Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA Laporan Kasus

FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2023


UNIVERSITAS HALU OLEO

CORPUS ALIENUM KORNEA

OLEH:
Dian Indra Malik Rusli, S.Ked
K1B1 22 105

PEMBIMBING:
dr. Nevita Yonnia Ayu Soraya, Sp. M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Dian Indra Malik Rusli, S.Ked


NIM : K1B1 22 095
Judul Lapsus : Corpus Alienum Kornea

Telah menyelesaikan Laporan Kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, Juni 2023


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Nevita Yonnia Ayu Soraya, Sp. M


LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. LMS
Usia : 21 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Suku/bangsa : Muna/Indonesia
Alamat : Kel. Dana Kab. Muna
No. RM : 0105XX

II. ANAMNESIS
 Keluhan Utama :
Mata Kanan Buram.
 Keluhan Tambahan :
Mata Kanan mengganjal dan berair.
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Klinik Mata Kendari dengan keluhan mata kanan pasien tampak
kabur sejak bulan lalu, pasien juga mengeluhkan mata kanan terasa mengganjal.
Tidak terasa ngeres maupun belekan. Pasien mengaku terkena hewan kecil saat
mengendarai motor malam hari sepulang dari kampus 1 bulan yang lalu.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
-

III. KESAN
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum : Baik
OD : Tampak mata kemerahan, benda asing (+)
OS : Mata tampak tenang
TD : 160/72 MmHg

IV. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF


PEMERIKSAAN OD OS
Visus Jauh 20/20 20/20
Refraksi 6/6 6/6
Tonometri 17 17
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Visus Dekat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Proyeksi Sinar Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Persepsi Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

V. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
PEMERIKSAAN OD OS PENILAIAN
1. Sekitar Mata
- Alis N N Kedudukan alis baik,
jaringan parut (-),
simetris
- Silia N N Trikiasis (-),diskriasis
(-) madarosis (-)
2. Kelopak mata
- Pasangan N N Simetris, ptosis (-)
- Gerakan N N Gangguan gerak
membuka dan
menutup (-),
blefarospasme (-)
- Lebar rima 9 mm 9 mm Normal 9 – 14 mm
- Kulit N N Hiperemi (-), edema
(-), massa (-)
- Tepi kelopak N N Trichiasis (-),
ektropion (-),
entropion (-)
- Margo N N Tanda radang (-)
intermarginalis
3. Apparatus Lakrimalis
- Sekitar glandula N N Tanda radang (-)
lakrimalis
- Sekitar sakus N N Tanda radang (-)
lakrimalis
- Uji flurosensi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Uji regurgitasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
4. Bola Mata
- Pasangan N N Simetris (orthophoria)
- Gerakan N N Tidak ada gangguan
+ + + + gerak (syaraf dan otot
+ + + + penggerak bola mata
+ + + + normal)
- Ukuran N N Normal, makroftalmos
(-), mikroftalmos (-)
5. TIO N N Palpasi kenyal (tidak
ada peningkatan dan
penurunan TIO)
6. Konjungtiva
- Palpebra superior Hiperemis (-), papil Hiperemis (+), papil Normal : Licin, warna
(-), folikel (-) (-), folikel (-), pink muda, mengkilap,
edema (+) minimal hiperemis (-), papil (-),
folikel (-)
- Forniks N N Dalam
- Palpebra inferior Hiperemis (+), Hiperemis (-) Normal : Tenang,
edema (+)minimal mengkilap, hiperemis
(-), papil (-), folikel (-)
- Bulbi Injeksi Konjungtiva Injeksi Konjungtiva Inj. konjungtiva (-),
(-), injeksi siliar (-) (-), injeksi siliar (-) Inj. Siliar (-)
7. Sclera N N Putih, Ikterik (-)
8. Kornea
- Ukuran N N Ø horizontal 12 mm, Ø
vertical 11 mm
- Kecembungan N N Lebih cembung dari
sclera
- Limbus N N Benjolan (-)
Benda Asing (-)
- Permukaan N N Licin, mengkilap
- Uji flurosensi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Placido N N Reguler konsentris
9. Kamera Okuli Anterior
- Ukuran N N COA dalam
- Isi N N Jernih, flare (-), hifema
(-), hipopion (-)
10. Iris
- Warna Cokelat Cokelat
- Pasangan N N Simetris
- Gambaran N N Kripte baik, Sinekia (-)
11. Pupil
- Ukuran Ø 4 mm Ø 4 mm Normal (Ø 3 – 6 mm)
pada ruangan dengan
cahaya cukup
- Bentuk Bulat Bulat Isokor
- Tempat N N Di tengah
- Tepi N N Reguler
- Refleks direct (+) (+) Positif
- Refleks indirect (+) (+) Positif
12. Lensa
- Ada/tidak Ada Ada Ada
- Kejernihan N N Jernih
- Letak N N Di tengah, di belakang
iris
- Warna kekeruhan Tidak ada Tidak ada
13. Korpus N N Jernih
Vitreum
14. Refleks Fundus (+) (+) Warna jingga
kemerahan terang,
homogeny

V. RESUME

Tn. LMS datang ke Klinik Mata Kendari dengan keluhan mata kanan pasien

tampak kabur sejak bulan lalu, Pasien mengaku terkena hewan kecil saat mengendarai

motor malam hari sepulang dari kampus 1 bulan yang lalu awalnya pasien mengira rasa

kabur dan berairnya akan hilang akan tetapi pasien marasa samakin hari semakin

bertambah. pasien juga mengeluhkan mata kanan terasa mengganjal. Tidak terasa ngeres

maupun belekan. Pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal.

Keluhan ini mengarah pada terdapatnya benda asing berupa sayap hewan kecil pada mata

kanan pasien. Kemudian dilakukan pemeriksaan ofthalmologi didapatkan visus OD 6/6

dan OS 6/6, palpebra superior OD edema (+), spasme (+), konjungtiva palpebra OD

hiperemis(+)
Dokumentasi

Gambar 1. Corpus Alienum Kornea Slit Lamp

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Dilakukan Pemeriksaan menggunakan slit lamp : tampak korpus alienum pada kornea
OD

VII. DIAGNOSIS
OD : Corpus Alienum cornea bagian limbus inferior

VIII. TERAPI
 Ekstraksi korpus alienum
 Tobroson 4 x 1 OD
 Hyalub 4 x 1 OD
 Eye Bright 1 x 1

Tindakan:
- Ekstraksi Corpal dengan anestesi lokal (Panthocain)

X. Edukasi

- Istirahat

- Menutup mata ketika keluar rumah

- Tidak mengucek mata

- Memakai obat secara teratur

- Kontrol kembali untuk ekstraksi corpal

- Menggunakan kacamata atau Google saat bekerja

IX. PROGNOSIS
 Visum (Visam) : dubia ad bonam
 Kesembuhan (Sanam) : dubia ad bonam
 Jiwa (Vitam) : dubia ad bonam
 Kosmetika (Kosmeticam) : dubia ad bonam
PEMBAHASAN

1. KORNEA
1.1. Anatomi dan Histologi Kornea

Gambar 2 Anatomy Kornea


Kornea merupakan bagian selaput mata yang tembus cahaya, bersifat transparan,
berukuran 11-12 mm horizontal dan 10-11 mm vertikal, tebal 0,6-1 mm. Indeks bias
kornea 1,375 dengan kekuatan pembiasan 80%. Sifat kornea yang dapat ditembus cahaya
ini disebabkan oleh struktur kornea yang uniform, avaskuler dan diturgesens atau
keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea yang dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif
pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada
epitel dalam mencegah dehidrasi, dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih
berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel jauh menyebabkan sifat
transparan hilang dan edema kornea, sedangkan kerusakan epitel hanya menyebabkan
edema lokal sesaat karena akan menghilang seiring dengan regenerasi epitel
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah
depan dan terdiri atas 5 lapis1,3 :
1. Epitel
Epitel kornea merupakan lapis paling luar kornea dengan tebal 50 µm dan berbentuk
epitel gepeng berlapis tanpa tanduk.Bagian terbesar ujung saraf kornea berakhir pada
epitel ini.Setiap gangguan epitel akan memberikan gangguan sensibilitas kornea berupa
rasa sakit atau mengganjal. Daya regenerasi epitel cukup besar, sehingga apabila terjadi
kerusakan akan diperbaiki dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut.
2. Membran Bowman
Membran bowman yang terletak di bawah epitel merupakan suatu membrane tipis
yang homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan bentuk
kornea. Bila terjadi kerusakan pada membrane bowman maka akan berakhir dengan
terbentuknya jaringan parut.
3. Stroma
Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan kolagen
yang tersusun dalam lamel-lamel dan berjalan sejajar dengan permukaan kornea.Di
antara serat-serat kolagen ini terdapat matriks. Stroma bersifat higroskopis yang menarik
air dari bilik mata depan. Kadar air di dalam stroma kurang lebih 70%.Kadar air dalam
stroma relative tetap yang diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan penguapan oleh
epitel. Apabila fungsi sel endotel kurang baik maka akan terjadi kelebihan kadar air,
sehingga timbul sembab kornea (edema kornea). Serat di dalam stroma demikian teratur
sehingga memberikan gambaran kornea yang transparan atau jernih. Bila terjadi
gangguan dari susunan serat di dalam stroma seperti edema kornea dan sikatriks kornea
akan mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat keruh.
Gambar 3 Histologi Kornea
4. Membran Descement
Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan bening,
terletak di bawah stroma.Lapisan ini merupakan pelindung atau barrier infeksi dan
masuknya pembuluh darah.

5. Endotel
Terdiri atas satu lapis sel yang merupakan jaringan terpenting untuk mempertahankan
kejernihan kornea.Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan di dalam stroma kornea.
Endotel tidak mempunyai daya regenerasi sehingga bila terjadi kerusakan, endotel tidak
akan normal lagi. Endotel dapat rusak atau terganggu fungsinya akibat trauma bedah,
penyakit intraocular.Usia lanjut akan mengakibatkan jumlah endotel berkurang.Kornea
tidak mengandung pembuluh darah, jernih dan bening, selain sebagai dinding, juga
berfugsi sebagai media penglihatan. Dipersarafi oleh nervus V1,3.

1.2. Fisiologi kornea


Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas
cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang
uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan
kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar
epitel dan endotel.Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada
epitel, dan kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah
daripada kerusakan pada epitel.Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea
dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan
edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel epitel telah
beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas
ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air
dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi3.
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan
seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah.Biasan cahaya terutama terjadi di
permukaan anterior dari kornea.Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera
mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina.Oleh karenanya kelainan sekecil
apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila
letaknya di daerah pupil3.

2. CORPUS ALIENUM
2.1. Definisi
Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab
terjadinya cedera mata, sering mengenai sclera, kornea, dan
konjungtiva.Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat
serius. Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari
besarnya corpus alienum, kecepatan masuknya, ada atau tidaknya proses infeksi,
dan jenis bendanya.
Corpus alienum superfisial pada konjungtiva dibagi kedalam 3 tipe yakni:
metalik, pecahan non-organik seperti kaca, dan organik seperti kayu, serangga,
dimana metalik menempati urutan terbanyak. Secara umum Corpus alienum
kornea termasuk dalam kategori trauma minor ocular . Corpus alienum akan
mencetuskan sebuah kaskade inflamasi, yang menghasilkan dilatasi dari
pembuluh darah sekitar dan dapat diikuti dengan edema pada palpebra,
konjungtiva dan kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing tersebut dapat
menyebabkan infeksi dan atau nekrosis jaringan. Selain itu, jika sampai mengenai
lensa dapat menyebabkan katarak traumatika. Secara garis besar, penegakan
diagnostic dari kasus corpus alienum pada mata dapat ditegakkan hanya dengan
berlandaskan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja. Adapun beberapa tanda dan
gejala yang dapat ditemukan pada kasus-kasus dengan corpus alienum antara lain:
keluhan nyeri, sensasi mengganjal, fotofobia, mata berair, mata merah riwayat
dengan aktivitas pada saat cedera serta bahan yang terlibat, riwayat mencoba
untuk menghapus atau membersihkan corpus alienum, dan riwayat penggunaan
alat pelindung diri.5

Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut


dari bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva,
kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal.
Untuk mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau
tajam.Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka
dapat dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi antibiotik lokal,
siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban. Apabila suatu
corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang
hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat
mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk
kemudian mengeluarkannya Jika cedera disebabkan oleh semen, plester, atau
2,4
bahan kimia lainnya, segera irigasi mata dan menunda pemeriksaan. .
Pemeriksaan yang biasa dilakukan berupa tes ketajaman visual, periksa pupil,
pemeriksaan slit lamp, tes fluoresensi untuk menilai cacat epitel, dan pemeriksaan
penunjang seperti x-ray, CT scan, dan MRI dapat diindikasikan jika diduga benda
asing berada di intraokular atau intraorbital5.
Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu4 :
1) Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga
2) Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian
3) Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak menimbulkan
reaksi jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan tidak mengganggu
fungsi mata. Contoh : emas, platina, batu, kaca, dan porselin
4) Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi jaringan
mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng, nikel,
alumunium, tembaga

Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari4 :


a. Besarnya corpus alienum,
b. Kecepatan masuknya,
c. Ada atau tidaknya proses infeksi,
d. Jenis bendanya.

2.2. Patofisiologi
Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan. Benda
asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda asing tersebut
diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar.4
Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi
pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan
kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kamera okuli
anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat
menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.4

2.3. Penyebab
Penyebab cedera mata pada pemukaan mata adalah4 :
a. Percikan kaca, besi, keramik
b. Partikel yang terbawa angin
c. Ranting pohon
d. Dan sebagainya
2.4. Gambaran Klinik
Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia, mata merah dan
mata berair banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi, ditemukan visus normal atau
menurun, adanya injeksi konjungtiva atau injeksi silar, terdapat benda asing pada bola
mata, fluorescein (+)3,4.

2.5. Diagnosis
Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan4 :
1) Anamnesis kejadian trauma
2) Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata
3) Pemeriksaan dengan oftalmoskop
4) Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma
5) Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita

2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari bola
mata.Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, kornea maka
dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal.Untuk mengeluarkannya,
diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam.Arah pengambilan, dari tengah
ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable.
Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan
diperban3.
Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus,
melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda asing, bila
tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda asing
tersebut3.
Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan dengan
magnit sama seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik dengan magnit,
sesudah insisi pada limbus kornea, jika tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa
dengan ekstraksi linier untuk usia muda dan ekstraksi ekstrakapsuler atau intrakapsuler
untuk usia yang tua2,3.
Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan dengan giant
magnit setelah insisi dari sklera.Bila tidak berhasil, dapat dilakukan dengan operasi
vitrektomi3.
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari bola mata.

Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, kornea maka dengan

mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal. Untuk mengeluarkannya,

diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam. Arah pengambilan, dari tengah

ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable.

Gambar 4. Ekstraksi Corpus Alienum Kornea.

2.7. Pencegahan
Pada umumnya kasus dengan kopus alienum ektraokular memiliki prognosis
yang cukup baik bila ditangani segera. sedangkan luka penetrasi oculi dan benda
asing intraocular memiliki prognosis yang lebih buruk.Pencegahan agar tidak
masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam bekerja atau berkendara, maka
perlu menggunakan kaca mata pelindung4.

2.8. Komplikasi
Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman, dan efek
dari corpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di bagian sentral
dimana fokus cahaya pada kornea dijatuhkan, maka akan dapat mempengaruhi
visus. Reaksi inflamasi juga bisa terjadi jika corpus alienum yang mengenai
kornea merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik maupun perdarahan juga bisa
timbul jika menembus cukup dalam2,3,4.
Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan reaksi sekunder
seperti inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan sikatrik pada
media refraksi yang berarti, prognosis bagi pasien adalah baik2,3,4.
ANALISIS KASUS

Pada laporan kasus ini, anamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Tn. LMS

datang ke Klinik Mata Kendari dengan keluhan mata kanan pasien tampak kabur sejak

bulan lalu, Pasien mengaku terkena hewan kecil saat mengendarai motor malam hari

sepulang dari kampus 1 bulan yang lalu awalnya pasien mengira rasa kabur dan berairnya

akan hilang akan tetapi pasien marasa samakin hari semakin bertambah. pasien juga

mengeluhkan mata kanan terasa mengganjal. Tidak terasa ngeres maupun belekan.

Pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal.

Keluhan ini mengarah pada terdapatnya benda asing berupa sayap hewan kecil

pada mata kanan pasien. Kemudian dilakukan pemeriksaan ofthalmologi didapatkan

visus OD 6/6 dan OS 6/6, palpebra superior OD edema (+), spasme (+), konjungtiva

palpebra OD hiperemis (+) dan. Dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa pada

mata kanan pasien terdapat benda asing pada daerah kornea. Benda asing dapat

merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan

kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea.

Penatalaksanaan pada pasien berupa terapi medikamentosa. Terapi medikamentosa

yang diberikan berupa Cendo Tobroson 4X1 yang mengandung tobramycin dari

golongan antibiotik aminoglikosida, yang bekerja dengan cara membunuh bakteri dan
menekan pertumbuhannya. Dan dexamethasone bekerja dengan menghambat respon

inflamasi sehingga dapat membantu dalam meredakan peradangan pada mata. Pasien

Juga diberikan Cendo Hyalub 4x1 mengandung Sodium Hialuronat yang bekerja dengan

fibronectin meningkatkan adhesi dan migrasi dari sel epitel untuk membantu meredakan

iritasi pada mata, Serta diberikan Eyebright 1x1 yang mengandung Vitamin A, Beta

karoten, Vitamin E, Lutein, Zeaxanthin, Selenium dan Zinc sebagai Vitamin pada mata

pasien. Tindakan berupa ekstraksi Corpus alienum dengan anestesi lokal (Panthocain)

setelah OD tenang merupakan terapi utama yang harus dilakukan pada pasien. Tindakan

ini selain untuk penanganan gejala juga untuk mencegah komplikasi penyakit pasien

lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. 2008. Balai Penerbit FKUI Jakarta.
2. Sumual, Nursalim: Benda asing dalam kornea Jurnal Biomedik (JBM), Volume 11,
Nomor 3, November 2019, hlm.166-171
3. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum, Edisi 17. 2018. Widya Medika Jakarta.
4. Rienda Monica Novyana, Rani Himayani 2019. Corpus Alienum Sklera Okuli
Sinistra Bagian Ilmu Penyakit Mata, Jurnal Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung
5. Multazam Eko Putra DKK Corpus Alienum In The Eye-Sting BeeVol. 2 | No. 2 |
Juni 2020 | Jurnal Medical Profession (MedPro)

Anda mungkin juga menyukai