Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH PELATIHAN 3S (SDKI SLKI DAN SIKI )

TERHADAP PENGETAHUAN PERAWAT DI WILAYAH

KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUPANG

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PROPOSAL

OLEH

JHON ADIWARDI INABUY


NIM: 127802717

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diagonosis keperawatan merupakan penilaian klinis pengelaman

atau respon individu keluarga, atau kmunitas pada masalah kesehatan ,

pada resiko masalah kesehtan atau pada proses kehidupan. Diagnosis

keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan

keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan

yang optimal. Mengigat pentingnya diagnosis keperawatan dalam

pemberian asuhan keperawatan, maka dibutuhkan standar diagnosis

keperawatan yang di terapkan secara nasional di Indonesia dengan

mengacu pada standar diagnosis internasional yang telah dibekukan

sebelumnya. [CITATION Per18 \l 1033 ]

Intervensi keperawatan merupakan segalah bentuk terpai yang di

kerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan penilaian klinis

untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan klien

individu, keluarga dan komunitas. Beberapa diantaranya diuraikan dalam

pasal 30 undang undang no. 38 tahun 2014 tentang keperawatan bahwa

dalam menjelaskan tugas sebagai pemberih asuhan keperawatan ,

perawat berwenang merencanakan dan melaksanakan tindakan

keperawatan, melakukan rujukan memberikan tindakan gawat darurat

,memberikan konsultasi, berkolaborasi, melakukan penyeluhan,


dan konseling, pemberian obat sesuai resep dokter atau bebas dan bebas

terbatas mengelolah kasus dan melakukan penatalaksanaan intervensi

komplementer dan alternatiif. [CITATION Per18 \l 1033 ]

Standar luaran keperawatan akan menjadi acuan bagi perawat

dalam menetapkan kondisi atau status kesehatan optimal mungkin yang

diharapkan dapat dicapai oleh klien setelah pemberian intervensi

keperawatan. Dengan adanya luaran keperawatan, maka tingkat

keberhasilan intervensi keperwatan dapat diamati dan diukur secara

spesefik. Pengunaan standar luaran keperawatan juga akan menjamin

penggunakan terminology luaran keperawatan yang seragam dan

terstandarisasi, sehingga luaran keperawatan dapat dikomunikasikan

secara rinci kepada sesame perawat dan/atau tenaga kesehtan lainnya.

Jika terminologi keperawatan testandarisasir, maka memungkinkan

dilakukan pengukuran secara akurat untuk menilai efektifitas dan kualitas

asuhan keperawatan.[ CITATION Tim19 \l 1033 ]

Perawat nasional indonesia (PPNI) sebagai organisasi perawat

professional di indonesia telah mengembangkan standar asuhan keperawa

tan di Indonesia dengan menerbitkan standar diagnosis keperawatan

Indonesia (SDKI), standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI), dan

standar luaran keperawatan Indonesia (SLKI). (DPP)PPNI,2017).

Penggunaan asuhan keperawatan standar sangat penting dalam me

ningkatkan kualitas asuhan keperawatan Penelitian Asli Analisis. 
Penerapan Instrumen Perawatan Perioperatif Berdasarkan Standar

Diagnosis, Intervensi, dan Hasil Keperawatan di Indonesia Sebutkan

sebagai: [CITATION Per18 \l 1033 ]

Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang

dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan

asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian,menentukan

diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan

tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan

berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling

terjadi ketergantungan dan saling berhubungan. Proses keperawatan

adalah salah satu metoda efektif pemecahan masalah yang dilakukan

perawat terhadap klien dengan pendekatan metodologi ilmiah. Asuhan

keperawatan dapat di pertanggung jawabkan berdasarkan substansi

ilmiah yaitu logis, sistimatis, dinamis dan terstruktur. Proses keperawatan

adalah suatu metode ilmiah yang sistematis dan terorganisir dalam

memberikan asuhan. [CITATION Tim19 \l 1033 ](Sulistyawati et al., 2020)

Menurut hasil data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Kupang terdapat 26 puskesmas yang beroperasi, 8 puskesms

rawat nginap dan 18 puskesmas non rawat nginap . jumlah perawat yang

aktif sebanyak 196. Berkaitan belum adanya pelatihan mengenai standar

diagnosa,standar intervensi,dan standar luaran.peneliti berkeinginan

membuat suatu pelatihan ,untuk mengukur tingkat pengetahuan perawat


mengenai SDKI,SIKI,DAN SLKI di wilayah kerja dinas kesehatan

kabupaten kupang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan


masalah sebagai berikut : apakah ada pengaruh pelatihan 3S (SDKI SLKI
DAN SIKI ) terhadap pengetahuan perawat di wilayah kerja dinas
kesehatan kabupaten kupang.

1.3 Tujuan Penelitian[CITATION Sta17 \l 1033 ]

A. Tujuan Umum

Megetahui pengaruh pelatihan 3S (SDKI, SIKI, DAN SLKI) terhadap


pengetahuan perawat di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten kupang.

B. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat penegetahuan perawat mengenai 3S (SDKI,
SIKI, DAN SLKI) di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten
kupang.sebelum melakukan pelatihan.

2. Mengidentifikasi tingkat penegetahuan perawat mengenai 3S (SDKI,


SIKI, DAN SLKI) di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten
kupang. setelah melakukan pelatihan.

3. Menganalisis pengaruh pelatihan 3S ( SDKI,SIKI,DAN SLKI )


terhadap pengetahuan perawat di wilayah kerja dinas kesehatan
kabupaten kupang.
1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Mengembangkan kemampuan menulis dan menambah pengetahuan.

2. Bagi Institusi ( Stikes Maranatha Kupang )

Sebagai referensi perpustakaan institusi dan merupakan masukan bagi


mahasiswa keperawatan stikes maranatha kupang.

3. Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini bisa menjadi sumber informasi atau rujukan, dalam membuat
penegakan asuhan keperawatan mengunakan 3S ( SDKI,SIKI DAN SLKI ) di
wilayah kerja dinas kesehtan kabupaten kupang.

4. Bagi Perawat

Dengan adanya penelitian ini dapat mengembangakan, penegetahuan


perawat mengenai 3S ( SDKI ,SIKI, DAN SLKI ), serta dapat menjadi
landasan praktik keperawatan.
1.5 Keaslian Penelitian
No Nama Judul Desain Hasil
penelliti/tahun penelitian
1 Wiwin Implementasi Analisis korelasi Karakteristik
Sulistyawati *, 3S (SDKI, Responden
Susmiati SIKI, SLKI) Berdasarkan
Fakultas Ilmu Terhadap Umur, Status
Kesehatan, Kualitas Perkawinan,
Universitas Lama Bekerja
Dokumentasi
Kadiri, dan Tingkat
Indonesia Asuhan Pendidikan.
Keperawatan
DiRuang
Rawat Inap
Rumah Sakit
2 Haris widodo, Analisis Deskriptif Berdasarkan
Nursalam Penerapan evaluasi
Nursalam, Instrumen terhadap 106
Erna Dwi Perawatan rekam medis
Wahyuni Perioperatif yang telah
Fakultas Berdasarkan dianalisis
Keperawatan, Standar (Tabel 1),
Universitas Diagnosis, diagnosis
Airlangga, Intervensi, yang paling
Surabaya, dan Hasil sering
Indonesia Keperawatan ditegakkan
di Indonesia. pada
pasien
perioperatif
adalah
ansietas
(46,23%), dan
yang jarang
ditegakkan
adalah risiko.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)

2.1.1 Definisi Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti

tentang masalah pasien yang nyata serta penyebabnya dapat dipecahkan atau

diubah melalui tindakan keperawatan menurut Gordon (1982, dalam

Dermawan, 2012). Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis

mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan

yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnose

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

[CITATION Sta17 \l 1033 ].

2.2.1 Jenis Diagnose Keperawatan

Diagnose keperawatan di bagii menjadi dua jenis yaitu diagnose

positif dan doagnosa negative. Diagnosis negative mnunjukan bahwa klien

dalam kondisi sakit atau berisiko mengalami sakit sehinga penegakan

diagnosis ini akan mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang

bersifat penyembuhan, pemulihan dan pencegahan. Pencegahan diagnosis

ini terdiri atas diagnosis actual dan diagnosis risiko. Sedangkan diagnosis

positif menunjukan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai

kondisi yang lebih sehat atau optimal.diagnosis ini juga disebut dengan
diagnosis promosi kesehatan. ( ICNP,2015;standar praktik keperawatan

Indonesia-PPNI,2005).

Menurut (carpenito, 2013; potter& perry, 2013) jenis jenis diagnosis

keperawatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Diagnosis aktual

Diagnosis ini mengambarkan respon klien terhadap kondisi

kesehtan atau proses kehidupannya yang menyebabkan klienmengalami

masalah kesehatan. Tanda /gejalah mayor dan minor dapat

ditemukandan divalidasi pada klien.

2. Diagnosis resiko

Diagnosis resiko menggambarkan respons klien terhadap

kondisikesehtan atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan

klien berisiko mengalami masalah kesehatan.tidak ditemukan

tanda/gejalah mayor dan minor pada klien, namun klien memiliki faktor

risiko mengalami masalah kesehatan.

3. Diagnosis promosih kesehatan

Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi

klien untuk meningkatkan kondisi kesehatanya ke tingkat yang lebih

baik atau optimal.


2.3.1 Komponen Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan memiliki dua komponen utama yaitu masalah

(problem) atau lebel diagnosis dan indicator diagnostik. Masing- masing

komponen diagnosis diuraikan sebagai berikut:

1. Masalah (problem)

Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang

mengambarkan inti dari respons klien terhadap kondisis kesehatan atau

proses kehidupannya. Label diagnosis terdiri atas descriptor atau

penjelas dan focus diagnostik.

2. Indicator diagnostic

Indicator diagnostic terdiri atas penyebab, tanda/gejalah, dan

faktor-faktor resiko dengan uraian sebagai berikut.

a. Penyebab (etiologi) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

perubahan status kesehatan. Etiologi dapat mencakup empat

kategori yaitu:

1. Fisiologis, biologis atau pesikologis.

2. Efek terapi atau tindakan

3. Situasional (lingkungan atau personal )

4. Maturasional

b. Tanda (sign) gejalah (symptom). Tanda merupakan data objektif

yang diperiksa oleh dari hasil pemeriksaan fisik,pemeriksaan

laboratorium dan prosedur diagnostic, sedangkan gejalah adalah

data subjektif yang diperoleh dari hasil anamnesis.


Mayor : tanda dan gejalah ditemukan sekitar 80%-100% untuk

validasi diagnosis.

Minor : tanda dan gejalah tidak harus ditemukan, namun jika

ditemukan dapat mendukung penegakan diagnosis.

c. Faktor resiko merupakan kondisi atau situasi yang dapat

meningkatkan kerentanan klien mengalami masalah kesehatan.

Pada diagnosis aktual, indikator diagnodtiknya terdiri atas

penyebab dan tanda/gejalah. Pada diagnostic resiko tidak memiliki

penyebab dan tanda/gejalah, hanya memiliki faktor resiko.

Sedangkan pada diagnosis promosih kesehatan, hanya memiliki

tandda/gejalah yang menunjukan kesiapan klien untuk mencapai

kondisi yang optimal.

2.4.1 Proses Penegakan Diagnosis Keperawatan

Proses penegakan diagnosis (diagnostic process) atau mendiagnosis

merupakan suatu proses yang sistematis yang terdiri atas tiga tahap, yaitu:

1. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Bandingkan data dengan nilai normal, data- data yang didapatkan

dari pengkajian dibandingkan dengan nilai-nilai normal dan

identifikasi tanda/gejalah yang bermakna (significant cause).

b. Kelompok data

Tanda/gejalah yang diangap bermakna dikelompokan berdasarkan

pola kebutuhan dasar yang meliputi respirasi,sirkulasi,


nutrisi/cairan, eliminasi, aktivitas/istirahat, neurosensory,

nyeri/kenyamanan, intergritas ego, pertumbuhan/perkembangan,

kebersihan diri, penyuluhan/pembelajaran, interaksi sosial, dan

keamanan/proteksi. Prose pengelompokan data data dilakukan baik

secara indukatif maupun dedukatif. Secara indukatif dengan

memilih data sehingga membentuk sebuah pola, sedangakan secara

dedukatif dengan mengunakan kategori pola kemudian

pengelompokkan data sesuai kategorinya. menurut Ackley, Ladwig

& makic (2017); Berman, Snyder & Frandsen (2015); potter &

perry (2013).

2. Identifikasi masalah

Setelah data dianalisis, perawat dank lien bersama-sama

mengidentifikasi masalah aktual, resiko dan promosih

kesehatan. Pernyataan masalah kesehatan merujuk ke lebel diagnosis

keperawatan. menurut Ackley, Ladwig & makic (2017); Berman,

Snyder & Frandsen (2015); potter & perry (2013).

3. Perumusan diagnosis keperwatan

Perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan dengan jenis

diagnosis keperawatan. Terdapat dua metode perumusan

diagnosis,yaitu:

a. Penulisan tiga bagian (three part)


Metode penulisan ini terdiri atas masalah,penyebab dan

tanda/gejalah. Metode penulisan ini hanya dilakukan pada

diagnosis aktual, dengan formulasi sebagai berikut:

Masalah berhubngan dengan penyebab dibuktikan dengan

tanda/gejalah.

b. Penulisan denga dua bagian (Two Part)

Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis resiko dan

diagnosis promosi kesehatan, dengan formulasi sebagai berikut:

4. Diagnosis resiko

Masalah dibuktikan dengan faktor resiko.

1. Diagnosis promosih kesehatan

Masalah dibuktikan dengan tanda/gejalah. menurut Ackley,

Ladwig & makic (2017); Berman, Snyder & Frandsen (2015);

potter & perry (2013).

2.2 Konsep SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

2.1.1 Definisi Intervensi Dan Tindakan Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatmentyang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan oleh pengetahuan dan penilaian klinis ntuk

mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan

keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh

perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. [ CITATION

Per18 \l 1033 ]

2.2.1 Klasifikasi Intervensi Keperawatan


Klasifikasi tau teksonomi merupakan system pengelompokan

berdasarkan hierarki dari bersifat lebih umum/tinggi ke lebih

khusus/rendah.pengklasifikasian intervensi keperawatan dimaksudkan untuk

memudahkan penelusuran intervensi keperawatan, memudahkan untuk

memahami beraneka ragam intervensi keperawatan yang sesuai dengan area

praktik dan cabang disiplin ilmu, serta memudahkan pengkodean (coding)

untuk pengunaan berbasis computer (computer-based).[ CITATION Per18 \l

1033 ]

Standar intervensi keperawatan Indonesia mengunakan system

klasifikasi yang sama dengan klasifikasi SDKI. System klasifikasi diadaptai

dari system klasifikasi International Classification Of Nursing Practice

(ICNP) yang dikembangkan oleh international council of nurse (ICN) sejak

tahun 1991.secara skematis, klasivikasi standar intervensi keperawatan

Indonesia ditunjukan pada skema 3.1. (doenges at al,2013; wake &

coeen,1998).

System klasifikasi standar intervensi keperawatan Indonesia terdiri atas

5 (lima) kategori dan 14 (empat belas) subkategori dengan uraian sebagai

berikut:

1. Fisiologis

Kategori intervensi keperawatan yang di tunjukan untuk

mendukung fungsi fisik dan regulasi homeostatis, yang terdiri atas :

a. Respirasi, yang memuat kelompok intervensi keperawatan yang

memulikan fungsi pernapasan dan osigennasi


b. Sirkulasi, yang memuat kelompok intervensi yang memulikan

fungsi jantung dan pembuluh darah.

c. Nutrisi dan cairan, yang memuat kelompok intervensi yang

memulihkan fungsi gastrointestinal,metabolism dan regulasi

cairan/elektrolit.

d. Eliminasi, memuat kelompok intervensi yang memulihkan fungsi

eliminasi fekal dan urinaria

e. Aktivitas dan istirahat, yang memuat kelompok intervensi yang

memulihkan fungsi musculoskeletal, pengunaan energy serta

istirahat/tidur.

f. Neurosensory, memuat kelompok intervensi yang memulihkan

fungsi otak dan saraf.

g. Reproduksi dan seksualitas, yang memuat kelompok intervensi

yang melibatkan fungsi reproduksi dan seksualitas.

2. Psikoliogis

Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung

fungsi dan proses mental, yang terdiri atas:

a. Nyeri dan kenyamanan, yang memuat kelompok intervensi yang

meredahkan nyeri dan meningkatkan kenyamanan.

b. Intergritas ego, yang memuat kelompok intervensi yang

memulihkan kesejahteraan diri sendiri secara emosional.

c. Pertumbuhan dan perkembagan, yang memuat kelompok intervensi

yang memulihkan fungsi pertumbuhan dan perkembangan.


3. Perilaku.

Kategori intervensi keperawatan yang di tujuhkan untuk

mendukung perubahan perilaku atau pola hidup sehat, yang terdiri atas :

a. Kebersihan diri, yang memuat kelompok intervensi yang mulihkan

perilaku sehat dan merawat diri.

b. Penyeluhan dan pembelajaran, yang memuat kelompok intervensi

yang meningkatakan pengetahuan dan perubahan perilaku sehat.

4. Relasional

Karegori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung

hubungan interpersonal atau interaksi sosial, terdiri atas :

a. Interaksi sosial, yang memuat kelompok intervensi yamg mulihkan

hubungan antara individu dengan individu lainnya.

5. Lingkungan

Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung

keamanan lingkungan dan menerunkan resiko gangguan kesehatan,

yang terdiri atas :

a. Keamanan dan proteksi, yang memuat kelompok intervensi yang

meningkatakan keamanan dan menurunkan resiko cederah akibat

ancaman dari lingkungan internal atau eksternal.

Pengklasifikasian intervensi keperawatan dilakukan brdasarkan

analisis kesetaraan ( similarity analysis) dan penilaian klinis


( clinical judgement). Intervensi keperawatan yang bersifat multi

kategori atau dapat di klasifikasikan kedalam lebih dari satu

kategori, maka diklasivikasikan berdasarkan kecendurungan yang

paling dominan pada salah satu kategori/sub kategori. Pada proses

pengklasivikasian dihindari terjadinya rujukan silang (cross-

refrencing), sehinga setiap satu intervensi keperawatan hanya di

klasivikasikan kedalam satu kategori/subkategori.

2.3.1 komponen intervensi keperawatan

setiap intervensi keperawatan pada standar ini terdirih antara tiga

komponen yaitu label,definisi dan tindakan, dengan uraian sebagai berikut:

1. label

komponen ini merupakan nama dari interevensi keperawatan yang

merupakan kata kunci untuk memperoleh informasi terkait intervensi

keperawatan tersebut. Label intervensi keperawatan terdiri atas satu

atau beberapa kata yang di awali dengan kata benda ( nomina), bukan

kata kerja verba ), yang berfungsi sebagai descriptor atau penjelas dari

intervensi keperawatan.

2. Definisi

Koponen ini menjelaskan tentang makna dari lebel intervensi

keperawatan. Definisi lebel intervensi keperawatan diawali dengan kata

kerja ( verba) berupa perilaku yang dilakukan oleh perawat, bukan

perilaku pasien.

3. Tindakan
Komponen ini merupakan rangkaian perilaku atau aktifitas yang di

kerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan ntervensi

keperawatan. Tindakan-tindakan intervensi keperawatan terdiri atas

observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi.(Berman et al,2015: potter

& perry, 2013; Saba,2007; Wilkinson et al, 2016).

a. Tindakan observasi

Tindakan yang ditujukan untuk mengumpulkan dan

menganalis data status kesehatan pasien.Tindakan ini umunya

menggunakan kata-kata periksa,identifikasi atau monitor.

Dianjurkan menghindari penggunaan kata kaji karena serupa

dengan tahap awal pada proses keperawatan dan agar tidak rancu

dengan tindakan keperawatan yang merupakan tahap pasca

diagnosis,sementara pengkajian merupakan tahap prediagnosis

b. Tindakan terapeutik

Tindakan yang secara langsung dapat berefek memulihkan

status kesehatan pasien atau dapat mencegah perburukan masalah

kesehatan pasien.Tindakan ini umunya menggunakan kata-kata

berikan,lakukan dan kata-kata lainya.

c. Tindakan edukasi

Tindakan yang di tujukan untuk meninggkatkan kemampuan

pasien merawat dirinya dengan membantu pasien memperoleh

perilaku baru yang dapat mengatasi masalah.Tindakan ini umunya

menggunakan kata-kata anjarkan,anjurkan,atau latih


d. Tindakan kolaborasi

Tindakan yang membutuhkan kerja sama baik dengan perawat

lainnya maupun dengan profesi kesehatan lainnya.Tindakan ini

membutuhkan gabunggan pengetahuan,keterampilan dan

keterapilan dari berbagai profesi kesehatan.Tindakan ini hanya di

lakukan jika perawat memerlukan penaganan lebih lanjut.Tindakan

ini umunya menggunakan kata-kata kolaborasi,rujuk,atau

konsultasikan.

2.4.1 Penentuan intervensi keperawatan

Dalam menentukan intervensi keperawatan,perawat perlu

mempertimbangkan beberapa faktor sebagai berikut. (DeLaune & Ladner,

2011; Gordon, 1994; potter & perry, 2013):

1. Karakteristik diagnosis keperawatan

Intervensi keperawatan diharapkan dapat mengatasi etiologi atau

tanda/gejala diagnosis kepeawatan.Jika etiologi tidak dapat secara

langsung diatasi,maka intervensi keperawatan diarahkan untuk

menangani tanda/gejala diagnosis keperawatan.Untuk diagnosis

risiko,intervensi keperawatan diarahkan untuk mengeleminasi faktor

resiko.

2. Luaran (outcome) keperawatan yang diharapkan


Luaran keperawatan akan memberikan arahan yang jelas dalam

dalam penentuan intervensi keperawatan.Luaran keperawatan

merupakan hasil akhir yang diharapkan setelah pemberian intervensi

keperawatan.

3. Kemampulaksanaan intervensi keperawatan

Perawat perlu mempertimbangkan waktu,tenaga/staf dan sumber

daya yang tersedia sebelum merencanakan dan mengimplementasian

intervensi keperawatan kepada pasien.

4. Kemampuam perawat

Perawat diharapkan mengetahui rasionalisasi ilmiah terkait

intervensi keperawatan yang akan dilakukan dan memiliki keterampilan

psikomotorik yang diperlukan untuk mengimplementasikan intervensi

kepetawatan tersebut standar ini memuat inervensi-intervensi yang

memerlukan pengetahuan dan ketrampilan khusus, beberapa

diantaranya yaitu menajemen alat pacu jantung, menajemen ventilasi

mekanik, terapi akupresur, terapi akupuntur,terapi bekam, terapi

hypnosis.

5. Penerimaan pasien

Intervensi keperawatan yyang harus dipilih harus dapat diterima

oleh pasien dan sesuai dengan nilai-nilai dan budaya yang dianut oleh

pasien.

6. Hasil penelitian
Bukti penelitian yang menunjukan efektivitas intervensi

keperawatan pada pasien tertentu. Jika penelitian belum tersedia, maka

perawat dapat mengunakan prinsip ilmiah atau berkonsultasi dengan

perawat spesialis dalam menentukan pilihan intervensi keperawatan.

2.3 Konsep SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)

2.3.1 Definisi Luaran Keperawatan

Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek – aspek yang dapat

diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau dari persepsi

pasien, keluarga atau komunitas sebagai respons terhadap intervensi

keperawatan. Luaran keperawatan menunjukan status diagnose

keperawatan setelah dilakukan intervensi keperawatan. [ CITATION Tim19 \l

1033 ] (Germini et al, 2010; INCP,2005)

Luaran keperawatan dapat juga diartikan sebagai hasil akhir intervensi

keperawatan yang terdiri atas indicator – indicator atau ktiteria – kriteria

hasil pemulihan masalah. Luaran keperawatan merupakan perubahan

kondisi yang spesifik dan terukur yang perawat harapkan sebagai respons

terhadap asuhan keperawatan (ICN, 2009)

Luaran keperawatan dapat membantu perawat memfokuskan atau

mengarahkan asuhan keperawatan karena merupakan respons fisiologis,

psikologis, sosial, perkemgangan, atau spiritual yang menunjukan

perbaikan masalah kesehatan pasien (Potter & Perry, 2013)

2.3.2 Klasifikasi Luaran Keperawatan


International Council Of Nurse (ICN) sejak tahun 1991 telah

mengembangkan suatu sistem klasifikasi yang disebut dengan

International Classification For nursing practice (ICNP). System

klasifikasi ini tidak hanya mencakup kasifikasi diagnosis keperawatan,

tetapi juga mencakup klasifikasi intervensi dan luaran keperawatan.

ICNP membagi diagnosis, intervensi dan luaran keperawatan menjadi lima

kategori, yaitu Fisiologis, Psikologis, Perilaku, Relasional, dan

Lingkungan (Wake & Ceonen, 1998).

2.3.3 Jenis Luaran Keperawatan

Luaran keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu luarn negatif dan

luaran positif. Luaran negatif menunjukan kondisi, perilaku, atau persepsi

yang tidak sehat, sehingga penetapan luaran keperawatan ini akan

mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang bertujuan untuk

menurunkan. Sedangkan luaran positif menunjukan kondisi, perilaku atau

persepsi yang sehat sehingga penetapan luaran keperawatan ini akan

mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang bertujuan untuk

meningkatkan atau memperbaiki (ICNP, 2015; Standar Praktik

Keperawatan Indonesia – PPNI, 2009).

2.3.4 Komponen Luaran Keperawatan

Luaran keperawatan memiliki tiga komponen utama yaitu label, ekspektasi,

dan kriteria hasil. Masing-masing komponen diuraikan sebagai berikut :

1. Label
Komponen ini merupakan nama sari luaran keperawatan yang terdiri atas

kata kunci untuk memperoleh informasi terkait luaran keperawatan. Label

luaran keperawatan merupakan kondisi perilaku atau persepsi pasien yang

dapat diubah atau diatasi dengan intervensi keperawatan.

2. Ekspektasi

Ekspektasi merupakan penilaian terhadap hasil yang diharapkan tercapai.

Ekspektasi mengambarkan seperti apa kondisi, perilaku/persepsi pasien

akan berubah setelah di berikan intervensi keperawatan. Terdapat tiga

kemungkinan ekspektasi yang diharapkan perwat yaitu :

a. Ekspektasi menurun digunakan pada luaran negatif seperti tingkat

keletihan, tingkat ansietas, tingkat berduka, tingkat infeksi, tingkat

perdarahan, dan respon alergi.

b. Ekspektasi meningkat digunakan pada luaran positif seperti bersihan

jalan nafas,curah jantung, perfusi perifer, perawatan diri, tingkat

pengetahuan, sirkulasi spontan, dan status kenyamanan.

c. Ekspektasi membaik digunakan pada luaran yang tidak dapat

diekspektasikan menurun atau meningkat sperti eliminasi vekal,

fungsi seksual, identitas diri, motilitas gastrointestinal, penampilan

peran, dan proses penggasuhan.

3. Kriteria hasil

Kriteria hasil merupakan karakterristik pasien yang dapat di amati atau

diukur oleh perawat dan dijadikan sebagai dasar untuk menilai pencapaian

hasil intervensi keperawatan. Kriteria hasil juga dapat disebut sebagai


indicator karna mengambarkan perubahan-perubahan yang ingin dicapai

setelah pemberian intervensi keperawatan.

Berdasarkan metode pendokumentasian nya maka penulisan kriteria hasil

dilakukan dengan dua metode. Jika mengunakan metode

pendokumetasian manual atau tulisan, maka setiap kinerja hasil perlu di

tuliskan angka atau nilai yang diharapkan yang akan dicapai, sedangkan

menggunakan pendokumentasian berbasis computer, maka setiap kriteria

hasil ditetapkan dalam bentuk skor dengan skala 1 sampai dengan 5

terdapat tiga variasi skala pada pemberian skor kriteria hasil :

a. 1 = menurun

2 = cukup menurun

3 = sedang

4 = cukup meningkat

5 = meningkat

b. 1 = menigkat

2 = cukup meningkat

3 = sedang

4 = cukup menurun

5 = menurun

c. 1 = memburuk

2 = cukup memburuk

3 = sedang

4 = cukup membaik
5 = membaik

2.2 Konsep Perawat

2.2.1 Pengertian Perawat

Perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat orang lain

yang mengalami masalah kesehatan. Namun pada perkembangannya,

pengertian perawat semakin meluas. Pada saat ini, pengertian perawat

merujuk pada posisinya sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional. UU RI

No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, perawat adalah mereka yang

memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan

keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui

pendidikan keperawatan. (Oyoh et al., 2017)

Menurut ICN (International Council of Nursing) tahun 1965,

Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan

keperawatan yang memenuhi syarat serta berwenang di negeri

bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang

bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan

penyakit dan pelayanan penderita sakit. Dari beberapa definisi di atas


maka dapat disimpulkan bahwa perawat adalah tenaga profesional yang

mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan dalam

melaksanakan dan memberikan perawatan kepada pasien yang

mengalami masalah kesehatan. (Oyoh et al., 2017)

2.2.2 Fungsi Perawat

Fungsi perawat yang utama adalah membantu pasien atau klien

dalam kondisi sakit maupun sehat, untuk meningkatkan derajat

kesehatan melalui layanan keperawatan. Dalam menjalankan perannya,

perawat akan melaksanakan berbagai fungsi yaitu : Fungsi dependen

perawat, fungsi independen perawat dan fungsi interdependen perawat.

(Oyoh et al., 2017)

1. Fungsi Independen Perawat

Fungsi independen ialah fungsi mandiri dan tidak

tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam menjalankan

tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri

dalam melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan dasar

manusia.

2. Fungsi Dependen Perawat

Fungsi dependen ialah fungsi perawat dalam melaksanakan

kegiatannya atas atau instruksi dari perawat lain.

3. Fungsi Interdependen Perawat


Fungsi Interdependen ialah fungsi yang dilakukan dalam

kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara satu

dengan yang lain.

Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa

ada tiga fungsi perawat dalam menjalankan perannya yaitu,

fungsi independen perawat, fungsi dependen perawat dan fungsi

interdependen perawat.

2.2.3 Peran Perawat

Dalam melaksanakan keperawatan, menurut

Hidayat (2012) perawat mempunyai peran dan fungsi

sebagai perawat sebagai berikut:

1. Pemberian perawatan (Care Giver)

Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan

keperawatan, sebagai perawat, pemberian pelayanan keperawatan

dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan asah, asih dan asuh.

Contoh pemberian asuhan keperawatan meliputi tindakan yang

membantu klien secara fisik maupun psikologis sambil tetap

memelihara martabat klien. Tindakan keperawatan yang

dibutuhkan dapat berupa asuhan total, asuhan parsial bagi pasien

dengan tingkat ketergantungan sebagian dan perawatan suportif-

edukatif untuk membantu klien mencapai kemungkinan tingkat


kesehatan dan kesejahteraan tertinggi. Perencanaan keperawatan

yang efektif pada pasien yang dirawat haruslah berdasarkan pada

identifikasi kebutuhan pasien dan keluarga.

2. Sebagai Advokat Keluarga

Selain melakukan tugas utama dalam merawat, perawat juga

mampu sebagai advokat keluarga sebagai pembela keluarga dalam

beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai klien. Dalam

peran ini, perawat dapat mewakili kebutuhan dan harapan klien kepada

profesional kesehatan lain, seperti menyampaikan keinginan klien

mengenai informasi tentang penyakitnya yang diketahui oleh dokter.

Perawat juga membantu klien mendapatkan hak-haknya dan membantu

pasien menyampaikan keinginan.

3. Pencegahan Penyakit

Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan

keperawatan sehingga setiap dalam melakukan asuhan keperawatan harus

selalu mengutamakan tindakan pencegahan terhadap timbulnya masalah

baru sebagai dampak dari penyakit atau masalah yang diderita. Salah satu

contoh yang paling signifikan yaitu keamanan, karena setiap kelompok

usia beresiko mengalami tipe cedera tertentu,

 penyuluhan preventif dapat membantu pencegahan banyak cedera,


sehingga secara bermakna menurunkan tingkat kecacatan permanen dan 

mortalitas akibat cidera pada pasien.

4. Pendidik

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, perawat

harus mampu berperan sebagai pendidik, sebab beberapa pesan dan cara

mengubah perilaku pada pasien atau keluarga harus selalu dilakukan

dengan pendidikan kesehatan khususnya dalam keperawatan. Melalui

pendidikan ini diupayakan pasien tidak lagi mengalami gangguan yang

sama dan dapat mengubah perilaku yang tidak sehat. Contoh dari peran

perawat sebagai pendidik yaitu keseluruhan tujuan penyuluhan pasien dan

keluarga adalah untuk meminimalkan stres pasien dan keluarga,

mengajarkan mereka tentang terapi dan asuhan keperawatan di rumah

sakit, dan memastikan keluarga dapat memberikan asuhan yang sesuai

di rumah saat pulang (Kyle & Carman, 2015).

5. Konseling

Konseling merupakan upaya perawat dalam melaksanakan

perannya dengan memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap

masalah yang dialami oleh pasien maupun keluarga, berbagai masalah

tersebut diharapkan mampu diatasi dengan cepat dan diharapkan pula

tidak terjadi kesenjangan antara perawat, keluarga maupun pasien itu

sendiri. Konseling melibatkan pemberian dukungan emosi, intelektual dan

psikologis. Dalam hal ini perawat memberikan konsultasi terutama

kepada individu sehat dengan kesulitan penyesuaian diri yang normal dan
fokus dalam membuat individu tersebut untuk mengembangkan sikap,

perasaan dan perilaku baru dengan cara mendorong klien untuk mencari

perilaku alternatif, mengenai pilihan-pilihan yang tersedia dan

mengembangkan rasa pengendalian diri.


6. Kolaborasi

Kolaborasi merupakan tindakan kerja sama dalam menentukan

tindakan yang akan dilaksanakan oleh perawat dengan tim kesehatan lain.

Pelayanan keperawatan pasien tidak dilaksanakan secara mandiri oleh tim

perawat tetapi harus melibatkan tim kesehatan lain seperti dokter, ahli

gizi, psikolog dan lain-lain, mengingat pasien merupakan individu yang

kompleks atau yang membutuhkan perhatian dalam perkembangan

(Hidayat, 2012).

7. Pengambilan Keputusan Etik

Dalam mengambil keputusan, perawat mempunyai peran yang

sangat penting sebab perawat selalu berhubungan dengan pasien kurang

lebih 24 jam selalu disamping pasien, maka peran perawatan sebagai

pengambil keputusan etik dapat dilakukan oleh perawat, seperti akan

melakukan tindakan pelayanan keperawatan .

8. Peneliti

Peran perawat ini sangat penting yang harus dimiliki oleh semua

perawat pasien. Sebagai peneliti perawat harus melakukan kajian-kajian

keperawatan pasien, yang dapat dikembangkan untuk perkembangan

teknologi keperawatan. Peran perawat sebagai peneliti dapat dilakukan

dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pasien (Hidayat,

2012).
Menurut Puspitasari (2014) peran perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan secara komprehensif sebagai upaya memberikan

kenyamanan dan kepuasan pada pasien, meliputi:

1) Caring, merupakan suatu sikap rasa peduli, hormat, menghargai orang

lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan

seseorang dan bagaimana seseorang berpikir dan bertindak.

2) Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau

berdiskusi dengan pasiennya.

3) Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat

untuk meningkatkan rasa nyaman pasien.

4) Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional baik dari

pasien maupun perawat lain sebagai suatu hal yang biasa disaat senang

ataupun duka.

5) Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis

merupakan komunikasi simpatis yang memiliki makna.

6) Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatanya

7) Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain

memiliki hasrat dan kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat

kesehatannya.

8) Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan

keterampilannya.

9) Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan


penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga kerahasiaan

pasien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.

10) Listening artinya mau mendengar keluhan pasiennya.

11) Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan

memahami perasaan duka, senang, frustasi dan rasa puas pasien.

2.3.1 Konsep Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap suatu objek dari indra yang dimilikinya[CITATION

Ark18 \l 1033 ]

2.3.2 Tingkatan pengetahuan

Menurut Kholid dan Notoadmodjo (2012) tedapat 6 tingkat pengetahuan,

yaitu:

1) Tahu (Know) Rasa mengerti melihat atau mengamati sesuatu.

2) Memahami (Comprehension)suatu kemampuan untuk menjelaskan

tentang suatu objek yang diketahui dan diinterpretasikan secara benar

sesuai fakta.

3) Aplikasi (Aplication) Suatu kemampuan untuk mempraktekkan materi

yang sudah dipelajari pada kondisi nyata atau sebenarnya

4) Analisis (Analysis) kemampuan menjabarkan atau menjelaskan suatu

objek atau materi tetapi masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya

5) Sintesis (Synthesis) Suatu kemampuan menghubungkan bagian-bagian

di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

6) Evaluasi (Evaluation) Pengetahuan untuk melakukan penilaian


terhadap suatu materi atau objek.

2.3.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi pengetahuan:

1) Pendidikan, Proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau

kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin capat menerima dan memahami suatu informasi sehingga

pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi (Sriningsih, 2011).

2)      Informasi atau Media Massa, Suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan

menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi mempengaruhi

pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang suatu

pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan wawasannya,

sedangkan seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan

menambah pengetahuan dan wawasannya.

3)         Sosial, Budaya dan Ekonomi. Tradisi atau budaya seseorang yang

dilakukan tanpa penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk akan

menambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga

akan menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan

tertentu. Seseorang yang mempunyai sosial budaya yang baik maka

pengetahuannya akan baik tapi jika sosial budayanya kurang baik maka

pengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi seseorang mempengaruhi


tingkat pengetahuan karena seseorang yang memiliki status ekonomi dibawah

rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit untuk meningkatkan

pengetahuan.

4)         Lingkungan, mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam

individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan

direspons sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik akan

pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika lingkungan kurang baik

maka pengetahuan yang didapat juga akan kurang baik. Jika seseorang berada

di sekitar orang yang berpendidikan maka pengetahuan yang dimiliki

seseorang akan berbeda dengan orang yang berada di sekitar orang

pengangguran dan tidak berpendidikan.

5)           Pengalaman. Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dari

pengalaman sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman yang

didapat bisa dijadikan sebagai pengetahuan apabila medapatkan masalah yang

sama. 6) Usia, Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh

juga akan semakin membaik dan bertambah (Budiman dan Riyanto, 2013).

2.3.3 Pengukuran tingkat pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara atau kuesioner

yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek

penelitian. Menurut Budiman dan Riyanto (2013) pengetahuan seseorang

ditetapkan menurut hal-hal berikut :

1) Bobot I : tahap tahu dan pemahaman.


2) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis

3) Bobot III : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan evaluasi.
2.4 Kerangka teori

Pengetahuan Perawat

1. Konsep pengetahuan

2.Tingkat pengetahuan
1.Pengertian perawat
3.Faktor-faktor yang
2.Fungsi perwat
mempengaruhi
pengettahuan 3.Fungsi perawat

Pengaruh Pelatihan 3s (Sdki Slki Dan Siki )


Terhadap Pengetahuan Perawat Di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang
Provinsi Nusa Tenggara Timur
BAB 3

METODE PENILITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Pelatihan 3S

Pengetahuan perawat
Pengetahuan perawat setelah pelatihan
sebelum pelatihan

Keterangan:

= Diteliti

= Ada Pengaruh

Gambar 2.4 Kerangka Teori

Sumber: Cahaya (2015), Notoadmojo (2010), Sary (2015).

3.2 Hipotesis Penilitian

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan, dugaan atau dalil

sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian yang akan

dilakukan (Notoatmojo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada


pengaruh pelatihan 3S (SDKI,SIKI,dan SLKI) terhadap pengetahuan perawat di

wilaya kerja dinas kesehatan kabupaten Kupang

H1: Adanya pengaruh pelatihan 3S (SDKI,SIKI,DAN SLKI) terhadap

pengetahuan perawat di wilaya kerja dinas kesehatan kabupaten Kupang

3.3 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, adalah

suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunaka data berupa angka

sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui,

(Kasiram,2008,149). Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan pre post

sebelum melakukan pelatihan perawat di berikan contoh kasus untuk

dikerjakan, dan sesudah pelatihan dilakukan perawat di berikan soal kasusus

yang sama untuk melihat tingkat pengetahuanya.

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Pengaruh Pelatihan 3s (Sdki Slki Dan Siki ) Terhadap Pengetahuan
Perawat Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang
Provinsi Nusa Tenggara Timur

No Variabel Defenisi Parameter Alat ukur/ Hasil Skala


Operasional Cara ukur

A. Dependen
1. Pelatihan Adalah kegiatan _ 4 contoh _ _

3S sosialisasi dengan kasus 3S

(SDKI, tujuan agar (SDKI, SIKI,


SIKI, penerapan SLKI)

SLKI) SDKI,SIKI,dan

SLKI dalam

asuhan

keperawatan dapat

dilaksanakan oleh

seluru perawat

guna mematuhi

standar profesi.

B. Independen
2. Pengetah- Pengetahuan 4 contoh 1. Tinggi = Ordinal
76%-
uan adalah hasil kasus 3S 100%=
2. Sedang
perawat penginderaan (SDKI,
= 56%-
manusia atau hasil SIKI, 75%=
3. Rendah
tahu seseorang SLKI)
=<55%=
terhadap suatu

objek dari indra

yang dimilikinya

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1. Populasi

Menurut (Notoatmodjo, 2010) Populasi adalah keseluruhan objek

yang akan di teliti. Dalam penelitian ini populasinya sebanyak 196

perawat di wilaya kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang.


3.5.2 Sampel

Sampel dalam ini adalah 196 yang diambil dengan cara total

Sampling dengan kriteria inklusi adalah

1. Bersedia menjadi responden

2. Perawat yang bekerja di wilaya kerja dinas kesehatan kabupaten

Kupang.

N
n= …
1+ Ne2

N = ukuran populasi

n = ukuran sampel

e = Margin of eror ( Niai Besaran Kesalahan)

N
n= …
1+ Ne2

196
n= 2
1+196 (0,05)

196
n=
1+196 (0,0025)

196
n=
1+0,49
196
n=
1,4
9

n=131,5 4 Dibulatkan menjadi 132 responden

3.6 Tempat dan Waktu Penilitian

Tempat penilitian ini dilaksanakan di Puskesmas di kabupaten Kupang pada

Bulan Maret-April 2021

3.7 Instrumen Penilitian

1. Pengaruh pelatihan 3S (SDKI,SIKI DAN SLKI)

Instrumen untuk variabel Pengaruh pelatihan 3S (SDKI,SIKI DAN SLKI)

sebelum melakukan pelatihan perawat di berikan empat contoh kasus

untuk dikerjakan, dan sesudah pelatihan perawat di berikan soal kasusus yang

sama untuk melihat/menggukur tingkat pengetahuanya.

3.8 EtikaPenilitian

1. Self determination

Responden diberikan kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau

tidak menjadi responden untuk mengikuti kegiatan penelitian secara sukarela

setelah mendapatkan secara jelas tentang manfaat dan prosedur pengambilan data.

Apabila responden setuju, maka responden diminta untuk mengisi lembar

persetujuan (informed consend) dan menandatanganinya, dan sebaliknya apabila

responden tidak bersedia, maka peneliti tetap menghormati hak responden.


2. Privacy

Peneliti tetap menjaga kerahasiaan semua informasi yang telah diberikan

oleh responden dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Informasi

yang diberikan oleh responden tidak diketahui oleh orang lain sehingga responden

dapat secara bebas untuk menentukan pilihan jawaban dari kuesioner tanpa takut

di intimidasi oleh pihak lain.

3. Anonymity (tanpa nama)

Peneliti tidak mencantumkan nama di lembar kuesioner/lembar observasi,

tetapi peneliti mencantumkan nomor kode pada masing-masing responden.

4. Confidentiality (kerahasiaan)

Informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti. Responden diberikan jaminan bahwa data yang diberikan tidak akan

berdampak terhadap karir dan pekerjaan. Data yang sudah diperoleh oleh peneliti

disimpan dan dipergunakan hanya untuk pelaporan penelitian.

5. Protection from discomfort

Responden bebas dari rasa tidak nyaman selama pengambilan data

berlangsung. Untuk mengantisipasi hal ini, peneliti memberikan penjelasan

tentang tujuan penelitian, teknik pengambilan data dan lamanya pengisian

kuesioner sebelum pengambilan data berlangsung sehingga pada saat penelitian,

seluruh responden diharapkan tidak ada yang mengeluh tentang ketidaknyamanan

selama pengambilan data berlangsung.


3.9 Prosedur Penilitian.

3.9.1 Teknik Pengumpulan Data

Sebelum mengambil data awal, peneliti mengurus surat ijin dari kampus

STIkes Maranatha Kupang lalu diantar ke ruangan kepala bidang dinas kesehatan

kabupaten kupang untuk mendapat data awal.setelah itu peneliti mengunjungi ke

stiap puskesmas di wilayah kabupaten kupang.

3.9.2 Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan akan diproses dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Editing

Editing atau pemeriksaan adalah pengecekan atau penelitian kembali data

yang telah dikumpulkan untuk mengetahui dan menilai kesesuaian dan

relevansi data yang dikumpulkan untuk bisa diproses lebih lanjut. Hal

yang perlu diperhatikan dalam editing ini adalah hasil dari contoh kasus

yang dikerjakan , meliputi kesesuaian jawaban, dan relevansi jawaban.

2 Coding

Coding merupakan metode untuk mengoreksi data yang dikumpulkan

selama penelitian ke dalam simbol. Untuk memudahkan pengolahan data maka

setiap jawaban dari contoh kasus yang telah dikerjakan diberi kode dengan

karakter.
3 Prossecing

Setelah contoh kasus yang diberikan dikerjakan dengan benar dan sudah

melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar

dapat dianalisis. Pemprosesan dapat dilakukan dengan cara, mengentri data. Entri

data dilakukan dengan cara memasukan data kedalam computer.

4 Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entri apakah

ada kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat mengentri ke computer.

3.10 Analisa data

1. Univariat

Analisa uji untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat mengenai 3S

(SDKI, SIKI, SLKI).

2. Bivariat

Analisa uji statistik untuk mengetahui pengaruh pengaruh pelatihan 3S

(SDKI,SIKI,SLKI) terhadap kinerja perawat yang digunakan adalah uji chi

square bertujuan untuk menjelaskan bahwa korelasi digunakan untuk melihat

Tingkat Pengetahuan hubungan antara dua variabel yang bersifat kuantitatif

dan variabel independen dan dependen sama-sama memiliki skala ordinal

dengan nilai alfa 0,05. (Sugiyono,2017).


dependen sama-sama memiliki skala ordinal dengan nilai alfa 0,05.

(Sugiyono,2017)

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2013). metodologi penelitian ilmu keperawatan: pendekatan praktis.

jakarta: salemba medika.

Standar Diagnosa Keperawata Indonesia. (2017). Standar Diagnosa Keperawata

Indonesia (III ed., Vol. III). (T. P. PPNI, Ed., & Indonesia, Trans.) Jakarta

Selatan, Indonesia , Indonesia : 2017.

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. (2018). Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (1 ed., Vol. 1). (T. p. PPNI, Penyunt., &

Indonesia, Penerj.) Jakarta Selatan, Indonesia , Indonesia : 2018.

Standar Luaran Keperawatan Indonesia. (2019). Standar luaran keperawatan

Indonesia (II ed., Vol. II). (T. p. PPNI, Ed., & INDONESIA, Trans.)

JAKARTA SELATAN, INDONESIA , INDONESIA : 2019.

Weru, Arkadius. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Terhadap

Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Semester VIII Tahun Ajaran

2017/2018 Di STIKes Maranatha Kupang.

Oyoh, Somantri, I., & Sekarwana, N. (2017). Pengalaman Perawat dalam

Pelaksanaan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional di

RSUD Cibabat : Studi Fenomenologi Nurse Experience in the


Implementation of Professional Nursing Services System at Cibabat

Hospital : Phenomenology Study. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 5(3),

329–339.

Sulistyawati, W., Bidang, K., Asuhan, K. D., Rawat, R., & Rumah, I. (2020).

Implementasi 3S ( SDKI , SIKI , SLKI ) Terhadap Kualitas Dokumentasi

Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. 9(2).

Sugiyono.(2017). Metode penelitian kuantitatif,kualitatif,dan R&D. Bandung :

Alfabeta,CV.

Anda mungkin juga menyukai