ILMU KESEHATAN
PRESENTASI KASUS
Diajukan Kepada
dr. Esti Mahanani, Sp. M
Disusun Oleh :
Naili Nurul Izzati
20204010066
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
I. LAPORAN KASUS
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
IDENTITAS PASIEN
ANAMNESIS
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KELUHAN UTAMA
Mata kiri kabur
PEMERIKSAAN FISIK
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KEADAAN UMUM
Persepsi Cahaya - -
Persepsi Warna - -
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Apparatus Lakrimalis
Glandula Lakrimalis Normal Normal Dakriodenitis (-)
Sakus Lakrimalis Normal Normal Dakriosistitis (-)
Bulbus Oculi
Pasangan Normal Normal Simetris (+)
Gerakan Normal Normal Ekstropia (-)
Kornea
Kejernihan Jernih Jernih Jernih, Normal
Ukuran Ø 12 mm Ø 12 mm
Kecembungan Normal Normal Lebih cembung dari
sklera
Permukaan Normal Normal Rata (+), Licin (+)
Camera Oculi Anterior
Kedalaman Dalam Dalam ODS Dalam
Isi Normal Normal Jernih, Hifema (-)
Iris dan Pupil
Warna Cokelat Cokelat Cokelat
Bentuk Bulat Bulat Bulat
Ukuran pupil Ø 4 mm Ø 4 mm Normal 3 – 5 mm
Bentuk pupil Bulat Bulat Bulat
Posisi pupil Sentral Sentral Sentral
Reflek Pupil + + Reflek (+)
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Lensa
Ada/Tidak Ada Ada Normal
Kejernihan Jernih Keruh OS Keruh
Letak Sentral, di belakang Sentral, di belakang Normal
iris iris
Ophthalmoskopi
Refleks Fundus + + Normal
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
DIAGNOSIS TATALAKSANA
Diagnosis Banding R/ Tobroson eye drops No. I
1. Uveitis Akut S 3 dd gtt 1 OS
2. Endophtalmitis -------------------------------------
3. Infectious Keratitis R/ Homatropin eye drops No. I
S 3 dd gtt 1 OS
Diagnosis Kerja -------------------------------------
OS Uveitis Akut
OS Katarak Komplikata
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Sumber:
1. Indraswati E, Anie M, Suhendro G. (2017). Trans limbal lensectomy of untreatable uveitis in juvenile rheumatoid arthrritis patient. Jurnal oftalmologi
indonesia;5(1):77–81.
2. González MM, Solano MM, Porco TC, Oldenburg CE, Acharya NR, Lin SC, et al. (2018). Epidemiology of uveitis in a US population-based study. J
Ophthal Inflamm Infect.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
ETIOLOGI
• Idiopatik (34%)
• Spondyloarthropathies seronegatif (10,4%)
• Sarkoidosis (9,6%)
• Artritis reumatoid remaja (JRA) (5,6%)
• SLE (4,8%)
• Penyakit Behçet (2,5%)
• AIDS (2,4%)
Sumber: Rodriguez A, Calonge M, Pedroza-Seres M, Akova YA, Messmer EM, D'Amico DJ, et al. Referral patterns of uveitis in a tertiary eye
care center. Arch Ophthalmol. 1996 May. 114(5):593-9
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KLASIFIKASI
Uveitis dapat diklasifikasikan menurut:
1. Bagian anatomi mata yang terkena penyakit
2. Penyebab etiologi yang mendasari
3. Berdasarkan Histopatologi
Sumber: Krishna, Unnat et al. 2017. Uveitis: a sight-threatening disease which can impact all systems. Birmingham: Academic Unit of Ophthalmology, Institute
of Inflammation & Ageing, University of Birmingham
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KLASIFIKASI:
berdasarkan anatomi
Sumber: Krishna, Unnat et al. 2017. Uveitis: a sight-threatening disease which can
impact all systems. Birmingham: Academic Unit of Ophthalmology, Institute of
Inflammation & Ageing, University of Birmingham
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
PERBEDAAN
Sumber: Gueudry J, et al. 2017. Anterior Uveitis. France: Service d’ophtalmologie, hôpital Charles-Nicolle,
CHU de Rouen, 1, rue de Germont, 76031 Rouen cedex . Elsevier
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Sumber: Gueudry J, et al. 2017. Anterior Uveitis. France: Service d’ophtalmologie, hôpital Charles-Nicolle,
CHU de Rouen, 1, rue de Germont, 76031 Rouen cedex . Elsevier
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Sumber: Gueudry J, et al. 2017. Anterior Uveitis. France: Service d’ophtalmologie, hôpital Charles-Nicolle,
CHU de Rouen, 1, rue de Germont, 76031 Rouen cedex . Elsevier
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KLASIFIKASI
Sumber: Tsirouki, Theodora et al. 2016. A Focus on the Epidemiology of Uveitis. Greece: Department of Ophthalmology, University of Ioannina
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KLASIFIKASI:
berdasarkan etiologi
Sumber: Krishna, Unnat et al. 2017. Uveitis: a sight-threatening disease which can impact all systems. Birmingham: Academic Unit of Ophthalmology,
Institute of Inflammation & Ageing, University of Birmingham
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KLASIFIKASI:
Berdasarkan Histopatologi
Non granulomatosa Granulomatosa
Onset Akut Kronik
Sakit Nyata Tidak ada atau ringan
Fotofobia Nyata Ringan
Penglihatan kabur Sedang Nyata
Merah sirkumkorneal Nyata Ringan
Perisipitat keratik Putih halus Kelabu besar
Pupil Kecil dan tak teratur Kecil dan tak teratur
Synechia posterior Kadang-kadang Kadang-kadang
Nodul iris Kadang-kadang Kadang-kadang
Tempat Uvea anterior Uvea anterior dan posterior
Perjalanan Akut Menahun
Rekurens Sering Kadang-kadang
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
MANIFESTASI KLINIS
Uveitis Anterior Uveitis Intermediet Uveitis Posterior Panuveitis
Gejala: Gejala:
• Mata merah • Penurunan tajam
• Nyeri penglihatan
• Fotofobia • Tanpa nyeri
• Penurunan tajam • Tidak ada mata
penglihatan merah
• Spasme sfingter
pupil miosis dan
memicu sinekia
posterior
Sumber: Sitompul, Ratna. 2016. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah Kebutaan. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Mata,
FK Universitas Indonesia-RSCM
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
• Penyakit autoimun yang sering menimbulkan uveitis adalah spondilartropati, arthritis idiopatik juvenile,
sindrom uveitis fuchs, colitis ulseratif chron, penyakit whipple, tubulointerstitial nephritis and uveitis,
sindrom VKH, sindrom behcet, uveitis fakogenik, dan sarcoidosis.
UVEITIS NON
INFEKSI
• Uveitis toksoplasmosis ditandai dengan gejala necrotizing chorioretinitis. Biasanya disertai dengan
strabismus, nystagmus, dan kebutaan.
• Uveitis tuberculosis gambaran uveitis anterior tuberculosis umumnya iridosiklitis granulomatosa di kedua
UVEITIS mata, nodul di tepi iris(nodul koeppe) atau di permukaan iris(nodul busacca), presipitat keratik, hipopion
dan sinekia posterior.
INFEKSI
• Disebabkan oleh Treponema Pallidum yang ditularkan melalui abrasi kulit atau mukosa saat berhubungan
seksual
• Dapat menyebabkan kelainan di semua organ termasuk mata dengan gejala uveitis, keratitis,
korioretinitis, retinitis, vasculitis retina, dan neuropati optic
UVEITIS • Di iris dapat dijumpai nodul kekuningan (roseola) yang merupakan dilatasi kapiler iris
SIFILIS • Gejala lain berupa korioretinitis, neuritis optic dan neuroretinitis.
Sumber: Sitompul, Ratna. 2016. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah
Kebutaan. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Mata, FK Universitas Indonesia-RSCM
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Snowballs pada uveitis intermediet Nodul busacca di permukaan iris Nodul koeppe di tepi pupil
Retiikoroiditis toksoplasmosis. Tuberkel koroid pada TB milier, berupa nodul putih keabu-abuan
Papil bulat batas tidak tegas, dengan eksudat berwarna putih kekuningan di
daerah makula
Sumber: Sitompul, Ratna. 2016. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah
Kebutaan. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Mata, FK Universitas Indonesia-RSCM
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
• Paling sering terjadi uveitis anterior karena infeksi virus HSV, VVZ, dan CMV. HSV tersering
• HSV menimbulkan kelainan di satu mata dengan tanda khas atrofi iris dan keratitis herpetic
• Diagnosis ditegakkan dengan munculnya tanda khas yakni riwayat herpes di bibir atau
genital
INFEKSI • Bisa juga disebabkan karna VZV, dengan gejala uveitis granulomatosa, atrofi iris, dan
peningkatan tekanan intraokular
VIRUS
Sumber: Sitompul, Ratna. 2016. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah
Kebutaan. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Mata, FK Universitas Indonesia-RSCM
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
DIAGNOSIS
Anamnesis dan
Pemeriksaan
Pemeriksaan Slit Lamp
Laboratorium
mata
Optical Coherence
Pemeriksaan
Tomography USG B-Scan
Serologi
(OCT)
Fundus Fluoresen
Angiography
Sumber: Raftery AT, Lim, Eric. Churchill’s Pocketbook of Differential Diagnosis. Elseviers; 2010
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
• Endophtalmitis
Peradangan intraokular yang melibatkan rongga vitreous dan ruang anterior
mata dan dapat melibatkan jaringan mata yang berdekatan lainnya seperti
koroid atau retina, sklera atau kornea.
• Infectious Keratitis
Peradangan kornea akibat infeksi dari organisme (virus, bakteri, jamur,
parasit)
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
TATALAKSANA
Tujuan Terapi:
• Mengontrol dan mencegah
peradangan mata
• Mengobati komplikasi yang
mengancam penglihatan Bila curiga uveitis, maka
(misalnya, katarak, RUJUK ke spesialis mata
cystoid)edema makula, dalam 24 jam untuk
glaukoma) pemeriksaan lebih lanjut (slit
lamp), mengkonfirmasi adanya
• Melestarikan dan uveitis dan mendiagnosis
memulihkan penglihatan tipenya
• Meningkatkan kualitas
hidup.
Sumber: Gueudry J, et al. 2017. Anterior Uveitis. France: Service d’ophtalmologie, hôpital Charles-Nicolle,
CHU de Rouen, 1, rue de Germont, 76031 Rouen cedex . Elsevier
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
IMUNOSUPRESAN
KORTIKOSTEROID
Bila peradangan tidak membaik
Topikal, Injeksi, Sistemik
Sebagai obat pendamping agar tidak
Penggunaanya harus dipantau karena akan mengonsumsi kortikosteroid dalam jangka
mengakibatkan tekanan intraocular, katarak, panjang
glaucoma, meningkatkan resiko infeksi
bakteri dan jamur dalam jangka panjang Dibagi menjadi golongan antimetabolit,
suppressor sel T, dan sitotoksik
Sumber: Krishna, Unnat et al. 2017. Uveitis: a sight-threatening disease which can impact all systems. Birmingham: Academic Unit of
Ophthalmology, Institute of Inflammation & Ageing, University of Birmingham
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
PEMBEDAHAN
• Terapi bedah diindikasikan untuk
memperbaiki penglihatan.
Operasi dilakukan pada kasus
uveitis yang telah tenang
(teratasi) tetapi mengalami
perubahan permanen akibat
komplikasi seperti katarak,
glaucoma sekunder, dan ablasio
retina.
• Kekeruhan vitreous sering terjadi
pada uveitis intermediet dan
posterior sedangkan
neovaskularisasi diskus optic dan
retina sering menimbulkan
perdarahan vitreous. Vitrektomi
ditujukan untuk memperbaiki
tajam penglihatan bila kekeruhan
menetap setelah pengobatan.
Sumber: Gueudry J, et al. 2017. Anterior Uveitis. France: Service d’ophtalmologie, hôpital Charles-Nicolle,
CHU de Rouen, 1, rue de Germont, 76031 Rouen cedex . Elsevier
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KOMPLIKASI
• Setiap episode uveitis anterior atau perkembangan uveitis kronis menyebabkan
komplikasi yang berpotensi membutakan.
• Komplikasi segmen posterior mungkin terjadi, terutama terjadinya diskus optikus
atau edema makula.
• Terjadinya hipertensi okular kronis dan kemudian glaukoma sekunder merupakan
komplikasi utama dari uveitis anterior.
• Katarak, didorong oleh pengobatan steroid lokal atau sistemik, sering mempersulit
uveitis anterior karena kronisitas peradangan dan adanya sinekia posterior. Ini
paling sering merupakan katarak subkapsular posterior.
Sumber: Gueudry J, et al. 2017. Anterior Uveitis. France: Service d’ophtalmologie, hôpital Charles-Nicolle,
CHU de Rouen, 1, rue de Germont, 76031 Rouen cedex . Elsevier
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
PENCEGAHAN
• Uveitis anterior pada individu yang sehat tidak dapat dicegah karena
seringkali penyebabnya tidak diketahui. Namun, pada orang dengan
penyakit auto-imun, menjaga kondisi tersebut dapat menyebabkan
kesehatan tubuh yang lebih baik, termasuk mata. Untuk mencegah
komplikasi serius, termasuk kehilangan sebagian atau seluruh penglihatan
secara permanen, diagnosis dini dan perawatan yang tepat sangat penting.
• Jika tidak diobati, glaukoma, katarak atau edema retina dapat berkembang
dan menyebabkan kehilangan penglihatan permanen. Uveitis anterior
biasanya merespon dengan baik terhadap pengobatan. Namun, kondisi
tersebut cenderung berulang.
Sumber: https://www.aoa.org/healthy-eyes/eye-and-vision-conditions/anterior-uveitis .
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
PROGNOSIS
• Prognosis uveitis anterior sangat bergantung pada penyakit
yang mendasarinya, seberapa besar penurunan visus yang
terjadi, dan pada adanya komplikasi dari uveitis anterior
tersebut.
• Tanpa adanya komplikasi dan dengan penanganan adekuat
terhadap penyakit penyebab, maka visus dapat kembali
sampai 100%. Risiko rekurensi perlu menjadi perhatian
khusus terutama karena uveitis anterior banyak berhubungan
dengan faktor autoimun dan banyak pula yang bersifat
idiopatik
• Prognosis uveitis posterior lebih buruk dibandingkan dengan
uveitis anterior karena menurunkan tajam penglihatan dan
kebutaan apabila tidak ditatalaksana dengan baik
Sumber: Ilyas HS. Hordeolum. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2004 : 92-4.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
TEORI VS KASUS
Teori Kasus
- Mata merah Pandangan kabur
Anamnesis
- Nyeri onset 3 bulan
- Fotofobia
- Penurunan tajam penglihatan
- Onset < 3 bulan
- Px Visus : Terjadi penurunan visus Visus: OD 6/24, OS 1/300 (tidak
Pemeriksaan
- Px Segmen Anterior: terdapat data mengenai visus
Fisik Injeksi siliar sebelumnya)
Pada pemeriksaan slit lamp, bisa didapatkan: Px segmen anterior: tidak tampak
• Keratic precipitate adanya injeksi siliar
• Aqueous cells & flare
• Koeppe’s nodule Pemeriksaan slit lamp didapatkan
• Busacca nodul sinekia
• Sinekia posterior
- Farmakologi: - Tobroson 3xOS
Terapi
Kortikosteroid - Homatropin 3xOS
Imunosupresan
Sikloplegik
NSAID (bila perlu)
- Obat sesuai etiologi
- Pembedahan: (tatalaksana sesuai
komplikasinya)
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
PEMBAHASAN
SESUAI TEORI
Diagnosis pada pasien ini adalah OS Uveitis Akut, OS katarak yang berdasarkan
pada anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengarah pada diagnosis tersebut.
Anamnesis didapatkan pasien mengeluh terjadi penurunan tajam penglihatan sejak 3
bulan yang lalu.
Pemeriksaan status oftamologis, didapatkan visus OD 6/24 OS 1/300. Pada
pemeriksaan fisik, tidak ditemukan adanya injeksi siliar pada konjungtiva bulbi.
Pemeriksaan dengan slit lamp ditemukan OS terdapat sinekia.
Pada pasien ini diberikan terapi farmakologi sesuai dengan diagnosis, yakni diberikan
• Tobroson 3x OS, tetes mata berupa antibiotic untuk mengobati infeksi akibat
bakteri
• Homatropin 3x OS, tetes mata berupa sikoplegia untuk mengatasi sinekia
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
EDUKASI DAN
PROGNOSIS
EDUKASI
• Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien penyakit yang diderita
pasien
• Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien terapi untuk penyakit
pasien dan aturan pakainya
• Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien penyebab dan
pencegahan agar tidak kambuh
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad sanam : dubia ad bonam
• Quo ad cosmeticam : dubia ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN