Anda di halaman 1dari 46

PENGARUH STRES MAHASISWA KEPERAWATAN

SEMESTER I TERHADAP DAMPAK KULIAH ONLINE PADA

MASA PANDEMI COVID 19 DI STIKES MARANATHA

KUPANG

PROPOSAL

OLEH

YOHANES MANBAIT
NIM : 130002717

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Stres adalah suatu reaksi dan respon dari tubuh terhadap keadaan yang

terjadi pada suatu individu yang di paksa untuk melakukan adaptasi. (Kartika

Sari, 2020). Stres di sebabkan juga oleh individu, lingkungan dan tuntutan-

tuntutan yang bersumber dari sistem biologi, psikososial dan kehidupan social

dari seseorang individu. (Mahapatra & Sharma, 2020).

Stres merupakan suatu respon tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa

di sebabkan oleh berbagai tuntutan. akibat adanya berbagai persepsi tentang stres,

maka munculnya dua kondisi stres yaitu eutrress dan distress. (Rajab et al., 2020).

Eustress adalah kondisi stres yang memberikan dampak dan juga pengaruh positif

bagi suatu individu. Sedangkan distres adalah stres yang memberikan pengaruh

negatif. Stres dapat di alami oleh semua orang salah satunya dapat di alami oleh

remaja yang baru melanjutkan study ke jenjang perkuliahan. (Hasanah et al.,

2020)

Rajab et al.,(2020) menyebutkan bahwa remaja adalah potensi terbesar

mengalami stres karna adanya tantangan saat masuk perguruan tinggi mereka

harus siap beradaptasi dengan lingkungan kampus dan perkulihan yang berbeda

jauh pada saat di bangku SMA (Sekolah menengah atas), apalagi pada masa

pandemi covid 19. gejala stres yang membuat sesorang menjadi gelisah, mudah

panik, marah, selallu cemas memikirkan sesuatu, ternyata dengan adanya gejala-

gejala stres juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan. (Tan et al., 2020).
Stres juga dapat menyebabkan pengaruh kesehatan, diantaranya, menganggu

sistem urinaria, sistem pencernaan, sistem kerja otak, serta peningkatan penyakit

Alzheimer. (Santoso.,2017)

Sister Callista Roy, dalam bukunya Introduction to Nursing :An

adaptasion model, Roy (2019), mengatakan bahwa seorang pelajar memiliki

kemampuan adaptasi yang sangat baik dalam mengahadapi perubahan stres dan

psikologi yang cukup besar, pada teori adaptasi Helson, proses adaptasi

merupakan suatu cara fungsi dan stimulus yang datang. (Mahapatra & Sharma,

2020).

Dilihat dari pandangan Sister Callista Roy, dalam bukunya Introduction

to Nursing :An adaptasion model, (Roy 2019), yang mengatakan bahwa seorang

pelajar memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik dalam mengahapai

perubahan stres yang cukup besar, ternyata jauh berbeda dengan adapatsi yang di

paparkan oleh Sister Callista Roy dalam teorinya, adaptasi yang di hadapai oleh

mahasiswa pada masa pandemi COVID 19, ternyata banyak mahasiswa yang sulit

untuk beradaptasi dengan keadaan pada masa pandemi COVID 19, karena di

akibatkan oleh keterbatasan ruang gerak yang selallu di pantau, dan kendala

lainya diantaranya, HP(handphone) yang sering rusak di akibatkan pengunaan

aplikasi yang melebihi RAM handphone, jaringan yang bermasalah,

ketidakmampuan membeli pulsa paket yang terus meningkat setiap harinya dan

masalah lainNya, hal tersebut yang membuat mahasiswa sulit untuk dapat

beradapatsi dengan perkuliahan selama pandemi COVID 19. (Windhiyana,

2020).
Pandemi COVID 19 merupakan suatu bencana non alam yang

memberikan dampak yang begitu besar pada kundisi kesehatan jiwa dan

psikososial serta aspek lainnya, virus ini mulai mewabah pada 31 Desember 2019

di Kota Wuhan Cina Provinsi Hubei Tiongkok. (Machado et al., 2019)., saat ini

penyebaran virus tersebut sudah mewabah di seluruh dunia, sehingga pada tanggal

11 maret 2020 WHO mengambill suatu keputusan dan menetapkan wabah ini

sebagai pandemi global. (Cureus 2020).

Penanganan wabah COVID 19 membuat pemerintah mengambil suatu

tindakan dengan melakukan social distancing atau pembatasan aktifitas, sampai

hari ini tanggal 20 November 2020 dengan presentasi kasus di dunia sebanyak

56,435,244 kasus dengan presentasi meninggal dunia sebanyak 1,353,775 kasus,

dan yang mengalami kesembuhan sebanyak 36,291,080. (WHO 2020), dan di

Indonesia dengan presentasi kasus COVID 19 sebanyak 484rb kasus, dan yang

meninggal dunia sebanyak 15.600 kasus, dengan tingkat kesembuhan 407rb, di

provinsi Nusa Tenggara Timur dengan presentasi kasus COVID 19 sebanyak 899

kasus, dan meninggal dunia sebanyak 14 jiwa, dan yang mengalami kesembuhan

sebanyak 608 kasus, (DEPKes., 2020).

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dalam surat edaran kemendikbud

melarang untuk melakukan perkuliahan secara tatap muka (face to face). Akibat

dari penyebaran wabah COVID 19 yang semakin tinggi, semua PTN/PTS,

melaksanakan pembelajaran perkuliahan secara online, sampai dengan waktu

yang tidak di tentukan. (Lumban Gaol, 2016). Pemebelajaran online selama

pandemi COVID 19, juga memberikan peran yang sangat penting dalam
memajukan pengetahuan mahasiswa dalam pengunaan teknologi terbaru. (Barseli

& Ifdil, 2017).

Pengunaan teknologi terbaru saat perkuliahan online pada masa pandemi

COVID 19, sangat membantu dosen dan juga mahasiswa karena untuk dapat

melakukan perkuliahan di tempat atau wilayah yang berbeda. (Jena & shood et al

2020). Bentuk perkuliahan yang dapat di jadikan suatu solusi perkuliahan selama

pandemi COVID 19 yaitu pembelajaran dan perkuliahan secara daring /online.

(Windhiyana, 2020).

Pembelajaran secara daring/online merupakan pembelajaran yang

menggunakan media internet dengan aksebilitas, konveksitas, dan fleksibiltas dan

kemampuan untuk melakukan berbagai interaksi secara online di berbeda tempat.

(Jena 2020). Dampak adanya COVID 19 sangat berpengaruh pada mahasiswa

yang menyebabkan kondisi stres mahasiswa menjadi meningkat, di tandai dengan

berubanya raut wajah. (Cureus 2020).

Penelitian tentang tingkatan stres yang di lakukan oleh Fagert (2019), juga

pernah di lakukan oleh Carolina (2020) . Penelitian ini di lakukan dengan sampel

90 mahasiswa fakultas kedokteran, penelitian ini saat di lakukan penelitian di

dapatkan gambaran tingkatan stres sebesar 71%, dari penelitian yang di lakukan

oleh Carolina.,(2020) di dapatkan bahwa tingkatan stres mahasiswa sangat tingi,

yang menyebabkan kebanyak mahasiswa yang mengalami stres yaitu stres

akademik, stres akademik pada mahasiswa berasal dari faktor internal dan

eksternal. Faktor internal yaitu perubahan kebiasaan tidur, perubahan kebiasaan

makan, tuntutan tanggung jawab dan perubahan kebiasaan belajar yang


meningkat. Faktor external yaitu pengaruh adapatasi yang harus di lakukan oleh

setiap mahasiswa pada masa pandemi COVID 19. (Rahmawati et al., 2019).

Chodhury et, all (2020) dalam penelitian yang di lakukan di India kepada

mahasiswa sejak 2019, menyebutkan bahwa selama pandemi COVID 19,

mahasiswa di india sangat sulit untuk melakukan perkuliahan online, apalagi

banyak dosen dan juga mahasiswa yang belum di latih pengunaan teknologi

terbaru. Zhang,(2020) mengatakan hal yang sama bahwa selain itu juga banyak

dosen dan mahasiswa yang tempat tinggalnya di pedalaman, koneksi jaringan

yang yang buruk sehingga para dosen dan mahasiswa ketinggalan informasi

perkulihan, dari penelitian yang di lakukan menunjukan bahwa tingkatan stres

pada mahasiswa di negara India sangat tinggi pada masa pandemi COVID 19.

Hasil penelitian Ingsun Jung., (2019) tentang tingkatan stres mahasiswa

pada masa pandemi COVID 19 yang di lakukan di salah satu universitas yang

berada di Jepang. Ingsun Jung.,(2019) dalam penelitiannya dengan sampel

popolasi sebanyak 300 mahasiswa dan di dapatkan hasil penelitian tingkatan stres

pada mahasiswa jepang sebanyak 226 mahasiswa yang mengalami stres, yang

sangat meningkat pada saat di berlakukannya perkuliahan online selama masa

pandemi COVID 19. Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh

masayuki kudo (2019) tentang pengaruh stres mahasiswa yang begitu

memberikan dampak negatif bagi kondisi stres mahasisiwa.

Peneliti juga melakukan penelitian yang dilakukan kepada mahasiswa

keperawatan STIKes maranatha kupang, semester I melalui pembagian formulir

online, untuk mengetahui pengaruh stres dan dampak perkuliahan online pada

masa mandemi COVID 19. Saat di lakukan pengambilan data awal, sebanyak
88%, mahasiswa STIKes Maranatha Kupang, semester satu, lebih menyukai

perkuliahan secara face to face (Tatap muka) , dan sebanyak 12% mahasiswa

lebih menyukai perkuliahan secara online, adapun tanggapan mahasiswa yang di

rangkum oleh peneliti dengan presentasi data sebesar, 56% mahasiswa

mengatakan kuliah online susah, 22% mahasiswa mengatakan sangat susah, 10%

mahasiswa mengatakan biasa-biasa saja, 10% mahasiswa mengatakan mudah,

dan 0% mahasiswa mengatakan sangat mudah.

Berdasarkan pengambilan data awal yang di lakukan oleh peneliti kepada

mahasiswa STIKes maranatha kupang, ternyata perkuliahan online sangat

membuat mahasiswa sulit untuk beradaptasi dengan perkuliahan secara online

pada masa pandemi COVID 19, sehingga membuat banyak mahasiswa semester

satu yang mengalami stres akibat dari perngenalan kuliah, serta pembelajaran

yang harus terpaksa di lakukan secara online tanpa melakukan tatap muka (face to

face). (Jane 2020).

Perkuliahan yang di lakukan secara online sangat membawah dampak

negatif bagi mahasiswa, karena bukan saja mahasiswa di Stikes Maranatha

Kupang yang mengalami stres yang berkepanjangan tapi ada banyak mahasiswa

dari belahan dunia yang mengeluhkan adanya wabah COVID 19 yang terus

meningkat.

Pandemi COVID 19 ini sangat memberikan dampak negatif bagi

mahasiswa STIKes Maranatha Kupang semester satu, karena mereka masih

beralih dari jenjang SMA( Sekolah Menegah Atas) masuk ke jenjang perguruan

tinggi, banyak dari mahasiswa yang mengalami stres yang berkepanjangan dan

mengeluhkan sulitnya beradaptasi dengan perkuliahan selama masa pandemi


COVID 19. Secara psikologis sangat mempengaruhi kejiwaan mahasiswa karena

perubahan sistem pembelajaran yang sangat segnifikan. (Zhafira et al., 2020),

ketidaksiapan diri dari mahasiswa ini sangat memaksa mahasiswa STIKes

Maranatha Kupang untuk mengikuti perkuliahan secara online. (Sutjiato &

Tucunan, 2015), hal ini mengharuskan untuk setiap mahasiswa untuk dapat

beradaptasi dengan kebiasaan baru dan proses perkuliahan yang berbeda jauh

dengan biasanya. (Kartika Sari, 2020).

Peningkatan penggunaan teknologi yang sangat meningkat, membuat

dosen dan mahasiswa di tuntut untuk memiliki ketrampilan dalam menggunakan

laptop, handphone(HP) dan media teknologi lainNya. (Firman., 2020), Jaringan

internet yang lambat, membutuhkan biaya untuk membeli paket internet, tidak

terikat dengan waktu dan selalu stand by, ketidakefesien dalam hal tenaga waktu,

dan biaya. ( Naha AL.,2020), dari penjelasan diatas, maka peneliti sangat tertarik

untuk mengetahui pengaruh stres terhadap dampak perkuliahan online pada masa

pandemi COVID 19, di STIKes Maranatha Kupang.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Stres merupakan suatu reaksi dan respon dari tubuh terhadap keadaan yang

terjadi pada suatu individu yang di paksa untuk melakukan adaptasi. (Kartika Sari,

2020). Stres dapat di alami oleh semua orang, termasuk mahasiswa yang baru

masuk ke jenjang perkuliahan dalam kondisi pandemi COVID 19, mahasiswa di

tuntut untuk dapat beradaptasi dengan segala kebiasaan dan kebijakan yang di

keluarkan oleh pemerintah, salah satunya mewajibkan mahasiswa untuk

melaksanakan perkuliahan secara online. Perkuliahan online juga memberikan


dampak positif dan juga negatif, dampak positif dalam perkuliahan online di

antaranya adanya kemudahan dalam mengkuti perkuliahan, kemudahan dalam

memahami materi karena materi bisa di download dan di pelajari kapanpun dan

dimanapun, selain dampak positif perkuliahan online, juga menyebabkan dampak

negatif diantaranya, jaringan yang selalu terganggu, pulsa paket yang terus

meningkat setiap minggunya, ketidakefektifan dalam memahami materi

perkuliahan dan ada berbagai masalah lainnya yang di alami oleh mahasiswa,

dalam pengambilan data awal yang di lakukan oleh peneliti di STIKes Maranatha

Kupang di dapatkan bahwa sebanyak 88%, mahasiswa STIKes Maranatha

Kupang, semester satu, lebih menyukai perkuliahan secara face to face (Tatap

muka) , dan sebanyak 12% mahasiswa lebih menyukai perkuliahan secara online,

adapun tanggapan mahasiswa yang di rangkum oleh peneliti dengan presentasi

data sebesar, 56% mahasiswa mengatakan kuliah online susah, 22% mahasiswa

mengatakan sangat susah, 10% mahasiswa mengatakan biasa-biasa saja, 10%

mahasiswa mengatakan mudah, dan 0% mahasiswa mengatakan sangat mudah.

Dari penjelasan di atas maka rumusan masalah yang di angkat oleh penulis

adalah “ pengaruh stres mahasiswa keperawatan semester I terhadap dampak

perkuliahan online pada masa pandemi COVID 19 di STIKes Maranatha

Kupang”.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum.

Untuk menganalisis pengaruh stres terhadap dampak perkuliahan

online, pada mahasiswa semester satu di STIKes Maranatha Kupang.


1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengidentefikasi tingkat stres mahasiswa semester satu.

2. Untuk mengidentifikasi dampak perkuliahan online.

3. Untuk menganalisis pengaruh stres mahasiswa semester satu, di STIKes

Maranatha Kupang.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Profesi Keperawatan.

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat kepada

profesi keperawatan terkait dengan pengembangan ilmu keperawatan

khususnya dalam menilai tingkatan stres yang di alami oleh mahasiswa

semester satu selama mengikuti perkuliahan online.

1.4.2 Institusi Pendidikan.

Penelitian ini di harapkan mampu memberikan informasi lebih dan

juga dapat di jadikan refrensi tentang dampak perkuliahan online pada

masa pandemi COVID 19 di Stikes Maranatha Kupang.

1.4.3 Mahasiswa STIKes Maranatha kupang.

Penelitian ini di harapkan mampu memberikan informasi tentang

adanya perkuliahan online yang tidak menjadi suatu masalah dan

hambatan, karena sudah banyak sekali kampus yang melakukan

perkuliahan online sebelum adanya pandemi COVID 19, tapi perlu di

syukuri oleh mahasiswa karena dengan adanya perkuliahan online pada

masa pandemi COVID 19, mahasiswa di tuntut untuk menguasai teknologi


terbaru, belajar mandiri, membagi waktu dan mengerjakan tugas secara

mandiri di rumah.

1.4.4 Peneliti.

Penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu dan wawasan

peneliti terkait dampak stres yang di alami oleh mahasiswa semester I

selama mengikuti perkuliahan, pada masa pandemi COVID 19.

1.5 Keaslian penelitian

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

No Nama Judul Desain Hasil

peneliti/ penelitian

Tahun
1 Yi feng, min When altruists Cross-sectional Stres di pengaruhi

Zoong, zizun cannot help the oleh perubahan

Yang, Wen influence of konsep diri akibat

Gu, Dan altruism on the dari kecemasan

Dong(2020). mental health of serta depresi yang

university berlebihan.

students during

the COVID-19

pandemic
2 Erica windaya, Pengaruh Cross-sectional Perkuliahan Online,

& Sesilia perkuliahan pada masa pandemi

engko (2020) online pada COVID 19, sangat


masa pandemi berakibat pada

COVID 19. kondisi stres

mahasiswa yang

berkepanjang, yang

berakibat pada

kondisi kesehatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Konsep stres

2.1.1 Pengertian stres

Stres adalah reaksi dan respon tubuh terhadap tekanan stressor psikologi

(Tekanan mental/beban kehidupan), Perafalensi kejadian stres cukup tinggi

dimana hamper lebih dari 450 juta penduduk di dunia mengalami stres dan

merupakan penyakit dengan peringkat 4 (Empat) di dunia. (WHO 2015). Menurut

(Barseli & Ifdil, 2017), stres adalah suatu gangguan atau kekacauan mental dan

juga emosional yang di sebabkan oleh berbagai macam faktor dari luar. Menurut

(Hasanah et al., 2020) stres adalah suatu tuntutan external maupun internal yang

mengenai suatu individu misalnya suatu objek dalam lingkungan atau stimulus

yang objektif.

Stres juga dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan memngatasi suatu

ancaman yang di hadapai oleh mental, fisik, emosional dan spiritual yang beresiko

pada keadaan fisik dan kesehatan. (P. D. Ambarwati et al., 2019). Stres dapat

memicu timbulnya berbagai masalah kesehatan di antaranya peningkatan penyakit


Alzheimer (Sutjiato & Tucunan, 2015), yang memicu perubahan pada perilaku

emosional, dan kemampuan berpikir, yang menyebabkan perubahan sel kimia

dalam otak akan menurun, sehingga menyebabkan koordinasi antar saraf otak

menjadi kacau. (Kartika Sari, 2020). Stres juga dapat di alami oleh mahasiswa

yang baru masuk ke jenjang perkuliahan, di akibatakan oleh perbedaan

pembelajaran dari SMA (Sekolah Menegah Atas ), yang berbeda jauh dengan

pembelajaran pada perguruan tinggi. (Hasanah et al., 2020).

2.1.2 Gejala stres.

Gejala stres adalah suatu tekanan hidup, ketegangan fisik, psikis, emosi

maupun mental yang sering di rasakan oleh semua orang dalam hidupnya. Salah

satu bentuk ketegangan ini sangat berpengaruh terhadapa kinerja seseorang, stres

biasanya di anggap sesuatu yang negatif karena dapat menimbulkan berbagai

macam masalah di antaranya dapat menyebabkan gangguan produktivitas

menurun, rasa sakit dan ganguan mental, misalnya seseorang mahasiswa yang

sangat stres akibat adanya perkuliahan online pada masa pandemi COVID 19,

yang membawa dampak negatif yang membuat banyak mahasiwa yang

mengalami stres , tetapi stres juga dapat mebawah dampak positif bagi sebagian

mahasiswa , misalnya ada mahasiswa yang merasa terbantu akibat adanya

perkuliahan online, karena segala aktifitas perkuliahan online boleh di lakukan di

mana saja dan di tempat yang berbeda. (Machado et al., 2020).

Stres juga dapat berpengaruh pada kesehatan, karena dengan adanya stres

akan berpengaruh pada menurunya sistem kekebalan tubuh sehingga


menyebabkan berbagai macam penyakit di antaranya, tekanan darah tinggi, luka

lambung, kehilangan selerah makan dan berbagaia masalah kesehatan lainnya,

semua gejala ini dapat di kelompokan menjadi tiga kategori yaitu :

1. Gejala-gejala fisiologis.

Gejala fisiologis yaitu suatu respon dari dalam tubuh terhadap suatu

kondisi tekanan/ stres di tandaia dengan adanya gejala seperti detak jantung

yang berdebar sangat keras, tekanan darah tinggi yang tibah-tiba meningkat,

gangguan pola pernafasan, migraine, sulit tidur dan masalah kesehatan

lainnya. (Gerhards et al., 2018).

2. Gejala psikologis

Gejala psikologis adalah suatu gejala yang timbul dari dalam diri yang

berhubungan dengan kondisi mental, perilaku, emosional, ketersingungan, dari

dalam diri suatu individu. (Bielinis et al., 2019).

3. Gejala perilaku

Gejala stres yang berhubungan dengan perilaku termasuk suatu perubahan-

perubahan dalam produktivitas, perubahan kebiasaan makan, gelisah,

bertambahnya kebiasan mengkonsumsi alkohol dan gangguan pola tidur. Dari

beberapa uraian di atas maka peneliti membuat satu kesimpulan bahawa stress

merupakan suatu kondisi emosional, proses berpikir dan kondisi seseorang di

mana suatu individu di paksa untuk menerima penyesuaian diri terhadap suatu

tuntutan eksternal (lingkungan ) maupun internal. (Tan et al., 2020).

2.1.3 Jenis stres

(P. D. Ambarwati et al., 2019) mengkategorikan stres menjadi 3 jenis yaitu


1. Eustress

Eustress adalah Jenis stres yang positif, karena saat mengalami eustress

seseorang akan lebih banyak melakukan hal-hal yang positif. Karena sumber

stres jenis ini akan menjadi suatu motivasi untuk mencapai suatu target yang di

inginkan. Ada beberapa cara yang dapat di lakukan untuk mengaplikasikan

eustress yaitu, keluar dari zona nyaman dan kebiasaan yang membuat dirimu

selallu berpikir bahwa kamu tidak bisa menyelesaikan suatu masalah,

mencoba hal-hal yang baru, ingatlah masa depanmu bahwa kamu bisa untuk

mencapai cita-citamu.

2. Distress

Distress merupakan stres yang bersifat negatif, seseorang akan merasa

kesulitan terhadap suatu hal yang akan berakibat pada kesehatan mentalnya.

Ada beberapa tanda dan gejala-gejala dan dampak akibat distress yaitu :

a) Mudah lelah dan lesu.

b) Emosional dan lebih sensitif.

c) Jam tidur yang tidak teratur.

d) Merasa bersalah dan mudah putus asa.

e) Kinerja menurun.

3. Neustress.

Neustress merupakan suatu stres yang berada di antara eustress dan

distress, yang tidak memberikan dampak apapun untuk tubuh, sehingga

seseorang tidak menyadari bahwa mereka tengah mengalami neustress, hal ini

terjadi kareana suatu hal yang dapat memicu stres tidak berdampak langsung

pada kehidupannya.
2.1.4 Faktor-faktor penyebab stres

Penyebab munculnya stress di sebut dengan istila stressor. (Argaheni,

2020). Secara umum stressor dapat berupa faktor internal dan juga external.

Faktor internal berasal dari dalam diri individu mahasiswa sendiri misalnya

kondisi fisik, motivasi, dan kepribadian individu itu sendiri. (Gysbers et al.,

2011). Sedangkan faktor eksternal biasanya berasal dari luar individu seperti

pekerjaan, faktor alam, fasilitas, keluarga dan lingkungan. (Argaheni, 2020).

Menurut (Suprapto, 2020) stres dapat di timbulkan oleh dua faktor yaitu :

1. Faktor pribadi meliputi intelektual, kepribadian, motivasi dengan ciri-ciri ,

selallu berpikir negatif dan pesimis, lebih gampang stres berat dari pada

berpikir positif, seallu merasa diri rendah dan tidak bisa melalukan

kemampuan untuk mengatasi stres yang di alami.

2. Fokus situasi.

Suatu hal yang di alami oleh seseorang yang merasa dirinya tak mampu

untuk menghadapi tuntutan berat yang sangat mendesak, hal ini sangat

berhubungan dengan perubahan tingkah laku yang di alami oleh seseorang

individu.

2.1.5 Tingkatan stres

Menurut DR. Robert J. Van Amberg sebagaimana dikutip oleh (P. D.

Ambarwati et al., 2019) mengemukakan bahwa klasifikasi tingkatan stres di bagi

menjadi empat tahapan tingkatan stres yaitu “stres tingkat I, stres tingkat II, stres

tingkat III, stres tingkat IV, stres tingkat V, stres tingkat VI”.
1. Stres tingkat I

Tahapan tingkatan stress ini merupakan suatu tahapan stress yang

paling ringan dan di sertai dengan gejala-gejala dan perasaan sebagai

berikut.

1) Semangat yang berlebihan. (over acting )

2) Penglihatan yang sangat tajam, dan tidak seperti biasanya.

3) Merasa sangat mampu dan sanggup untuk menyelesaiakan berbagai macam

pekerjaan yang sudah lebih dari biasanya tanpa menyadari bahwa cadangan

energinya yang makin berkurang.

2. Stres tingkat II

Dalam tahapan tingkatan stres yang semulanya sangat menyenangkan

sebagaimana sudah di uraikan dan di jelaskan pada tahap I di atas mulai

menghilang dan muncul suatu gejala-gejala dan keluhan keluhan baru yang di

akibatkan karena kekurangan cadangan energi yang tidak mencukupi lagi di

sebabkan karena kurangnya waktu istirahat, istirahata yang di maksud sangat

bertujuan untuk memperbaiki sel-sel dalam tubuh yang sudah rusak dan

memulihkan cadangan energy yang mengalami penurunan. Keluhan yang

biasanya di alami oleh seseorang pada tingkatan stres tahap II yaitu :

a) Merasa tidak bersemangat saat dan sewaktu bangun tidur pada pagi

hari.

b) Merasa sangat leleah ketika selesai makan siang.

c) Merasa leleah jika waktu mulai sore.

d) Terkadang mengalami gangguan pada sistem pencernaan ( lambung,

perut kembung, gangguan pada usus).


e) Sering juga terasa jantung berdebar sangat Kuat dank eras dari

biasanya.

f) Bagian otot-otot punggung dan belakang leher dari tubuh terasa sangat

tegang.

g) Suatu perasaan Tidak bisa untuk sellalu bersantai.

3. Stres tingkat III

Pada tingkatan stres III gejala-gejala dan keluhan keletihan semakin kelehitan

di sertai dengan berbagai gejala-gejala yaitu :

a) Gangguan pada usus dan lambung mulai terasa semakin sakit ( Maag, diare).

b) Ketegangan pada otot-otot.

c) Perasaan emosional mulai meningkat.

d) Gangguan pola tidur misalnya (sukar untuk tidur (early insomenia), sering

terbangun pada malam hari dan sukar untuk kembali tidur (middle

insomenia), terbangun terlallu pagi atau dini hari dan sangat susah untuk

kembali tidur (late insomnia).

4. Stres tingkat IV

Tahapan tingkatan stres IV ini sudah menjadi suatu keadaan yang sangat

buruk yang di tandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :

a) Untuk bertahan sepanjang hari dengan keadaan yang sudah terasa sangat

sulit untuk di hadapai.


b) Aktivitas yang dulunya sangat mnyenangkan dan mudah di selesaikan

berubah menjadi suatu keadaan yang sulit dan sanggat membosankan.

c) Daya konsentrasi yang mulai menurun dan merespon mulai hilang.

d) Ketidakmampuan untuk melaksankan kehidupan setiap hari.

e) Gangguan pola tidur, dan di sertai dengan mimipi-mimpi yangburuk.

f) Timbulnya rasa ketakutan , kecemasan yang berlebihan.

5. Stres tingkat V

Tahapan tingkatan stres ini merupakan suatu keadaan di mana yang lebih

mendalam, di tandai dengan gejal-gejala sebagai berikut :

a) Perasaan keletihan dan ketidaknyamanan yang sangat mendalam.

b) Pekerjaan yang sangata mudah mulai merasa tidak sanggup untuk

melakukannya.

c) Gangguan sistem pencernaan di tandai dengan munculnya berbagai

penyakit seperti maag usus, dan kesulitan saat buang air besar.

d) Perasaan cemas, takut yang semakin buruk.

6. Stres tingkat VI

Tahapan ini merupakan tahapan puncak dari stres yang merupakan

keadaan darurat, yang di tandai dengan gejala-gejala sebagi berikut :

a) Detak jantung yang tiba-tiba terasa sangat keras, hal ini di sebabkan zat

adrenalin yang di keluarkan, di sebabkan karena stres yang cukup tinggi

dalam peredaran darah.

b) Pola nafas yang berubah menjadi sesak.


c) Badan yang gemetaran, keringat yang tiba-tiba muncul lebih dari biasanya

padahal tidak berolahraga.

d) Kehilangan rasa ketidakmampuan untuk mengangkat hal-hal yang

sebernya ringan sekalipun.

Dalam tingkatan stres di atas sangat menunjukan manifestasi di bidang fisik

dan psikis. Dalam bidang fisik di tandai dengan gejala-gejala kelelahan yang

berlebihan, sedangkan di bagian psikis berupa kecemasan dan depresi. Sedangkan

menurut (Rahmawati et al., 2019), membagi tingkatan stres dengan kejadian sakit

menjadi tiga yaitu :

1. Stres ringan.

Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari

seseorang individu, stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap individu

misalnya sering lupa, ketiduran, kemacetan lalu lintas, kritikatan. Situasi stres

yang di alami oleh seseorang individu biasanya akan menghilang pada beberapa

menit atau beberapa jam kemudian, namun dengan adanya kondisi stres yang di

alami akan sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan yang kemungkinan akan

sangat berpengaruh pada kondisi fisik yang akan menimbulkan penyakit.

(Zhafira et al., 2020).

Pada mahasiswa baru stres ringan biasanya terjadi ketika di marahi dosen,

kesulitan saat mengikuti perkuliahan apalagi pada masa pandemi COVID 19,

sulitnya beradaptasi pada perkuliahan yang secara tidak langsung di lakukan

dengan cara online. Dengan adanya berbagai stressor ringan dalam jumlah yang
sangat banyak dapat menyebabkan peningkatan resiko penyakit bagi

mahasiswa. (Waitoki et al., 2018).

2. Stres sedang.

Stres sedang biasanya berlangsung lama dari beberapa jam sampai bebrapa

hari, stres sedang dapat terjadi saat terjadi suatu perselisihan yang tidak dapat

di selesaikan. Gejala-gejala yang yang di alami oleh seseorang individu yang

mengalami stres sedang di tandai dengan mudah marah-marah, bereaksi

berlebihan, sulit beristirahat, merasa cemas berlebihan, hingga mengalami

kelelahan(Waitoki et al., 2018).

3. Stres berat

Stres berat biasanya berlangsung bebrapa minggu sampai beberapa

tahun, di tandai dengan gejala-gejala seperti kesulitan finansial dan ekonomi

yang berkepanjangan, pernikahan yang terus menerus, penyakit fisik dalam

jangka waktu yang sangat panjang, dengan adanya gejala-gejala yang sudah di

jelaskan maka kondisi kesehatan seseorang akan sangat berpengaruh jika

seseorang terus mengalami stres. (Lumban Gaol, 2016).

Pada lingkup mahasiswa baru misalnya adanya masalah peselisihan

dengan dosen dan teman-teman mahasiswa, kesulitan saat mengikuti

perkuliahan pada masa pandemi COVID 19, Sulitnya berdaptasi dengan

perkuliahan yang secara tidak langsung di lakukan dengan cara online tanpa

tatap muka. Stres dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang akan
beresiko pada kondisi kesehatan mahasiswa itu sendiri jika terus mengalami

stres. (Zhafira et al., 2020).

2.1.6 Dampak stres.

Stres yang di alami oleh suatu invidu akan menimbulkan suatu dampak

postif atau dampak negatif. (Suranadi, 2015) menyebutkan ketika seseorang

mengalami stres dapat meningkatkan suatu kemampuan belajar dan pola berpikir.

Dampak negatif stres dapat berupa gejala fisik maupun psikis yang dapat

menimbulkan suatu masalah yang terus menerus. Dampak stres yang berlebihan

akan menimbulkan berbagai macam gangguan fisik yang akan berpengaruh pada

kondisi kesehatan. (Suprapto, 2020).

Menurut Suranadi, (2015) dampak stres yang berlebihan akan sangat

berpengarauh pada kondisi kesehatan di antaranya :

1. Sistem saraf pusat dan endokrin.

Sistem saraf pusat adalah yang paling bertanggung jawab dalam merespon

stres, mulai darai pertama merasa stres sampai stres menghilang, saat tubuh

merasa stres tubuh akan memberikan perintah kepada hipotalamus untuk

melepaskan hormol kortisol. (Putri & Isfandiari, 2013). Saat tubuh melepaskan

hormol kortisol maka hati akan banyak menghasilkan lebih banyak gula darah

untuk memberi energi pada tubuh sehingga pada penderita diabetes tipe 2, gula

darah yang di hasilkan oleh hati tidak akan bisa di serap kembali oleh tubuh

sehingga mengakibatkan kadar gula darah meningkat. (Putri & Isfandiari, 2013).

2. Sistem pernapasan
Stres yang berlebihan dapat menyebabkan pernafasan akan lebih cepat

beruapaya untuk mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh, sehinga menyebabkan

penyempitan jalan napas. (P. Ambarwati & Supriyanti, 2020). Pada penderita

asma atau emfisema akan menyebabkan nafas cepat, meningkatnya respon trakea

dan bronkus, sehinga akan menyebabkan serangan asma secara cepat. (P.

Ambarwati & Supriyanti, 2020).

3. Pada sistem pencernaan

Stres meningkat maka penigkatan detak jantung dan pernapasan akan

menganguu sistem pencernaan, yang di tandai dengan nafsu makan yang banyak

atau sedikit dari biasanya serta akan munculnya gejala penyakit seperti mual,

muntah, heartburn, refluks, atau diare yang terus meningkat. (Suprapto, 2020).

4. Pada sistem otot rangka.

Menurut (Rahmawati et al., 2019) Ada beberapa tanda dan gejala yang di

alami oleh seseorang yang mengalami stres

a) Suasana hati berubah- ubah.

b) Sulit fokus dan berkonsentrasi.

c) Tubuh terasa kaku, mudah pegal dan nyeri.

d) Suasana berfikir positif atau cenderung berpikir negatif.

e) Kelihatan tidak bersemangat.

5. Pada sistem reproduksi.

Stres juga sangat berpengaruh pada sistem reproduksi wanita di mana

tubuh akan memproduksi kortisol yang dapat mensuplai sekresi GnRH

sehingga dapat mengagu keseimbangan hormon sehingga terjadinya ganguan

mesntruasi dan ganguan reproduksi lain (Kedokteran, 2019), sedangkan pada


laki-laki di mana akan menurunkan gairah sex. (Remaja et al., 2020), sehinga

mengakibatkan produksi spema pada laki-laki dan kadar hormon testoren akan

menurun yang akan beresiko pada difungsi ereksi atau ipotensi. (Remaja et al.,

2020).

6. Pada sistem imun.

Imunitas atau daya tahan tubuh merupakan respon terhadap bahan asing

(Sonia, 2020). Stres adalah suatu kondisi dimana timbul ketika seseorang

berhubungan dengan situasi tertentu di mana harapan tidak sesuai dengan coping

yang di inginkan, sehingga beresiko pada kekambuhan penyakit-penyakit infeksi.

(Sonia, 2020).

2.1.7 Penangulangan stres.

Stres merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari, karena stres dapat di

alami oleh semua manusia. (Suprapto, 2020). Stres dapat di hilangkan dengan di

lakukannya adaptasi. Menurut (Fogleman et al., 2011), ada beberapa teknik yang

dapat di lakukan untuk menghilangkan stres.

1. Relaksasi otot

Latih pola nafas secara lambat, dalam menghadapi suatu keadaan dimana

ketika mengalami stres secara tiba-tiba. Teknik ini sangata bertujuan untuk

memulihkan ketegangan otot.

2. Meditasi

Mengaktifkan respon relaksasi tubuh dengan mengarahkan pikiran ke hal-

hal yang positif.

3. strukturisasi kognitif.
Mengidentifikasikan kembali sumber stres dari berbagai macam

pemikiran yang negatif dan tidak rasional untuk mengantikannya dengan

pikiran yang positif dan logis.

2.2 Konsep perkuliahan online

2.2.1 Defenisi Perkuliahan Online.

Perkuliahan online atau biasa disebut sebagai perkuliahan daring

merupakan salah bentuk pemanfaatan teknologi internet yang sangat berperan

penting dalam proses pembelajaran/perkuliahan pada masa pandemi COVID 19.

(Zhafira et al., 2020). Sejak mewabahnya COVID 19, pemerintah mengeluarkan

surat kepada seluruh instasi pendidikan (PTN/PTS) untuk melakukan perkuliahan

dan pembelajaran secara online yang bertujuan untuk memutus rantai penyebaran

wabah COVID 19. (Windhiyana, 2020). Dengan adanya himbauan pemerintah

maka proses pembelajaran di lakukan di rumah dengan pemanfaatan teknologi

dan media internet lainnya. (Zhafira et al., 2020).

2.2.2 . Dampak perkuliahan online.

Beberapa institusi (PTN/PTS) yang sebelumnya melakukan pembelajaran

secara tatap muka di kampus, tetapi sekarang mereka diharuskan bisa beradaptasi

dengan metode pembelajaran e-learning atau yang di sebut sebagai pembelajaran

daring. (Zhafira et al., 2020). Pembelajaran daring sangat memberikan manfaat

bagi dosen dan juga mahasiswa (Windhiyana, 2020). Bagi mahasiswa metode

pembelajaran yang dilakukan secara online muncul sebagai suatu metode yang

tidak mengharuskan mereka untuk selallu hadir di kelas, pembelajaran daring juga
memberikan dampak positif di mana mendorong kemandirian belajar mahasiswa,

dan juga membantu mendorong interaksi antar mahasiswa.

Metode pembelajaran online hadir mengubah gaya mengajar yang tidak

langsung mendorong dosen dalam profesionalitas dalam kerja. (Fogleman et al.,

2011). Pembelajaran online juga memberikan peluang bagi dosen dalam

mengevaluasi pembelajaran setiap mahasiswa secara lebih efesien dan lebih

terkontrol.(Zhafira et al., 2020). Dengan adanya berbagai dampak positif yang di

rasakan oleh mahasiswa selama perkulihan online ternyata perkuliahan online

juga memberikan dampak negatif ( stress ) bagi mahasiswa.yang baru masuk

perkuliahan.

Menurut (Fawaz & Samaha, 2020) kondisi stres juga di alami oleh

mahasiswa yang baru masuk pada masa pandemi COVID 19 di akibatkan karena

perkuliahan yang di lakukan secara online, dengan di lakukan perkuliahan secara

online membuat para mahasiswa yang baru masuk ke jenjang perkuliahan,

menjadi sangat stres di akibatkan karena mereka baru saja menyelesaikan

pendidikan dari tingkatan SMA (Sekolah Menegah Atas) . (Fogleman et al.,

2011). Kendala yang di hadapai oleh mahasiswa selama mengikuti perkuliahn

online yaitu, sulitnya beradaptasi, peningkatan teknologi yang sangat cepat, kuota

internet yang terus meningkat pada setiap minggunya, dan jaringan yang selalu

bermasalah dan kurang stabil . (P. D. Ambarwati et al., 2019).

2.2.3 Dampak positif perkuliahan online.

Adanya pandemi COVID 19 telah mengubah tatanan hidup manusia,

terutama dalam beraktivitas, banyak kegiatan-kegiatan yang di lakukan secara


online , salah satunya adalah belajar dan mengajar. Kuliah online atau daring

menjadi suatu pilihan alternatif dalam kegiatan belajar dan mengajar (KBM),

kegiatan perkuliahan online di lakukan dengan beberapa aplikasi audio, vidio

sebagai pendukung seperti zoom,skype,google meet, microft team dan WhatsApp

group. Keberlangsungan KBM online ini menimbulkan banyak dampak positif

sebagai berikut :

1. Kelengkapan bahan ajar dari dosen.

Pada saat perkuliahan offline mahasiswa di tuntut untuk mencari materi

sendiri baik di perpustakaan atau di toko buku, tetapi berbeda jauah dengan

kondisi saat ini dosen di tuntut untuk mempersiapkan seluruh materi kegiatan

belajar, dan mengajar, metode perkuliahan online juga merupakan suatu

tantangan tersendiri bagi dosen untuk selallu kreatif dalam menciptakan materi

yang interaktif agar mudah di akses dan di pahami.

2. Mahasiswa mudah memahami materi perkuliahan.

Salah satu dampak positif kuliah online adalah kemudahan mahasiswa

dalam memahami suatu materi ajar, berkat teknologi digital , mahasiswa dapat

menyaksikan perkuliahan dari dosen , sperti pemebelajaran secara privat, layar

presentasi yang biasanya berukuran sangat besar dapat di saksikan dari layar

Handphone, laptop dan komptuter. Hal ini tentu sangata menguntungkna bagi

mahasiswa di karenakan biasanya ada mahasiswa yang duduknya terlalu jauh

sehingga sulit untuk menagkap dan melihat materi dengan jelas. Hal ini juga

sangat berbeda dengan perkuliahan offline karamaian kelas kadang sangat

menyulitkan seorang mahasiswa dalam menangkap materi.

3. Memanajemen waktu yang lebih optimal.


Perkuliahan online bisa membuat kita lebih menghemat tenaga karena dengan

adanya perkuliahan online waktu tidak akan terbuang untuk pergi ke kampus

dan pulang ke rumah, perjalan ke kampus yang mungkin mengalami

kemacetan yang cukup lama. Dengan adanya perkuliahan online lebih

menghemat waktu, dan energy karena bisa di gunakan untuk istirahat,

olahraga, maupun membacar kembali materi kuliah dan menegerjakan tugas

dengan pemikiran yang jernih tanpa di ganggu oleh siapapun.

2.2.4 Dampak negatif perkuliahan online

Kegiatan belajar dan mengajar yang di lakukan oleh mahasiswa pada

masa pandemi COVID 19 mempunyai dampak negatif yang besar di

antaranya :

1. Penyampaian materi yang kurang efisien membuat mahasiswa kesulitan

dalam memahami perkuliahan.

2. Boros mengeluarkan pulsa paket yang terus meningkat setiap minggunya.

3. Terkadang mahasiswa hanya di berikan modul dan tugas tanpa ada

penjelasan pada kelas online.

4. Dosen sering lupa bahwa ada jadwal kuliah.

5. Sulinya menghubungi dosen untuk menanyakan materi.

6. Ada beberapa mahasiswa yang hadirnya semau mereka sendiri, bahkan

hadirnya di saat awal dan akhir.

7. Jaringan dan koneksi internet yang kurang bagus, sehingga pada saat

perkuliahan berlangsung mahasiswa yang tiba-tiba keluar dari jaringan.


8. Tidak semua mahasiswa menggunakan WI-FI di rumahnya, sehingga

sering terjadi paket habis secara tiba-tiba pada saat perkuliahan atau ujian

sedang berlangsung.

Perkuliahan daring mengakibatakan stres mahasiswa yang terus

berkepanjangan akibat adanya wabah COVID 19. Wabah COVID 19

menyebabkan berbagai dampak negatif bagi mahasiswa, ada beberapa stressor

mahasiswa ketika wabah COVID 19 di antaranya, ketakutan tertular COVID 19,

kekhawatiran saat pergi keluar rumah, kebosanan saat melakukan social

distancing, dan kesulitan memahami materi saat peerkuliahan daring.

Perkuliahan daring memang membuhtuhkan suatu adaptasi dan usaha agar

dapat berjalan lancar, mulai dari belajar menggunakan aplikasi yang menunjang

perkuliahan daring seperti Zoom, google classroom, edlink dan beragam aplikasi

belajar dan conference lainnya. Selain itu sangat buhtuhkan suatu usaha untuk

memahami materi yang biasanya di sampaikan secara lisan menjadi tulisan.

2 .3 Kerangka Teori

Faktor Biologi Efek fisiologis


1. Genetik 1. Sakit kepala.
2. Pengalaman 2. Tegang otot
hidup 3. Kelelahan
3. Kebutuhan 4. Perubahan gairah
tidur seks.
4. Postur tubuh
5. Gangguan tidur
5. Penyakit
6. Sakit dada

Faktor psikologi
Efek psikologis
1. Persepsi
2. Perasaan dan 1. Kegelisahan.
emosi 2. Kurangnya
3. Situasi motivasi
4. Pengalaman Stres
3. Mudah marah
hidup 4. Sedih atau
5. perilaku
depresi.
Faktor lingkungan dan
sosial Efek perilaku
1. Perubahan
lingkungan. 1. Makan berlebihan
(COVID 19) atau tidak mau
2. Proses makan.
pembelajaran 2. Marah meledak-
online. ledak.
3. Tempat tinggal. 3. Penyalagunaan
4. Pekerjaan. obat atau alkohol.
5. Hubungan
4. Merokok.
interpersonal.
5. Menarik diri dari
6. Keluarga.
kehidupan sosial.

Perkuliahan online. Dampak perkuliahan


online

Sumber : (Sutjiato & Tucunan, 2015) , (Hasanah et al., 2020), (Rahmawati et al.,

2019), (Suprapto, 2020), (Muzliyati et al., 2018), (Kartika Sari, 2020),

(Sonia, 2020), (Remaja et al., 2020), (Gysbers et al., 2011), (Fogleman et al.,

2011), (De Michele, 2020), (Andam et al., 2015).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian visualisasi tentang gambaran,

hubungan dari suatu arahan mengenai suatu konsep-konsep, atau variabel-

variabel yang di amati dan di ukur melalui suatu penelitian yang di lakukan.
(Auriacombe, 2016). Dalam penelitian ini peneliti menentukan kerangka konsep

sebagai berikut :

Dampak
Stres perkuliahan
online

: Variabel yang di teliti.


: Menghubungkan.

3.2 Hipotesis penelitian

Hipotesis adalah dugaan dan jawaban proposisi sementara mengenai suatu

hubungan antara dua variabel, yang sifatanya masih praduga atau menduga-duga

sebab masih harus di buktikan terlebih dahulu kebenaranya yang dapat di uji

melalui sebuah riset penelitian. (Auriacombe, 2016).

Hipotesis di bedahkan atas dua jenis yaitu hipotesis nol dan hipotesis

alternatif, hipotesis nol ditandai dengan kata-kata seperti tidak ada pengarauh,

tidak hubungan dan sejenisnya. Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang

menyatakan adanya suatu hubungan antara suatu hubungan antara variabel.

(Auriacombe, 2016). Dalam penelitian ini peneliti menentukan hipotesis sebagai

berikut yaitu :

H0 : Tidak terdapat pengaruh stres dan dampak perkuliahan online pada

mahasiswa semester I , pada masa pandemi COVID 19 di STIKes

Maranatha Kupang.
H1 : Terdapat pengaruh stres dan dampak perkuliahan online pada

mahasiswa semester I , pada masa pandemi COVID 19 di STIKes

Maranatha Kupang.

3.3 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu dasar dalam kerangka kerja yang di

gunakan untuk melakukan riset penelitian, desain penelitian memberikan suatu

prosedur untuk mendapatkan suatu informasi yang di perlukan untuk menyusun

atau menyelesaikan suatu masalah dalam penelitian. (Wahidmurni, 2020).

Rancangan penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

observasi analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara

variabel melalui pengujian hipotesa. Jenis penelitian ini adalah jenis analitik cross

sectional adalah suatu penelitian untuk mengetahui suatu dinamika korelasi

antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan suatu pendekatan, observasi

ataupun dengan pengumpulan data. Desain penelitian ini yaitu cross sectional

yang di gunakan untuk melihat hubungan antara stres dan dampak perkuliahan

online pada masa pandemi COVID 19, di STIKes Maranatha Kupang.

3. 4 Defenisi operasional

Defenisi oprasional merupakan penjelasan semua variabel yang dapat di

teliti dan istilah yang di gunakan untuk menghubungkan variabel maupun subyek
penelitian yang bertujuan untuk memudahkan dalam mengumpulkan data

sehingga menghindari perbedaan interpretasi yang dapat membatasi ruang.

(Wahidmurni, 2020).

Tabel 3. 2
Defenisi operasional
pengaruh stres mahasiswa keperawatan semester I terhadap dampak kuliah
online pada masa pandemi COVID 19 di STIKes Maranatha Kupang.

NO Variabel Defenisi Alat ukur/cara Hasil ukur Skala


operasional ukur
A . Independen
Stres adalah
1 Stres reaksi dan Kuesioner dan 1. Stres ringan Ordinal
mahasiswa respon tubuh DASS(Depressio dengan skor
terhadap n Anxiety stress <56%.
tekanan stressor scale),dengan 42 2. Stres sedang
psikologi pertanyaan, dengan skor 56%
(Tekanan Menggunakan -75%.
mental/beban Skala likert : 3. Stres berat
kehidupan. Stres 1. Sangat tidak dengan skor
juga dapat setuju.(STS) >75%.
didefinisikan 2. Tidak setuju.
sebagai (TS)
ketidakmampua 3. Kurang
n memngatasi setuju(KS)
suatu ancaman 4. Setuju(S)
yang di hadapai 5. Sangat
oleh mental, setuju.(SS)
fisik, emosional
dan spiritual
yang beresiko
pada keadaan
fisik dan
kesehatan.
B. Dependen

2 Dampak Perkuliahan Kusioner DPO 1.>50 % : positif


Ordinal
kuliah daring dengan 20 Mengalami
online. mengakibatakan pertanyaan , dampak kuliah
stres mahasiswa mengunakan online.
yang terus skala 2. ¿ 50 % :negatif
berkepanjangan Skala likert : mengalami
akibat adanya 1. Sangat tidak dampak kuliah
wabah COVID setuju.(STS) online
19. Wabah 2. Tidak setuju.
COVID 19 (TS)
menyebabkan 3. Kurang
berbagai setuju(KS)
dampak negatif 4. Setuju(S)
bagi 5. Sangat
mahasiswa, ada setuju.(SS)
beberapa
stressor
mahasiswa
ketika wabah
COVID 19 di
antaranya,
ketakutan
tertular COVID
19,
kekhawatiran
saat pergi
keluiar rumah,
kebosanan saat
melakukan
social
distancing, dan
kesulitan
memahami
materi saat
peerkuliahan
daring.

1.5 Popolasi dan sampel

1.5. 1 Popolasi
Populasi adalah keseluruhan objek dan variabel yang akan diteliti. (Saeidian

et al., 2020). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru program studi

S1 Keperawatan dengan jumlah kelas sebanyak tiga kelas yang terdiri dari kelas A

dengan jumlah sebanyak 42 mahasiswa, kelas B dengan jumlah sebanyak 41

mahasiswa, dan kelas C dengan jumlah sebanyak 45 mahasiswa, jadi jumlah

populasi sebanyak 128 mahasiswa semester satu di STIKes Maranatha Kupang.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah objek yang di teliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

Sampel dalam penelitian ini di hitung menggunakan rumus Slovin yaitu rumus

yang di gunakan untuk menghitung banyaknya sampel minimum suatu populasi,

dimana tujuannya untuk menghitung proporsi populasi. (Kartika Sari, 2020).

Teknik sampling yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dengan purposive

sampel yaitu dalam menetapkan sampel dan memilih sampel, dari popolasi di

lakukan secara tidak acak dan di dasarkan pada suatu pertimbangan yang di buat

oleh peneliti sendiri berdasarakan sifat dan ciri-ciri popolasi yang sebelumnya

sudah di ketahui. (Saeidian et al., 2020). Sampel dalam penelitian ini adalah

sebanyak 128 mahasiswa semester I, di STIKes Maranatha Kupang. Jumlah

sampel di ambil berdasarkan rumus Slovin :

N
n=
1+ N e 2
n = Jumlah sampel.
N = Jumlah popolasi.

e 2= Tingkatan kesalahan.
N
Maka n=
1+ N e 2
128
n=
1+(128 x 0,052 )
128
n=
1+(128 x 0,0025)
128
n=
1+0,32
n=¿ 96, 9 dibulatkan menjadi 97 responden.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :

A. Kriteria inklusi

Kriteria inkluasi adalah kriteria di mana subjek dalam penelitian

dapat mewakili dalam sampel penelitian. (Wahidmurni, 2020). Populasi

yang dapat memenuhi syarat sebagai sampel. Yaitu :

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Berstatus sebagai mahasiswa semester satu di STIKes

Maranatha Kupang.

2) Bersedia menjadi responden.

3) Mahasiswa yang tidak sedang cuti.

B. Kriteria eksklusi.

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek dalam penelitian

tidak dapat mewakili sampel karena sampel tidak memenuhi persyaratan

sebagai sampel penelitian. (Saeidian et al., 2020).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Mahasiswa yang tidak berstatus sebagai mahasiswa semester satu.

2) Mahasiswa STIKes Maranatha Kupang, semester 3, 5 dan 7.

3) Mahasiswa yang sedang cuti.


3.6 Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan pada tahun 2021 di STIKes Maranatha Kupang.

3.7 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang di perlukan dan di pergunakan

dalam metode pengumpulan data oleh peneliti untuk menganalisis hasil penelitian

yang di lakukan pada suatu penelitian. (Wahidmurni, 2020). Dalam penelitian ini

peneliti mengunakan dua alat ukur yaitu kusioner (Daftar pertanyaan ), dan DASS

42 (Depression Anxiety Stress Scale 42). DASS merupakan suatu skala subjektif

yang dibuat untuk mengukur status emosional negatif dari depresi cemas dan

stres. DASS 42 merupakan suatu alat ukur yang di gunakan oleh Lovibon (1995)

untuk mengukur dan menilai suatu tingkatan kecemasan, depresi akibat stres, alat

ukur ini sudah di terima dan di akui secara nasional maupun internasional. Dalam

melakukan penelitian ini peneliti mengunakan dua alat ukur yaitu kusioner dan

DASS 42 dengan kategori tingakatan stres sebagai berikut yaitu :

1) Tingkatan Stres ringan dengan skor <50% dari skor total.

2) Tingkatan stres sedang dengan skor 50%-75% dari skor total.

3) Stres berat dengan skor >75% dari skor total.

4) Kuesioner dampak kuliah online.

skor tertinggi (x) 42 x 5 = 210 (100%)

(y) 42 x 1 = 42 (20%)

R
Rumus interval I =
K

R = x – y = 100 – 20 = 80

K=3

80/3= 26, 6 di bulatkan menajadi 27.


3.8 Etika penelitian

Menurut Saeidian et al.,(2020), penelitian kesehatan pada umumnya

mengunakan manusia sebagai objek yang di teliti , hal ini berarti adanya suatu

hubungan timbal balik antara orang sebagai peneliti dan orang sebagai di teliti.

Oleh sebab itu sebagai prinsip etika dan moral seperti yang telah di uraikan , maka

dalam pelaksaan penelitian kesehatan khususnya , harus di perhatikan hubungan

antara kedua belapihak ini secara etika, atau biasanya di sebut sebagai etika

penelitian. Dalam penelitian ini perlu di perhatikan masalah etika yang meliputi :

1. Surat persetujuan (Informed concent).

Informed concent merupakan susatu bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

concent yang di berikan kepada subjek/responden. Sebelum subjek di beri

kesempatan untuk membaca isi lembar persetujuan, jika sebelum menerima

menjadi responden untuk di teliti maka peneliti tidak bisa memaksa responden

untuk di teliti dan menghormati hak dari responden.

2. Tanpa nama (Anonimity).

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek/responden penelitian dengan cara tidaka

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan

hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan di sajikan. Dilakukan untuk menjaga kerahasiaan responden

sebagai objek peneliti , peneliti tidak mencantumkan nama responden pada

lembar kusioner yang diisi oleh responden , peneliti hanya memberikan nama

inisial atau kode tertentu.


3. Kerahasiaan ( confidentiality ).

Kerahasian subjek/responden di jaga kerahasiaan oleh peneliti, baik

informasi maupun masalah- masalah lain yang di berikan oleh subjek atau

responden. Masalah ini merupakan masalah dengan memberikan jaminan

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan di

laporkan pada hasil riset.

3.9 Prosedur penelitian.

Prosedur penelitian yaitu suatu langkah-langkah yang di pakai untuk

mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan penelitian. (Wahidmurni, 2020).

Teknik pengambilan data pada penelitian ini mengunakan pembagian lembar

kusioner secara online melalui google formulir. Hal ini bertujuan untuk untuk

mengidentefikasi tingkat stres mahasiswa semester satu, dan mengidentifikasi

dampak perkuliahan online pada masa pandemi COVID 19, di STIKes Maranatha

Kupang. Peneliti mendapatkan surat ijin dari Ketua STIKes Maranatha Kupang.

Kemudian peneliti melakukan pendekatan dengan calon responden guna

memberikan penjelasan bila bersedia untuk menjadi responden.

3.10. Analisis data

Analisis data adalah suatu upaya untuk dapat mengelolah data menjadi

suatu informasi sehingga karakteristik data tersebut mudah untuk di pahami.

(Wahidmurni, 2020). Analisa data terbagi atas dua yaitu :


a) Analisis univariate

Analisa univariat adalah suatu analisa data yang di pergunakan untuk

mendeskripsikan suatu karakteristik dan juga variabel-variabel dalam

penelitian yang bersifat inferensial atau deskriptif. (Sugiyono, 2016).

b) Analisis bivariat

Analisis bivariat adalah suatu analisis untuk menguji hubungan antara dua

variabel yang di teliti yaitu variabel independen dan dependen, peneliti

menggunakan teknik korelasional tata jenjang atau rank correlation atau sering di

katakan sebagai uji korelasi spearman rank, dengan alasan peneliti mengunakan

teknik ini karna data dari variabel stres mahasiswa dan variabel dampak

perkuliahan online belum di ketahui. (Sugiyono, 2016). Pengujian ini

mengunakan tingkat signifikan 0,05 dengan menggunakan aplikasi program SPSS

21, dengan bantuan komputerisasi untuk dapat mengidentifikasi tinggi rendahnya

koefesien korelasi atau memberikan suatu interpretasi koefesien korelasi

menggunakan tabel kriteria pedoaman untuk koefesien korelasional.

(Wahidmurni, 2020).

4.10.1 Pengelolahan data.

Pengelolahan data adalah suatu proses mencarai arti dan makna dari sifat

penelitian, rancangan dan data-data yang di dapatkan di lapangan, yang sesuai

dengan tujuan penelitian. (Sugiyono, 2016). Setelah data terkumpul, selanjutnya

adalah mengelola data, dalam pengolahan data peneliti menggunakan beberapa

tahapan dan teknik sebagai berikut:

a) Editing
Editing atau Pemeriksaan adalah pengecekan kembali data yang telah

dikumpulkan, editing adalah langkah pertama tahapan pengolahan data, langkah

tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul tersebut dapat

dipersiapkan untuk proses pemeriksaan. (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian dan

pengecekan kembali data tersebut, peneliti mengunakan teknik editing yaitu:

1) Mencetak nama dan kelengkapan identitas pengisi.

2) Mengecek kelengkapan data artinya memeriksa isi instrumen

pengumpulan data.

3) Mengecek macam isian data.

b) Coding

Coding adalah proses mengolah materi/informasi dan data-data menjadi

suatu tulisan yang telah di uji dan di berikan kode-kode. (Sugiyono, 2016).

Pemberian kode pada variabel dan data yang telah terkumpul melalui angket titik

pemberian kode. Pada penelitian ini berbentuk angka yang diberikan pada setiap

butir jawaban angket dari setiap responden titik data untuk setiap variabel atau

indikator diberi kode angka dengan memperhatikan skala ukur yang dipakai pada

prinsipnya pemberian kode ini adalah tahap Quantity fikasi angket artinyanya

jawaban responden diproses sehingga melahirkan data kuantitatif yang berupa

angka.

c) Scoring

Scoring adalah proses memberikan data-data sekunder dan primer yang

telah di berikan kode, dan selanjutnya memberikan nilai dan bobot pada data

penelitian.(Sugiyono, 2016). Berdasarkan kuesioner pemberian skoring

mengunakan skala likert yaitu suatu skala yang umumnya digunakan dalam
angket dan merupakan skala yang paling banyak di gunakan dalam riset

penelitian. Adapun alternatif jawaban dengan mengunakan skal likert yaitu

dengan pemberian skor pada masing-masing jawaban pertanyaan alternatif

sebagai berikut :

No Alternatif jawaban Bobot nilai

1 Sangat setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Cukup Setuju (CS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Berdasarkan kusioner, pemberian skoring menggunakan pendekatan skala likert

yaitu :

1. Jumlah pertanyaan = 42

2. Jumlah pilihan = 4

3. Skoring terendah 1

4. Skoring tertinggi = 4

5. Jumlah skor tertinggi = skoring tertinggi x jumlah pertanyaan = 4 x 42

= 168 (100%)

6. Jumlah skor terendah = skor tertinggi x jumlah pertanyaan = 1 x 42 = 42

(20/100x100%) = 0,25 x 100% = 25%

7. Rumus umum = Interval (I) = Range (R) / Kategori (K )

a. Range (R) = Skor tertinggi- skor terendah =100% - 25% = 75%

b. Kategori (K) = 2 adalah banyaknya kriteria yang disusun pada kriteria

objektif suatu variabel. Kategori ini yaitu berat dan ringan.


c. Interval (I) = Range / kategori = 75% / 2% = 37,5%

d. Kriteria pilihan =skor tertinggi-interval = 100% - 37,5% =62,5%

e. Kriteria objektif = Ringan = bila skor jawaban <60% dan berat =bila

skor jawaban ≥62,5%.

d) Processing.

Processing adalah proses memasukan data kedalam tabel dan dilakukan

dengan program konputerisasi, dan data kusioner yang sudah dikoding

dimasukan sesuai dengan tabel pada proram perangkat komputer.

(Wahidmurni, 2020).

e) Cleaning

Cleaning merupakan suatu teknik membersihkan data-data yang tidak

sesuai dengan kebutuhan yang akan dihapus. Dalam teknik cleaning peneliti

melakukan kegiatan pengecekan kembali terhadap data yang sudah di entry

apakah masih ada kesalahan dalam proses pemograman tabel ke dalam

computer.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, P. D., Pinilih, S. S., & Astuti, R. T. (2019). Gambaran Tingkat Stres
Mahasiswa. Jurnal Keperawatan Jiwa, 5(1), 40.
https://doi.org/10.26714/jkj.5.1.2017.40-47
Ambarwati, P., & Supriyanti, E. (2020). Relaksasi Otot Progresif Untuk
Menurunkan Kecemasan Pada Pasien Asma Bronchial. Jurnal Manajemen
Asuhan Keperawatan, 4(1), 27–34. https://doi.org/10.33655/mak.v4i1.79
Andam, K., Al-hassan, R. M., Asante, S. B., Diao, X., Frohlich, E. D., Ré, R. N.,
Navar, L. G., ESS, V. R. –, FAO-UNIDO, Haines et al, 2019, Vorst, J. G. A.
J. van der, Silva, C. A. da, Trienekens, J. H., Francisco, A. R. L., Agro-
industry, T. F., Scope, P., Db, A. I. M., Future, A. I. M., Why, A., … Series,
S. L. (2015). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(November), 1689–1699.
http://www.statsghana.gov.gh/docfiles/glss6/GLSS6_Main Report.pdf
%0Ahttps://resources.saylor.org/wwwresources/archived/site/wp-
content/uploads/2015/07/ENVS203-7.3.1-ShawnMackenzie-
ABriefHistoryOfAgricultureandFoodProduction-CCBYNCSA.pdf
Argaheni, N. B. (2020). Sistematik Review: Dampak Perkuliahan Daring Saat
Pandemi COVID-19 Terhadap Mahasiswa Indonesia. PLACENTUM: Jurnal
Ilmiah Kesehatan Dan Aplikasinya, 8(2), 99.
https://doi.org/10.20961/placentum.v8i2.43008
Auriacombe, C. (2016). Towards the construction of unobtrusive research
techniques : critical considerations when conducting a literature analysis.
9(4), 1–19.
Barseli, M., & Ifdil, I. (2017). Konsep Stres Akademik Siswa. Jurnal Konseling
Dan Pendidikan, 5(3), 143. https://doi.org/10.29210/119800
Bielinis, E., Bielinis, L., Krupińska-Szeluga, S., Łukowski, A., & Takayama, N.
(2019). The effects of a short forest recreation program on physiological and
psychological relaxation in young Polish adults. Forests, 10(1), 1–13.
https://doi.org/10.3390/f10010034
De Michele, R. (2020). Benefits, drawbacks and psychological impact of online
lectures during quarantine due to Covid-19 pandemic. ACM International
Conference Proceeding Series, 257–260.
https://doi.org/10.1145/3411170.3411265
Fawaz, M., & Samaha, A. (2020). E-learning: Depression, anxiety, and stress
symptomatology among Lebanese university students during COVID-19
quarantine. Nursing Forum, May, 1–6. https://doi.org/10.1111/nuf.12521
Fogleman, J., McNeill, K. L., & Krajcik, J. (2011). Examining the effect of
teachers’ adaptations of a middle school science inquiry-oriented curriculum
unit on student learning. Journal of Research in Science Teaching, 48(2),
149–169. https://doi.org/10.1002/tea.20399
Gerhards, M., Schlerf, M., Rascher, U., Udelhoven, T., Juszczak, R., Alberti, G.,
Miglietta, F., & Inoue, Y. (2018). Analysis of airborne optical and thermal
imagery for detection of water stress symptoms. Remote Sensing, 10(7).
https://doi.org/10.3390/rs10071139
Gysbers, V., Johnston, J., Hancock, D., & Denyer, G. (2011). Why do students
still bother coming to lectures, when everything is available online?
International Journal of Innovation in Science and Mathematics Education,
19(2), 20–36.
Hasanah, U., Ludiana, Immawati, & PH, L. (2020). Gambaran Psikologis
Mahasiswa Dalam Proses Pembelajaran Selama Pandemi Covid-19. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 8(3), 299–306.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/5941
Kartika Sari, M. (2020). Tingkat Stres Mahasiswa S1 Keperawatan Tingkat 19
and Online Lecturer At Karya Husada Health Institute. 31–35.
Kedokteran, S. (2019). UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2019
1441 H / 2019 M.
Lumban Gaol, N. T. (2016). Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional.
Buletin Psikologi, 24(1), 1. https://doi.org/10.22146/bpsi.11224
Machado, R. A., Bonan, P. R. F., Da Cruz Perez, D. E., & Martelli Júnior, H.
(2020). COVID-19 pandemic and the impact on dental education: Discussing
current and future perspectives. Brazilian Oral Research, 34, 1–6.
https://doi.org/10.1590/1807-3107BOR-2020.VOL34.0083
Mahapatra, A., & Sharma, P. (2020). Education in times of COVID-19 pandemic:
Academic stress and its psychosocial impact on children and adolescents in
India. International Journal of Social Psychiatry, 10–12.
https://doi.org/10.1177/0020764020961801
Muzliyati, U., Parliani, & Yoga, P. (2018). Hubungan Stress Terhadap Proses
Adaptasi (Teori Callista Roy) Pada Lanjut Usia dengan Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Pontianak. 68.
Putri, N., & Isfandiari, M. (2013). Hubungan Empat Pilar Pengendalian Dm Tipe
2 dengan Rerata Kadar Gula Darah. Jurnal Berkala Epidemiologi, 1(2), 234–
243.
Rahmawati, M. N., Rohaedi, S., & Sumartini, S. (2019). Tingkat Stres Dan
Indikator Stres Pada Remaja Yang Melakukan Pernikahan Dini. Jurnal
Pendidikan Keperawatan Indonesia, 5(1), 25–33.
https://doi.org/10.17509/jpki.v5i1.11180
Rajab, M. H., Gazal, A. M., & Alkattan, K. (2020). Challenges to Online Medical
Education During the COVID-19 Pandemic. Cureus, 12(7).
https://doi.org/10.7759/cureus.8966
Remaja, P., Di, P., Kesejahteraan, L., & Anak, S. (2020). Prodi DIII Kebidanan ,
Stikes Dian Husada Mojokerto. 11(November), 195–201.
Saeidian, A. H., Youssefian, L., Vahidnezhad, H., & Uitto, J. (2020). Research
Techniques Made Simple: Whole-Transcriptome Sequencing by RNA-Seq
for Diagnosis of Monogenic Disorders. Journal of Investigative
Dermatology, 140(6), 1117-1126.e1.
https://doi.org/10.1016/j.jid.2020.02.032
Sonia, S. S. S. (2020). Pengaruh Meditasi Dalam Pendidikan Islam Untuk
Memperkuat Sistem Imun Sebagai Tindakan Melawan Covid-19. Al Ulya :
Jurnal Pendidikan Islam, 5(2), 210–225.
https://doi.org/10.36840/ulya.v5i2.293
Sugiyono. (2016). Struktur riset. Program, 1–21.
Suprapto. (2020). Application of Nursing Care with “Gastritis” Digestive System
Disorders. Gastritis" Digestive System Disorders, 11(1), 24–29.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.211
Suranadi, L. (2015). MANAJEMEN STRES MAHASISWA BARU Luh
Suranadi. Kemenkes Mataram, 942–947.
Sutjiato, M., & Tucunan, G. D. K. a a T. (2015). Hubungan Faktor Internal dan
Eksternal dengan Tingkat Stress pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado. Jikmu, 5(1), 30–42.
Tan, W., Hao, F., Mcintyre, R. S., Jiang, L., Jiang, X., & Zhang, L. (2020). Since
January 2020 Elsevier has created a COVID-19 resource centre with free
information in English and Mandarin on the novel coronavirus COVID- 19 .
The COVID-19 resource centre is hosted on Elsevier Connect , the company
’ s public news and information . January.
Wahidmurni. (2020). Teknik penyusunan proposal penelitian. Teknik Penyusunan
Proposal Penelitian, 1, 1–17.
Waitoki, W., Dudgeon, P., & Nikora, L. W. (2018). Indigenous psychology in
Aotearoa/New Zealand and Australia. Global Psychologies: Mental Health
and the Global South, 163–184. https://doi.org/10.1057/978-1-349-95816-
0_10
Windhiyana, E. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Kegiatan Pembelajaran
Online Di Perguruan Tinggi Kristen Di Indonesia. Perspektif Ilmu
Pendidikan, 34(1), 1–8. https://doi.org/10.21009/pip.341.1
Zhafira, N. H., Ertika, Y., & Chairiyaton. (2020). Persepsi Mahasiswa Terhadap
Perkuliahan Daring Sebagai Sarana Pembelajaran Selama Masa Karantina
Covid-19. Jurnal Bisnis Dan Kajian Strategi Manajemen, 4, 37–45.

Anda mungkin juga menyukai