Anamnesis terpimpin : Keluhan dialami sesaat setelah kecelakaan lalu lintas, mekanisme trauma :
pasien sebagai penumpang mobil kampas, duduk dipinggir dekat pintu kiri, mobil kampas menyalip
mobil truk yang sedang parkir di bahu jalan, namun dari arah berlawanan juga ada mobil lain yang
sedang melintas, mobil kampas berusaha menghindar akhirnya bagian kiri mobil kampas menabrak
bagian kanan mobil truk yang sedang parkir, sehingga badan mobil kampas ringsek ke dalam dan
menjepit tungkai pasien. Riwayat kehilangan kesadaran tidak ada, riwayat muntah tidak ada, riwayat
nyeri kepala tidak ada, riwayat keluar darah dari hidung dan telinga tidak ada.
O:
Primary Survey
A : Paten, bersih
B : RR : 20x/menit, simetris, spontan, tipe torakoabdominal, sonor +/+, suara dasar vesikuler +/+,
ronki -/-, wheezing -/-
Secondary survey
Status Lokalis
Inspeksi : tampak luka terbuka dengan panjang 5 cm, tepi luka tidak rata, perdarahan aktif
(+), deformitas (+), muscle expose (+),
ROM : gerakan aktif dan pasif knee joint dan ankle joint terbatas karena nyeri
NVD : sensorik baik, arteri tibialis dan dorsum pedis teraba, CRT <2
GDS : 102, HbsAg (-), Anti HIV (-), Rapid tes SARS Cov-2 : IgG IgM non reaktif
b. Infus RL 20 tpm
d. Pasang spalk
Fraktur diafisis tibia merupakan fraktur paling sering yang dijumpai dalam kasus orthopaedi.
Diperkirakan terdapat sekitar 26 kasus fraktur diafisis tibia per 100.000 populasi per tahunnya dan
lebih banyak terjadi pada laki – laki. Pada pasien yang sadar maka fraktur tibia jelas dapat dikenali.
Adanya nyeri dan deformitas tampak jelas. Yang perlu diperhatikan adalah adanya pembengkakkan
jaringan lunak pada tempat fraktur. Seorang laki - laki, 25 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan nyeri
tungkai kanan bawah setelah kecelakaan lalu lintas, pasien terjepit oleh badan mobil yang rinsek ke
dalam. Pasien tampak lemah, sadar baik. Primary survey tidak ditemukaan kegawatan. Secondary
survey, pada lokalis cruris dextra tampak luka terbuka dengan panjang 5 cm, tepi luka tidak rata,
terdapat jembatan jaringan, perdarahan aktif, deformitas, muscle expose, bone expose, nyeri tekan,
krepitasi dan keterbatasan gerak aktif dan pasif knee dan ankle joint karena nyeri. Pemeriksaan
laboratorium didapatkan leukositosis, foto cruris dextra AP/Lateral didapatkan fraktur kominutif 1/3
distal os tibialis dextra. Pasien diberikan penanganan yaitu menjaga ABC (Airway, Breathing,
Circulation), Infus RL 20 tpm, membersihkan dan bebat tekan luka, pemasangan spalk, ketorolac 1
amp/12 jam, ranitidin 1 amp/12 jam, ceftriaxon 1gr /12 jam/IV (skin test), tetanus toxoid 1 cc IM dan
merujuk ke Spesialis Orthopedi.
Pasien dating ke IGD dengan keluhan demam. Demam dirasakan sejak 7 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam kadang disertai menggigil dan berkeringat. Mimisan, gusi berdarah, bintik-bintik
merah ditubuh tidak ada. Riwayat bepergian ke daerah endemis tidak ada. Riwayat pasien bekerja di
daerah sekitar hitan atau lahan penghijauan tidak ada. Riwayat orang sekitar menderita malaria (+)
kakak pasien.
RPD: Riw. Hipertensi(-), Riw.DM (-), Riw. Asma (-), Riw. Malaria sebelumnya tidak ada.
RPK : -
Riw alergi: -
KU/KES :
KU Sedang; Kesadaran CM
GCS 15 (E4V5M6)
TTV
TD 90/60mmHg
Nadi 78x/m
RR 20x/m,
SpO2 99%
T 37.4oC
BB 51.6kg
Kepala/leher :
Thorax :
Bunyi Usus(+) kesan normal; Ascites (-); organomegali (-); Nyeri tekan (-)
N 108x/m
RR: 20x/m
T 41C
Akral hangat
Pem. Penunjang :
Laboratorium
Darah lengkap
Leu 7.860
Hb 14.8
Plt 26.000
Hematologi
Malaria (+) Plasmodium Vivax dengan gambaran Ring form, schizon, dan Gametosit.
Ur/Cr 36.2/0.9
SGOT/SGPT 20.2/22.1
TD 95/47mmHg
Akral hangat
TD 120/70mmHg
Akral hangat
- 122.4 mg/IV
- Hitung balance cairan
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi
masyarakat. Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit malaria
(yang disebut Plasmodium) dannyamuk anopheles betina. Plasmodium terbagi dalam empat jenis
spesies di dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia. Pengobatan yang diberikan
meliputi pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam
tubuh manusia bertujuan sebagai pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan
parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi
resiko terinfeksi malaria sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Prognosis malaria
berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan & kecepatan pengobatan.