha menyelesaikan
masalah dengan mencari bantuan dari orang lain di luar
keluarga seperti teman, tetangga, psikolog dan, bantuan
tersebut bisa berbentuk fisik dan non fisik
2. Distancing yaitu mengeluarkan upaya kognitif untuk
melepaskan diri dari masalah atau membuat sebuah harapan
positif. Contohnya, seseorang dalam penyelesaian masalah,
terlihat dari sikapnya yang kurang peduli terhadap persoalan
yang sedang dihadapi dan mencoba melupakannya seolah olah
tidak terjadi apa-apa
3. Escape avoidance yaitu mengkhayal mengenai situasi dan
melakukan tindakan atau menghindar dari situasi yang tidak
menyenangkan. Contohnya seseorang melakukan fantasi
andaikan permasalahannya pergi dan mencoba untuk tidak
memikirkan mengenai masalah dengan tidur atau menggunakan
alkohol yang berlebihan atau selalu denial.
4. Self control yaitu mencoba untuk mengatur perasaan diri
sendiri atau tindakan dalam hubungannya untuk menyelesaikan
masalah. contohnya seseorang akan selalu berfikir sebelum
berbuat sesuatu dan menghindari untuk melakukan sesuatu
tindakan secara tergesa-gesa
5. Accepting responsibility yaitu menerima untuk menjalankan
masalah yang dihadapinya sementara, dan mencoba untuk
memikirkan jalan keluarnya contohnya seseorang. akan
menerima segala sesuatu yang terjadi saat ini sebagai nama
mestinya dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi yang
sedang dialaminya.
6. Positive reappraisal yaitu mencoba untuk membuat suatu arti
positif dari situasi dalam masa perkembangan kepribadian.
Contohnya, seseorang akan selalu berfikir positif dan
mengambil hikmahnya atas segala sesuatu yang terjadi dan
tidak pernah menyalahkan orang lain serta bersyukur dengan
apa yang masih dimilikinya
b. Problem-focused coping
Usaha untuk mengurangi stressor, dengan mempelajari cara – cara
atau keterampilan – keterampilan yang baru untuk digunakan
mengubah situasi, keadaan, atau pokok permasalahan.
Aspek – aspek problem-focused coping antara lain :
1. Seeking informational support yaitu mencoba untuk
memperoleh informasi atau dukungan dari pihak luar atau
dari orang lain, seperti dokter, psikolog, atau guru.
2. Confrontive coping melakukan penyelesaian masalah
secara konkret untuk mengubah keadaan yang dapat
menggambarkan tingkat risiko yang harus diambi.
3. Planful problem-solving menganalisis setiap situasi yang
menimbulkan masalah dengan melakukan usaha –usaha
tertentu untuk mengubah keadaan atau berusaha mencari
solusi secara langsung terhadap masalah yang dihadapi.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Jenis coping


mana yang akan digunakan dan bagaimana dampaknya, sangat tergantung
pada jenis stres atau masalah yang dihadapi

2.3.3 Faktor Faktor yang mempengaruhi Coping stress


Menurut (Mashudi and Farid., 2012) menyebutkan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi coping sebagai upaya mengatasi stress adalah:
a. Dukungan sosial sebagai pemberian bantuan atau pertolongan
terhadap seseorang yang mengalami stress dari orang lain yang
memiliki hubungan dekat saudara atau teman sebaya.
b. Kepribadian atau tipe seseorang mempunyai pengaruh yang cukup
berarti terhadap coping seperti hardiness, optimism,dan humoris.

Menurut (Safaria, Triantoro and Saputra, 2009) pemilihan strategi coping


dan respon yang dipakai individu untuk menghadapi situasi yang penuh
tekanan stressor tergantung dari dua faktor yaitu

a. Faktor eksternal yang adalah ingatan pengalaman dari berbagai


situasi dan dukungan sosial, serta seluruh tekanan dari berbagai
situasi yang penting dalam kehidupan.
b. Faktor internal adalah gaya coping yang biasa dipakai seseorang
dalam kehidupan sehari – hari dan kepribadian dari seseorang
tersebut.
Berdasarkan teori yang ada, dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi coping stress ada dua macam yang berpengaruh yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berpengaruh,
seperti kepribadian, hati yang terbuka, dan lain sebagainya. Faktor
eksternal yang juga cukup berpengaruh adalah adanya dukungan sosial

2.4 Efikasi diri (Self-Efficacy)


2.4.1 Definisi efikasi diri
Efikasi diri adalah keyakinan kita pada kemampuan diri sendiri
untuk bisa memainkan peran penting dalam bagaimana cara kita untuk
berpikir, bertindak dan juga perasaan kita terkait tempat kita di dunia.
Selain itu, efikasi diri juga akan menentukan tujuan apa yang ingin kita
pilih untuk bisa dikejar, dan bagaimana cara dalam mencapai tujuan
tersebut. menurut (Sopiyanti, 2018). Self-efficacy adalah suatu keadaan
dimana seseorang yakin dan percaya bahwa mereka dapat mengontrol
hasil dari usaha yang telah dilakukan. Self- efficacy akan mempengaruhi
cara individu dalam berinteraksi terhadap situasi yang menekan (Arivia,
Putri and Ariana, 2021) sehingga dapat disimpulkan bahwa efikasi diri
adalah suatu bentuk kepercayaan atau keyakinan terkait kemampuan
dirinya sendiri dalam mengatur, melakukan sesuatu guna mencapai suatu
tujuan, menghasilkan sesuatu, dan juga mengimplementasikan tindakan
agar bisa mencapai suatu bentuk kecakapan tertentu
2.4.2 Aspek-aspek Self-Efficacy
Menurut Bandura, 2006 beberapa aspek self-efficacy, yakni sebagai
berikut:
1. Magnitude atau level
persepsi individu mengenai kemampuannya yang diukur melalui
tingkat kesulitan dengan berbagai macam kesulitan tugas. Individu
yang memiliki tingkat kesulitan tugas yang tinggi memiliki kekyakinan
bahwa dirinya mampu mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan
memiliki self-efficacy yang tinggi, sedangkan individu dengan tingkat
kesulitan tugas yang rendah memiliki keyakinan bahwa dirinya hanya
mampu mengerjakan tugas-tugas yang mudah serta memiliki self-
efficacy yang rendah.
2. Generality
individu menilai keyakinan mereka berada pada tingkat kesulitan tugas
tertentu dalam arti luas individu mempunyai keyakinan dalam
melaksanakan tugas-tugas. Generalisasi memiliki perbedaan dimensi
yang bervariasi yaitu intensitas kesamaan aktivitas, kemampuan yang
ditunjukkan dengan tingkah laku, kognitif, afektif. Menggambarkan
mengenai situasi dan karakteristik perilaku individu yang ditunjukkan.
Penilaian ini berkaitan dengan perilaku dan konteks situasi yang
mengungkapkan keyakinan individu terhadap keberhasilan mereka.
3. Strength,
berkaitan dengan kuat-lemahnya keyakinan seorang individu. Individu
yang memiliki keyakinan yang kuat akan bertahan dengan usaha
mereka meskipun ada banyak kesulitan dan hambatan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa self-efficacy


merupakan suatu keyakinan atas kemampuan yang dimiliki individu dalam
menghadapi setiap kesulitan untuk mencapai tujuan sesuai dengan situasi
tertentu. Keyakinan tersebut dibagi lagi kedalam 3 dimensi yakni
magnitude, generality, dan strength sehingga akan mempengaruhi cara
individu dalam berinteraksi terhadap situasi yang menekan.

2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self-Efficacy


Menurut (Alwisol, 2014) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi self-efficacy, yaitu:
1. Pengalaman Keberhasilan (Mastery Exsperiences)
Keberhasilan yang sering didapatkan akan meningkatkan self-efficacy
yang dimiliki seseorang sedangkan kegagalan akan menurunkan self-
efficacy dirinya. Ketika keberhasilan yang didapat seseorang lebih
banyak karena faktor-faktor di luar dirinya, biasanya tidak akan
membawa pengaruh terhadap peningkatan self-efficacy.
2. Pengalaman Orang Lain (Vicarious Exsperiences)
Pengalaman keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan dengan
pengalaman individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan
meningkatkan self-efficacy seseorang dalam mengerjakan tugas yang
sama.
3. Persuasi Sosial (Social Persuation)
Informasi tentang kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh
seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan
seseorang bahwa dirinya cukup mampu melakukan suatu tugas.
4. Keadaan Fisiologis dan Emosional (Physiology and Emotional States)
Kecemasan dan stress yang terjadi dalam diri seseorang ketika
melakukan tugas sering diartikan sebagai suatu kegagalan.

Dari hal tersebut dapat disimpulkan Self-efficacy yang tinggi biasanya


ditandai oleh rendahnya tingkat stress dan kecemasan, dan sebaliknya self-
efficacy yang rendah ditandai oleh tingkat stress dan kecemasan yang
tinggi. Self-efficacy akan mempengaruhi cara individu dalam berinteraksi
terhadap situasi yang menekan dan menimbulkan stressor
BAB III

KERANGKA KONSEP

Kerangka berpikir .....

3.1 Kerangka konsep

Kerangka konsep merupakan suatu cara yang digunakan untuk


memberikan gambaran dan mengerahkan asumsi mengenai variabel-variabel
yang akan diteliti, kerangka konseptual memberikan petunjuk kepada peneliti
dalam merumuskan masalah penelitian yang telah disusun untuk menentukan
pertanyaan-pertanyaan yang harus di jawab oleh penelitian dan bagaimana
prosedur empiris yang digunakan sebagai alat untuk menemukan jawaban
setiap pertanyaan tersebut (Sugiyono, 2016).

Penyebab stres mahasiswa dalam proses


belajar:
1. Kondisi kesehatan
2. Ketidakmampuan manajemen
waktu
3. Penurunan motivasi belajar
4. Lingkungan sosial
5. Lingkungan non sosial Kesehatan
6. Proses pembelajaran Jiwa
Mahasiswa

Faktor internal Faktor eksternal


1. Pola pikir 1. Pelajaran
2. Tekanan untuk
2. Kepribadian
berprestasi tinggi
3. Keyakinan terhadap
3. Status sosial
diri sendiri
4. Orang tua
Gambar 3.1 Hubungan stres akademik, strategi koping, self efficacy, dan
karakteristik terhadap kesehatan jiwa mahasiswa selama pembelajaran daring di
Universitas Udayana

: Variabel yang tidak diteliti : Saling berhubungan


atau berkaitan
: Variabel yang diteliti

3.2 Variabel Penelitian


Variabel merupakan karakteristik dari individu atau organisasi yang dapat
diukur, diobservasi, dan mempunyai variasi. Variabel dapat diteliti sehingga
akan menghasilkan data yang bersifat numerik (skala data interval dan rasio)
atau bersifat kategorik (skala data nominal dan ordinal) (Sugiyono, 2019).
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

3.2.1 Variabel Bebas (Independen)


Variabel bebas/independen merupakan variabel yang dapat mempengaruhi
atau yang menjadi sebab berubahnya nilai variabel dependen (Sugiyono,
2019). Pada penelitian ini variabel independen yang dipakai adalah stres
akademik, strategi koping, self efficacy, dan karakteristik.

3.2.2 Variabel Terikat (Dependen)


Variabel terikat/dependen merupakan variabel yang dipengaruhi, dapat
berubah nilainya, atau yang menjadi akibat karena adanya pengaruh variabel
bebas (Sugiyono, 2019). Pada penelitian ini variabel dependen yang diteliti
adalah kesehatan jiwa mahasiswa di Universitas Udayana

3.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang berasal dari rumusan masalah
dalam penelitian (Sugiyono, 2019). Adapun hipotesis dalam penelitian ini,
yaitu:

3.3.1 Hipotesis Nol (H0)


a. Tidak terdapat hubungan karakteristik dengan kesehatan jiwa mahasiswa
Universitas Udayana
b. Tidak terdapat hubungan stres akademik dengan kesehatan jiwa
mahasiswa Universitas Udayana
c. Tidak terdapat hubungan strategi koping dengan kesehatan jiwa
mahasiswa Universitas Udayana
d. Tidak terdapat hubungan efikasi diri kesehatan jiwa mahasiswa
Universitas Udayana

3.3.2 Hipotesis Alternatif (Ha)


a. Ada hubungan karakteristik dengan kesehatan jiwa mahasiswa Universitas
Udayana
b. Ada hubungan stres akademik dengan kesehatan jiwa mahasiswa
Universitas Udayana
c. Ada hubungan strategi koping dengan kesehatan jiwa mahasiswa
Universitas Udayana
d. Ada hubungan efikasi diri dengan kesehatan jiwa mahasiswa Universitas
Udayana
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif Alasan peneliti
menggunakan metode deskriptif karena peneliti bermaksud
mendeskripsikan penyebab stres mahasiswa dalam proses belajar di
Universitas Udayana

4.2 Populasi dan Sample

4.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek tau subjek yang
mempunyai kualitas karakteristik tertentu yang didtetapkan oleh peneliti
agar mudah untuk dipelajari (Sugiyono, 2016), populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa yang sedang menjalani pembelajaran daring atau
mahasiswa yang sebelumnya pernah melakukan pembelajaran daring pada
mahasiswa keperawatan di Universitas Udayana

4.2.3 Sample

Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi.
Sampel yang diambil dari suatu populasi mewakili dari populasi yang akan
diteliti (Sugiyono, 2019). Sample pada penelitian ini menggunakan
Nonprobability sampling dengan metode Purposive sampling. dengan teknik
pengumpulan data menggunakan kuesioner beberapa item pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawab, Angket yang
digunakan adalah angket skala stres akademik, coping stress, efikasi diri dan
karakteristik untuk melihat hubungannya dengan kesehatan jiwa mahasiswa.
Bentuk pernyataan bersifat favorable dan unfavorable.

4.3 Definisi Operasional dan skala pengukuran


Definisi operasional merupakan definisi dari variabel-variabel yang akan
diteliti secara operasional dilapangan selama penelitian (Musturoh, 2018).
Definisi operasional dan skala pengukuran pada penelitian ini akan dijelaskan
sebagai berikut:

No Variabel Definisi Alat ukur Alat UkurHasil Hasil Sk


Operasional ukur UkurSkor

1 Dependen Kesehatan Jiwa


adalah suatu
Kesehatan kondisi yang
mental memungkinkan
mahasiswa perkembangan
fisik, intelektual
dan emosional
yang optimal
dari seseorang
dan
perkembangan
itu berjalan
selaras dengan
keadaan orang
lain (Kemenkes,
2019)

2 Independen Stres akademik Alat ukur kuesioner Total skor R


merupakan skala stress
Stres tertinggi : 240
respon peserta akademik terdiri dari
Akademik didik terhadap 60 item pertanyaan Total skor
tuntutan sekolah dengan 4 pilihan terendah : 0
yang menekan jawaban yaitu selalu
sehingga dengan nilai (3),
menimbulkan sering (2) dan tidak
perasaan tidak pernah (0)
nyaman,
ketegangan dan
perubahan
tingkah laku.
(Lubis,
Ramadhani and
Rasyid, 2021)

Strategi coping stress Alat ukur kuesioner Total skor I


koping adalah tindakan ways of coping yang
tertinggi : 108
yang dapat terdiri dari 27 item
dilakukan pertanyaan dengan Total skor
individu untuk empat pilihan terendah : 27
mentolerir, jawaban yaitu Sangat
menguasai, Setuju (SS) dengan
meminimalkan, nilai 4, Setuju (S)
atau mengurangi dengan nilai 3, Tidak
efek dari stress. Setuju (TS) dengan
(Hanifah et al., nilai 2, dan Sangat
2020) Tidak Setuju (STS)
dengan nilai 1

Selft efficacy Efikasi diri Alat ukur kuesioner Total skor I


adalah keyakinan yang mencakup
tertinggi : 40
kita pada General Selfefficacy
kemampuan diri scale (GSE) terdiri Total skor
sendiri untuk dari 10 item terendah : 10
bisa memainkan pertanyaan. GSE
peran penting menggunakan 4
dalam pilihan jawaban
bagaimana cara yaitu Sangat Benar
kita untuk dengan nilai 4,
berpikir, Cukup Benar dengan
bertindak dan nilai 3, Hampir tidak
juga perasaan benar dengan nilai 2,
kita terkait dan Tidak benar
tempat kita di dengan nilai 1
dunia.
(Sopiyanti, 2018)

4.4 Jenis dan cara pengumpulan data


4.4.1 Jenis data yang dikumpulkan
1. Jenis Instrumen
Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah kuesioner,
kuesioner merupakan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data
penelitian dengan cara memberikan folmulir berisi pertanyaan-pertanyaan
kepada responden untuk diisi responden, koesioner penelitian ini disusun
berdasarkan faktor penyebab (P. D. Sugiyono, 2016)
2. Instrumen pengumpulan data
a. Kuesioner stres akademik
tingkat stres mahasiswa yang didapatkan dari kegiatan akademik,
diukur dengan kuesioner yang digunakan mencakup indikator fisik,
emosi/psikologis, dan perilaku Kuesioner stres akademik yang
terdiri dari 60 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban yaitu Selalu
dengan nilai 3, sering (2), kadang (1), dan tidak pernah (0) dengan
Total skor tertinggi : 240 Total skor terendah : 0 Berdasarkan hasil
perhitungan, reliabilitas instrumen stres akademik diperoleh nilai
sebesar 0.90 yang artinya termasuk dalam kriteria bagus.
Selanjutnya, untuk hasil perhitungan validitas diperoleh 1.42.
berdasarkan skor tersebut terdapat beberapa aitem yang gugur pada
instrumen stres akademik berjumlah 3 butir yaitu aitem pada
nomor 8, 15, dan 21.

judul tabel. ....Kisi kisi instrumental stres akademik

No Aspek Item Pertanyaan Jumlah Item


Favorable Unfavorable
1 Fisik 2,4,12,19,23,37, 50,54,59 18
41,43,45,46,51,55
56,47,60
2 Psikologis/Emosi 1,6,7,11,13,15,18, 9,47,49,52 22
20,26,27,28,29,30
32,3336,36,40
3 Perilaku 3,5,8,10,14,16,17, 34,38,48,53 20
21,22,24,25,31,35
42,44,58

b. Kuesioner b. Coping Stress


Nilai dari cara yang dilakukan mahasiswa untuk merespon situasi
yang dihadapai yang diukur berdasarkan indikator menyalahkan
diri sendiri (self-blame), menghindar (avoidance), dan harapan
(wishful thinking) Kuesioner ways of coping yang terdiri dari 27
item pertanyaan dengan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju
(SS) dengan nilai 4, Setuju (S) dengan nilai 3, Tidak Setuju (TS)
dengan nilai 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai 1 Total
skor tertinggi: 108 Total skor terendah : 27 Berdasarakan hasil
perhitungan, reliabilitas instrumen coping stress diperoleh nilai
sebesar 0,91 yang artinya termasuk dalam kriteria bagus.
Selanjutnya, untuk hasil perhitungan validitas diperoleh 1.38.
berdasarkan skor tersebut terdapat beberapa aitem yang gugur pada
instrumen coping stress berjumlah 8 butir yaitu aitem pada nomor
7, 16, 20, 25, 26, 28, 33 dan 39.
Kisi kisi instrumen kuesioner coping stress

No Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah


Item
Favorable Unfavorable
1 Self Blame - Menyalahkan diri 1,2,3 -
sendiri,mengkritik
atau memarahi diri
sendiri 9
- Menyadari bahwa 4,5,6 -
saya penyebab dari
masalah tersebut
- Tidur lebih banyak 9 7, 8

2 Avoidance - Marah pada orang - 10


orang atau segala
sesuatu yang
menyebabkan
masalah itu terjadi
- Mencoba untuk - 11
melupakan
segalanya 9
- Menjauhkan diri - 12
- (menghindar) dari
orang lain
- Mencoba supaya 13 14
orang lain tidak
tahu tentang hal
buruk yang saya
alami
- Tidak percaya 15 16
bahwa ha tersebut
benar-
benar telah terjadi
- Mengharapkan 18 17
diri sebagai orang
yang lebih kuat,
lebih optimistik,
dan lebih tegar
3 Wishful - Mengharapkan agar 19,20 21
Thinkin diri dapat
mengubah apa yang
g terjadi 9
- Mengharapkan 25,26,27 22,23, 24
agar dapat
mengubah
perasaan diri

c. Kuesioner Self efficacy


Nilai dari keyakinan mahasiswa terhadap kemampuannya dalam
melakukan suatu tugas yang diperoleh dengan perhitungan
kuesioner yang mencakup General Self efficacy scale (GSE) terdiri
dari 10 item pertanyaan. GSE menggunakan 4 pilihan jawaban
yaitu Sangat Benar dengan Total skor tertinggi : 40 Total skor
terendah : 10
Kisi kisi penelitian kuesioner self efficacy

No Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah Item


Keyakinan individu atas 6,9 2
kemampuannya terhadap tingkat
1 Level kesulitan tugas Pemilihan
4,10 2
tingkah laku
berdasarkan tingkat kesulitan
suatu tugas

2 Strength Tingkat kekuatan keyakinan 8,2,1 3


individu terhadap
kemampuannya

3 Generality Keyakinan individu akan 5,7,3 3


kemampuannya melaksanakan
tugas di berbagai aktivitas
Daftar Pustaka

Agustiningsih, N. (2019) ‘Gambaran Stress Akademik dan Strategi Koping Pada


Mahasiswa Keperawatan’, Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and
Midwifery), 6(2), pp. 241–250. doi: 10.26699/jnk.v6i2.art.p241-250.

Alwisol (2014) Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi), UMM Press.

Ambarwati, P. D., Pinilih, S. S. and Astuti, R. T. (2019) ‘Gambaran Tingkat Stres


Mahasiswa’, Jurnal Keperawatan Jiwa, 5(1), p. 40. doi:
10.26714/jkj.5.1.2017.40-47.

Amin, M. et al. (2020) ‘Pembentukan Satgas Siaga Covid-19 dan Implementasi


Tupoksi Satgas Desa Mulyoagung Kabupaten Malang’, Jurnal Graha
Pengabdian.

Arivia, G., Putri, N. and Ariana, A. D. (2021) ‘Pengaruh Self-Efficacy terhadap


Stres Akademik Mahasiswa dalam Pembelajaran Jarak Jauh Selama Pandemi
Covid-19’, Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM), 1(1), pp.
104–111.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013) ‘Riset Kesehatan Dasar


2013’, Riset Kesehatan Dasar 2013.

Bandura, A. (2006) ‘Guide for constructing self-efficacy scales’, Self-efficacy


beliefs of adolescents. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.

Barseli, M. and Ifdil, I. (2017) ‘Konsep Stres Akademik Siswa’, Jurnal Konseling
dan Pendidikan, 5(3), p. 143. doi: 10.29210/119800.

Cahyono, H. (2019a) ‘Peran Mahasiswa Di Masyarakat’, De Banten-Bode: Jurnal


Pengabdian Masyarakat Setiabudhi.

Cahyono, H. (2019b) ‘PERAN MAHASISWA DI MASYARAKAT’, De Banten-


Bode: Jurnal Pengabdian Masyarakat Setiabudhi, 1(1). doi: 2686-6315.

Deliviana, E. et al. (2021) ‘Pengelolaan Kesehatan Mental Mahasiswa Bagi


Optimalisasi Pembelajaran Online Di Masa Pandemi Covid-19’, Jurnal Selaras :
Kajian Bimbingan dan Konseling serta Psikologi Pendidikan, 3(2), pp. 129–138.

Dinkes (2014) ‘Stress dan Penyebabnya’, Pemerintah Kabupaten Bantul Dinas


Kesehatan. Available at: https://dinkes.bantulkab.go.id/berita/355-stress-dan-
penyebabnya.

Donsu, J. D. (2017) ‘Psikologi Keperawatan’, Pustaka Baru.

Fitasari and Nur, I. (2011) ‘Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stres
padaMahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya:
FKM Airlangga. Ghozali’,.

Fitria, P. ayu and Saputra, D. Y. (2020) ‘Dampak Pembelajaran Daring Terhadap


Kesehatan Mental Mahasiswa Semester Awal’, 4(2), pp. 60–66.

Halawa, A. (2020) ‘Self – Efficacy Mahasiswa Dalam Belajar Pada Masa


Pandemi Covid-19 Di Stikes William Booth’, Jurnal Keperawatan, 9(2), pp. 26–
32. doi: 10.47560/kep.v9i2.262.

Hamzah and Rahmawati (2020) ‘FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN TINGKAT STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA STIKES
GRAHA MEDIKA’, Indonesian Journal for Health Sciences. doi:
10.24269/ijhs.v4i2.2641.

Hanifah, N. et al. (2020) ‘Strategi Coping Stress Saat Kuliah Daring Pada
Mahasiswa Psikologi Angkatan 2019 Universitas Andalas’, Jurnal Psikologi
Tabularasa, 15(1), pp. 29–43.

Hasanah, U. et al. (2020) ‘Gambaran Psikologis Mahasiswa Dalam Proses


Pembelajaran Selama Pandemi Covid-19’, Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(3), pp.
299–306. Available at:
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/5941.

Kai-wen, C. (2010) ‘A study of stress sources among college students in Taiwan’,


Journal of Academic and Business Ethics.

Kemendibud (2012) ‘Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak
Jauh Pada Pendidikan Tinggi’, Journal of Chemical Information and Modeling.

Kemenkes (2019) ‘Kementerian Kesehatan Republik Indonesia’, Kementerian


Kesehatan RI.

Kemenkes RI (2020) ‘Apakah yang dimaksud Stres itu? - Direktorat P2PTM’,


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Available at:
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stress/apakah-yang-dimaksud-stres-
itu.

Khasanah, M. N., Ningrum, T. and Aprilia, I. R. (2020) ‘Analisis Kendala


Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Tidar Saat Pembelajaran Daring Di
Masa Pandemi Covid-19’, Nectar : Jurnal Pendidikan Biologi.

Lazarus and Folkam (1984) ‘Stress: Appraisal and Coping’, in Encyclopedia of


Behavioral Medicine. doi: 10.1007/978-1-4419-1005-9_215.

Lubis, H., Ramadhani, A. and Rasyid, M. (2021) ‘Stres Akademik Mahasiswa


dalam Melaksanakan Kuliah Daring Selama Masa Pandemi Covid 19’,
Psikostudia : Jurnal Psikologi, 10(1), p. 31. doi:
10.30872/psikostudia.v10i1.5454.

Maryam, S. (2017) ‘Strategi Coping: Teori Dan Sumber dayanya’, JURKAM:


Jurnal Konseling Andi Matappa, 1(2), p. 101. doi: 10.31100/jurkam.v1i2.12.

Mashudi and Farid. (2012) Psikologi Konseling, Diva Press. Jogjakarta.

Muslim, M. (2020) ‘Moh . Muslim : Manajemen Stress pada Masa Pandemi


Covid-19’, Jurnal Manajemen Bisnis, 23(2), pp. 192–201. Available at:
https://www.bing.com/search?
q=jurnal+tentang+kebersihan+diri+sendiri+pada+masa+pandemi+remaja&qs=n&
form=QBRE&sp=-
1&pq=jurnal+tentang+kebersihan+diri+sendiri+pada+masa+pandemi&sc=0-
56&sk=&cvid=F9158713DF0B4E9FAC0BC0C89C267AC0.

Musturoh (2018) ‘No Title’, Metodologi Penelitian Kesehatan Buku Ajar Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK), p. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Panjaitan, S. et al. (2018) ‘Hubungan Antara Dukungan Keluarga Inti Dengan


Prokrastinasi Akademik Mahasiswa.’, Journal Kerusso. doi:
10.33856/kerusso.v3i1.89.

Priyoto (2014) ‘Konsep Manajemen Stres’, Yogyakarta. Nuha Medika.

Riazul, J. and Hari, S. (2021) ‘Tingkat Stres Mahasiswa Mengikuti Pembelajaran


Daring pada Masa Pandemi Covid-19 Riazul Jannah’, Jurnal Riset dan
Pengabdian Masyarakat, 1(1), pp. 130–146.

Rinawati, F. and Sucipto, S. (2019) ‘ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI STRES DAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA’,
Jurnal Keperawatan Jiwa. doi: 10.26714/jkj.7.1.2019.95-100.

Riskesdas (2018) ‘Laporan Riskesdas 2018 Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia’, Laporan Nasional Riskesdas 2018.

Sadikin, A. and Hamidah, A. (2020) ‘Pembelajaran Daring di Tengah Wabah


Covid-19’, Biodik, 6(2), pp. 109–119. doi: 10.22437/bio.v6i2.9759.

Safaria, Triantoro and Saputra (2009) ‘Manajemen emosi’, Jakarta : Bumi


Aksara.

Saifulloh, A. M. and Darwis, M. (2020) ‘Manajemen Pembelajaran dalam


Meningkatkan Efektivitas Proses Belajar Mengajar di Masa Pandemi Covid-19’,
Bidayatuna: Jurnal Pendidikan Guru Mandrasah Ibtidaiyah. doi:
10.36835/bidayatuna.v3i2.638.

Sarwono W., S. (2003) ‘Psikologi Remaja’, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Setiawan, E. (2019) ‘KBBI - Kamus Besar Bahasa Indonesia’, kamus besar


bahasa indonesia.

Sopiyanti, F. (2018) ‘PENGARUH SELF EFFICACY TERHADAP


PENYESUAIAN AKADEMIK MAHASISWA’, Psympathic : Jurnal Ilmiah
Psikologi. doi: 10.15575/psy.v4i1.2197.

Sugiyono (2016) ‘Kerangka Berfikir’, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,


R&D.

Sugiyono (2019) ‘No Title’, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, p. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono, P. D. (2016) metode penelitian kuantitatif, kualitatif,dan R&D,


Alfabeta, cv.

Sujarwoto, Saputri, R. A. M. and Yumarni, T. (2021) ‘Social Media Addiction


and Mental Health Among University Students During the COVID-19 Pandemic
in Indonesia’, International Journal of Mental Health and Addiction. doi:
10.1007/s11469-021-00582-3.

Utami, S., Rufaidah, A. and Nisa, A. (2020) ‘Kontribusi self-efficacy terhadap


stres akademik mahasiswa selama pandemi Covid-19 periode April-Mei 2020’,
TERAPUTIK: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 4(1), pp. 20–27. doi:
10.26539/teraputik.41294.

WHO (2021) ‘Dasbor WHO Coronavirus Disease (COVID-19)’, World Health


Organization.

Yanti, M. and Nurwulan, N. R. (2021) ‘Pengaruh Pembelajaran Daring Terhadap


Depresi ’, Jurnal Muara Pendidikan, 6(1), pp. 58–63. Available at:
http://ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/mp/article/view/520/318.

Yusuf, N. M. and Ma’wa, J. (2020) ‘Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres


Akademik’, Psyche 165 Journal, pp. 235–239. doi: 10.35134/jpsy165.v13i2.84.

Zefri, F. and Bhudiman, B. (2021) ‘EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT


EDARAN MENDIKBUD NOMOR 36962/MPK.A/HK/2020 DI RW 07 HAUR
JAYA’, YUSTISI. doi: 10.32832/yustisi.v7i1.4693.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih, N. (2019) ‘Gambaran Stress Akademik dan Strategi Koping Pada


Mahasiswa Keperawatan’, Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and
Midwifery), 6(2), pp. 241–250. doi: 10.26699/jnk.v6i2.art.p241-250.
Alwisol (2014) Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi), UMM Press.
Ambarwati, P. D., Pinilih, S. S. and Astuti, R. T. (2019) ‘Gambaran Tingkat Stres
Mahasiswa’, Jurnal Keperawatan Jiwa, 5(1), p. 40. doi:
10.26714/jkj.5.1.2017.40-47.
Amin, M. et al. (2020) ‘Pembentukan Satgas Siaga Covid-19 dan Implementasi
Tupoksi Satgas Desa Mulyoagung Kabupaten Malang’, Jurnal Graha
Pengabdian.
Arivia, G., Putri, N. and Ariana, A. D. (2021) ‘Pengaruh Self-Efficacy terhadap
Stres Akademik Mahasiswa dalam Pembelajaran Jarak Jauh Selama Pandemi
Covid-19’, Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM), 1(1), pp.
104–111.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013) ‘Riset Kesehatan Dasar
2013’, Riset Kesehatan Dasar 2013.
Bandura, A. (2006) ‘Guide for constructing self-efficacy scales’, Self-efficacy
beliefs of adolescents. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
Barseli, M. and Ifdil, I. (2017) ‘Konsep Stres Akademik Siswa’, Jurnal Konseling
dan Pendidikan, 5(3), p. 143. doi: 10.29210/119800.
Cahyono, H. (2019a) ‘Peran Mahasiswa Di Masyarakat’, De Banten-Bode: Jurnal
Pengabdian Masyarakat Setiabudhi.
Cahyono, H. (2019b) ‘PERAN MAHASISWA DI MASYARAKAT’, De Banten-
Bode: Jurnal Pengabdian Masyarakat Setiabudhi, 1(1). doi: 2686-6315.
Deliviana, E. et al. (2021) ‘Pengelolaan Kesehatan Mental Mahasiswa Bagi
Optimalisasi Pembelajaran Online Di Masa Pandemi Covid-19’, Jurnal Selaras :
Kajian Bimbingan dan Konseling serta Psikologi Pendidikan, 3(2), pp. 129–138.
Dinkes (2014) ‘Stress dan Penyebabnya’, Pemerintah Kabupaten Bantul Dinas
Kesehatan. Available at: https://dinkes.bantulkab.go.id/berita/355-stress-dan-
penyebabnya.
Donsu, J. D. (2017) ‘Psikologi Keperawatan’, Pustaka Baru.
Fitasari and Nur, I. (2011) ‘Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stres
padaMahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya:
FKM Airlangga. Ghozali’,.
Fitria, P. ayu and Saputra, D. Y. (2020) ‘Dampak Pembelajaran Daring Terhadap
Kesehatan Mental Mahasiswa Semester Awal’, 4(2), pp. 60–66.
Halawa, A. (2020) ‘Self – Efficacy Mahasiswa Dalam Belajar Pada Masa
Pandemi Covid-19 Di Stikes William Booth’, Jurnal Keperawatan, 9(2), pp. 26–
32. doi: 10.47560/kep.v9i2.262.
Hamzah and Rahmawati (2020) ‘FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN TINGKAT STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA STIKES
GRAHA MEDIKA’, Indonesian Journal for Health Sciences. doi:
10.24269/ijhs.v4i2.2641.
Hanifah, N. et al. (2020) ‘Strategi Coping Stress Saat Kuliah Daring Pada
Mahasiswa Psikologi Angkatan 2019 Universitas Andalas’, Jurnal Psikologi
Tabularasa, 15(1), pp. 29–43.
Hasanah, U. et al. (2020) ‘Gambaran Psikologis Mahasiswa Dalam Proses
Pembelajaran Selama Pandemi Covid-19’, Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(3), pp.
299–306. Available at:
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/5941.
Kai-wen, C. (2010) ‘A study of stress sources among college students in Taiwan’,
Journal of Academic and Business Ethics.
Kemendibud (2012) ‘Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak
Jauh Pada Pendidikan Tinggi’, Journal of Chemical Information and Modeling.
Kemenkes (2019) ‘Kementerian Kesehatan Republik Indonesia’, Kementerian
Kesehatan RI.
Kemenkes RI (2020) ‘Apakah yang dimaksud Stres itu? - Direktorat P2PTM’,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Available at:
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stress/apakah-yang-dimaksud-stres-
itu.
Khasanah, M. N., Ningrum, T. and Aprilia, I. R. (2020) ‘Analisis Kendala
Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Tidar Saat Pembelajaran Daring Di
Masa Pandemi Covid-19’, Nectar : Jurnal Pendidikan Biologi.
Lazarus and Folkam (1984) ‘Stress: Appraisal and Coping’, in Encyclopedia of
Behavioral Medicine. doi: 10.1007/978-1-4419-1005-9_215.
Lubis, H., Ramadhani, A. and Rasyid, M. (2021) ‘Stres Akademik Mahasiswa
dalam Melaksanakan Kuliah Daring Selama Masa Pandemi Covid 19’,
Psikostudia : Jurnal Psikologi, 10(1), p. 31. doi:
10.30872/psikostudia.v10i1.5454.
Maryam, S. (2017) ‘Strategi Coping: Teori Dan Sumber dayanya’, JURKAM:
Jurnal Konseling Andi Matappa, 1(2), p. 101. doi: 10.31100/jurkam.v1i2.12.
Mashudi and Farid. (2012) Psikologi Konseling, Diva Press. Jogjakarta.
Muslim, M. (2020) ‘Moh . Muslim : Manajemen Stress pada Masa Pandemi
Covid-19’, Jurnal Manajemen Bisnis, 23(2), pp. 192–201. Available at:
https://www.bing.com/search?
q=jurnal+tentang+kebersihan+diri+sendiri+pada+masa+pandemi+remaja&qs=n&
form=QBRE&sp=-
1&pq=jurnal+tentang+kebersihan+diri+sendiri+pada+masa+pandemi&sc=0-
56&sk=&cvid=F9158713DF0B4E9FAC0BC0C89C267AC0.
Musturoh (2018) ‘No Title’, Metodologi Penelitian Kesehatan Buku Ajar Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK), p. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Panjaitan, S. et al. (2018) ‘Hubungan Antara Dukungan Keluarga Inti Dengan
Prokrastinasi Akademik Mahasiswa.’, Journal Kerusso. doi:
10.33856/kerusso.v3i1.89.
Priyoto (2014) ‘Konsep Manajemen Stres’, Yogyakarta. Nuha Medika.
Riazul, J. and Hari, S. (2021) ‘Tingkat Stres Mahasiswa Mengikuti Pembelajaran
Daring pada Masa Pandemi Covid-19 Riazul Jannah’, Jurnal Riset dan
Pengabdian Masyarakat, 1(1), pp. 130–146.
Rinawati, F. and Sucipto, S. (2019) ‘ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI STRES DAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA’,
Jurnal Keperawatan Jiwa. doi: 10.26714/jkj.7.1.2019.95-100.
Riskesdas (2018) ‘Laporan Riskesdas 2018 Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia’, Laporan Nasional Riskesdas 2018.
Sadikin, A. and Hamidah, A. (2020) ‘Pembelajaran Daring di Tengah Wabah
Covid-19’, Biodik, 6(2), pp. 109–119. doi: 10.22437/bio.v6i2.9759.
Safaria, Triantoro and Saputra (2009) ‘Manajemen emosi’, Jakarta : Bumi
Aksara.
Saifulloh, A. M. and Darwis, M. (2020) ‘Manajemen Pembelajaran dalam
Meningkatkan Efektivitas Proses Belajar Mengajar di Masa Pandemi Covid-19’,
Bidayatuna: Jurnal Pendidikan Guru Mandrasah Ibtidaiyah. doi:
10.36835/bidayatuna.v3i2.638.
Sarwono W., S. (2003) ‘Psikologi Remaja’, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Setiawan, E. (2019) ‘KBBI - Kamus Besar Bahasa Indonesia’, kamus besar
bahasa indonesia.
Sopiyanti, F. (2018) ‘PENGARUH SELF EFFICACY TERHADAP
PENYESUAIAN AKADEMIK MAHASISWA’, Psympathic : Jurnal Ilmiah
Psikologi. doi: 10.15575/psy.v4i1.2197.
Sugiyono (2016) ‘Kerangka Berfikir’, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
R&D.
Sugiyono (2019) ‘No Title’, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, p. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, P. D. (2016) metode penelitian kuantitatif, kualitatif,dan R&D,
Alfabeta, cv.
Sujarwoto, Saputri, R. A. M. and Yumarni, T. (2021) ‘Social Media Addiction
and Mental Health Among University Students During the COVID-19 Pandemic
in Indonesia’, International Journal of Mental Health and Addiction. doi:
10.1007/s11469-021-00582-3.
Utami, S., Rufaidah, A. and Nisa, A. (2020) ‘Kontribusi self-efficacy terhadap
stres akademik mahasiswa selama pandemi Covid-19 periode April-Mei 2020’,
TERAPUTIK: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 4(1), pp. 20–27. doi:
10.26539/teraputik.41294.
WHO (2021) ‘Dasbor WHO Coronavirus Disease (COVID-19)’, World Health
Organization.
Yanti, M. and Nurwulan, N. R. (2021) ‘Pengaruh Pembelajaran Daring Terhadap
Depresi ’, Jurnal Muara Pendidikan, 6(1), pp. 58–63. Available at:
http://ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/mp/article/view/520/318.
Yusuf, N. M. and Ma’wa, J. (2020) ‘Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres
Akademik’, Psyche 165 Journal, pp. 235–239. doi: 10.35134/jpsy165.v13i2.84.
Zefri, F. and Bhudiman, B. (2021) ‘EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT
EDARAN MENDIKBUD NOMOR 36962/MPK.A/HK/2020 DI RW 07 HAUR
JAYA’, YUSTISI. doi: 10.32832/yustisi.v7i1.4693.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih, N. (2019) ‘Gambaran Stress Akademik dan Strategi Koping Pada


Mahasiswa Keperawatan’, Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and
Midwifery), 6(2), pp. 241–250. doi: 10.26699/jnk.v6i2.art.p241-250.
Alwisol (2014) Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi), UMM Press.
Ambarwati, P. D., Pinilih, S. S. and Astuti, R. T. (2019) ‘Gambaran Tingkat Stres
Mahasiswa’, Jurnal Keperawatan Jiwa, 5(1), p. 40. doi:
10.26714/jkj.5.1.2017.40-47.
Amin, M. et al. (2020) ‘Pembentukan Satgas Siaga Covid-19 dan Implementasi
Tupoksi Satgas Desa Mulyoagung Kabupaten Malang’, Jurnal Graha
Pengabdian.
Arivia, G., Putri, N. and Ariana, A. D. (2021) ‘Pengaruh Self-Efficacy terhadap
Stres Akademik Mahasiswa dalam Pembelajaran Jarak Jauh Selama Pandemi
Covid-19’, Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM), 1(1), pp.
104–111.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013) ‘Riset Kesehatan Dasar
2013’, Riset Kesehatan Dasar 2013.
Bandura, A. (2006) ‘Guide for constructing self-efficacy scales’, Self-efficacy
beliefs of adolescents. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
Barseli, M. and Ifdil, I. (2017) ‘Konsep Stres Akademik Siswa’, Jurnal Konseling
dan Pendidikan, 5(3), p. 143. doi: 10.29210/119800.
Cahyono, H. (2019a) ‘Peran Mahasiswa Di Masyarakat’, De Banten-Bode: Jurnal
Pengabdian Masyarakat Setiabudhi.
Cahyono, H. (2019b) ‘PERAN MAHASISWA DI MASYARAKAT’, De Banten-
Bode: Jurnal Pengabdian Masyarakat Setiabudhi, 1(1). doi: 2686-6315.
Deliviana, E. et al. (2021) ‘Pengelolaan Kesehatan Mental Mahasiswa Bagi
Optimalisasi Pembelajaran Online Di Masa Pandemi Covid-19’, Jurnal Selaras :
Kajian Bimbingan dan Konseling serta Psikologi Pendidikan, 3(2), pp. 129–138.
Dinkes (2014) ‘Stress dan Penyebabnya’, Pemerintah Kabupaten Bantul Dinas
Kesehatan. Available at: https://dinkes.bantulkab.go.id/berita/355-stress-dan-
penyebabnya.
Donsu, J. D. (2017) ‘Psikologi Keperawatan’, Pustaka Baru.
Fitasari and Nur, I. (2011) ‘Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stres
padaMahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya:
FKM Airlangga. Ghozali’,.
Fitria, P. ayu and Saputra, D. Y. (2020) ‘Dampak Pembelajaran Daring Terhadap
Kesehatan Mental Mahasiswa Semester Awal’, 4(2), pp. 60–66.
Halawa, A. (2020) ‘Self – Efficacy Mahasiswa Dalam Belajar Pada Masa
Pandemi Covid-19 Di Stikes William Booth’, Jurnal Keperawatan, 9(2), pp. 26–
32. doi: 10.47560/kep.v9i2.262.
Hamzah and Rahmawati (2020) ‘FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN TINGKAT STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA STIKES
GRAHA MEDIKA’, Indonesian Journal for Health Sciences. doi:
10.24269/ijhs.v4i2.2641.
Hanifah, N. et al. (2020) ‘Strategi Coping Stress Saat Kuliah Daring Pada
Mahasiswa Psikologi Angkatan 2019 Universitas Andalas’, Jurnal Psikologi
Tabularasa, 15(1), pp. 29–43.
Hasanah, U. et al. (2020) ‘Gambaran Psikologis Mahasiswa Dalam Proses
Pembelajaran Selama Pandemi Covid-19’, Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(3), pp.
299–306. Available at:
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/5941.
Kai-wen, C. (2010) ‘A study of stress sources among college students in Taiwan’,
Journal of Academic and Business Ethics.
Kemendibud (2012) ‘Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak
Jauh Pada Pendidikan Tinggi’, Journal of Chemical Information and Modeling.
Kemenkes (2019) ‘Kementerian Kesehatan Republik Indonesia’, Kementerian
Kesehatan RI.
Kemenkes RI (2020) ‘Apakah yang dimaksud Stres itu? - Direktorat P2PTM’,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Available at:
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stress/apakah-yang-dimaksud-stres-
itu.
Khasanah, M. N., Ningrum, T. and Aprilia, I. R. (2020) ‘Analisis Kendala
Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Tidar Saat Pembelajaran Daring Di
Masa Pandemi Covid-19’, Nectar : Jurnal Pendidikan Biologi.
Lazarus and Folkam (1984) ‘Stress: Appraisal and Coping’, in Encyclopedia of
Behavioral Medicine. doi: 10.1007/978-1-4419-1005-9_215.
Lubis, H., Ramadhani, A. and Rasyid, M. (2021) ‘Stres Akademik Mahasiswa
dalam Melaksanakan Kuliah Daring Selama Masa Pandemi Covid 19’,
Psikostudia : Jurnal Psikologi, 10(1), p. 31. doi:
10.30872/psikostudia.v10i1.5454.
Maryam, S. (2017) ‘Strategi Coping: Teori Dan Sumber dayanya’, JURKAM:
Jurnal Konseling Andi Matappa, 1(2), p. 101. doi: 10.31100/jurkam.v1i2.12.
Mashudi and Farid. (2012) Psikologi Konseling, Diva Press. Jogjakarta.
Muslim, M. (2020) ‘Moh . Muslim : Manajemen Stress pada Masa Pandemi
Covid-19’, Jurnal Manajemen Bisnis, 23(2), pp. 192–201. Available at:
https://www.bing.com/search?
q=jurnal+tentang+kebersihan+diri+sendiri+pada+masa+pandemi+remaja&qs=n&
form=QBRE&sp=-
1&pq=jurnal+tentang+kebersihan+diri+sendiri+pada+masa+pandemi&sc=0-
56&sk=&cvid=F9158713DF0B4E9FAC0BC0C89C267AC0.
Musturoh (2018) ‘No Title’, Metodologi Penelitian Kesehatan Buku Ajar Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK), p. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Panjaitan, S. et al. (2018) ‘Hubungan Antara Dukungan Keluarga Inti Dengan
Prokrastinasi Akademik Mahasiswa.’, Journal Kerusso. doi:
10.33856/kerusso.v3i1.89.
Priyoto (2014) ‘Konsep Manajemen Stres’, Yogyakarta. Nuha Medika.
Riazul, J. and Hari, S. (2021) ‘Tingkat Stres Mahasiswa Mengikuti Pembelajaran
Daring pada Masa Pandemi Covid-19 Riazul Jannah’, Jurnal Riset dan
Pengabdian Masyarakat, 1(1), pp. 130–146.
Rinawati, F. and Sucipto, S. (2019) ‘ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI STRES DAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA’,
Jurnal Keperawatan Jiwa. doi: 10.26714/jkj.7.1.2019.95-100.
Riskesdas (2018) ‘Laporan Riskesdas 2018 Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia’, Laporan Nasional Riskesdas 2018.
Sadikin, A. and Hamidah, A. (2020) ‘Pembelajaran Daring di Tengah Wabah
Covid-19’, Biodik, 6(2), pp. 109–119. doi: 10.22437/bio.v6i2.9759.
Safaria, Triantoro and Saputra (2009) ‘Manajemen emosi’, Jakarta : Bumi
Aksara.
Saifulloh, A. M. and Darwis, M. (2020) ‘Manajemen Pembelajaran dalam
Meningkatkan Efektivitas Proses Belajar Mengajar di Masa Pandemi Covid-19’,
Bidayatuna: Jurnal Pendidikan Guru Mandrasah Ibtidaiyah. doi:
10.36835/bidayatuna.v3i2.638.
Sarwono W., S. (2003) ‘Psikologi Remaja’, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Setiawan, E. (2019) ‘KBBI - Kamus Besar Bahasa Indonesia’, kamus besar
bahasa indonesia.
Sopiyanti, F. (2018) ‘PENGARUH SELF EFFICACY TERHADAP
PENYESUAIAN AKADEMIK MAHASISWA’, Psympathic : Jurnal Ilmiah
Psikologi. doi: 10.15575/psy.v4i1.2197.
Sugiyono (2016) ‘Kerangka Berfikir’, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
R&D.
Sugiyono (2019) ‘No Title’, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, p. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, P. D. (2016) metode penelitian kuantitatif, kualitatif,dan R&D,
Alfabeta, cv.
Sujarwoto, Saputri, R. A. M. and Yumarni, T. (2021) ‘Social Media Addiction
and Mental Health Among University Students During the COVID-19 Pandemic
in Indonesia’, International Journal of Mental Health and Addiction. doi:
10.1007/s11469-021-00582-3.
Utami, S., Rufaidah, A. and Nisa, A. (2020) ‘Kontribusi self-efficacy terhadap
stres akademik mahasiswa selama pandemi Covid-19 periode April-Mei 2020’,
TERAPUTIK: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 4(1), pp. 20–27. doi:
10.26539/teraputik.41294.
WHO (2021) ‘Dasbor WHO Coronavirus Disease (COVID-19)’, World Health
Organization.
Yanti, M. and Nurwulan, N. R. (2021) ‘Pengaruh Pembelajaran Daring Terhadap
Depresi ’, Jurnal Muara Pendidikan, 6(1), pp. 58–63. Available at:
http://ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/mp/article/view/520/318.
Yusuf, N. M. and Ma’wa, J. (2020) ‘Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres
Akademik’, Psyche 165 Journal, pp. 235–239. doi: 10.35134/jpsy165.v13i2.84.
Zefri, F. and Bhudiman, B. (2021) ‘EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT
EDARAN MENDIKBUD NOMOR 36962/MPK.A/HK/2020 DI RW 07 HAUR
JAYA’, YUSTISI. doi: 10.32832/yustisi.v7i1.4693.

Anda mungkin juga menyukai