Anda di halaman 1dari 60

PREVALENSI PASIEN KOMPROMIS MEDIS DI POLI

GIGI DAN MULUT RSUP H. ADAM MALIK MEDAN


TAHUN 2010 – 2013 BERDASARKAN
USIA DAN JENIS KELAMIN

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran Gigi

Oleh :

MHD. IKHWAN ZULMI D

NIM : 100600008

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial

Tahun 2013

Mhd. Ikhwan Zulmi D

Prevalensi pasien kompromis medis di poli gigi dan mulut RSUP H. Adam
Malik tahun 2010 – 2013.

xi + 42 halaman

Tidak hanya pasien normal yang datang ke dokter gigi untuk dilakukannya
perawatan, tapi juga pasien yang memiliki kondisi-kondisi tertentu yang sering
disebut dengan pasien kompromis medis. Pasien kompromis medis tentu menjadi
pertimbangan yang penting bagi para dokter gigi. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui prevalensi pasien kompromis medis di Poli Gigi dan Mulut RSUP H.
Adam Malik tahun 2010 – 2013.

Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif dengan jumlah sampel


312. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP H. Adam Malik
Medan.

Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi pasien kompromis medis di Poli


Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik tahun 2010 – 2013 sebesar 7,69%. Insidensi
terbanyak terjadi pada wanita dengan persentase 54,17%. Kelompok usia yang
memiliki kondisi kompromis medis tertinggi ada di kelompok usia 41 – 50 dan 51 –
60 tahun yaitu sebesar 29,16%. Distribusi penyakit kompromis medis terbanyak
adalah diabetes melitus yaitu sebesar 50%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
cyukup tingginya prevalensi pasien kompromis medis yang datang ke Poli Gigi dan
Mulut RSUP H. Adam Malik Medan, dan kondisi penyakit kompromis medis
bervariasi tergantung dari faktor individu itu sendiri maupun faktor lingkungan.

Daftar Rujukan : 35 (2004-2013)

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Desember 2013

Pembimbing : Tanda tangan

Hendry Rusdy, drg., Sp. BM., M.Kes ……………………

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

Pada tanggal 21 Desember 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Indra Basar Siregar, drg., M.Kes

AGGOTA : 1. Olivia Avriyanti Hanafiah, drg., Sp.BM

2. Hendry Rusdy, drg., Sp.BM., M.Kes

3. Rahmi Syaflida, drg., Sp.BM

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian dengan
judul “Prevalensi Pasien Kompromis Medis di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2010 – 2013” yang merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan proposal ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu tercinta, Ibunda Hj. N. Maharani,
M.A atas do’a, kasih sayang, dan pengorbanannya yang tak terhingga kepada penulis.
Dan tak mengurangi rasa hormat dan kasih sayang penulis mengucapkan terima kasih
juga yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda tercinta, Edy Zuhri Dalimunthe atas
do’a, pengorbanan, dan dukungannya yang besar selama ini kepada penulis.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak tyerima kasih kepada
yang terhormat :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas


Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Eddy A. Ketaren., drg., Sp. BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut,
seluruh staf pengajar dan laboran Departemen Bedah Mulut yang telah
member masukan sehingga selesainya skripsi ini.
3. Hendry Rusdy, drg., M.Kes., Sp. BM selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
4. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing penulis selama menjalankan akademik.
5. Rumah Sakit H. Adam Malik , khususnya Instalasi Rekam Medik yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di tempat yang
bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara


6. Adik-adikku tersayang Devi Aulia Rahma, Syifa Mutia Rizki, Ilham Reza
Ananda atas kasih sayang, do’a, kebaikan, dukungan dan pengorbanan untuk
kebahagiaan penulis.
7. Sahabat – sahabat terbaikku (Dedi Sulaiman, Fandra Nasution, Malfi
Tunruan, Ridho Fernandes, Nurkamila Sari, Maylisa Karmina, Siti Gemala
Nelfi, Alfina Subiantoro) atas dukungan, semangat dan hal-hal yang telah
diberikan selama menjalani perkuliahan.
8. Teman-teman seperjuangan skripsi di Bedah Mulut, Ayuni Alfiyanda, Adelina
Rahmayani, Ghina Addina, Mhd. Aidil, Erwinda Lina, Rizky Puspita, Rizky
Annisa dan teman-teman yang lain serta seluruh mahasiswa stambuk 2010
atas dukungannya kepada penulis.

Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki


menjadikan skripsi ini masih perlu perbaikan, saran, dan kritik untuk membangun
skripsi ini nantinya menjadi lebih baik. Akhirnya penulis mengharapkan semoga
skripsii ini dapat digunakan dan memberikan manfaat dan sumbangan pikiran yang
berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Medan, Desember 2013

Penulis,

Mhd. Ikhwan Zulmi D

100600008

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................. i

DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv

DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………... v

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Permasalahan ............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4


2.1 Kompromis Medis ........................................................................ 4
2.2 Penyakit Kardiovaskular ............................................................... 5
2.2.1 Klasifikasi Hipertensi ………………………………………… 5
2.2.2 Tanda dan Gejala …………………………………………….. 5
2.2.3 Pertimbangan Dental Pasien Hipertensi ……………………… 6
2.3 Gangguan Endokrin ..................................................................... 7
2.3.1 Etiologi ……………………………………………………….. 7
2.3.2 Manifestasi Klinis …………………………………………….. 8
2.3.3 Diagnosa ………………………………………………………. 8
2.3.4 Klasifikasi ……………………………………………………... 8
2.3.5 Pertimbangan Dental Pasien Gangguan Endokrin …………….. 9
2.4 Gangguan Pernafasan ..................................................................... 10
2.4.1 Asma ............................................................................................ 10
2.4.2 Penyakit Paru Obstruktif Kronik ................................................. 11
2.4.3 Pertimbangan Dental Pasien Gangguan Pernafasan …………… 12
2.5 Gangguan Pembuluh Darah ............................................................ 12
2.5.1 Anemia …………………………………………………………. 12
2.5.2 Idiopatik Trombositopenik Purpura ……………………………. 13
2.5.3 Leukemia ……………………………………………………….. 13
2.5.4 Pertimbangan Dental Pasien Gangguan Pembuluh Darah ……... 15
2.6 Penyakit Ginjal ................................................................................ 15
2.6.1 Pertimbangan Dental Pasien Penyakit Ginjal …………………... 16

Universitas Sumatera Utara


Kerangka Teori .................................................................................. 17
Kerangka Konsep ............................................................................... 18

BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 19


3.1 Jenis Rancangan Penelitian .......................................................... 19
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 19
3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................... 19
3.4 Variabel dan Definisi Operasional ................................................ 20
3.5 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 21
3.6 Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 21
3.6.1 Pengolahan Data ………………………………………………. 21
3.6.2 Analisis Data …………………………………………………... 22
Alur Penelitian ………………………………………………………. 23

BAB 4 HASIL PENELITIAN ……………………………………………… 24


4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ……………………………………. 24
4.2 Prevalensi Pasien Kompromis Medis di Poli Gigi dan Mulut
RSUP H. Adam Malik ………………………………………….. 25
4.3 Distribusi Pasien Kompromis Medis di Poli Gigi dan Mulut
RSUP H. Adam Malik Berdasarkan Jenis Kelamin ……………. 25
4.4 Distribusi Pasien Kompromis Medis di Poli Gigi dan Mulut
RSUP H. Adam Malik Berdasarkan Usia ……………………… 26
4.5 Distribusi Penyakit Kompromis Medis di Poli Gigi dan Mulut
RSUP. H. Adam Malik Tahun 2010-2013 …………………….. 27
4.6 Distribusi Pasien Hipertensi di Poli Gigi dan Mulut RSUP. H.
Adam Malik Tahun 2010-2013 Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Usia …………………………………………………………….. 28
4.7 Distribusi Pasien Diabetes Melitus di Poli Gigi dan Mulut RSUP.
H. Adam Malik Tahun 2010-2013 Berdasarkan Jenis Kelamin
dan Usia ………………………………………………………… 30
4.8 Distribusi Pasien Gangguan Pernafasan di Poli Gigi dan Mulut
RSUP H. Adam Malik Tahun 2010-2013 Berdasarkan Jenis
Kelamin dan Usia ………………………………………………. 32
4.9 Distribusi Pasien Gangguan Perdarahan di Poli Gigi dan Mulut
RSUP H. Adam Malik Tahun 2010-2013 Berdasarkan Jenis
Kelamin dan Usia ………………………………………………. 32
4.10 Distribusi Pasien Gangguan Ginjal di Poli Gigi dan Mulut RSUP
H. Adam Malik Tahun 2010-2013 Berdasarkan Jenis Kelamin
dan Usia ………………………………………………………… 32

Universitas Sumatera Utara


BAB 5 PEMBAHASAN …………………………………………………… 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………. 38


6.1 Kesimpulan …………………………………………………….. 38
6.2 Saran ……………………………………………………………. 39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 40

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Klasifikasi Hipertensi .................................................................... 5


2 Obat Yang Dikonsumsi Para Penderita Hipertensi ......................... 6
3 Laju Filtrasi Glomerulus dan Stadium Penyakit Ginjal Kronik ….. 15
4 Variabel dan Definisi Operasional ………………………………... 21

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Distribusi Pasien Kompromis Medis di Poli Gigi dan Mulut RSUP


H. Adam Malik Berdasarkan Jenis Kelamin ……………………… 26

2. Distribusi Pasien Kompromis Medis di Poli Gigi dan Mulut RSUP

H. Adam Malik Berdasarkan Usia ………………………………... 27

3. Distribusi Penyakit Kompromis Medis di Poli Gigi dan Mulut RSUP

H. Adam Malik Tahun 2010 – 2013 ………………………………. 28

4. Distribusi Pasien Hipertensi di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam

Malik Tahun 2010 – 2013 Berdasarkan Jenis Kelamin ……………. 29

5. Distribusi Pasien Hipertensi di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam

Malik Tahun 2010 – 2013 Berdasarkan Usia ………………………. 30

6. Distribusi Pasien Diabetes Melitus di Poli Gigi dan Mulut RSUP H.

Adam Malik Berdasarkan Jenis Kelamin …………………………… 31

7. Distribusi Pasien Diabetes Melitus di Poli Gigi dan Mulut RSUP H.

Adam Malik Berdasarkan Usia ……………………………………… 31

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup


2. Anggaran Penelitian
3. Jadwal Kegiatan
4. Form Pengumpulan Data
5. Surat Izin Study Pendahuluan
6. Surat Izin Penelitian
7. Surat Keterangan Selesai

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan prosedur bedah
maksilofasial. Para praktisi harus mengetahui dampak dan stress yang ditimbulkan
dari tindakan bedah yang dilakukan. Menurut Goldman et all, kesehatan sistemik
pasien dan risiko dari operasi patut menjadi pertimbangan operator sebelum
melakukan tindakan bedah.1 Para praktisi harus melakukan prosedur yang tepat
sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP) agar mampu meminimalisir
dampak dari tindakan bedah yang dilakukan.
Sampai sekarang, pasien kompromis medis adalah menjadi faktor yang sangat
menjadi pertimbangan bagi para praktisi bedah maksilofasial. Hal yang harus
dilakukan para praktisi ialah mengidentifikasi pasien sebelum tindakan bedah
dilakukan.1 Menurut laporan American Heart Association, ada sekitar 36,3% orang
yang terkena penyakit jantung.2 Selain penyakit jantung, ada juga penyakit-penyakit
lain yang harus menjadi pertimbangan para praktisi bedah maksilofasial. Dari hasil
penelitian Kittipong dkk pada tahun 2009, dari 58.317 pasien yang datang ke klinik
dokter gigi, ada 7.167 pasien (12,2%) yang merupakan pasien kompromis medis,
sedangkan dari hasil penelitian Paulo Sergio dan Alves pada tahun 2012, ada 1.397
pasien kompromis medis. Hasil tersebut menunjukkan ada 25% yang menderita
kanker, 12% gagal ginjal, 15% menderita penyakit jantung, 7% menderita kelainan
endokrin dan kelainan hati, dan 1% menderita penyakit yang disebabkan oleh
infeksi.3-4
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 menunjukkan prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah
mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi.5
Menurut Sarah wild dkk, estimasi penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun

Universitas Sumatera Utara


2030 adalah 21,3 juta orang.6 Dari hasil riset Dinas Kehatan 2010, prevalensi asma di
Indonesia juga cukup tinggi, yaitu untuk daerah pedesaan 4,3% dan perkotaan 6,5%.7
Anggota Perhimpunan Nefrologi Indonesia melaporkan bahwa ada sebanyak 19.612
pasien gagal ginjal di tahun 2012.8 Hal ini menunjukkan bahwa cukup tingginya
pasien kompromis medis di Indonesia, dan hal tersebut juga akan menjadi
pertimbangan di dalam melakukan tindakan bedah maksilofasial oleh dokter gigi.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai prevalensi pasien kompromis medis di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam
Malik Juni 2010 – Juni 2013.

1.2 Permasalahan

Berapakah prevalensi pasien kompromis medis yang datang ke Poli Gigi dan
Mulut RSUP H. Adam Malik dari Juni 2010 – Juni 2013 berdasarkan usia dan jenis
kelamin ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Untuk mengetahui prevalensi pasien kompromis medis yang datang ke
Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik Medan dari Juni 2010 - Juni
2013 berdasarkan usia dan jenis kelamin.

1.3.2 Untuk mengetahui distribusi kondisi kompromis medis pasien yang


datang ke Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik Medan dari Juni
2010 – Juni 2013 berdasarkan usia dan jenis kelamin.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi akademisi dengan adanya hasil penelitian ini, dapat memberikan
informasi tentang kaitan penyakit sistemik terhadap perawatan gigi dan
mulut.

Universitas Sumatera Utara


1.4.2 Bagi praktisi dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan kepada para
praktisi kesehatan gigi untuk melakukan Standard Operational
Procedure (SOP) yang tepat dan melakukan tindakan perawatan sesuai
dengan keadaan sistemik yang dialami pasien.

1.4.3 Bagi Dinas Kesehatan dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan
dapat menjadi rujukan tentang distribusi penyakit sistemik yang diderita
oleh masyarakat.

1.4.4 Bagi RSUP H. Adam Malik Medan dengan adanya hasil penelitian ini,
diharapkan dapat menjadi masukan dalam upaya-upaya peningkatan
pelayanan kesehatan di rumah sakit tentang penatalaksanaan pasien
kompromis medis di Poli Gigi dan Mulut.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kompromis Medis


Pasien yang datang ke dokter gigi memiliki riwayat kesehatan yang bermacam-
macam. Tidak hanya pasien yang sehat saja, tetapi juga ada pasien yang menderita
penyakit sistemik.9 Hal ini menjadi perhatian dan pertimbangan bagi para dokter gigi
di dalam melakukan tindakan perawatan, terutama yang menggunakan intervensi
bedah.
Pasien kompromis medis adalah pasien yang memiliki suatu kondisi kesehatan
umum tertentu (fisik, mental dan atau emosional) yang memiliki implikasi bagi
ketetapan prosedur-prosedur dental sehingga memerlukan beberapa modifikasi dalam
perawatan dental. Dengan berkembangnya teknologi di bidang kesehatan, semakin
mudahnya akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dan keadaan sosioekonomi
yang semakin baik memungkinkan seseorang untuk bisa hidup lebih lama, oleh
karena itu, dokter gigi mungkin akan menghadapi variasi kesehatan pasien yang akan
ditangani karena akan ada pasien yang menderita penyakit lain yang diderita selain
masalah kesehatan giginya. Inilah yang disebut dengan pasien kompromis medis.3
Pada saat dokter gigi sedang merawat pasien tersebut, ada banyak hal yang harus
diwaspadai oleh dokter gigi, seperti masalah dental dan jaringan lunak rongga mulut
yang mungkin meningkat pada pasien tersebut, serta tindakan perawatan yang justru
akan memperparah penyakit yang diderita oleh pasien.3
Kondisi pasien kompromis medis ada bermacam – macam. Kondisi tersebut
antara lain adalah penyakit kardiovaskular, gangguan endokrin, gangguan pernafasan,
gangguan pembuluh darah, penyakit ginjal, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Penyakit Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh
masyarakat, salah satunya adalah hipertensi. Dari hasil penelitian sebelumnya,
prevalensi penyakit kardiovaskular tertinggi adalah hipertensi.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten di mana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Hipertensi
merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian
10
penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala,
sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan
fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja
pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain.5

2.2.1 Klasifikasi Hipertensi

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi11

Klasifikasi (WHO) Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)

Normal 140 90
Borderline 140-159 90-94
Hipertensi ringan 160 95
Hipertensi definitif 160-179 95-140

2.2.2 Tanda dan Gejala


Hipertensi jarang menunjukkan gejala, dan pengenalannya biasanya melalui
skrining, atau saat mencari penanganan medis untuk masalah kesehatan yang tidak
berkaitan. Beberapa orang dengan tekanan darah tinggi melaporkan sakit kepala
(terutama di bagian kepala belakang dan pada pagi hari), serta pusing, vertigo, tinitus
(dengung atau desis di dalam telinga), gangguan penglihatan atau pingsan.12
Pada pemeriksaan fisik, hipertensi juga dicurigai ketika terdeteksi adanya
retinopati hipertensi pada pemeriksaan fundus optik di belakang mata dengan

Universitas Sumatera Utara


menggunakan oftalmoskop. Biasanya beratnya perubahan retinopati hipertensi dibagi
atas tingkat I-IV, walaupun jenis yang lebih ringan mungkin sulit dibedakan antara
satu dan lainnya. Hasil oftalmoskopi juga dapat memberi petunjuk berapa lama
seseorang telah mengalami hipertensi.12
Penderita hipertensi juga mengonsumsi jenis obat yang berbeda-beda. Adapun
obat-obatan yang dikonsumsi adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Obat yang Dikonsumsi Para Penderita Hipertensi1
Obat Mekanisme Kerja
Clonidine Central α2 agonis
Diazoxide Smooth muscle relaxant
Enalaprilat Angiotensin converting enzyme inhibitor
Esmolol β-1 selective blocker
Fenoldopam Dopamine agonist
Labetalol α & β blocker
Nicardipine Ca channel blocker
Nitroprusside Arterial/venous dilatation
Phentolamine α-blocker
Trimetaphan Camsylate Nondepolarizing ganglionic block

2.2.3 Pertimbangan Dental Pasien Hipertensi


Sebelum melakukan tindakan invasif, perlu bagi dokter gigi untuk mengukur
tekanan darah pasien untuk mengidentifikasi apakah pasien menderita hipertensi atau
tidak.13 Pasien dengan tekanan darah normal (< 120 sistolik dan < 80 diastol) dan
pasien pra-hipertensi (120-139/80-89 mmHg) dapat menerima semua tindakan
perawatan dental serta dapat diberikan anastesi lokal dengan kandungan epineprin
1:100.000. 14
Pasien dengan hipertensi derajat 1 serta 2, perlu menjadi pertimbangan bagi
dokter gigi. Tekanan darah mereka akan semakin meningkat apabila tingkat
kecemasan mereka terhadap perawatan yang akan dilakukan meningkat. Dokter gigi
bisa menunda perawatan sampai tekanan darah nya normal.14 Untuk pasien yang

Universitas Sumatera Utara


memiliki tekanan darah > 180/110, tidak ada perawatan invasif yang bisadilakukan
sampai tekanan darahnya normal. Walaupun ada perawatan emergensi, konsultasikan
kepada dokter terlebih dahulu untuk mengontrol tekanan darah pasien tersebut.14
Perlu untuk memberikan antibiotik profilaksis sebelum melakukan perawatan untuk
mencegah terjadinya bakterimia.15

2.3 Gangguan Endokrin


Salah satu penyakit gangguan endokrin adalah diabetes melitus. Diabetes melitus
adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron.15

2.3.1 Etiologi
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau Diabetes Melitus Tergantung
Insulin disebabkan oleh destruksi sel β Langerhans akibat proses autoimun.
Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes
Melitus Tidak Tergantung Insulin disebabkan kegagalan relatif sel β dan resistensi
insulin.15
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa
oleh hati. Sel β pankreas tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan
glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas
mengalami desensitisasi terhadap glukosa.15

2.3.2 Manifestasi Klinis

Universitas Sumatera Utara


Diagnosis diabetes melitus awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa
polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun. Gejala lain yang
mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada
pria, serta pruritus vulva pada wanita.15

2.3.3 Diagnosa
Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa diabetes melitus dapat dilakukan
dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa, kemudian
dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar.15
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah
sewaktu > 200 mg/dl atau glukosa darah puasa > 126 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosa diabetes melitus. Bila hasil pemeriksaan glukosa darah
meragukan, pemeriksaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosa diabetes
melitus. Kadar plasma 2 jam setelah TTGO > 200 mg/dl sudah termasuk kategori
diabetes.15

2.3.4 Klasifikasi
Klasifikasi diabetes melitus menurut American Diabetes Association (1997)
adalah:16

1. Diabetes tipe 1 (destruksi sel β, umumnya menjurus ke defisiensi insulin


absolut)
2. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai terutama dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai terutama defek sekresi insulin disertai
resistensi insulin)
3. Diabetes tipe lain
• Defek genetik fungsi sel β
• Defek genetik kerja insulin
• Penyakit eksokrin pankreas
• Endokrinopati

Universitas Sumatera Utara


• Diabetes karena obat / zat kimia

2.3.5 Pertimbangan Dental Pasien Gangguan Endokrin


Pasien yang memiliki gangguan endokrin akan mengalami waktu penyembuhan
luka yang lama apabila menerima tindakan invasif oleh dokter gigi. Pasien harus
melakukan diet diabetes agar kondisi gula normal saat dilakukan pencabutan,
setidaknya turun sagar penyembuhan lebih cepat. Selain itu, pasien tersebut juga
harus meminum obat anti diabetes yang ia konsumsi. Dan dianjurkan untuk
melakukan perawatan di pagi hari karena biasanya saat itu pasien sudah
melaksanakan anjuran dokter dan diabetesnya terkontrol.14
Dokter gigi harus hati-hati terhadap masalah periodontal, candidiasis,
xerostomia, respon yang buruk terhadap perawatan, penyembuhan luka yang cukup
lama, serta apabila ada infeksi dental bisa diberikan antibiotik profilaksis.21
Penyembuhan luka yang lama diakibatkan tingginya kadar gula pada daerah luka
sehingga terjadi gangguan aliran darah ke tempat terjadinya luka.17

2.4 Gangguan Pernafasan


Sistem pernafasan pada dasarnya bertanggung jawab terhadap pertukaran O2 dan
CO2 antara darah dan lingkungan luar. Kalau sistem pertukaran gas tersebuttidak
berjalan normal, maka akan bisa menimbulkan dampak terhadap tubuh.18
Beberapa penyakit gangguan pernafasan adalah asma dan penyakit paru
obstruktif kronik.

2.4.1 Asma
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan
berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam
berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas, dan gejala pernafasan. Obstruksi jalan nafas
pada umumnya bersifat reversibel, namun dapat menjadi kurang reversibel bahkan
relatif nonreversibel, tergantung berat dan lamanya penyakit.15

Universitas Sumatera Utara


Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas
bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan maupun dengan
pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain:

• Bising mengi (wheezing) yang terdengar atau tanpa stetoskop


• Batuk produktif, sering pada malam hari
• Nafas atau dada sering tertekan
• Perasaan lelah dan lesu. Ini menandakan tidak terdapat cukup oksigen yang
didistribusikan ke tubuh oleh paru-paru
• Susah tidur
• Lebih sensitif terhadap alergi
• Pembacaan rendah bila diperiksa menggunakan peak flow meter. Peak flow
meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur fungsi paru-paru dan untuk
menentukan apakah paru-paru bekerja di tingkat normal dalam memanfaatkan
oksigen

Gejalanya bersifat paroksimal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk
pada malam hari.15
Terapi asma adalah sebagai berikut.15

• Asma ringan : agonis p 2 inhalasi bila perlu atau agonis p 2 oral sebelum
exercise atau terpapar alergen
• Asma sedang : antiinflamasi setiap hari dan agonis p 2 inhalasi bila perlu
• Asma berat : steroid inhalasi, teofilin slow release atau agonis p 2 long acting,
steroid oral selang sehari atau dosis tunggal harian dan agonis p 2 inhalasi
sesuai kebutuhan.

2.4.2 Penyakit Paru Obstruktif Kronik


Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit obstruksi jalan nafas
karena bronkitis kronik dan emfisema. Obstruktif tersebut umumnya bersifat
progresif, bisa disertai hiperaktivitas bronkus dan sebagian bersifat reversibel.15

Universitas Sumatera Utara


Bronkitis kronik ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai
pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan
paling sedikit selama 2 tahun.15
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya PPOK adalah:

• Kebiasaan merokok
• Polusi udara
• Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja
• Riwayat infeksi saluran nafas
• Bersifat genetik

Manifestasi klinis dari PPOK antara lain batuk, sputum putih atau mukoid (jika
ada infeksi menjadi purulen atau mkopurulen), sesak sampai menggunakan otot-otot
pernafasan tambahan untuk bernafas.15

2.4.3 Pertimbangan Dental Pasien Gangguan Pernafasan


Pasien yang menderita gangguan pernafasan yang datang ke dokter gigi biasanya
sudah memiliki riwayat pengobatan yang dilakukan oleh dokter spesialis. Perlu bagi
seorang dokter gigi untuk berhati-hati dalam merawat pasien yang memiliki
gangguan pernafasan.18
Posisikan pasien di posisi yang nyaman serta sirkulasi udara yang diterima juga
baik. Untuk melakukan tindakan anastesi, gunakan larutan anastesi yang tidak
mengandung adrenalin. Hindari kondisi stres pada pasien karena bisa menstimulasi
untuk terjadinya gangguan pernafasan saat perawatan sedang dilakukan.18

2.5 Gangguan Pembuluh Darah


Prosedur dental, seperti ekstraksi gigi dan bedah periodontal, adalah contoh dari
tindakan invasif di bidang kedokteran gigi. Tindakan invasif tersebut tentu saja bisa
menyebabkan perdarahan. Pasien yang memiliki gangguan pembuluh darah tentu
akan memiliki masalah dalam tindakan invasif tersebut.19

Universitas Sumatera Utara


Beberapa penyakit dari gangguan pembuluh darah meliputi anemia,
20
trombositopenik purpura, dan leukemia.

2.5.1. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih
rendah dari normal. Dikatakan anemia bila Hb < 1,4 gr/dl dan Ht < 41% pada pria
atau Hb < 12 gr/dl dan Ht < 37% pada wanita. Gejala umum anemia antara lain cepat
lelah, takikardi, palpitasi, dan takipnea pada latihan fisik.15
Anemia dapat dibagi atas anemia mikrositik hipokrom, anemia makrositik,
anemia karena perdarahan, anemia hemolitik, dan anemia aplastik.15

2.5.2. Idiopatik Trombositopenik Purpura (ITP)


Idiopatik Trombositopenik Purpura merupakan kelainan autoimun di mana
auntoantibodi IgG dibentuk untuk mengikat trombosit. Tidak jelas apakah antigen
pada permukaan trombosit dibentuk. Meskipun antibodi antitrombosit dapat mengikat
komplemen, trombosit tidak rusak oleh lisis langsung. Insidensi tersering pada usia
20-50 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki (2:1).15
ITP yang terjadi pada masa anak-anak biasanya disebabkan oleh infeksi virus dan
biasanya sembuh sendiri. Sebaliknya, pada orang dewasa biasanya menjadi kronis
dan jarang terjadi karena suatu infeksi virus.15
Pasien secara umum tampak baik dan tidak demam. Keluhan yang dapat
ditemukan adalah perdarahan pada mukosa dan kulit. Perdarahan yang paling umum
adalah epitaksis, perdaraham mukosa mulut, menoragia, purpura, dan petekie. Pada
pemeriksaan fisik terlihat pasien dalam keadaan baik dan tidak terdapat penemuan
abnormal lain, selain yang berhubungan dengan perdarahan.15

2.5.3. Leukemia
Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoetik yang ditandai
dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal atau sel
leukemik. Hal ini disebabkan oleh profilerasi tidak terkontrol dari klon sel darah

Universitas Sumatera Utara


immatur yang berasal dari sel induk hematopoetik. Sel leukemik tersebut juga
ditemukan dalam darah perifer dan sering menginvasi jaringan retikuloendotelial
seperti limpa, hati dan kelenjar limfe.21
Leukemia diklasifikasikan berdasarkan tipe sel, baik menurut maturitas sel
maupun turunan sel. Berdasarkan maturitas sel, leukemia dibedakan atas akut dan
kronik. Jika sel ganas tersebut sebagian besar immatur maka leukemia
diklasifikasikan akut, sedangkan jika yang dominan adalah sel matur maka
diklasifikasikan sebagai leukemia kronik. Berdasarkan turunan sel, leukemia
diklasifikasikan atas leukemia mieloid dan laukemia limfoid. Kelompok leukemia
mieloid meliputi granulositik, monositik, megakriositik, dan eritositik. Leukemia
sering terjadi pada anak-anak dengan insidensi yang paling tinggi pada usia 4 tahun.21
Salah satu manifestasi klinis dari leukemia adalah perdarahan. Lokasi perdarahan
yang paling sering adalah pada kulit, mata, membran mukosa hidung, gingiva, dan
saluran cerna.21

2.5.4 Pertimbangan Dental Pasien Gangguan Pembuluh Darah


Dokter gigi harus berhati-hati terhadap dampak dari gangguan pembuluh darah
saat melakukan perawatan dental.22 Metode pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan
oleh dokter gigi saat mengidentifikasi pasien dengan kelainan perdarahan adalah
membuat riwayat penyakit secara lengkap, pemeriksaan fisik, skrining laboratoris,
dan observasi terjadinya perdarahan yang luas setelah tindakan pembedahan.23 Pada
saat melakukan anastesi lokal dengan cara infiltrasi pada daerah bukal, intrapapilari
dan intraligamen tidak perlu menambahkan obat anti hemostatik, sedangkan anastesi
dengan cara blok mandibula dan infiltrasi lingual harus diberikan anti hemostatik.23

2.6 Penyakit Ginjal


Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga
dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami
komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal,
dan penyakit pembuluh darah perifer.24

Universitas Sumatera Utara


Pada tahun 2002, National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome
Quality Initiative (K/DOQI) telah menyusun pedoman praktis penatalaksanaan klinik
tentang evaluasi, klasifikasi, dan stratifikasi penyakit ginjal kronik.24
Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3
bulan, berdasarkan kelainan patologis atau pertanda kerusakan ginjal seperti
proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik
ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60ml/menit/1,73m2.24
Tabel 3. Laju filtrasi glomerulus dan stadium penyakit ginjal kronik.24

Stadium Fungsi ginjal Laju filtrasi glomerulus (ml/menit/1,73


m2
Risiko Meningkat Normal >90 (ada faktor risiko)
Stadium 1 Normal/meningkat >90 (ada kerusakan ginjal, proteinuria)
Stadium 2 Penurunan ringan 60-89
Stadium 3 Penurunan sedang 30-59
Stadium 4 Penurunan berat 15-29
Stadium 5 Gagal ginjal < 15

Gagal ginjal terbagi atas 2, yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis.
Gagal ginjal akut adalah penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba yang biasanya, tapi
tidak seluruhnya, dan bersifat reversibel.15
Etiologi gagal ginjal akut dikelompokkan atas 3, yaitu:11

1. Praginjal atau sirkulasi. Terjadi akibat kurangnya perfusi ginjal dan perbaikan
dapat terjadi dengan cepat setelah kelainan tersebut diperbaiki, misalnya
hipovolemia atau hipotensi, penurunan curah jantung, dan peningkatan
viskositas darah.
2. Pascaginjal atau obstruksi. Terjadi akibat obstruksi aliran urin, misalnya
obstruksi pada kandung kemih, uretra, ureter, dan sebagainya.
3. Ginjal atau intrinsik atau parenkimal. Akibat penyakit pada ginjal atau
pembuluhnya.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan gagal ginjal kronis adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversibel. Etiologinya adalah glomerulonefritis, nefropati analgesik,
nefropati refluks, ginjal polikistik, nefropati diabetik, dan bisa juga disebabkan oleh
hipertensi, obstruksi, asam urat, dan ada beberapa hal etiologi yang tidak bias
didefinisikan.15

2.6.1 Pertimbangan Dental Pasien Penyakit Ginjal


Pasien yang menderita penyakit ginjal kronis memerlukan perawatan gigi
khusus, bukan hanya karena adanya hubungan antara sistemik dan rongga mulut
tetapi karena efek samping dan karakteristik dari perawatan yang diterima harus
diperhatikan agar tidak menambah beban dan rasa sakit pada penderita. Perawatan
yang diindikasikan untuk pasien yang menderita penyakit ginjal adalah perawatan
non bedah.25
Infeksi rongga mulut harus dieliminasi dan antibiotik profilaksis harus
dipertimbangkan apabila risiko bakterial endokarditis (pada penderita yang menjalani
hemodialisis) dan septimia meningkat. Contohnya, saat pencabutan gigi dan tindakan
bedah. Demi mengurangi risiko perdarahan, perawatan dapat dijadwalkan pada hari
setelah hemodialisis supaya heparin dalam darah berada pada tingkat paling minimal.
Sebelum perawatan dimulai, tekanan darah penderita harus diperhatikan dan
disarankan untuk mengurangi perasaan cemas pada penderita dengan sedasi.25

Universitas Sumatera Utara


Kerangka Teori

Pasien

Normal Kompromis
Medis

Kardiovaskular Gangguan Endokrin Gangguan Pernafasan

Gangguan Perdarahan Gangguan Ginjal

Hipertensi Etiologi Asma Anemia

Klasifikasi Manifestasi PPOK Idiopatik


Klinis Trombos
Tanda dan itopenik
Gejala Diagnosa Purpura

Obat yang
Klasifikasi Leukemia
Dikonsumsi

Pertimbangan Perawatan Dental

Universitas Sumatera Utara


Kerangka Konsep

Kompromis Medis

Hipertensi Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan


Endokrin Pernafasan Perdarahan Ginjal

Epidemiologi

- Jenis Kelamin
- Umur

Prevalensi Pasien
Kompromis Medis

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Rancangan Penelitian


Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif yaitu untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan tentang prevalensi pasien kompromis medis yang datang ke Poli
Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2010 – 2013.

3.2 Lokasi dan Waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medik RSUP H. Adam Malik Medan
pada bulan September 2013 – Desember 2013.

3.3 Populasi dan sampel


Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang ke Poli Gigi dan
Mulut RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2010 – 2013.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pasien yang memiliki kondisi
kompromis medis yang dating ke Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik Medan
dari tahun 2010 – 2013 dengan menggunakan teknik proporsi sampling. Rumus besar
sampel untuk data proporsi yaitu :
n = Zα2. P. Q
d2
Keterangan :
n : besar sampel
Zα : nilai sebaran normal baku, besarnya tergantung tingkat kepercayaan
95% (1,96)
P : Proporsi pada populasi penelitian sebelumnya (hasil penelitian
Kittipong dkk tahun 2009 menunjukkan prevalensi pasien kompromis
medis sebesar 12,2 %

Universitas Sumatera Utara


Q :1–P
d : prakiraan proporsi di populasi (8%)
n = 1,962 . 0,122 . 0,878
0,82
= 65
Maka, sampel yang diambil peneliti adalah 78 rekam medik setiap tahunnya.

Kriteria inklusi:
• Data rekam medik pasien yang datang ke Poli Gigi dan Mulut yang
setidaknya memiliki tentang data pribadi pasien (usia, jenis kelamin) dan
tentang penyakit sistemik yang diderita dari Juni 2010 - Juni 2013.

Kriteria eksklusi:
• Data rekam medik pasien yang datang ke Poli Gigi dan Mulut RSUP H.
Adam Malik Medan selain Juni 2010 – Juni 2013.
• Dara rekam medik pasien yang datang ke Poli Gigi dan Mulut RSUP H.
Adam Malik Medan yang tidak mencantumkan data pribadi pasien dan
tentang penyakit sistemik yang diderita.

Universitas Sumatera Utara


3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 4. Variabel dan Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional
Kompromis Medis Pasien yang mengalami penyakit sistemik seperti
hipertensi, gangguan endokrin, gangguan pernafasan,
gangguan perdarahan, gangguan ginjal yang datang ke
Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik.1
Umur Umur yang dicatat dalam rekam medik pasien yang
datang ke Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik
Medan pada Juni 2010 – Juni 2013.
Jenis Kelamin Pasien yang datang ke Poli Gigi dan Mulut RSUP H.
Adam Malik pada Juni 2010 – Juni 2013 yang berjenis
kelamin laki-laki maupun perempuan.

3.5 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan di bagian rekam medik RSUP H. Adam Malik.
Data – data pasien kompromis medis yang datang ke Poli Gigi dan Mulut RSUP H.
Adam Malik diambil dan dicatat. Selain itu, identitas pasien juga dicatat seperti umur
dan jenis kelamin.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Pengolahan Data

Data diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan grafik.

Universitas Sumatera Utara


3.6.2 Analisis Data
Analisa data dilakukan dengan cara menghitung prevalensi pasien kompromis
medis dari hasil pencatatan data sekunder rekam medik dari pasien yang datang ke
Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik dari Juni 2010 – Juni 2013.

Universitas Sumatera Utara


Alur Penelitian

Prevalensi Pasien Kompromis Medis di Poli Gigi dan Mulut RSUP


H. Adam Malik Medan

Populasi

Rekam medik pasien yang datang ke Poli Gigi dan Mulut RSUP H.
Adam Malik Medan dari Juni 2010 – Juni 2013.

Sampel

Rekam medik pasien kompromis medis yang datang ke Poli Gigi dan
Mulut RSUP H. Adam Malik Medan dari Juni 2010 – Juni 2013.

Variabel

- Jenis Kelamin

- Umur

Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian


Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan merupakan sebuah rumah sakit
pemerintah yang dikelola Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah Provinsi
Sumatera Utara, terletak di lahan yang luas di pinggiran kota Medan. Rumah Sakit
Umum Pusat H. Adam Malik Medan terletak di Jalan Medan Bunga Lau No. 17 di
kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. RSUP H. Adam Malik
merupakan Rumah Sakit Kelas A dan juga merupakan Rumah Sakit rujukan untuk
wilayah pembangunan A yang meliputi provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera
Barat, dan Riau. RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit
Pendidikan. Dengan ditetapkannya RSUP H. Adam Malik sebagai Rumah Sakit
Pendidikan maka Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat
menggunakannya sebagai tempat penelitian dan pengembangan teknologi kedokteran.
Rumah Sakit H. Adam Malik mulai beroperasi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan
pelayanan rawat jalan, sedangkan untuk pelayanan rawat inap baru dimulai tanggal 2
Mei 1992. Rumah Sakit ini mulai beroperasi secara total pada tanggal 21 Juli 1993
yang diresmikan oleh mantan Presiden R.I, H. Soeharto.
RSUP H. Adam Malik memiliki Instalasi Rawat Inap yang terbagi dalam 2
gedung dengan jumlah tempat tidur sebanyak 721 tempat tidur. Gedung Rawat Inap
Terpadu (RINDU) A terdiri dari 3 lantai dan gedung Rawat Inap Terpadu (RINDU) B
juga terdiri dari 3 lantai.
Terdapat 24 jenis pelayanan medis yang dimiliki RSUP H. Adam Malik dan
Poli Gigi dan Mulut merupakan salah satu pelayanan medis yang melayani berbagai
jenis penyakit gigi dan mulut. Di Poli Gigi dan Mulut terdapat 1 orang dokter gigi
spesialis bedah mulut, 2 orang dokter gigi spesialis orthodonti, 7 orang dokter gigi

Universitas Sumatera Utara


umum, dan 7 orang perawat gigi. Adapun perawatan yang disediakan oleh Poli Gigi
dan Mulut adalah perawatan konservasi, endodonti, prostodonti, periodonti,
pedodonti, penyakit mulut, eksodonsia, bedah mulut, dan orthodonti. Jumlah pasien
pada tahun 2011 ada 834 orang dan menurun pada tahun 2012 yaitu sebanyak 832
orang, sedangkan pada tahun 2013 mulai Januari sampai Juni ada sebanyak 383
orang. Penyakit gigi dan mulut pasien yang datang ke Poli Gigi dan Mulut adalah gigi
goyang, peradangan saraf, gigi berlubang, gingivitis, dan abses.

4.2 Prevalensi Pasien Kompromis Medis di Poli Gigi dan Mulut RSUP H.
Adam Malik
Dari data-data yang diperoleh dari RSUP H. Adam Malik sejumlah besar
sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 312 rekam medis, diperoleh ada 24 pasien
yang memiliki kondisi kompromis medis. Persentase pasien kompromis medis di Poli
Gigi dan Mulut pada tahun 2010 hingga Juni 2013 sebanyak 7,69%.

4.3 Distribusi Pasien Kompromis Medis di Poli Gigi dan Mulut RSUP H.
Adam Malik Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari 24 orang pasien kompromis medis di Poli Gigi dan Mulut tahun 2010 –
2013 diperoleh persentase yang terjadi pada laki-laki sebesar 45,83% dan pada
perempuan sebesar 54,17%.
Tabel 5. Distribusi pasien kompromis medis di poli gigi dan mulut RSUP H. Adam Malik
tahun 2010-2013 berdasarkan jenis kelamin.

Jenis Kelamin Pasien Kompromis Medis di Poli Gigi dan Mulut


Jumlah (orang) Persentase
Laki- Laki 11 45,83%
Perempuan 13 54,17%
Total 24 100%

Universitas Sumatera Utara


Grafik 1. Distribusi pasien kompromis medis di poli gigi dan mulut RSUP H. Adam Malik
berdasarkan jenis kelamin

45.83%

54.17% Laki-Laki
Perempuan

4.4 Distribusi Pasien Kompromis Medis di Poli Gigi dan Mulut RSUP H.
Adam Malik Berdasarkan Usia
Dari 24 pasien kompromis medis di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam
Malik, diperoleh persentase yang tertinggi pada rentang usia 41-50 tahun dan 51-60
tahun yaitu sebanyak 29,16%, pada usia 61-70 tahun sebanyak 25%, kemudian
persentase terendah pada usia 21-30 tahun dan 31-40 tahun sebesar 8,34%. Usia
pasien kompromis medis di Poli Gigi dan Mulut paling muda adalah 23 tahun dan
paling tua pada usia 65 tahun.
Tabel 6. Distribusi pasien kompromis medis di poli gigi dan mulut RSUP H. adam malik
tahun 2010-2013 berdasarkan usia
Usia (Tahun) Pasien Kompromis Medis di Poli Gigi dan Mulut
Jumlah (Orang) Persentase
21 - 30 2 8,34%
31 - 40 2 8,34%
41 - 50 7 29,16%
51 - 60 7 29,16%
61 - 70 6 25%

Universitas Sumatera Utara


Total 24 100%
Grafik 2. Distribusi pasien kompromis medis di poli gigi dan mulut RSUP H. Adam Malik
tahun 2010-2013 berdasarkan usia

8,34%
25% 8,34%

21-30
31-40
29,16%
41-50
29,16% 51-60
61-70

4.5 Distribusi Penyakit Kompromis Medis di Poli Gigi dan Mulut RSUP
H. Adam Malik Tahun 2010-2013.
Dari 24 pasien kompromis medisdi Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam
Malik, persentase paling besar adalah pasien diabetes melitus sebesar 50%, kemudian
pasien hipertensi sebesar 29,16%, pasien asma sebanyak 8,33%, pasien ITP, PPOK,
dan gagal ginjal sebesar 4,17%. Tidak ditemukan pasien leukemia dan anemia yang
melakukan perawatan di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik tahun 2010-
2013.
Tabel 7. Distribusi penyakit kompromis medis di poli gigi dan mulut RSUP H. Adam malik
tahun 2010-2013

Penyakit Pasien Kompromis Medis di Poli Gigi dan Mulut


Jumlah (orang) Persentase
Hipertensi 7 29,16%
Diabetes Melitus 12 50%
Asma 2 8,33%

Universitas Sumatera Utara


PPOK 1 4,17%
Anemia 0 0
Leukemia 0 0
ITP 1 4,17%
Gagal Ginjal 1 4,17%
Total 24 100%

Grafik 3. Distribusi penyakit kompromis medis di poli gigi dan mulut RSUP H. Adam Malik
tahun 2010-2013

4,17% 4,17%
4,17%

Hipertensi
8,33% 29,16%
Diabetes melitus
Asma
PPOK
ITP
Gagal Ginjal
50%

4.6 Distribusi Pasien Hipertensi di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam
Malik Tahun 2010-2013 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Dari 7 pasien yang menderita hipertensi yang melakukan perawatan di Poli
Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik Tahun 2010-2013, ada 57,14% yang berjenis
kelamin pria, dan 42,86% yang berjenis kelamin wanita.
Persentase tertinggi untuk pasien hipertensi berdasarkan usia ada di kelompok
usia 61-70 tahun yaitu sebesar 42,85%, kemudian usia 51-60 tahun sebesar 28,57%,
dan kelompok usia 21-30 tahun dan 41-50 tahun sebesar 14,29%.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 8. Distribusi pasien hipertensi di poli gigi dan mulut RSUP H. Adam Malik tahun
2010-2013 berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase


Laki-laki 4 57,14%
Perempuan 3 42,86%
Total 7 100%

Grafik 4. Distribusi pasien hipertensi di poli gigi dan mulut RSUP H. Adam Malik tahun
2010-2013 berdasarkan jenis kelamin

42,86%

57,14% Laki-laki
Perempuan

Tabel 9. Distribusi pasien hipertensi di poli gigi dan mulut RSUP H. Adam Malik tahun
2010-2013 berdasarkan usia

Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase


21 - 30 1 14,29%
31 - 40 0 0%
41 - 50 1 14,29%
51 - 60 2 28,57%
61 - 70 3 42,85%
Total 7 100%

Universitas Sumatera Utara


Grafik 5. Distribusi pasien hipertensi di poli gigi dan mulut RSUP H. Adam Malik tahun
2010-2013 berdasarkan usia

14,29%

42,85% 14,29%
21-30
41-50
51-60
28,57% 61-70

4.7 Distribusi Pasien Diabetes Melitus di Poli Gigi dan Mulut RSUP H.
Adam Malik Tahun 2010-2013 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Dari 12 pasien yang menderita diabetes melitus yang ada di Poli Gigi dan
Mulut RSUP H. Adam Malik tahun 2010 - 2013, ada 58,33% yang berjenis kelamin
wanita, dan 41,67% yang berjenis kelamin laki-laki.
Persentase tertinggi untuk pasien diabetes melitus yang ada di Poli Gigi dan
Mulut ada di kelompok usia 41-50 tahun dan 51-60 tahun yakni sebesar 41,67%,
kemudian kelompok usia 31-40 tahun dan 61-70 tahun sebesar 8,33%.
Tabel 10. Distribusi pasien diabetes melitus di poli gigi dan mulut berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase


Laki-laki 5 41,67%
Perempuan 7 58,33%
Total 12 100%

Universitas Sumatera Utara


Grafik 6. Distribusi pasien diabetes melitus di poli gigi dan mulut berdasarkan jenis kelamin

41,67%

58,33% Laki-laki
Perempuan

Tabel 11. Distribusi pasien diabetes melitus di poli gigi dan mulut berdasarkan usia
Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase
31-40 1 8,33%
41-50 5 41,67%
51-60 5 41,67%
61-70 1 8,33%
Total 12 100%

Grafik 7. Distribusi pasien diabetes melitus di poli gigi dan mulut berdasarkan usia

8,33% 8,33%

31-40
41,67% 41,67% 41-50
51-60
61-70

Universitas Sumatera Utara


4.8 Distribusi Pasien Gangguan Pernafasan di Poli Gigi dan Mulut RSUP
H. Adam Malik Tahun 2010-2013 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Dari 2 pasien penderita asma yang melakukan perawatan di Poli Gigi dan
Mulut, keduanya adalah berjenis kelamin wanita dan masing-masing berusia 49 tahun
dan 65 tahun.
Sedangkan untuk pasien PPOK, hanya 1 orang yang melakukan perawatan di
Poli Gigi dan Mulut. Pasien tersebut berjenis kelamin perempuan dan berusia 40
tahun.

4.9 Distribusi Pasien Gangguan Perdarahan di Poli Gigi dan Mulut


RSUP H. Adam Malik Tahun 2010-2013 Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Usia
Dari tiga jenis penyakit gangguan peradarahan, hanya ada pasien 1 ITP yang
melakukan perawatan di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik tahun 2010-
2013. Pasien ITP tersebut berjenis kelamin laki-laki dan berusia 23 tahun.
Dan tidak ditemukannya pasien yang menderita anemia dan leukemia yang
melakukan perawatan di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik Tahun 2010-
2013.

4.10 Distribusi Pasien Gangguan Ginjal di Poli Gigi dan Mulut RSUP H.
Adam Malik Tahun 2010-2013 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Dari tahun 2010-2013, hanya ada 1 orang yang menderita gangguan ginjal
yang melakukan perawatan di Poli Gigi dan Mulut RSUP. H. Adam Malik. Pasien
tersebut berjenis kelamin laki-laki dan berusia 54 tahun.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian diperoleh jumlah sampel yang sesuai dengan proporsi
penelitian yang melakukan perawatan di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik
Medan tahun 2010 – 2013 yaitu sebanyak 312 pasien. Jumlah total pasien dengan
semua diagnosa penyakit gigi dan mulut di RSUP H. Adam Malik dari Januari 2010 –
Juni 2013 sebanyak 2928 pasien. Dari 312 pasien yang ada di Poli Gigi dan Mulut
RSUP H. Adam Malik tahun 2010-2013, ada 24 pasien yang memiliki kondisi
kompromis medis. Prevalensi pasien kompromis medis di Poli Gigi dan Mulut pada
tahun 2010 -2013 sebanyak 7,69%.
Dari 24 pasien kompromis medis yang di rawat di Poli Gigi dan Mulut RSUP
H. Adam Malik Medan berdasarkan jenis kelamin diperoleh bahwa pasien yang
terbanyak terjadi pada pasien yang berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan
yang berjenis kelamin laki-laki (tabel 5). Dari data tersebut diperoleh rasio antara
laki-laki dan perempuan yaitu 1 : 1,18. Hasil penelitian ini diperkuat dengan
penelitian Kittipong dkk tahun 2009 yang melaporkan bahwa jumlah pasien
perempuan yang memiliki kondisi kompromis medis lebih banyak dibandingkan
dengan laki-laki dengan rasio antara laki-laki dan perempuan 1 : 1,77.3 Namun
kondisi ini berbeda dengan hasil penelitian Olejede dkk tahun 2013 yang melaporkan
bahwa jumlah pasien kompromis medis lebih banyak pada pria yaitu 52%, sedangkan
wanita 48% dengan rasio antara perempuan dan laki-laki 1 : 1,08.26 Terlihat tidak ada
perbedaan rasio yang terlalu signifikan antara laki-laki dan perempuan. Artinya siapa
saja bisa mengalami kondisi kompromis medis.
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pasien kompromis medis di Poli Gigi dan
Mulut RSUP H. Adam Malik terjadi hampir pada semua rentang usia dari yang paling
muda yaitu umur 23 tahun dan yang paling tua 65 tahun. Persentase yang paling
tinggi terdapat pada rentang usia 41-50 tahun dan 51-60 tahun yaitu sebanyak
29,16%, pada usia 61-70 tahun sebanyak 25%, kemudian persentase terendah pada

Universitas Sumatera Utara


usia 21-30 tahun dan 31-40 tahun sebesar 8,34%. Hasil ini bertolak belakang dengan
hasil penelitian Olejede dkk tahun 2013 yang menyatakan bahwa kelompok usia 20
tahun – 40 tahun memiliki persentase paling tinggi dibandingkan dengan kelompok
lain yaitu sebesar 60,9%, tetapi hasil ini sedikit memiliki persamaan dengan hasil
penelitian Kittipong dkk tahun 2009 yang menyatakan bahwa kelompok usia 51-60
tahun memiliki prevalensi sejumlah 21% dan diikuti dengan kelompok usia 41-50
tahun sebanyak 20%.3, 26
Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya sistem
pelayanan kesehatan yang berdampak meningkatnya jumlah lansia yang juga
memiliki penyakit di dalam tubuhnya.1
Dari tabel 7 terlihat distribusi penyakit kompromis medis yang paling banyak
adalah diabetes melitus yakni sebanyak 12 orang atau 50%. Kemudian pasien
hipertensi sebanyak 7 orang atau 29,16% dan pasien asma sebanyak 2 orang atau
8,33%. Untuk pasien ITP dan gagal ginjal masing masing berjumlah 1 orang atau
4,17%. Tingginya jumlah penderita diebetes di Indonesia tergantung oleh faktor-
faktor yang dialami oleh individu itu sendiri. Kebanyakan masyarakat Indonesia yang
tinggal di daerah perkotaan jarang berolahraga serta pola makan yang tidak baik
hingga gaya hidup yang mereka jalani menjadi faktor risiko terjadinya diabetes
mellitus. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Paulo Sergio dkk tahun 2012 yang
menyatakan bahwa persentase tertinggi adalah pasien kanker yaitu sebesar 25%,
kemudia pasien hipertensi sebanyak 15%, pasien gangguan ginjal sebanyak 12%,
pasien diabetes melitus sebanyak 7%.4 Begitu juga dengan hasil penelitian Kittipong
dkk tahun 2009 yang melaporkan bahwa distribusi penyakit kompromis medis paling
tinggi adalah alergi yaitu sebesar 52,15%, kemudian penyakit kardiovaskular sebesar
32,94%, diabetes melitus sebesar 17,94%, dan persentase paling rendah yaitu
gangguan ginjal sebesar 0,94%.3 Demikian pula dengan hasil penelitian Olejede dkk
tahun 2013 yang menyatakan bahwa hipertensi memiliki distribusi paling banyak
dibandingkan dengan penyakit lain yaitu sebesar 12,97%.26 Terlihat tidak ada hasil
penelitian yang sama. American Medical Association menyatakan bahwa kondisi
tersebut bisa disebabkan oleh perilaku individu dan gaya hidup yang berbeda di tiap
daerah seperti pola tidur, pola makan, merokok, dan konsumsi alkohol.27 Gaya hidup

Universitas Sumatera Utara


modern yang sering dijumpai di negara maju ataupun di daerah perkotaan sering
menimbulkan terjadinya penyakit. Perilaku buruk seperti merokok, mengonsumsi
makanan siap saji, pola makan yang kurang serat, penggunaan kendaraan bermotor,
dan malas berolahraga dapat menjadi faktor risiko penyebab utama terjadinya
peningkatan penyakit.28
Untuk pasien hipertensi di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik tahun
2010 – 2013, laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan yaitu dengan
perbandingan rasio antara perempuan dengan laki-laki sebesar 1 : 1,33 (tabel 8).
Ekowati menyatakan bahwa tingginya risiko pria untuk mengalami hipertensi
disebabkan karena pria lebih banyak berperilaku tidak sehat (merokok dan konsumsi
alkohol), depresi dan rendahnya status pekerjaan, perasaan kurang nyaman terhadap
pekerjaan, dan pengangguran.29 Ditinjau dari segi kelompok usia, persentase tertinggi
ada di kelompok usia 61 -70 tahun yaitu sebesar 42,85% dan paling rendah ada di
kelompok usia 31-40 tahun yaitu 0% (tabel 9). Hasil ini diperkuat oleh hasil
penelitian Brown tahun 2009 yang melaporkan bahwa laki-laki memiliki persentase
lebih tinggi yaitu sebesar 56,4% dibandingkan dengan wanita yaitu sebesar 43,6%.30
Sedikit berbeda dengan hasil penelitian Kittipong dkk tahun 2009 yang mengatakan
rasio perbandingan pasien hipertensi antara laki-laki dan perempuan yaitu sebesar 1 :
1,46. Tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Kittipong untuk pasien
hipertensi berdasarkan kelompok usia yang menyatakan bahwa kelompok usia
penderita hipertensi tertinggi ada di ke lompok usia 57 – 71 tahun, begitu juga dengan
hasil penelitian Olejede dkk tahun 2013 yang menyatakan pasien berusia di atas 40
tahun memiliki persentase hipertensi paling tinggi yakni sebesar 55%.3,26 Hal ini juga
diperkuat dengan hasil penelitian Fotoula dan Assimina tahun 2010 yang menyatakan
bahwa usia 55 tahun memiliki potensi hipertensi yang paling tinggi dibandingkan
dengan usia lain. Ini dipertegas oleh pernyataan Nash yang mengatakan bahwa
tekanan darah akan meningkat pada usia 55 tahun dan tekanan darah sistolik akan
terus meningkat pada usia lanjut. Tekanan darah sistolik adalah salah satu indikator
utama untuk melihat faktor risiko pada orang dewasa.31

Universitas Sumatera Utara


Untuk pasien diabetes melitus di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik
tahun 2010 – 2013, perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki yaitu
dengan perbandingan rasio antara laki – laki dan perempuan yaitu sebesar 1 : 1,39.
Dilihat dari kelompok usia, persentase tertinggi ada di kelompok usia 41 – 50 tahun
dan 51-60 tahun yaitu sebesar 41,67%, dan paling rendah adalah kelompok usia 31 –
40 tahun dan 61–70 tahun yaitu sebesar 8,33%. Hasil ini juga diperkuat oleh hasil
penelitian Kittipong dkk tahun 2009 yang melaporkan bahwa pasien diabetes melitus
terbanyak ada di usia 52 tahun, dan rasio perbandingan antara laki-laki dan
perempuan adalah sebesar 1 : 1,96.3 Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian dari
Sarah Wild dan kawan-kawan tahun 2004 yang juga melaporkan bahwa penderita
diabetes melitus tertinggi ada di usia 45 – 64 tahun. Hal ini disebabkan karena
kebanyakan wanita yang mengonsumsi lemak dan berperilaku pasif yang
mengakibatkan lemak di dalam tubuh tidak terbakar.6 Namun hal yang berbeda telah
dilaporkan oleh Wenying Yang dkk dengan penelitiannya pada tahun 2010 yang
menyatakan bahwa prevalensi diabetes tertinggi ada pada usia di atas 70 tahun dan
laki-laki lebih banyak terkena diabetes melitus dibanding dengan perempuan dengan
rasio perbandingan 1 : 12. Perbedaan ini disebabkan karena cepatnya perubahan pola
gaya hidup di tempat lokasi penelitian Wenying Yang yang menyebabkan penyakit
diabetes melitus tersebut menjadi salah satu penyakit yang paling banyak diderita
oleh masyarakat.32
Untuk pasien penderita asma di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik
tahun 2010 – 2013 sebanyak 2 orang atau sebesar 8,33% dan keduanya berjenis
kelamin perempuan yang masing-masing berusia 49 tahun dan 65 tahun. Sedangkan
untuk pasien PPOK di Poli Gigi dan Mulut hanya 1 orang, berusia 40 tahun dan
berjenis kelamin perempuan. Hasil ini diperkuat oleh hasil penelitian Olejede dkk
tahun 2013 yang melaporkan bahwa pasien wanita memiliki persentase lebih tinggi
yaitu sebesar 66,67%.26 Menurut The American College of Allergy, Asthma and
Immunology, hal ini disebabkan karena wanita yang mengalami gangguan pernafasan
yang berusia 40 – 50 tahun mengalami menopause dan cenderung lebih mudah
terkena gangguan pernafasan.33 Namun berbeda dengan hasil penelitian Aggarawal

Universitas Sumatera Utara


dkk tahun 2005 yang menyatakan bahwa laki-laki lebih banyak mengalami gangguan
pernafasan dengan persentase 51,7% dibandingkan dengan perempuan yakni sebesar
48,3%. Selain itu, kelompok usia paling sering mengalami gangguan pernafasan
adalah usia 15 – 24 tahun yaitu sebesar 28,4%.34 Hal ini juga sama dengan hasil
penelitian dari Kittipong dkk yang mengatakan bahwa laki-laki lebih banyak
menderita gangguan pernafasan dibandingkan dengan perempuan dengan rasio
perbandingan sebesar 1 : 1,53. Ini disebabkan karena pola hidup pria di daerah
tersebut kurang baik, seperti merokok.3
Dari hasil penelitian ini juga menemukan 1 orang yang menderita gangguan
perdarahan dan 1 orang yang menderita gangguan ginjal. Penderita gangguan
perdarahan tersebut berusia 23 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Ini sesuai dengan
pernyataan Feudjo tahun 2008 yang melaporkan bahwa kelompok usia 18 – 49 tahun
tahun adalah kelompok paling tersering menderita gangguan perdarahan.35 Sedangkan
untuk pasien gangguan ginjal berusia 54 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Sedikit
bertolak belakang dengan hasil penelitian Paulo Sergio dkk tahun 2012 yang
melaporkan bahwa penderita gangguan ginjal ada diurutan nomor 2 setelah kanker.4
Begitu juga dengan hasil penelitian Olejede dkk tahun 2013 yang menyatakan bahwa
kelompok usia 20-40 tahhun memiliki persentase tertinggi untuk penyakit ginjal
dibandingkan dengan kelompok usia lain.26
Keterbatasan penelitian ini adalah hanya 2 variabel saja yang diteliti. Selain
itu juga hanya 5 penyakit kompromis medis saja yang diteliti. Sebaiknya pada
penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel penelitian seperti asal daerah dan
suku, juga meneliti penyakit kompromis medis lain.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi pasien
kompromis medis di Poli Gigi dan Mulut RSUP. H. Adam Malik tahun 2010 – 2013
sebesar 7,69%. Dari prevalensi tersebut, persentase tertinggi terjadi pada perempuan
yaitu sebesar 54,17% dan laki-laki sebesar 45,83% sehingga diperoleh rasio
perbandingan antara laki-laki dan perempuan sebesar 1 : 1,18.
Pasien kompromis medis di Poli Gigi dan Mulut hampir terjadi di seluruh
rentang usia dari yang paling muda yaitu usia 23 tahun dan yang paling tua usia 65
tahun. Persentase tertinggi terjadi pada usia 41 – 50 tahun dan 51 – 60 tahun yaitu
sebesar 29,16%, sedangkan persentase terendah terjadi pada kelompok usia 21-30
tahun dan 31-40 tahun sebesar 8,34%.
Distribusi penyakit kompromis medis di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam
Malik tahun 2010 – 2013 tertinggi adalah penyakit diabetes melitus yakni sebesar
50% dibandingkan dengan penyakit lain. Untuk penyakit hipertensi yang ada di Poli
Gigi dan Mulut lebih banyak diderita oleh laki-laki dibandingkan perempuan dengan
rasio perbandingan sebesar 1 : 1,33 dan lebih banyak terjadi pada kelompok usia 61 –
70 tahun.untuk penyakit diabetes melitus diderita oleh lebih banyak perempuan
dibandingkan dengan laki-laki dengan rasio perbandingan 1 : 1,39 dan terbanyak
pada kelompok usia 41 -50 tahun dan 51 – 60 tahun.

6.2 Saran
Dari data penelitian ini diperoleh data bahwa perempuan memiliki persentase
lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Maka perlu diadakan penyuluhan tentang
pentingnya menjaga kesehatan sistemik dan juga kesehatan gigi dan mulut. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan berperannya pola perilaku,
pola hidup, serta pola asupan makanan yang sehat.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan data penelitian yang diperoleh sebaiknya data mengenai penyakit
sistemik yang diderita pasien dicatat secara lengkap pada rekam medik sehingga kita
dapat lebih memahami kondisi pasien dan tindakan perawatan yang akan dilakukan
terhadap pasien tersebut. Data rekam medis yang lengkap dapat mempermudah
peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang memungkinkan dapat menjadi
masukan, dan dasar untuk penelitian selanjutnya guna untuk peningkatan pelayanan
kesehatan dari Rumah Sakit maupun untuk peningkatan pengetahuan.
Pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel dari lokasi
penelitian lain sehingga bisa dibandingkan antara hasil penelitian satu dengan
lainnya. Selain itu, diharapkan pula untuk meneliti tentang prevalensi penyakit
kompromis medis lainnya baik itu di RSUP H. Adam Malik maupun di Rumah Sakit
lain. Diharapkan juga untuk meneliti variabel penelitian lain seperti asal daerah dan
suku.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Ghali GE, Connor MS. Peterson’s of principles of oral maxillofacial surgery.


Canada: BC Decker Inc, 2004: 18-9.
2. American Heart Association. Heart disease and stroke statistics. 2009: 15.
3. Dhanuthai K, Sappayatosok, Bijaphala P. Prevalence of medically
compromised conditions in dental patients. Med Oral Patol Cir Bucal 2009; 6:
288.
4. Sergio P, Alves S. Dental management of systematically compromised
patients. Int J of Clic Dent 2012; 5: 51.
5. Departemen Kesehatan. Masalah hipertensi di Indonesia. 6 Mei 2012.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-
hipertensi-di-indonesia.html (30 Juni 2013).
6. Wild S, Roglic G, Green A. Global prevalences of diabetes. Diabetes Care
2004; 27: 1051.
7. Dinas Kesehatan Provinsi D.I Yogyakarta. Hari asma sedunia tahun 2010.
http://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detil_berita/225-hari-asma-sedunia-tahun-
2010 (6 Juli 2013).
8. Nawawi Q. 2019, Pasien gagal ginjal diprediksi capai 100 ribu.
http://kanal1.bersama.web.id/artikel/read/2013/06/28/482/829220 (6 Juli
2013).
9. Bayati A, Murti PR, Naidu R. Medical problems among dental patients at the
school of dentistry, The University of the West Indies. J of Dent Edu 2009;
73: 1408.
10. Crawford MH. Current diagnosis & treatment cardiology. New York: Mc
Graw Hill, 2009: 153.
11. Rohaendi. Hipertensi. http://rohaendi.blogspot.com/2008/06/hipertensi.html
(6 Juli 2013).

Universitas Sumatera Utara


12. Fisher ND, William GH. Harrison’s principles of internal medicine. New
York: Mc Graw Hill, 2005: 1463-81.
13. Terezhalmy GT, Huber MA. Hypertension: risk stratification and patient
management in oral healthcare settings. Crest Oral B 2012: 4.
14. Jacobsen PL. Protocols for the dental management of medically complex
patients. San Fransisco: University of the Pacific, 2011: 26.
15. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, et al. Kapita selekta kedokteran. Jakarta:
Meia Aesculapius, 2009: 476-80, 529-32.
16. Federal Bureau of Prisons. Management of diabetes. Clinical Practice
Guidelines, 2012:1.
17. Rumah Sakit RK. Charitas. Pentingnya kesehatan rongga mulut pada
penderita diabetes mellitus.
http://www.rscharitas.com/index.php?mod=newsdet&id=189 (6 Juli 2013).
18. Lozano AC, Perez GS, Esteve CG. Dental considerations in patients with
respiratory problems. J Clin Exp Dent 2011; 3: 223-5.
19. Israels S, Boyar R. Bleeding disorders: characterization, dental considerations
and management. JCDA 2006; 7: 827.
20. Laskin DM. Oral and maxillofacial surgery. St. Louis: Mosby, 2002: 403.
21. Rofinda ZD. Kelainan hemostasis pada leukemia. Jurnal Kesehatan Andalas
2012; 1: 68.
22. Gupta A, Epstein JB, Cabay RJ. Bleeding disorders of importance in dental
care and related patient management. JCDA 2007; 3: 81-2.
23. Riyanti E. Gangguan perdarahan pada perawatan gigi dan mulut. FKG
UNPAD 2010: 9,11.
24. Rindiastuti Y. Deteksi dini dan pencegahan penyakit gagal ginjal kronik. UNS
2007: 4-5.
25. Ginting AR. Manifestasi oral pada penyakit ginjal kronis. FK USU 2010: 8-9.
26. Olejede ACO, Adeyemo WL, Gbotolorun OM, +et al. The prevalence of
medical conditions among patients attendingoral and maxillofacial clinic at

Universitas Sumatera Utara


secondary and a tertiary health institution in Lagos, Nigeria. Am J Med Dent
Sci 2013; 1: 2-3.
27. American Medical Association. Demographics and the health status of the
U.S. population. 2012: 2-3.
28. Arvianti K. Hubungan pengetahuan dan sikap gaya hidup sehat mahasiswa
S1. Lontar UI 2009: 3.
29. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi hipertensi dan determinannya di
Indonesia. Maj Kedokt Indon 2009; 59: 585.
30. Brown A. Caries prevalence and treatment needs of healthy and medically
compromised children at a tertiary care institution in Saudi Arabia. Eas Med
Health J 2009; 2: 381.
31. Babatsikou F, Zavitsanou A. Epidemiology of hypertension in the elderly.
Health Sci J 2010; 4: 26.
32. Yang W, Lu J, Weng J, et al. Prevalence of diabetes among men and woman
in China. N Eng J Med 2010: 1090-4.
33. Fresh Sehat. Kesehatan: resiko asma lebih tinggi pada wanita menopause.
http://www.ceritamu.com/cerita/Resiko-Asma-Lebih-Tinggi-Pada-Wanita-
Menopause (3 November 2013).
34. Aggarwal AN, Chaudry K, Souza D, et al. Prevalence and risk factors for
bronchial asthma in Indian adults: a multicentre study. Indian J Chest Dis
2006; 48: 17.
35. Feudjo MA, Robinson NJ, Bennett D. Prevalence of diagnosed chronic
immune thrombocytopenic purpura in the US: analysis of a large US claim
database: a rebuttal. Int Soc Thrombo and Haemo 2008: 712.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Mhd. Ikhwan Zulmi D

Tempat/Tanggal Lahir : Pematangsiantar/28 Juli 1992

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Abadi Komp. BNI No. 04 Setiabudi Tjg. Rejo

Orang Tua

Ayah : Edy Zuhri Dalimunthe

Ibu : Hj. N. Maharani, MA

Riwayat Pendidikan

1. 1997 – 2003 : SD Muhammadiyah 01 Pematangsiantar


2. 2003 – 2007 : SMP Negeri 1 Pematangsiantar
3. 2007 – 2010 : SMA Negeri 2 Pematangsiantar
4. 2010 – 2013 : S1 – Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan
5. 2014 – 2015 : Kepaniteraan Klinik FKG USU Medan
Prestasi

1. Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Dies Natalis 24 PSMKGI 2013

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

Anggaran Penelitian

1. Alat dan bahan


Kertas kuarto 1 rim @ Rp. 32.000 : Rp. 32.000
2. Biaya pengumpulan literatur : Rp. 40.000
3. Biaya pembuatan proposal : Rp. 75.000
4. Biaya Penelitian
Biaya administrasi penelitian : Rp. 150.000
Biaya sampel ± 312 sampel @ Rp. 1000 : Rp. 312.000
5. Biaya print
Tinta printer : Rp. 25.000
6. Biaya transportasi : Rp. 100.000
7. Biaya Penjilidan dan penggandaan : Rp. 100.000
8. Biaya seminar proposal : Rp. 100.000
9. Biaya lain-lain : Rp. 70.000
Rp. 1.004.000

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

Jadwal Kegiatan

Kegiatan Bulan
Juli September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Penentuan x x x x
judul,
pembuatan
proposal,
seminar
proposal
Perbaikan x
proposal
Pengumpulan x x
data
Analisa data x
Laporan x x
Diskusi x x

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

Form Pengumpulan Data

No No. Rekam Usia Jenis Kelamin Penyakit Komp.


Medik Medis

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai