Anda di halaman 1dari 90

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


HIPERTERMIA DI SMC RS TELOGOREJO

KARYA TULIS ILMIAH NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi Ners

OLEH :
MEGAWATI
5.19.055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
HIPERTERMIA DI SMC RS TELOGOREJO

KARYA TULIS ILMIAH NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi Ners

OLEH :
MEGAWATI
5.19.055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Karya Tulis Ilmiah Ners dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak

Dengan Hipertermia Di SMC RS Telogorejo” ini telah disetujui dan diperiksa

untuk dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji Program Profesi Ners

STIKES Telogorejo Semarang

Semarang, 14 Juli 2020

Pembimbing,

Ns. Sri Hartini M.A., M.Kep.,Sp.Kep.An

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Ners ini diajukan oleh:

Nama : Megawati

NIM : 519055

Program Studi : Profesi Ners

Judul Karya Ilmiah : Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Hipertermia Di SMC

RS Telogorejo

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada

Program Profesi Ners STIKES Telogorejo Semarang.

Semarang, Juli 2020

DEWAN PENGUJI

Ketua Penguji : Ns. Suci Amalia Firdaus, S.Kep (.............................)

Anggota Penguji : Ns. Sri Hartini, M.Kep., Sp.Kep.An (.............................)

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah Ners ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik

yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Megawati

NIM : 519055

Tanda Tangan :

Tanggal : 15 Juli 2020

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik STIKES Telogorejo Semarang, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
Nama : Megawati
NIM : 519055
Program Studi : Profesi Ners
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


STIKES Telogorejo Semarang Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : “Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengan Hipertermia Di SMC RS Telogorejo” beserta perangkat yang ada
(jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini STIKES Telogorejo
Semarang berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa
meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Semarang, Juli 2020


Yang menyatakan,

Megawati

v
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
HIPERTERMIA DI SMC RS TELOGOREJO

Megawati, S.Kep*), Ns. Sri Hartini, M.Kep., Sp.Kep.An **),


Ns. Suci Amalia Firdaus, S.Kep ***)

*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners STIKES Telogorejo Semarang


**) Dosen Program Studi Pendidikan Profesi Ners STIKES Telogorejo Semarang
***) Dosen Program Studi Pendidikan Profesi Ners STIKES Telogorejo Semarang

ABSTRAK

Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang normal tubuh.
Hipertermi merupakan keadaan di mana individu mengalami atau berisiko
mengalami kenaikan suhu tubuh >37,80C (100 oF) per oral atau 38,80C (101 oF) per
rektal yang sifatnya menetap karena faktor eksternal. Demam Berdarah Dengue
(DBD) atau Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
nyamuk Aedes Eegypty. Asia Tenggara terdapat 100 juta kasus demam dengue (DD)
dan 500.000 kasus DHF yang memerlukan perawatan di rumah sakit, dan 90%
penderitanya adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun dan jumlah
kematian oleh penyakit DHF mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap
tahunnya (WHO, 2018). Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati
urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Penyakit ini di
sebabkan oleh virus Dengue (Arbovirus) yang mengakibatkan demam selama 2-7
hari dengan di tandai nyeri kepala, mual muntah, tidak nafsu makan, diare, ruam
pada kulit, uji tourniquet positif, adanya petekie, penurunan kesadaran atau gelisah,
nadi cepat atau lemah, hipotensi, tekanan darah turun, perfusi perifer turun dan kulit
dingin atau lembab. Tujuannya untuk mengidentifikasi asuhan keperawatan pada
anak dengan diagnosa DHF. Metodelogi menggunakan metode deskriptif dengan
pemaparan studi kasus melalui pendekatan asuhan keperawatan : pengkajian,
penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan. Pada kasus An. F mengalami DHF dan didapatkan diagnosa:
hipertemia, gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, resiko tinggi terjadinya perdarahan, resiko tinggi
syok hipovolemik. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan asuhan keperawatan
mendapatkan hasil yaitu dari semua diagnosa yang ditegakkan penulis, masalah
keperawatan teratasi sebagian untuk semua diagnosa.

Kata kunci : Dengue Haemoragic Fever (DHF), Hipertermi.


Daftar Pustaka : 19 (2008-2018)

vi
NURSING CARE TO CHILD WITH HYPERTHERMIA
AT SMC TELOGOREJO HOSPITAL

Megawati, S.Kep*), Ns. Sri Hartini, M.Kep., Sp.Kep.An **),


Ns. Suci Amalia Firdaus, S.Kep ***)

*) Students of the STIKES Telogorejo Nurse Professional Education


Study Program Semarang.
**) Lecturer at the STIKES Telogorejo Nurse Professional Education
Study Program Semarang.
***) Lecturer at the STIKES Telogorejo Nurse Professional Education
Study Program Semarang

ABSTRACT

Hyperthermia is a state of having the increase of body temperature above its normal
range. Hyperthermia is a condition in which an individual experiences or is at risk of
experiencing an increase in body temperature > 37.80C (100o F) orally or 38.80 C
(101o F) per rectally which is persistent due to external factors. Dengue hemorrhagic
fever (DHF) is a disease caused by the Aedes Aegypti mosquito. Southeast Asia has
100 million cases of dengue fever (DD) and 500,000 cases of DHF that require
hospital treatment, and 90% of patients are children aged less than 15 years and the
number of deaths by DHF reaches 5% with an estimated 25,000 deaths each year
(WHO, 2018). Data from around the world shows that Asia ranks first in the number
of dengue patients each year. This disease is caused by the Dengue virus (Arbovirus)
which causes fever for 2-7 days with marked headaches, nausea, vomiting, lack of
appetite, diarrhea, rash on the skin, positive tourniquet test, presence of petechiae,
decreased consciousness or restlessness, pulse rapid or weak, hypotension, drop in
blood pressure, decreased peripheral perfusion and cold or clammy skin. The goal of
this research is to identify nursing care in children diagnosed with DHF. The
methodology applied in this research is a descriptive method with case study
exposure through the nursing care approach: assessment, nursing diagnosis,
planning, implementation, and evaluation of nursing. In An's case. F experienced
DHF and got a diagnosis: hyperthermia, impaired fulfillment of nutritional needs less
than body needs related to anorexia, high risk of bleeding, high risk of hypovolemic
shock. The results obtained after nursing care were carried out, namely that from all
the diagnoses that the author enforced, nursing problems were partially resolved for
all diagnoses.

Keywords : Dengue hemorrhagic fever (DHF), Hyperthermia.


Bibliography : 19 (2008-2018)

vii
PRAKATA

Alhamdulillah, dengan mengucap rasa syukur kepada Allah S.W.T atas limpahan

nikmat dan karuniaNya, serta arahan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya

penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah “Asuhan Keperawatan Pada Anak

Dengan Hipertermia Di SMC RS Telogorejo”. Pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati dan tulus ikhlas penulis bermaksud menyampaikan rasa terimakasih

kepada:

1. Dr. Swany Trikajanti W, M.Kes., Ph.D., selaku Ketua STIKES Telogorejo

Semarang.

2. Ns. Ismonah, M.Kep., Sp.M.B., selaku Pembantu Ketua I STIKES Telogorejo

Semarang.

3. Ns. Sri Puguh Kristiyawati, M.Kep., Sp.M.B., selaku Ketua Program Studi

Keperawatan.

4. Ns. Asti Nuraeni, M.Kep.,Sp.Kep.Kom., selaku dosen wali yang telah

memberikan ilmu, semangat dan motivasi.

5. Ns. Sri Hartini M.A.,M.Kep.,Sp.Kep.An., selaku pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan serta motivasi

dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf STIKES Telogorejo Semarang yang selalu memberikan

arahan dan bantuan dalam penulisan karya ilmiah ini.

7. Kedua orang tua (Juni & Idaroyani) yang dengan penuh kasih memberikan

dukungan dan doa tiada henti sehingga Karya Tulis Ilmiah Ners ini dapat selesai

8. Kedua adik- adikku yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners ini.

viii
9. Sahabat - sahabat saya tercinta Ester, Karina, Venny, Tria, dan Vani, yang selalu

memberikan motivasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners ini.

10. Teman - teman satu kelompok bimbingan Indah, Salma, Santi, Anitya yang

selalu menberikan motivasi dalam konsultasi dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah

Ners ini dapat terselesaikan

11. Serli Anjelita saudara dirumah yang memfasilitasi laptop untuk menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini

12. Teman-teman mahasiswa Pofesi Ners STIKES Telogorejo Semarang atas

kebersamaan dan tiada lelah untuk saling member dukungan dalam penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna karena

keterbatasan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa

penulis harapkan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi

ilmu keperawatan khususnya ilmu keperawatan anak dan kita semua.

Semarang, Juli 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

ABSTRACT ..................................................................................................... vii

PRAKATA ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR SKEMA........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Tujuan ......................................................................................... 4

C. Manfaat ...................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6

A. Konsep Anak ............................................................................... 6

1. Pengertian ............................................................................ 6

2. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan............................. 6

3. Tahap-tahap Tumbuh Kembang Anak .................................. 7

x
4. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak ........................................ 7

5. Perkembangan Psikososial Anak .......................................... 8

B. Konsep Penyakit ........................................................................ 11

1. Pengertian ............................................................................. 11

2. Etiologi .................................................................................. 11

3. Manifestasi Klinik ................................................................ 12

4. Klasifikasi DHF .................................................................... 14

5. Komplikasi ............................................................................ 14

6. Pemeriksaan Penunjang ........................................................ 15

7. Pencegahan ........................................................................... 16

8. Penatalaksanaan .................................................................... 17

C. Hipertensi .................................................................................... 18

1. Pengertian Hipertermia ......................................................... 18

2. Etiologi Hipertermia ............................................................. 18

3. Tanda dan Gejala Hipertermia .............................................. 19

4. Pathway ................................................................................. 20

5. Patofisiologi Hipertermia Pada DHF .................................... 21

D. Konsep Asuhan Keperawatan .................................................... 21

E. Analisa Data ................................................................................ 26

F. Diagnosa Keperawatan (SDKI) .................................................. 27

G. Perencanaan ................................................................................ 28

H. Pelaksanaan ................................................................................. 34

I. Evaluasi ....................................................................................... 35

xi
BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................................... 36

A. Asuhan Keperawatan ................................................................. 36

B. Analisa Data ................................................................................ 42

C. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 43

D. Rencana Keperawatan ................................................................. 43

E. Implementasi .............................................................................. 45

F. Evaluasi ....................................................................................... 45

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ 47

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 53

A. Kesimpulan ................................................................................. 53

B. Saran ........................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Peningkatan Suhu Tubuh (Hipertermi)

Berhubungan dengan Proses Infeksi Virus Dengue .......................... 28

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari

Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Intake Nutrisi yang Tidak

Adekuat Akibat Mual dan Nafsu Makan Yang Menurun ................. 29

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan Resiko Perdarahan Berhubungan dengan

Penurunan Faktor-Faktor Pembekuan Darah (Trombositopeni)....... 30

Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan Kekurangan Volume Cairan Berhubungan

Dengan Dehidrasi Karena Peningkatan Suhu Tubuh ........................ 31

Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan Nyeri Akut Berhubungan dengan

Kehilangan Fungsi Trombosit Agregasi ........................................... 32

Tabel 2.6 Intervensi Keperawatan Resiko Syok (Hipypovolemik)

Berhubungan dengan Perdarahan yang Berlebih .............................. 33

Tabel 2.7 Intervensi Keperawatan Defisiensi Pengetahuan Berhubungan

Dengan Kurangnya Sumber Informasi ............................................. 34

Tabel 3.1 Pola Nutrisi Metabolik ...................................................................... 40

Tabel 3.2 Pola Aktivitas .................................................................................... 41

Tabel 3.3 Hasil Laboratorium ........................................................................... 42

Tabel 3.4 Analisa Data ..................................................................................... 42

Tabel 3.5 Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 43

Tabel 3.6 Rencana Keperawatan ....................................................................... 43

xiii
DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 Pathway ............................................................................................. 20

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Hipertermia Di SMC RS

Telogorejo

Lampiran 2 Surat Keterangan Translate Abstract

Lampiran 3 Lembar Konsultasi

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah

penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Eegypty. Penyakit ini yang

ditandai dengan demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung

terus-menerus selama 2-7 hari, disertai manifestasi perdarahan (sekurang-

kurangnya uji tourniquet positif) dan / atau trombositopenia (jumlah trombosit ≤

100.000/μL). Penyakit ini nyaris di temukan diseluruh belahan dunia terutama di

negara tropik dan subtropik baik secara endemik maupun epidemik dengan

outbreak yang berkaitan dengan datangnya musim penghujan.

Dalam 30 tahun terakhir, sebanyak >5 juta kasus demam berdarah terjadi di

Amerika (Branco, et al., 2014). Wabah hebat terjadi saat penyakit menyebar ke

daerah baru dengan angka serangan tinggi pada orang-orang yang rentan. Demam

berdarah dengue ini merupakan infeksi yang berhubungan dengan berpergian,

yang sering terjadi pada turis dari negara non endemik. Penyakit ini ditularkan

oleh nyamuk Aedes Aegypty yang terutama memiliki habitat perkotaan dan

mendapat virus sewaktu menghisap darah manusia yang terinfeksi (Infektif

setelah 8-10 hari).

1
2

Menurut Word Health Organization (WHO 2016) populasi di dunia diperkirakan

berisiko terhadap penyakit DBD mencapai 2,5-3 miliar terutama yang tinggal di

daerah perkotaan di Negara tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada

50 juta infeksi dengue yang terjadi diseluruh dunia setiap tahun. Diperkirakan

untuk Asia Tenggara terdapat 100 juta kasus demam dengue (DD) dan 500.000

kasus DHF yang memerlukan perawatan di rumah sakit, dan 90% penderitanya

adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun dan jumlah kematian oleh

penyakit DHF mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap tahunnya

(WHO, 2018). Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya.

Penyakit DBD di Indonesia pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968,

dan di Jakarta dilaporkan pada tahun 1969. Pada tahun 2017 kejadian kasus DBD

menyebar ke 7 provinsi di Indonesia, termasuk provinsi Jawa Timur khususnya

kabupaten Sidoarjo yang mengalami peningkatan jumlah kasus DBD sejak bulan

Januari 2016. Kasus DBD di Indonesia sulit diberantas karena curah hujan yang

cukup tinggi dan system sanitasi yang kurang mendukung sehingga

menyebabkan laju perkem-bangbiakan nyamuk Aedes Aegypti cukup cepat.

Kebanyakan orang yang menderita demam berdarah dengue pulih dalam waktu

dua minggu. Namun, untuk orang-orang tertentu dapat berlanjut selama beberapa

minggu hingga berbulan-bulan. Kasus kematian akibat DHF (dengue

hemorrhagic fever) sering terjadi pada anak-anak, hal ini disebabkan selain

karena kondisi daya tahan anak-anak tidak sebagus orang dewasa, juga karena

sistem imun anak-anak belum sempurna. Penyakit DHF (dengue hemorrhagic


3

fever) jika tidak mendapatkan perawatan yang memadai dan gejala klinis yang

semakin berat yang mengarahkan pada gangguan pembuluh darah dan gangguan

hati dapat mengalami perdarahan hebat, syok dan dapat menyebabkan kematian.

(Hanifah, 2011).

Penyakit ini di sebabkan oleh virus Dengue (Arbovirus) yang mengakibatkan

demam selama 2-7 hari dengan di tandai nyeri kepala, mual muntah, tidak nafsu

makan, diare, ruam pada kulit, uji tourniquet positif, adanya petekie, penurunan

kesadaran atau gelisah, nadi cepat atau lemah, hipotensi, tekanan darah turun,

perfusi perifer turun dan kulit dingin atau lembab. Menurut Widagdo (2012)

komplikasi DBD antara lain yaitu: Gagal ginjal, Efusi pleura, Hepatomegali,

Gagal jantung, Syok, Penurunan kesadaran.

Sebagian besar pasien yang terkena DBD/DHF yang telah mengalami demam

lebih dari 3 hari harus di rawat di rumah sakit untuk mendapatkan perwatan yang

intensif. Perawat dapat meningkatkan pengetahuan keluarga dan masyarakat

tentang penyakit DBD/DHF dengan memberikan penyuluhan tentang sebab dan

akibat dari Demam berdarah.

DBD/DHF dapat di cegah dengan melakukan 3M yaitu Mengubur (mengubur

barang-barang yang sudah tidak di pakai lagi contohnya sampah kaleng atau

plastik), Menguras (menguras bak mandi atau tempat penyimpanan air yang ada

di rumah. Dalam 1 minggu tempat penyimpanan air dapat di kuras 2 kali atau

3kali), Menutupi tempat 10 Penyimpanan air; jangan sampai terkena gigitan

nyamuk Ades Aegypti dan bila menggunakan lotion (mengusir nyamuk), karena
4

nyamuk ini biasanya aktif di pagi atau siang hari terutama tempat yang gelap atau

kotor; menggunakan bubuk Abate pada selokan dan penampungan air agar tidak

menjadi tempat bersarangnya nyamuk; jaga agar kondisi tetap sehat dan badan

yang kuat untuk menangkal virus yang masuk sehingga walau terkena gigitan

nyamuk, virus tidak akan berkembang.

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis akan

melakukan kajian lebih lanjut dengan menyusun asuhan keperawatan pada anak

dengan diagnosa medis DHF dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut

“Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa hipertermia?”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa hipertermia

2. Tujuan Khusus

a. Memahami tentang konsep DHF (Definisi, Etiologi, Pathofisiologi,

Manifestasi klinis, serta Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan).

b. Mengetahui tentang pengkajian serta diagnosa keperawatan klien dengan

hipertermia

c. Memahami tentang intervensi atau perencanaan keperawatan klien

dengan hipertermia

d. Memahami tentang implementasi serta evaluasi keperawatan klien dengan

hipertermia
5

e. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Anak dengan diagnosa

hipertermia

C. Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi manfaat :

Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi:

1. Bagi Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di RS agar dapat

melakukan asuhan keperawatan anak dengan hipertermia dengan baik.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti berikutnya,

yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada anak dengan

hipertermia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Anak

1. Pengertian

Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari 18 tahun dalam masa

tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis,

psiko sosial, dan spiritual (Askar, 2012).

2. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan

Definisi pertumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,

jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa

diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter),

umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen

tubuh).

Perkembangan (development) adalah tambahnya kemampuan (skill) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan

dapat diramaikan, sebagai hasil dari proses pematangan (dr.Soetjiningsih,

SpAk, 2010).

6
7

3. Tahap-tahap Tumbuh Kembang Anak (Donna L Wong, 2010)

a. Prenatal

1) Geminal : konsepsi – 8 minggu

2) Embrio : 2 – 8 minggu

3) Fetal : 8 – 40 minggu

b. Bayi

1) Neonatus : lahir – 1 bulan

2) Bayi : 1 bulan – 12 bulan

c. Anak-anak awal

1) Toddler : 1 – 3 tahun

2) Pra sekolah : 3 – 6 tahun

d. Anak-anak tengah/sekolah : 6 – 12 tahun

e. Anak-anak akhir

1) Pra pubertas : 10 – 13 tahun

2) Remaja : 13 – 19 tahun

4. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak

Menurut Hidayat (2010) dalam pertumbuhan dan perkembangan anak,

terdapat berbagai ciri khas yang membedakan komponen satu dengan yang

lain.

Proses pertumbuhan anak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal

bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar

kepala, lingkar lengan, lingkar dada dan yang lainnya.


8

b. Dalam Pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat

pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa

konsepsi hingga dewasa.

c. Pada pertumbuhan dan perkembangan, hilang ciri-ciri lama yang ada

selama pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, gigi susu atau

hilangnya refleks tertentu.

Proses Perkembangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti dari

perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi akan diikuti

perubahan pada fungsi alat kelamin.

b. Perkembangan memilki pola yang konstan yaitu perkembangan dapat

terjadi dari daerah kepala kedaerah kaki.

c. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan mulai dari melakukan hal

yang sederhana sampai melakukan hal yang sempurna.

d. Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian yang

berbeda.

e. Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap selanjutnya, dimana

tahapan perkembangan harus dilewati tahap demi tahap.

5. Perkembangan Psikososial Anak

Perkembangan psikososial anak, menurut (Riendravi, 2013)

a. Tahap I : 0-1 tahun (Trust versusMistrust)

Dalam tahap ini, bayi berusaha keras untuk mendapatkan pengasuhan dan

kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan anaknya, sang anak

akan mengembangkan kemampuan untuk dapat mempercayai dan


9

mengembangkan asa (hope). Jika krisis ego ini tidak pernah terselesaikan,

individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam membentuk rasa

percaya dengan orang lain sepanjang hidupnya, selalu meyakinkan

dirinya bahwa orang lain berusaha mengambil keuntungan dari dirinya.

b. Tahap II : l-3 tahun (Autonomy versus Shame and Doubt)

Dalam tahap ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas

tubuhnya. Orang tua seharusnya menuntun anaknya, mengajarkannya

untuk mengontrol keinginan atau impuls-impulsnya, namun tidak dengan

perlakuan yang kasar. Mereka melatih kehendak mereka, tepatnya

otonomi. Harapan idealnya, anak bisa belajar menyesuaikan diri dengan

aturan – aturan sosial tanpa banyak kehilangan pemahaman awal mereka

mengenai otonomi, inilah resolusi yangdiharapkan.

c. Tahap III : 3-6 tahun (Initiative versus Guilt)

Pada periode inilah anak belajar bagaimana merencanakan dan

melaksanakan tindakannya. Resolusi yang tidak berhasil dari tahapan ini

akan membuat sang anak takut mengambil inisiatif atau membuat

keputusan karena takut berbuat salah. Anak memiliki rasa percaya diri

yang rendah dan tidak mau mengembangkan harapan-harapan ketika ia

dewasa. Bila anak berhasil melewati masa ini dengan baik, maka

keterampilan ego yang diperoleh adalah memiliki tujuan dalam hidupnya.

d. Tahap IV: 6-12 tahun (Industry versus Inferiorit)

Pada saat ini, anak-anak belajar untuk memperoleh kesenangan dan

kepuasan dari menyelesaikan tugas khususnya tugas-tugas akademik.

Penyelesaian yang sukses pada tahapan ini akan menciptakan anak yang

dapat memecahkan masalah dan bangga akan prestasi yang diperoleh.


10

Ketrampilan ego yang diperoleh adalah kompetensi. Disisi lain, anak

yang tidak mampu untuk menemukan solusi positif dan tidak mampu

mencapai apa yang diraih teman-teman sebaya akan merasa inferior.

e. Tahap V : 12-18 tahun (Identity versus RoleConfusion)

Pada tahap ini, terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis

seperti orang dewasa sehingga tampak adanya kontraindikasi bahwa di

lain pihak ia dianggap dewasa tetapi di sisi lain ia dianggap belum

dewasa. Tahap ini anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan

kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan nilai utama

mulai menurun. Adapun peran kelompok atau teman sebaya tinggi.

f. Tahap VI : masa dewasa muda (Intimacy versus Isolation)

Dalam tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi

dengan orang lain secara lebih mendalam. Ketidakmampuan untuk

membentuk ikatan social yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Bila

individu berhasil mengatasi krisis ini, maka keterampilan ego yang

diperoleh adalah cinta.

g. Tahap VII : masa dewasa menengah (Generativity versus Stagnation)

Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai

balasan dari apa yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga melakukan

sesuatu yang dapat memastikan kelangsungan generasi penerus di masa

depan. Ketidakmampuan untuk memiliki pandangan generatif akan

menciptakan perasaan bahwa hidup ini tidak berharga dan membosankan.

Bila individu berhasil mengatasi krisis pada masa ini maka ketrampilan

ego yang dimiliki adalah perhatian.


11

h. Tahap VIII : masa dewasa akhir (Ego Integrity versus Despair)

Pada tahap usia lanjut ini, mereka juga dapat mengingat kembali masa

lalu dan melihat makna, ketentraman dan integritas. Refleksi ke masa lalu

itu terasa menyenangkan dan pencarian saat ini adalah untuk

mengintegrasikan tujuan hidup yang telah dikejar selama bertahun-tahun.

Kegagalan dalam melewati tahapan ini akan menyebabkan munculnya

rasa putus asa. (Riendravi, 2013)

B. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Demam dengue/DHF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue

haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi

yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis

hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh

hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga

tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam

berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Suhendro, 2010).

2. Etiologi

Penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B yaitu

Athropad borne. Atau virus yang disebabkan oleh Arthropoda. Virus ini

termasuk genus flavivirus. Dari famili flavividau. Nyamuk Aides betina

biasanya terinfeksi virus dengue pada saat menghisap darah dari seseorang

yang sedang pada tahap demam akut. Setelah melalui periode inkubasi
12

ekstrinsik selama 8-10 hari. Kelenjar ludah Aides akan menjadi terinfeksi dan

virusnya akan ditularkan ketika nyamuk menggigit dan mengeluarkan cairan

ludahnya kedalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi

instrinsik selama 3-14 hari timbul gejala awal penyakit secara mendadak

yang ditandai dengan demam, pusing, nyeri otot, hilangnya nafsu makan dan

berbagai tanda nonspesifik seperti nousea (mual-mual), muntah dan rash

(ruam kulit) biasanya muncul pada saat atau persis sebelum gejala awal

penyakit tampak dan berlangsung selama 5 hari setelah dimulai penyakit,

saat-saat tersebut merupakan masa kritis dimana penderita dalam masa

inefektif untuk nyamuk yang berperan dalam siklus penularan. (Widoyono

2010). Tubuh yang terasa lelah demam yang sering naik turun, nyeri pada

perut secara berkelanjutan, sering mual dan muntah darah yang keluar

melalui hidung, dan muntah. Kebanyakan orang yang menderita DBD pulih

dalam waktu dua minggu Dengan gejala klinis yang semakin berat pada

penderita DBD dan dengue shock syndromes dapat berkembang menjadi

gangguan pembuluh darah dan gangguan hati. Klien dapat terjadi komplikasi

seperti Disorientasi atau Kehilangan daya untuk mengenal lingkungan,

terutama yang berhubungan dengan waktu, tempat, dan orang. Shock, effusi

pleura, asidosis metabolik, anoksia jaringan, Penurunan kesadaran.(Suriadi

dan Yuliani, 2010).

3. Manifestasi Klinik (Hadinegoro, 2010)

Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada klien dengan DHF yaitu:

Demam atau riwayat demam akut antar 2-7 hari. Keluhan pada saluran

pencernaan, mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi. Keluhan sistem tubuh


13

yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri ulu

hati, dan lain-lain. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adanya

trombositopenia (kurang atau sama dengan 100.000/mm3. Gambaran klinis

yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi antara

13 – 15 hari, tetapi rata –rata 5-8 hari. Gejala klinis timbul secara mendadak

berupa suhu tinggi 2-7 hari, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang –

kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau

berpusat pada daerah supraorbital dan retrobital. Nyeri di bagian otot

terutama di rasakan bila otot perut di tekan. Sekitar mata mungkin ditemukan

pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot sekitar mata terasa pegal. Ruam

berikutnya mulai antara 3-6 hari, mula – mula terbentuk macula besar yang

kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak – bercak

pteki. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar

ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan

cepat menghilang, bekas – bekasnya terasa gatal. Nadi klien mula – mula

cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke 4 dan ke 5.

Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam penyembuhan. Gejala

perdarahan mulai pada hari ke 3 dan ke 5 berupa ptekia, purpura, ekimosis,

hematemesis, epitaksis. Juga kadang terjadi syock yang biasanya dijumpai

pada saat demam telah menurun antara hari ke 3 dan ke 7 dengan tanda; klien

menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab,

denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan

sistolik 80 mmHg atau kurang.


14

4. Klasifikasi DHF (Hidayat A. Aziz Alimul, 2012).

a. Derajat I

Demam disertai gejala konstitutional yang tidak khas, manifestasi

pendarahan hanya uji torniquet positif dan perdarahan lainnya.

b. DerajatII

Manifestsi klinis pada derajat I disertai perdarahan spontan, dapat berupa

perdarahan di kulit seperti ptekie dan perdarahan lainya.

c. Derajat III

Manifestasi klinis pada derajat II di tambah dengan ditemukan

manifestasi kegagalan sistem sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah,

hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah .

d. Derajat IV

Manifestasi klinis pada penderita derajat III di tambah dengan di temukan

manifetasi renjatan yang berat dengan ditandai tekanan darah dan nadi

tidak teratur, DBD derajat II dan IV digolongkan Dengue Shok Syindrom

(DSS).

5. Komplikasi (Hidayat A. Aziz Alimul, 2015).

a. Ensepalopati : Demam tinggi, ganguan kesadaran disertai atau tanpa

kejang.

b. Disorientasi : Kehilangan daya untuk mengenal lingkungan, terutama

yang berhubungan dengan waktu, tempat, dan orang.

c. Shock : Keadaan kesehatan yang mengancam jiwa ditandai dengan

ketidakmampuan tubuh untuk menyediakan oksigen untuk mencukupi

kebutuhan jaringan.
15

d. Effusi pleura : Suatu keadaan terdapatnya cairan dengan jumlah

berlebihan.

e. Asidosis metabolik : Kondisi dimana keseimbangan asam basa tubuh

terganggu karena adanya peningkatan produksi asam atau berkurangnya

produksi bikarbonat.

f. Anoksia jaringan : Suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya

gangguan pertukaran udara pernafasan, mengakibatkan oksigen berkurang

(hipoksia) disertai dengan peningkatan karbondioksida (hiperkapnea).

g. Penurunan kesadaran : Keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti

tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons

yang normal terhadap stimulus (Suriadi dan Yuliani, 2010).

6. Pemerikaan Penunjang

a. Hb dan PCV meningkat (≥ 20%).

b. Trombositopenia (≤ 100.000 / ml).

c. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).

d. Isolasi virus.

e. Serologi (Uji H) : respon antibody sekunder

f. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali(setiap jam atau

4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan), Faal hemostatis,

FDP, EKG, Foto dada, BUN (Nurarif dan Kusuma, 2015).


16

7. Pencegahan

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :

a. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah

dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya

kasus DHF.

b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada

tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia

sembuh secara spontan

c. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di

sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

d. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi

penularan tinggi.

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

1) Menggunakan insektisida.

Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam

berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa

dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara

penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan.

Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam

sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air

bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 %

per 10 liter air.

Pencegahan Biologis : Memelihara ikan Pencegahan Kimia : Abate,

Larvasida
17

2) Tanpa Insektisida

a) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air

minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 –

10 hari).

b) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat. Membersihkan

halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain

yang memungkinkan nyamuk bersarang (Hadinegoro, 2010).

8. Penatalaksanaan

a. Tirah baring atau istirahat baring

b. Diet makan lunak

c. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu,teh manis, sirup

dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang

paling penting bagi penderita DHF.

d. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali)

merupakan cairan yang paling seringdigunakan.

e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika

kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam

f. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari

Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

(Tarwoto dan wartonah, 2010).


18

C. Hipertermi

1. Pengertian Hipertermia

Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang normal

tubuh. (SDKI DPP PPNI, 2016). Hipertermi merupakan keadaan di mana

individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh >37,8 0C

(100 oF) per oral atau 38,80C (101 oF) per rektal yang sifatnya menetap

karena faktor eksternal (Carpenito, 2012). Hipertermia merupakan keadaan

peningkatan suhu tubuh (suhu rektal > 38,80C (100,4 F)) yang berhubungan

dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun

mengurangi produksi panas (Perry & Potter, 2010). Hipertermia adalah

kondisi di mana terjadinya peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan

ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau

menurunkan produksi panas (Perry & Potter, 2010). Hipertermia merupakan

suatu kondisi di mana terjadinya peningkatan suhu tubuh di atas 37,2 0C

akibat dari system pertahanan tubuh dari infeksi (viremia). (Sudoyo,

AruW, dkk, 2010). Jadi hipertermia merupakan salah satu gejala klinis

yang ditemukan pada DHF sehingga dimungkinkan bahwa hipertermi juga

berpengaruh terhadap derajat keparahan penyakit DHF.

2. Etiologi Hipertermi

Hipertermi dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pada pasien DHF,

hipertermia disebabkan oleh kerena adanya proses penyakit (infeksi virus

dengue (viremia)) didalam tubuh yang disebarkan oleh nyamuk aedes

egypty (SDKI DPP PPNI, 2016).


19

3. Tanda dan Gejala Hipertermia

Hipertermi terdiri dari gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor.

Adapun gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor, yaitu :

a. Gejala dan Tanda Mayor

Suhu tubuh di atas nilai normal, Suhu tubuh di atas nilai normal yaitu >

37,80C (100 oF) per oral atau 38,80C (101 oF) per rektal.

b. Gejala dan Tanda Minor

1) Kulit merah

Kulit merah dan terdapat bintik-bintik merah (ptikie).

2) Kejang

Kejang merupakan suatu kondisi di mana otot-otot tubuh

berkontraksi secara tidak terkendali akibat dari adanya peningkatan

temperatur yang tinggi.

3) Takikardia

Takikardia adalah suatu kondisi yang menggambarkan di mana

denyut jantung yang lebih cepat dari pada denyut jantung normal.

4) Takipnea

Takipnea adalah suatu kondisi yang mengambarkan dimana

pernapasan yang cepat dan dangkal.

5) Kulit terasa hangat

Kulit dapat terasa hangat terjadi karena adanya vasodilatasi

pembuluh darah sehingga kulit menjadi hangat (SDKI DPP PPNI,

2016).
20

4. Pathway

Virus Dengue

Reaksi antigen- Viremia


antibody

Mengeluarkan
zat mediator Vasodilatasi Mengeluarkan Mual Merangsang
pembuluh darah zat mediator saraf simpatis
otak
Peningkatan Nafsu makan
Merangsang
permeabilitas menurun Diteruskan ke
hipotalamus
dinding Sakit kepala ujung saraf
arterior
pembuluh darah bebas

Intake inadekuat
Suhu badan
Kebocoran Nyeri otot
plasma
Hipertermi Ketidak
seimbangan
nutrisi Nyeri akut

Darah
Hematokrit Trombositopenia
berpindah ke
ekstravaskuler

Hemokonsentrasi Resiko
perdarahan Kekurangan
volume cairan

Resiko syok
hipovolemik

Kematian Hospitalisasi

Cemas

Skema 2.1
Pathway

(Nurarif & Kusuma, 2015)


21

5. Patofisiologi Hipertermi Pada DHF

Arbovirus masuk melalui gigitan nyamuk aedes aegypti pada tubuh manusia

yang beredar dalam aliran darah sehingga terjadi infeksi virus dengue

(viremia) yang menyebabkan pengaktifan sistem komplemen (zat

anafilatoksin) yang membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a dan merangsang

PGE2 (prostagelandin yang selanjutnya akan meningkatkan seting point

suhu di hipotalamus. Kenaikan seting point ini akan menyebabkan

perbedaan antara suhu seting point dengan suhu tubuh, dimana suhu seting

point lebih tinggi dari pada suhu tubuh. Untuk menyamakan perbedaan ini,

suhu tubuh akan meningkat sehingga akan terjadi hipertermia. Hipertermia

menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na+dan H2O sehingga permeabilitas

membran meningkat. Meningkatnya permeabilitas membran menyebabkan

cairan dari intravaskuler berpindah ke ektravaskuler sehingga terjadi

kebocoran plasma. Kebocoran plasma akan mengakibatkan berkurangnya

volume plasma sehingga terjadi hipotensi dan kemungkinan akan berakibat

terjadinya syok hipovolemik (Nurarif & Kusuma, 2015).

D. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

Pada pasien Dengue hemoragic fever, sebagian besar sering terjadi pada

anak-anak usia 1-4 tahun dan 5-10 tahun, tidak terdapat perbedaan jenis

kelamin tetapi kematian sering pada anak perempuan. Di daerah tropis

yang di sebabkan oleh nyamuk Aedes aegepty.


22

b. Keluhan utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Dengue untuk datang

ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dengan suhu hingga 40 0C dan anak

tampak lemah (Rampengan, 2010).

c. Riwayat Penyakit Sekarang

1) Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil,

dan saat demam kesadarankomposmentis.

2) Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin

lemah.

3) Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan,

mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot

dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal,

serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV),

melena atau hematemesis (Nursalam, 2013).

d. Riwayat Penyakit Dahulu

1) Riwayat kesehatan dalam keluarga perlu dikaji kemungkinan ada

keluarga yang sedang menderita DHF.

2) Kondisi lingkungan rumah dan komunitas

Mengkaji kondisi lingkungan disekitar rumah seperti adanya

genangan air didalam bak dan selokan-selokan yang dapat

mengundang adanya nyamuk. Kemungkinan ada tetangga disekitar

rumah yang berjarak 100 m yang menderita DHF.

3) Perilaku yang merugikan kesehatan

Perilaku buruk yang sering berisiko menimbulkan DHF adalah

kebiasaan menggantung pakaian kotor dikamar, 3M yang jarang /


23

tidak pernah dilakukan gerakan.

4) Tumbuh kembang

Mengkaji mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan

tingkat usia, baik perkembangan emosi dan sosial.

5) Imunisasi

Yang perlu dikaji adalah jenis imunisasi dan umur pemberiannya. Apakah

imunisasi lengkap, jika belum apa alasannya (Rampengan, 2010)

e. Pemeriksaan Fisik

1) B1 (Breathing)

a) Inspeksi, pada derajat 1 dan 2 : pola nafas regular, retraksi otot

bantu nafas tidak ada, pola nafas normal, RR dbn (-), pada derajat

3 dan 4 : pola nafas ireguler, terkadang terdapat retraksi otot bantu

nafas, pola nafas cepat dan dangkal, frekuensi nafas meningkat,

terpasang alat bantunafas.

b) Palpasi, vocal fremitus normal kanan-kiri.

c) Auskultasi, pada derajat 1 dan 2 tidak adanya suara tambahan

ronchi, wheezing, pada derajat 3 dan 4 adanya cairan yang

tertimbun pada paru, rales(+), ronchi (+).

d) Perkusi, pada derajat 3 dan 4 terdapat suara sonor

2) B2 (Blood)

a) Inspeksi, pada derajat 1 dan 2 pucat, pada derajat 3 dan 4 tekanan

vena jugularis menurun.

b) Palpasi, pada derajat 1 dan 2 nadi teraba lemah, kecil, tidak

teratur, pada derajat 3 tekanan darah menurun, nadi lemah, kecil,

tidak teratur, pada derajat 4 tensi tidak terukur, ekstermitas dingin,

nadi tidak teraba.


24

c) Perkusi, pada derajat 3 dan 4 normal redup, ukuran dan bentuk

jantung secara kasar pada kasus demam haemoragic fever masih

dalam batas normal.

d) Auskultasi, pada derajat 1 dan 2 bunyi jantung S1, S2 tunggal,

pada derajat 3 dan 4 bunyi jantung S1, S2 tunggal.

3) B3 (Brain)

a) Inspeksi, pada derajat 1 dan 2 tidak terjadi penurunan tingkat

kesadaran (apatis, somnolen, stupor, koma) atau gelisah, pada

derajat 3 dan 4 terjadi penurunan tingkat kesadaran (apatis,

somnolen, stupor, koma) atau gelisah, GCS menurun, pupil miosis

atau midriasis, reflek fisiologis atau reflekpatologis.

b) Palpasi, pada derajat 3 dan 4 biasanya adanya parese, anesthesia.

4) B4 (Bladder)

a) Inspeksi, pada derajat 1 dan 2 produksi urin menurun (oliguria

sampai anuria), warna berubah pekat dan berwarna coklat tua pada

derajat 3 dan 4.

b) Palpasi, pada derajat 3 dan 4 ada nyeri tekan pada daerah simfisis.

5) B5 (Bowel)

a) Inspeksi, pada derajat 1 dan 2 BAB, konsistensi (cair, padat,

lembek), frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, mukosa mulut

kering, perdarahan gusi, kotor, nyeri telan.

b) Auskultasi, pada derajat 1 dan 2 bising usus normal (dengan

menggunakan diafragma stetoskop), peristaltik usus meningkat

(gurgling) > 5-20 kali/menit dengan durasi 1 menit pada derajat 3

dan 4.
25

c) Perkusi, pada derajat 1 dan 2 mendengar adanya gas, cairan atau

massa (-), hepar dan lien tidak membesar suara tymphani, pada

derajat 3 dan 4 terdapat hepar membesar.

d) Palpasi, pada derajat 1 dan 2 nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak

teraba, pada derajat 3 dan 4 pembesaran limpha/spleen dan hepar,

nyeri tekan epigastrik, hematemisis dan melena.

6) B6 (Bone)

a) Inspeksi, pada derajat 1 dan 2 kulit sekitar wajah kemerahan,

klien tampak lemah, aktivitas menurun, pada derajat 3 dan 4

terdapat kekakuan otot, pada derajat 3 dan 4 adanya ptekie atau

bintik-bintik merah pada kulit, akral klien hangat, biasanya timbul

mimisan, berkeringkat, kulit tanpak biru.

b) Palpasi, pada derajat 1 dan 2 hipotoni, kulit kering, elastisitas

menurun, turgor kulit menurun, ekstermitas dingin (Dianindriyani,

2011)

7) B7 (Pengindraan)

a) Inspeksi pada telinga bagian luar, periksa ukuran, bentuk, warna,

lesi, dan adanya masa pada pinna.

b) Palpasi dengan cara memegang telinga dengan ibu jari dan jari

telunjuk, lanjutkan telinga luar secara sistematis yaitu dari

jaringan lunak, kemudian jaringan keras, dan catat bila adanyeri.

c) Inspeksi hidung bagian luar dari sisi depan, samping, dan atas,

kemudian amati warna dan pembengkakan pada kulit hidung,

amati kesimetrisan lubang hidung.


26

d) Palpasi hidung bagian luar dan catat bila ditemukan

ketidaknormalan kulit atau tulang hidung, lanjut palpasi sinus

maksilaris, frontalis dan etmoidalis, dan perhatikan adanya nyeri

tekan.

e) Inspeksi pada bibir untuk mengetahui adanya kelainan conital

bibir sumbing, warna bibir, ulkus, lesi, dan massa. Lanjutkan

inspeksi pada gigi dan anjurkan pasien membuka mulut.

8) B8 (Sistem endokrin)

Pada anak DHF tidak terjadi gangguan pada sistem hormon.

E. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan daya

berfikir dan penalaran yang dipengaruhi latar belakang ilmu dan pengetahuan,

pengalaman, dan pengertian tentang subtansi ilmu keperawatan dan proses

penyakit. Fungsi analisa data adalah perawat yang menginterprestasi data yang

diperoleh dari pasien atau dati sumber lain, sehingga data yang diperoleh

memiliki makna dan arti pengambilan keputusan untuk menentukan masalah

keperawatan dan kebutuhan klien. Dalam melakukan analisa data, perawat harus

memperhatikan langkah- langkah sebagai berikut:

1. Validasi data kembali, teliti kembali data yangdikumpul

2. Identifikasi kesenjangandata

3. Susun kategori data secara sistematik danlogis

4. Identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang asuhan keperawatan

klien
27

5. Buat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang yang timbul

serta penyebabnya.

6. Buat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan (Young Jabbar, 2014)

F. Diagnosa Keperawatan (SDKI)

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi

virus dengue

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yangmenurun

3. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan

darah (trombositopeni)

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi karena

peningkatan suhu tubuh.

5. Nyeri akut berhubungan dengan kehilangan fungsi trombositagregasi

(Hidayat A. Aziz Alimul, 2010).

6. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yangberlebih

7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


28

G. Perencanaan

Intervensi keperawatan peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan

dengan proses infeksi virus dengue.

Tabel 2.1
Intervensi keperawatan peningkatan suhu tubuh (hipertermia)
berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi


Rasional
(SILKI) (SIKIl
Tujuan : Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada keluarga 1. Suhu 38.90C – 41.10C
tindakan keperawatan selama 1 pasien tentang demam Menunjukkan proses
x 24 jam diharapkan anak 2. Anjurkan orang tua penyakit Infeksius akut. Pola
menunjukkan Suhu dalam untuk memberikan demam dapat membantu
batasnormal pakaian tipis dan dalam diagnosis misalnya
Kriteria hasil : mudah menyerap kurva demam lanjut berakhir
1. Keluarga pasien keringat berakhir lebih dari 24 jam
mengatakan mengetahui 3. Anjurkan orang tua menunjukkan pneumonia
tentang suhu dalam batas untuk meningkatkan pneumokokal, demam
normal. asupan cairan pada scarlet atau tifoid
2. Keluarga pasien pasien 2. Untuk memberikan rasa
mengatakan mau 4. Ajarkan cara nyaman pakaian yang tipis
memberikan pertolongan mengompres yang mudah menyerap keringat
pertama jika suhu tubuh benar yaitu lipat paha dan tidak merangsang
pasien meningkat. dan aksila peningkatan suhu tubuh
3. Keluarga pasien 5. Observasi suhu tubuh 3. Untuk mencegah dehidrasi
mengatakan mampu pasien,diaphoresis padapasien
memberikan pertolongan 6. Kolaborasi pemberian 4. Dapat membantu
pertama jika suhu tubuh antipiretik sesuai mengurangi demam
pasien meningkat dengan kondisi pasien padapasien
4. Suhu tubuh dalam rentang 5. Suhu 38.90C – 41.10C
normal 36,5 - 37°C, Menunjukkan proses
5. Nadi 80 – 100x/mnt penyakit infeksius akut
6. Tidak ada perubahan warna demam yang kembali
kulit 6. Digunakan untuk
7. Akral hangat mengurangi demam dengan
8. Pasien tidak lemah. aksi sentral nya pada
hipotalamus, meskipun
demam mungkin dapat
berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme, dan
meningkatkan autodestruksi
dari sel- sel yangterinfeksi.
29

Intervensi keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu

makan yang menurun.

Tabel 2.2
Intervensi keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu
makan yang menurun.

Tujuan/Kriteria hasil Intervensi


Rasional
(SILKI) (SIKI)
Tujuan : Setelah dilakukan 1. Jelaskan tentang 1. Untuk menambah
tindakan keperawatan selama pentingnya nutrisi pengetahuan pasien
2 x 24 jam anak menunjukkan 2. Berikan makanan 2. Dapat meningkatkan
tanda-tanda kebutuhan nutrisi dalam porsi sedikit masukan meskipun nafsu
yang adekuat. dengan frekuensi makan mungkin lambat
Kriteria hasil: sering untukkembali
1. Keluarga pasien 3. Berikan makanan 3. Untuk menambah nafsu
mengatakan mengetahui dalam keadaan hangat makanpasien
tentang pentingnya nutrisi. dan menarik 4. Memungkinkan makanan
2. Keluarga pasien 4. Anjurkan orang tua yang disukai pasien akan
mengatakan mau tetap memaksimalkan memampukan pasien untuk
memberikan makanan ritual makan yang mempunyai pilihan terhadap
sesuai dengan kebutuhan. disukai anak selama makanan yang dapat
3. Keluarga diRS dimakan dengan lahap.
pasien mengatakan mampu 5. Timbang BB setiap Memberikan informasi
memberikan makanan hari atau sesuai tentang kebutuhan diet atau
yang memungkinkan indikasi keefektifan terapi
pasien untuk memakan 6. Observasi intake dan 5. Mengidentifikasi
dengan lahap. output makanan kekurangan makanan dan
4. Adanya peningkatan berat 7. Berikan kebersihan kebutuhan
badan sesuai rentang BB oral 6. Mulut yang bersih dapat
ideal 8. Kolaborasi dengan ahli meningkatkan rasa
5. Nafsu makan bertambah gizi untuk menentukan makanan
mampu mengidentifikasi jumlah kalori dan 7. Suplemen dapat
kebutuhan nutrisi. nutrisi yang memainkan peran penting
6. Porsi makan habis. dibutuhkan pasien dalam mempertahankan
7. Membran mukosa tidak masukan kalori dan protein
pucat
8. Bising usus normal
9. Tidak ada kram abdomen
30

Intervensi keperawatan resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-

faktor pembekuan darah (trombositopeni).

Tabel 2.3
Intervensi keperawatan resiko perdarahan berhubungan dengan
penurunan faktor-faktor pembekuan darah (trombositopeni).

Tujuan/Kriteria hasil Intervensi


Rasional
(SILKI) (SIKI)
Tujuan : setelah dilakukan 1. Monitor tanda- 1. Penurunan trombosit
selama 2x24 jam di harapkan tanda penurunan merupakan tanda adanya
pasien tidak terjadi perdarahan trombosit yang disertai kebocoran pembuluh darah
lebih lanjut tandaklinis. yang pada tahap tertentu
Kriteria hasil: 2. Anjurkan pasien untuk dapat menimbulkan tanda-
1. Keluarga pasien banyak istirahat tanda klinis seperti
mengatakan mengetahui (bedrest) epistaksis, ptekie
tentang akibat dari 3. Kolaborasi, monitor 2. Aktifitas pasien yang tidak
penurunan trombosit. trombosit setiaphari terkontrol dapat
2. Keluarga pasien 4. Antisipasi adanya menyebabkan terjadinya
mengatakan mau perdarahan : gunakan perdarahan.
membantuaktivotas yang sikat gigi yang lunak, 3. Dengan trombosit yang
dapat menyebabkan pelihara kebersihan dipantau setiap hari, dapat
terjadinya perdarahan. mulut, berikan tekanan diketahui tingkat kebocoran
3. Keluarga pasien 5-10 menit pembuluh darah dan
mengatakan mampu 5. Lindungi pasien dari kemungkinan perdarahan
mencegah jika adanya trauma yang dapat yang dialami pasien
perdarahan. menyebabkan 4. Mencegah terjadinya
4. Tidak ada perdarahan perdarahan perdarahan lebih lanjut
5. Tidak ada distensi 6. Kolaborasi, monitor 5. untuk mengurangi resiko
abdominal trombosit setiaphari perdarahan padapasien
6. Tidak ada hematuria dan 6. Dengan trombosit yang
hematemesis dipantau setiap hari, dapat
7. Hemoglobin dan diketahui tingkat kebocoran
hematroktit dalam batas pembuluh darah dan
normal kemungkinan perdarahan
yang dialami pasien
31

Intervensi keperawatan kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi

karena peningkatan suhu tubuh.

Tabel 2.4
Intervensi keperawatan kekurangan volume cairan berhubungan dengan
dehidrasi karena peningkatan suhu tubuh

(SILKI) Intervensi (SIKI) Rasional


Tujuan : Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada orang 1. Agar orang tua mampu
tindakan keperawatan selama 1 tua mengenai dampak memahami dampak yang
x 24 jam di harapkan pasien yang timbul apabila timbul apabila anak
dapat menunjukkan tanda anak kekuranngan kekurangan cairan.
cairan terpenuhi cairan. 2. Evaluator langsung
Kriteria hasil: 2. Pertahankan catatan status cairan. Perubahan
1. Keluarga pasien input dan output tiba-tiba pada berat
mengatakan mengetahui yangakurat. badan dicurigai
tentang dampak yang 3. Monitor turgor kehilangan/retensi cairan.
timbul jika kulit, obsevasi 3. Peningkatan suhu/
kekurangan cairan. membran mukosa, dan memanjang nya demam
2. Keluarga pasien nadi adekuat) jika di meningkatkan laju metabolik
mengatakan mau perlukan. dan kehilangan cairan
mengevaluasi langsung 4. Observasi tanda- tanda melalui evaporasi TD
status cairan pasien. vital ortotastik berubah dan
3. Keluarga pasien 5. Anjurkan klien untuk peningkatan takikardia
mengatakan mampu minum banyak menunjukkan kekurangan
memantau perubahan tanda minimal 2500 cc atau cairan sis temik.
tanda vital pasien. sesuai toleransi. 4. Memantau perubahan tanda-
4. Nadi 80-100x/menit, suhu 6. Kolaborasi pemberian tanda vital pada klien.
tubuh dalam rentang cairan IV status 5. Untuk memenuhi
normal 36,5-37°C dehidrasi (observasi) kebutuhan cairan tubuh
5. Tidak ada tanda dehidrasi, peroral.
elastis 6. Cairan dapat dibutuhkan
6. Turgor kulit membaik, untuk mencegah
membran mukosa lembab, dehidrasi.
tidak ada rasa haus yang
berlebihan
32

Intervensi keperawatan nyeri akut berhubungan dengan kehilangan fungsi

trombosit agregasi

Tabel 2.5
Intervensi keperawatan nyeri akut berhubungan dengan
kehilangan fungsi trombosit agregasi

SILKI SIKI Rasional


Tujuan : setelah di lakukan 1. Observasi tingkat nyeri 1. Untuk mengetahui nyeri
tindakan keperawatan selama anak dengan melihat yang dialami olehanak
1x24 jam di harapkan rasa ekspresi wajah 2. Dengan mengetahui
nyeri pada anak berkurang anak/menggunakan faktor-faktor tersebut maka
Kriteria hasil : skala perawat dapat melakukan
1. Keluarga pasien 2. Observasi faktor yang
intervensi
mempengeruhi
yang anaksesuai
terhadapnyeri
mengatakan mengetahui 3. Berikan posisi yang dengan masalah klien.
tentang managemen nyeri. nyaman dan ciptakan 3. Posisi yang nyaman dan
2. Keluarga pasien suasana ruangan yang suasana yang tenang dapat
mengatakan mau tenang membuat perasaan anak
melakukan teknik 4. Berikan suasana yang menjadi nyaman
mengontrol nyeri. gembira bagi anak 4. Dengan melakukan
3. Keluarga pasien untuk mengalihkan aktifitas lain anak dapat
mengatakan mampu perhatian anak mengalihkan perhatian
mendemonstrasikan teknik terhadap nyeri terhadap nyeri
distraksi dan relaksasi 5. Kolaborasi pemberian 5. Untuk mengurangi/ menekan
secara mandiri. analgesik. rasa nyeri
4. Wajah pasien sudah tidak
menyeringai lagi.
5. Tanda-tanda vital dalam
rentang normal : Nadi
6. Skala nyeri anak berkurang
0-10
7. Wajah tampak rileks
8. Anak tidak meringis
kesakitan
33

Intervensi keperawatan resiko syok (hipypovolemik) berhubungan dengan

perdarahan yang berlebih

Tabel 2.6
Intervensi keperawatan resiko syok (hipypovolemik) berhubungan
dengan perdarahan yang berlebih

Tujuan/Kriteria hasil
Intervensi (SIKI) Rasional
SILKI
Tujuan : Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada klien 1. Dengan melibatkan klien
tindakan keperawatan selama 2 dan keluarga tanda dan keluarga maka tanda-
x 24 jam diharapkan aliran perdarahan, dan segera tanda perdarahan dapat
darah kejaringan tubuh laporkan jika terjadi segera diketahui dan
kembali normal perdarahan tindakan yang cepat dan
Kriteria hasil: 2. Observasi vital sigh tepat dapat segera diberikan
1. Keluarga pasien setiap 3 jam atau lebih perawat perlu terus menerus
mengatakan mengetahui 3. Monitor keadaan mengobservasivital sign
tentang adanya umum pasien untuk memastikan tidak
tanda tanda tentang 4. Monitor status sirkulasi terjadi presyok/syok.
perdarahan. darah, warna kulit, 2. Untuk memonitor kondisi
2. Keluarga pasien suhu kulit, denyut pasien selama perawatan
mengatakan mau jantung, ritme nadi terutama saat terjadi
memberikan informasi perifer, dan kapiler perdarahan.perawat segera
kepada tim medis untuk refill mengetahui tanda-tanda
memastikan tidak terjadi 5. Kolaborasi pemberian presyok/syok
syok. intravena. 3. Mengidentifikasi dan
3. Keluarga pasien 6. Kolaborasi mengontrol keadaan
mengatakan mampu pemeriksaan HB, PCV. sirkulasi darah, warna kulit,
melaporkan segera jika Trombosit denyut jantung, ritme nadi
pasien terjadi perdarahan. serta kapiler refill
4. Nadi 80-100x/mnt dan RR 4. Cairan intravena diperlukan
20-30x/mnt dalam batas untuk mengatasi kehilangan
normal cairan tubuh secara hebat.
5. Tidak ada pernafasan 5. Untuk mengetahui tingkat
takipneu. kebocoran pembuluh darah
6. Akral hangat yang dialami pasien dan
7. Tidak ada tanda-tanda untuk acuan melakukan
perdarahan tindakan lebihlanjut
34

Intervensi keperawatan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

sumber informasi

Tabel 2.7
Intervensi keperawatan defisiensi pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya sumber informasi

Tujuan/Kriteria hasil Intervensi Rasional


SILKI SIKI
Tujuan : Setelah dilakukan 1. Jelaskan tentang 1. Meningkatkan pengetahuan
tindakan keperawatan selama 1 definisi penyakit DHF, dan mengurangi cemas
x 24 jam di harapkan pasien proses penyalit, tanda 2. Mempermudah intervensi
dan keluarga mengerti proses gejala, identifikasi 3. Mereview kembali
penyakitnya dan program penyebab dan kondisi apa yang sudah
perawatan serta therapy. pasien diinformasikan
Kriteria hasil : 2. Jelaskan tentang
1. Keluarga pasien program pengobatan
mengatakan mengetahui dan alternatif
tentang penyakit DHF. pencegahan
2. Keluarga pasien 3. Tanyakan kembali
mengatakan mau pengetahuan keluarga
menjalankan program pasien dan pasien
pengobatan dan alternative tentang penyakit,
pencegahan. prosedur perawatan
3. Keluarga pasien dan pengobatan
mengatakan mampu
menjalankan prosedur
perawatan dan pengobatan.
4. Menjelaskan kembali
tentang penyakitnya
5. Mengenal kebutuhan
perawatan dan pengobatan
sesuai denganpenyakitnya.
6. Pasien mampu
menjelaskan DBD.

(Nurarif dan Kusuma, 2015)

H. Pelaksanaan

Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa perintah dokter, tindakan

keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktik American Nursing

Association, undang–undang praktik perawat negara bagian dan kebijakan

institusi perawat kesehatan (Nuratif dan Kusuma, 2015).


35

Tindakan keperawatan kolaboratif, diimplementasikan bila perawat bekerja

dengan anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan

bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah klien.

Dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan

keperawatan, dokumentasi merupakan pernyataan dari kejadian atau aktifitas

yang otentik dengan mempertahankan catatan – catatan yang tertulis.

Dokumentasi merupakan wahana untuk komunikasi dari salah satu profesional ke

profesional lainnya tentang status klien. Dokumentasi klien memberikan bukti

tindakan keperawatan mandiri dan kolaboratif yang diimplementasikan oleh

perawat (Christiana, 2012).

I. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari keperawatan dengan cara melakukan

identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.

Dalam evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan

dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan

menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan

dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.(Christiana,

2012).
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Keperawatan

Seorang anak perempuan usia 10 tahun, dirawat di RS dengan Dx. Medik

Observasi DHF. Klien mengeluh demam, sakit kepela, mual, muntah, dan malas

makan, juga mengeluh susah tidur, dan jantungnya selalu berdebar-debar. Klien

tidak tahu apa yang menyebabkan dirinya sakit. Klien merasa cemas dan tidak

ingin berlama-lama dirumah sakit. Karena klien merasa tidak enak maka klien

minta diantar sama keluarganya untuk dibawa kerumah sakit, saat ini klien

masih merasakan keluhan yang sama.

Pengkajian

1. Pengumpulan Data

a. Identitas

1) Identitas Klien

Nama : An. F

Umur : 10 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Masuk : 27 Mei 2020

Tanggal Pengkajian : 28 Mei 2020

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : belum Menikah

36
37

Nomor Medrec : 154739

Alamat : Perumahan Bungo Mas THP III

Dx. Medis : DHF

2) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. R S

Umur : 43 Tahun

Pekerjaan : Swasta

Agama : Kristen Protestan

Hubungan dengan Klien : ayah

Alamat : Perumahan Bungo Mas THP III

b. Keperawatan/Kesehatan Riwayat:

1) Riwayat Kesehatan Sekarang.

Gejala sakit yang dirasakan klien dirasakan sejak 3 hari yang lalu

setelah klien pulang dari sekolah. Klien pada saat itu pingsan dan

kemudian klien dibawa kedokter praktek oleh dokter praktek klien

dianjurkan untuk diopname kerumah sakit untuk menghindsari hal

yang tidak diinginkan, setibanya dirumah sakit klien kemudian

diopname dan klien diberi cairan infus dan dianjurkan untuk banyak

minum.

2) Riwayat kesehatan Lalu

Klien pernah mengalami gejala yang sama padsa 5 tahun yang lalu,

tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya dan sembuh dengan obat

dari dokter.
38

c. Pemeriksaan Head to toe

1) Penampilan atau Kesan Umum

Kesadaran compos mentis, badan lemah

2) Tanda Tanda Vital (TTV))

TTV: Suhu 37,5OC, Nadi 100 x/mnt frekuensi nadi 120 x/mnt,

frekuensi napas 28 x/mnt.

Antropometri: TB 136 Cm, BB 26 kg, LLA 17 Cm, LK 50 Cm, LD

58 Cm, LP 52 Cm, IMT = 14,1 (KURANG)

3) Kepala dan Wajah

a) Bagian kepala tidak ada lesi, tidak ada benjolan, warna kulit

kepala kecoklatan, penyebaran rambut merata, rambut mudah

dicabut, tidak ada ketombe

b) Wajah

Tidak ada acne, pergerakan wajah normal, warna kulit wajah

kemerah-merahan, kedua pipi simetris

(1) Mata

Ketajaman normal, konjung tiva berwarna merah muda,

pergerakan pupil simetris, kedua bola mata simetris, lapang

pandang normal, sclera berwarna putih, tidak ada udim pada

kelopak mata, dan tidak ada pendarahan pada konjung tiva

(2) Telinga

Pendengaran jelas, daun telinga simetris, dan tidak ada

cerumen
39

(3) Hidung

Dapat membedakan bau, tidak epitaksis, pilek, dan lubang

hidung simetris.

(4) Mulut

Berbicara normal, dapat menelan dan menggigit secara

normal, bibir kering, tidak ada lesi pada bibir, dan tidak ada

pendarahan pada gusi.

4) Leher

Pergerakannya bebas, tidak ada lesi, dan tidak ada pembesaran getah

bening.

5) Dada

Mamae simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran pada organ

hepar

6) Paru Paru

Pola pernafasan normal, bunyi pernafasan normal dan sebanyak

20x/menit, dan tidak ada suara nafas tambahan, suara perkusi sonor

7) Jantung

Bunyi teratur, S1 = lup, S2=dup

8) Abdomen

Bentuk datar, suara bising usus 12x/menit, tidak ada lesi, bila ditekan

pada bagian perut sakit (epigastrium sakit tekan)

9) Ginjal

Pengeluaran urine normal, tidak ada lesi, dan tidak terdapat haematuri

10) Genetalia

Tidak dilakukan karena tidak ada keluhan


40

11) Rektum

Tidak dilakukan karena tidak ada keluhan

12) Ekskremitas

a) Ekskremitas Atas

Kedua tangan simetris, tidak ada pembengkakan, terpasang infus

disebelah kiri,

b) Ekstermitas bawah

Kedua kaki simetris, tidak ada pembengkakan

13) Punggung

Tidak ada lesi, tidak ada bengkak, tidak ada kelainan bentuk

d. Pola nutrisi metabolic

Tabel 3.1
Pola Nutrisi Metabolik

 A Antropometri  TB 136 Cm,


 BB 26 kg,
 LLA 17 Cm,
 LK 50 Cm,
 LD 58 Cm,
 LP 52 Cm,
 IMT = 14,1 (KURANG)
 B Biokimia Hemoglobin 14,8 gr L/dl
Leukosit 3.400/mm3
Hematokrit/PCV 45%
Trombosit 77.000/mm3
 C Clinic Sign  Turgor sedang, mukosa mulut kering,
tampak lemah.
 D Diet  Diet lembek/lunak, frekuensi 3x sehari,
makan habis 3 sendok.
41

e. Pola Aktivitas

Tabel 3.2
Pola Aktivitas

No. Jenis Aktifitas Di Rumah Di RSUD


1. Nutrisi
1. Makan
a. JenisMakanan Nasi, lauk pauk, kue Bubur nasi, lauk pauk,
kering, buah-buahan sayur, buah-buahan
b. Frekuensi 2-3 x/hari 3 x/hari
c. Porsi 1 porsi habis 1 porsi tidak habis
d. Kesulitan

2. Minum
a. JenisMinuman Air putih, susu, Klien mengeluh mual dan
minuman biasa tidak nafsu makan
Air putih, susu
b. Frekuensi 8 gelas /hari 4-5 gelas/hari
c. Kesulitan - Klien mengeluh mual
2. Eliminasi
1. BAB
a. Frekuensi 1-2 x/hari Belum BAB
b. Konsistensi Padat -
c. Kesulitan - -
2. BAK
a. Frekuensi Sering 5-7 x/hari
b. Warna Kuning Kuning
c. Kesulitan - -
3. Istirahat Tidur
1. Siang
a. Waktu 15.00 WIB - 17.00 WIB Selama dirumah sakit
b. Kesulitan - sering tidur
2. Malam
a. Waktu 22.00 WIB-06.00 WIB
b. Kesulitan -
4. Personal Hygine
1. Mandi
Frekuensi 2x/hari 1x/hari diseka
2. Cuci Rambut
Frekuensi 2x/seminggu Belum cuci rambut
3. Gosok Gigi
Frekuensi 2x/hari 1x/ hari
4. Gunting Kuku
Frekuensi 1x/minggu Belum gunting kuku

f. Data Spiritual

Klien besragama keriten protestan,

g. Data Sosial

Klien mudah diajak komunikasi dengan tim medis dan lingkungan

sekitarnya.
42

h. Data Penunjang

Hasil Laboratorium

Tabel 3.3
Hasil Laboratorium

No. Jenis Pemeriksaan Hasil Normal


1. Hemoglobin 14,8 gr L/dl 12-18 gr L/dl
2. Leukosit 3.400/mm3 4.000-10.000/mm3
3. Hematokrit/PCV 45% 37%-48%
4. Trombosit 77.000/mm3 150.000-400.000/mm3

2. Therapy

a. Infus RL 500ml/4 jam

b. parasetamol 3 x 500 mg

c. ranitidin 2 x 1 amp iv

d. ondansentro 3 x 1 amp iv

B. Analisa Data

Tabel 3.4
Analisa Data

No. Data Kemungkinan Penyebab Masalah


1. Ds : Klien mengeluh demam Masuknya virus dengue kedalam Hypertemi
Do : tubuh melalui gigitan nyamuk
1. TTV: Suhu 37,5OC, aedes aegypti
Nadi 100 x/mnt
frekuensi nadi 120
x/mnt, frekuensi napas Virus berkembang didalam tubuh
28 x/mnt
2. Klien terlihat gelisah
3. Klien terlihat lemah
Suhu tubuh meningkat
4. Bibir kering

2. Ds : Klien mengeluh tidak Respon peningkatan Suhu tubuh Ketidakseimba


nafsu makan ngan nutrisi
Do : kurang dari
1. Klien terlihat lesu dan Merangsang medullan kebutuhan
lemah vomatting center nutrisi
2. Porsi makan tidak habis
3. Mual
4. Muntah Mual dan muntah
5. IMT 14,1(kurang)
Nafsu makan berkurang
43

No. Data Kemungkinan Penyebab Masalah


3. Ds : Klien mengatakan Virus dengue Resiko
mual, muntah, jantung ketidakseimba
berdebar ngan cairan
Do : Mual berhubungan
1. Klien terlihat enggan dengan syok
untuk banyak minum hipovolemik
2. Pasien pingsan di Permeabilitas dinding pembuluh
sekolah darah

Gangguan keseimbangan cairan &


elektrolit

C. Diagnosa Keperawatan

Tabel 3.5
Diagnosa Keperawatan

No Daftar Diagnosa Keperawatan Tanda tangan


1. Hypertermi berhubungan dengan proses penyakit
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun.

3 Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan syok hipovelemik

D. Rencana Keperawatan

Tabel 3.6
Rencana Keperawatan

Diagnosa
No SIKI Aktivitas
Perawatan
Fever Treatment :
1 Hipertermia Setelah dilakukan 1. Observasi tanda- 1. Tanda-tanda vital
berhubungan tindakan tanda vital tiap 3 merupakan acuan
dengan proses keperawatan jam. untuk mengetahui
penyakit. selama ... x 24 2. Beri kompres keadaan umum pasien.
ditandai dengan jam, pasien akan : hangat pada bagian 2. Kompres hangat dapat
DS : - Menunjukkan lipatan tubuh (Paha mengembalikan suhu
Pasien suhu tubuh dalam dan aksila). normal memperlancar
mengatakan rentang normal. 3. Monitor intake dan sirkulasi.
badannya panas- TTV normal. output 3. Untuk mengetahui
DO : 4. Berikan obat anti adanya
Suhu tubuh piretik. ketidakseimbangan
pasien cairan tubuh.
meningkat Temperature 4. Dapat menurunkan
37,80C Regulation demam
1. Beri banyak minum 5. Peningkatan suhu
(± 1-1,5 liter/hari) tubuh akan
sedikit tapi sering menyebabkan
2. Ganti pakaian klien penguapan tubuh
dengan bahan tipis meningkat sehingga
44

Diagnosa
No SIKI Aktivitas
Perawatan
menyerap keringat. perlu diimbangi
dengan asupan cairan
yang banyak.
6. Pakaian yang tipis
menyerap keringat dan
membantu mengurangi
penguapan tubuh
akibat dari
peningkatan suhu dan
dapat terjadi kondusi
Nutrition managemen 1. Memudahkan untuk
2. ketidakseimbang Setelah dilakukan 1. Kaji keadaan umum intervensi selanjutnya
an pemenuhan tindakan klien 2. Merangsang nafsu
kebutuhan nutrisi keperawatan 2. Beri makanan makan klien sehingga
kurang dari selama ... x 24 sesuai kebutuhan klien mau makan.
kebutuhan tubuh jam, pasien akan : tubuh klien. 3. Makanan dalam porsi
berhubungan - Menunjukkan 3. Anjurkan orang tua kecil tapi sering
dengan intake kebutuhan nutrisi klien untuk memudahkan organ
nutrisi yang terpenuhi. memberi makanan pencernaan dalam
tidak adekuat - Memperlihatkan sedikit tapi sering. metabolisme.
akibat mual dan adanya selera 4. Anjurkan klien 4. Makanan dengan
nafsu makan makan memberi makanan komposisi TKTP
yang menurun. TKTP dalam bentuk berfungsi membantu
lunak mempercepat proses
penyembuhan.
Nutrition Monitoring 5. Berat badan
1. Timbang berat merupakan salah satu
badan klien tiap indicator pemenuhan
hari. nutrisi berhasil.
2. Monitor mual dan
muntah pasien

Syok prevention 1. Memantau kondisi


3. Resiko syok Setelah dilakukan 1. Monitor keadaan klien selama masa
berhubungan tindakan umum klien. perawatan terutama
dengan keperawatan 2. Observasi tanda- saat terjadi perdarahan
hipovolemic. selama ... x 24 tanda vital sehingga tanda pra
jam, pasien akan : 3. Monitor input dan syok, syok dapat
TTV dalam batas output pasien ditangani.
normal 4. Anjurkan pada 2. Tanda vital dalam
Natrium serum, pasien/keluarga batas normal
kalium serum, untuk segera menandakan keadaan
kalsium serum, melapor jika ada umum klien baik
magnesium serum tanda-tanda 3. Mengetahui balance
dalam batas perdarahan. cairan dan elektrolit
normal. dalam
Hematokrit dalam Syok managemen 4. Keterlibatan keluarga
batas normal Cek hemoglobin, untuk segera
hematokrit, trombosit melaporkan jika terjadi
Monitor gas darah dan perdarahan terhadap
oksigenasi pasien sangat
membantu tim
perawatan untuk segera
melakukan tindakan
yang tepat untuk acuan
melakukan tindak
lanjut terhadap
perdarahan.
45

E. Implementasi

Diagnosa 1 :

hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme implementasi yang

dilakukan:

memonitor tanda – tanda vital, menganjurkan untuk minum

Diagnosa 2 :

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun

yang dilakukan :

mengkaji riwayat nutrisi dan makanan yang disukai,menganjurkan untuk makan

sedikit tapi sering

Diagnosa 3 :

Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan peningkatan premeabilitas

kapiler.yang dilakukan adalah mengkaji intake dan output, mengobservasi tanda

tanda vital.

F. Evaluasi

Diagnosa Hipertermia

Data Subjektif = pasien mengatakan sepertinya panas sudah turun. Data Objektif

= Suhu 36,6 derajat Celcius, mukosa bibir lembab. Analisa = masalah

Hipertermia tearatasi. Planning = intervensi dilanjutkan

Diagnosa ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan nutrisi

Data Subjektif = Klien mengeluh nafsu makan berkurang. Data Objektif = Klien

terlihat lesu dan lemah, Porsi makan tidak habis, Mual dan Muntah berkurang.

Analisa = masalah teratasi sebagian. Planning = intervensi dilanjutkan


46

Diagnosa Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan syok

hipovolemik

Data Subjektif = Klien mengatakan mual dan muntah berkurang, jantung

berdebar. Data Objektif = Klien terlihat sudah banyak minum. Analisa = masalah

teratasi sebagian. Planning = intervensi dilanjutan


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada tahap ini penulis akan membahas kesenjangan asuhan keperawatan Dengue

Haemoragic Fever.

Pengkajian merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang

akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Dalam melaksanakan

pengkajian ada dua tahap yaitu mengkaji data subyektif dan data obyektif. Data

subyektif didapatkan dari wawancara atau anamnesa yang sesuai dengan pernyataan

pasien ataupun keluarga mengenai identitas, keluhan utama, riwayat kesehatan

sekarang, riwayat kesehatan yang lalu, riwayat kesehatan keluarga, rtiwayat

alergi.Sedangkan data obyektif didapatkan pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan

secara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Sehingga diketahui bagaimana

keadaan umum, tanda – tanda vital, dan pemeriksaan fisik secara head to toe. Pada

kasus An. F dilakukan pengkajian di rumah sakit dengan wawancara mengenai

identitas, keluhan, riwayat kesehatan, riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat

imunisasi , pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari dan melakukan pemeriksaan

fisik. Hasil pemeriksaan fisik pada kasus An. F adalah pasien mengalami demam.

Di teori menyebutkan pada grade I terjadi peningkatan suhu tubuh, muncul

pendarahan di dalam kulit (ptekie), nyeri otot, dan nyeri ulu hati. (Suriadi, 2016 hlm.

59) Hal ini sesuai dengan teori karena saat melakukan pengkajian didapatkan ptekie

47
48

pada tubuh pasien. Pada teori pasien DHF akan muncul peningkatan suhu badan

namun pada pemeriksaanya pasien mengalami peningkatan suhu badan berarti hal ini

sesuai dengan teori. Sesuai teori pasien DHF akan muncul rasa nyeri ulu hati tetapi

pada pasien tidak ditemukan data nyeri ulu hati berarti tidak sesuai dengan teori. Di

teori pasien DHF akan muncul rasa nyerim otot dan sendi namun tidak ditemukan

data nyeri otot dan sendi berarti tidak sesuai dengan teori. Pengkajian pada pasien

dilakukan sesuai dengan teori sehingga penulis menemukan kesenjangan antara teori

dan praktek.

Diagnosa keperawatan

Dalam bab ini penulis akan membahas kasus tentang Dengue Haemoragic Fever

(DHF) diagnosa yang dimunculkan dan tidak dimunculkan pada asuhan keperawatan

ini, berikut ini diagnosa yang dimunculkan adalah sebagai berikut:

Hipertermi berhubungan dengan proses virus. Menurut Carpenito 2010 adalah

keadaan ketika individu mengalami atau berisiko untuk mengalami kenaikan suhu

tubuh yang terus menerus lebih tinggi 37ºC per oral atau 38,8ºC per rectal karena

faktor eksternal. Batasan karakteristik mayor adalah suhu tubuh lebih tinggi dari

38ºC per oral atau38,8ºC, per rectal,kulit hangat, takikardia. Sedangakan batasan

karakteristik minor adalah kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan,

menggigil atau merinding, perasaan hangat/dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau

umum (misalnya sakit kepala), malaise keletihan, kelemahan,kehelingan nafsu makan

dan berkeringat.

Rencana keperawatan yang diberikan kepada An. F adalah untuk diagnose pertama

hipertermi berhubungan dengan proses virus. Tujuanya setelah dilakukan tindakan


49

asuhan keperawatan 1 x 24 jam masalah peningkatan suhu badan dalam batas

normal. Dengan kriteria hasil suhu dalam batas normal 36 – 37ºC, nadi dan rr

normal, tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing. Tindakan yang

dilakukan monitor suhu tubuh tiap 2 jam rasionalnya mengukur suhu untuk

mengetahui demam menurun atau meningkat, monitor tanda – tanda vitalrasionalnya

tanda – tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien,

anjurkan untuk minum air putih 1000 – 2000 cc rasionalnya untuk mengganticairan

tubuh yang hilang akibat evaporasi, identifikasi penyebab hipertermi rasionalnya

penjelasan tentang kondisi yang dialami klien dapat membantu klien/keluarga

mengurangi kecemasan yang timbul, beri kompres hangat rasionalnya pemberian

kompres akan membantu menurunkan suhu tubuh, lanjutkan pemberian terapi sanmol

25mg bila panas rasionalnya digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi

sentralnya padahipotalamus.

Implementasi yang pertama hipertermi berhubungan dengan peningkatan

metabolisme implementasi yang dapat dilakukan pada hari Rabu tanggal 26

November 2014 tindakan yang dilakukan adalah wib memonitor tanda– tanda vital

pasien menganjurkan untuk minum 1000 – 2000 cc/hari. memberikan terapi sanmol

25 mg. menganjurkan untuk minum air putih. Memonitor tanda – tanda vital

pasien.mengukur tanda – tanda vital pasien. Menganjurkan pasien untuk minum air

putih. Penulis menganjurkan pasien menggunakan pakaian tipis dan menyerap

keringat akrena pakaian yang tipis akan membantu mengurangi panas dalam tubuh.

Anak jangan ditutupi dengan selimut yang tebal agar penguapan suhu lebih lancar.

(Ngastiyah, 2015 hlm. 241).


50

Evaluasi yang didapatkan dari implementasi yang telah dilakukan pada tanggal 26

November 2014 yaitu pasien demam dengan suhu 37ºC, data yang berbeda

ditunjukkan pada hari kedua tanggal 27 November 2014 dengan menurunya suhu

menjadi 36,5ºC - 36ºC. Pada hari ketiga tanggal 28 November 2014 suhu stabil

menjadi 36ºC.sesuai dengan kriteria hasil penulis tetapkan suhu yaitu suhu tubuh

dalam batas normal 35,5 – 36,5˚C, berarti masalah pada diagnosa ini teratasi dan

menghentikan intervensi tetapi masih memantau tanda – tanda vital.

Ketidakseimbaingan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dab nafsu makan yang menurun.. Perubahan

nutrisi kurang adalah: kurang dari kenutuhan tubuh: suatu keadaan dimana individu

yang tidak puasa mengalami atau yang mengalami penurunan berat badan yang

berhubungan dengan masukanyang tidak adekuat atau metabolisme nutrient yang

tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik.

Dalam pengkajian batasan karakteristik mayor di dapat data bahwa (harus

terdapat).Individu yang tidak puasa melaporkan atau mengalami masukan – masukan

tidak adekuat kurang dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan berat badan

atau kebutuhan – kebuuhan metabolic actual atau potensi dalam masukan yang

berlebihan.

Batasan karakteristik minor (mungkin terdapat) berat badan 10 % sampai 20 % atau

lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh, lipatan kulit trisep,

lingkar lengan tengah, dan lingkar otot, pertengahan lengan kurang dari 60% standar

pengukuran kelemahan otot dan nyeri tekan peka rangsang mental dan kekacauan
51

mental penurunan albumin serum, penurunan transferring serum atau penurunan

kapasitas ikatanbesi (Carpenito, 2010 hlm. 259 - 260). Diagnosa tersebut menjadi

prioritas kedua, karena keidakseimbangan nutrisi ini menggambarkan individu yang

dapat mencerna makanan tapi asupanya tidak adekuat (Lynda, 2016, hlm. 300).

Diagnosa ini muncul karena didukung adanya penurunan berat badan pasien yang

sebelum sakit 12kg saat sakitnya menjadi 10kg, dirumah pasien jarang makan.

Dirumah sakit Ibu pasien mengatakan, makanan tidak pernah habis makanan hanya

habis setengah porsi saja. Penulis mengangkat diagnosa resiko nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat karena didapatkan

data pasien makan habis setengah porsi.

Intervensi yang dilakukan pada pasien adalah kaji riwayat nutrisi termasuk makanan

yang disukai rasionalnya Mengidentifikasi defisiensi nutrisi anak dan menhidangkan

makanan yang disukai anak agar nafsu makan anak meningkat, anjurkan makan

sedikit demi sedikit tapi sering rasionalnya untuk menghindari mual dan muntah

serta rasa jenuh karena makanan dalam porsi banyak, monitor makan pasien

rasionalnya untuk meningkatkan pengetahan kliendan orang tua klien tentang nutrisi

sehingga motivasiuntuk makan meningkat, hindari makanan yang mengandung gas

dan makanan pedas, beri penjelasan pentingnya nutrisi untuk tubuh rasionalnya

menurunkan distensi dan iritasigaster (Suriadi, 2010 hlm. 62).

Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan peningkatan premeabilitaskapiler.

Kekurangan volume cairan adalah keadaan dimana seorang individu yang tidak

menjalani puasa mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi vascular, intersiial


52

dan intravascular. Batasan karakteristik mayor (harus terdapat) ketidakcukupan

masukan cairan per oral, tidak adanya keseimbangan antara masukan dan aluran,

membrane mucosa atau kulit kering, berat badan kurang. Sedangkan batasan

karakteristik minor (mungkin terdapat) meningkatnya atrium darah, menurunnya

aluran urine, sering berkemih, turgor kulit menurun, mual, anorexia (Carpenito,

2010, hlm. 139).

Diagnosa tersebut menjadi prioritas ketiga, karena menurut Hierarki Maslow

kekurangan volume cairan terkait dengan kebutuhan cairan dalam tubuh akan

mempengaruhi fisiologis lainya. Kebutuhan cairan tubuh bersifat mendesak untuk

didahulukan. Penulis mengangkat diagnosa resiko kekurangan volume cairan

berhubungan dengan peningkatan premeabilitas kapiler karena didapatkan data

pasien minum sedikit dan mukosa bibir kering.

Intervensi untuk diagnosa resiko kekurangan cairan berhubungan dengan

peningkatan premeabilitas kapiler. Tindakan yang dilakukan observasi tanda –

tanda vitalrasionalnya menetapkan data dasar, untuk mengetahui dengan cepat

penyimpangan dari keadaan normalnya. Kaji intake dan output rasionalnya untuk

mengetahui keseimbangan cairan, berikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan

kebutuhan tubuh rasionalnya asupan cairan sangat diperluakan untuk menambah

volume cairan tubuh, beri terapi melalui parenteral aminofusin 500cc rasionalnya

pemberian cairan intra vena sangat penting bagiklienyang mengalami defisit

volume cairan dengan keadaan umum yang buruk untuk rehidrasi.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan

nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat

mengakibatkan kematian, terutama anak serta sering menimbulkan wabah.

Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat I : demam disertai

gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan

hemokonsentrasi. derajat II : derajat i di sertai perdarahan spontan di kulitdan

atau perdarahan lain. derajat III : kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah,

hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah. Derajat IV : Diagnosa yang muncul pada

pasien DHF yaitu Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam

darah/viremia), Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan anoreksia, Resiko tinggi terjadinya perdarahan

berhubungan dengan trombositopenia, Gangguan aktivitas sehari-hari

berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah, Resiko tinggi syok hipovolemik

berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat perdarahan.

53
54

B. Saran

1. Bagi Pasien dan Keluarga

Diharapkan keluarga mampu mengetahui tanda dan gejala demam berdarah,

dapat merawat pasien jika terkena demam berdarah serta dapat mencegah

terjadinya lingkungan yang kotor. Keluarga diharapkan mampu melanjutkan

perawatan di rumah dengan baik.

2. Bagi Perawat

Hendaknya penyuluhan kesehatan dijadikan suatu program di ruangan guna

meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit pasien dan

dapat mencegah komplikasi yang dapat terjadi.

3. Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menjadi referensi bacaan dalam

perpustakaan dan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.

Hendaknya menambah buku-buku referensi perpustakaan sehingga

mahasiswa dapat melakukan dan memberikan asuhan keperawatan pada

pasien sesuai dengan konsep yang ada di buku tersebut.


55

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad. (2012). buku ajar divisi infeksi dan
penyakit tropis. Jakarta : Sagung Seto

Dublis, Vishal and Ira Shah. (2010). Infectious Disease: Dengue.

Hidayat, Aziz Alimul A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:


Salemba Medika

Mandal, dkk. (2012). Lecture Notes: Penyakit Infeksi Edisi 6. Jakarta: Erlangga
NANDA. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic – Noc Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction
Jogja

Pramitasari, Okky Purnia. (2013). Faktor risiko kejadian penyakit demam tifoid pada
penderita yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.

Prasetyono, D.S. (2013). Daftar Tanda & Gejala Ragam Penyakit. Jogjakarta:
FlashBooks.

Rampengan, T.H. (2017). Infeksi Tropik Pada Anak Edisi 2. Jakarta: EGC.

Rekam medik RSUD dr. R.Goeteng Taroenadibrata. (2016). Jumlah pasien masuk
dan keluar. RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata.

Soedarmo, et al. (2018). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi 2. Jakarta: Ilmu
Kesehatan Anak FKUI

Soemarmo. (2018). Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2. Jakarta: Penerbit
IDAI

Suhendro, et. al. (2017). Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Supartini, Yupi. (2014. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Suriadi, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta: CV Agung
Seto.

Susilaningrum Rekawati, Nursalam & Utami sri. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi
dan Anak: untuk Perawat dan Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
56

Widagdo. (2011). Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta:
CV Sagung Seto.

_______. (2012). Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam.Jakarta:


Sagung Seto.

Wilkinson, Judith M. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. (2018). Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC

World Health Organization. (2010). Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit :


Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota.
57

LAMPIRAN
Lampiran58
1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


HIPERTERMIA DI SMC RS TELOGOREJO

KARYA TULIS ILMIAH NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi Ners

OLEH :
MEGAWATI
5.19.055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2020
59

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK F DENGAN

HIPERTERMI DI SMC RS TELOGOREJO

Asuhan Keperawatan

Seorang anak perempuan usia 10 tahun, dirawat di RS dengan Dx. Medik Observasi

DHF. Klien mengeluh demam, sakit kepela, mual, muntah, dan malas makan, juga

mengeluh susah tidur, dan jantungnya selalu berdebar-debar. Klien tidak tahu apa

yang menyebabkan dirinya sakit. Klien merasa cemas dan tidak ingin berlama-lama

dirumah sakit.Karena klien merasa tidak enak maka klien minta diantar sama

keluarganya untuk dibawa kerumah sakit, saat ini klien masih merasakan keluhan

yang sama.

A. Pengkajian

1. Pengumpulan Data

a. Identitas

1) Identitas Klien

Nama : An. F

Umur : 10 tahun

Jenis Kelamin : perempuan

Tanggal Masuk : 27 Mei 2020

Tanggal Pengkajian : 28 Mei 2020

Agama : kristen protestan

Status Perkawinan : belum Menikah

Nomor Medrec : 154739

Alamat : perumahan bungo mas thp III

Dx. Medis : DHF


60

2) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. R S

Umur : 43 Tahun

Pekerjaan : Swasta

Agama : kristen protestan

Hubungan dengan Klien : ayah

Alamat : perumahan bungo mas thp III

b. Keperawatan/Kesehatan Riwayat

1) Riwayat Kesehatan Sekarang.

Gejala sakit yang dirasakan klien dirasakan sejak 3 hari yang lalu

setelah klien pulang dari sekolah. Klien pada saat itu pingsan dan

kemudian klien dibawa kedokter praktek oleh dokter praktek klien

dianjurkan untuk diopname kerumah sakit untuk menghindsari hal

yang tidak diinginkan, setibanya dirumah sakit klien kemudian

diopname dan klien diberi cairan infus dan dianjurkan untuk banyak

minum

2) Riwayat kesehatan Lalu

Klien pernah mengalami gejala yang sama padsa 5 tahun yang lalu,

tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya dan sembuh dengan obat

dari dokter.

c. Pemeriksaan Head to toe

1) Penampilan atau Kesan Umum

Kesadaran compos mentis, badan lemah

2) Tanda Tanda Vital (TTV))

TTV: Suhu 37,5OC, Nadi 100 x/mnt frekuensi nadi 120 x/mnt,
61

frekuensi napas 28 x/mnt. Antropometri: TB 136 Cm, BB 26 kg, LLA

17 Cm, LK 50 Cm, LD 58 Cm, LP 52 Cm

3) Kepala dan Wajah

a) Bagian kepala tidak ada lesi, tidak ada benjolan, warna kulit

kepala kecoklatan, penyebaran rambut merata, rambut mudah

dicabut,tidak ada ketombe

b) Wajah

Tidak ada acne, pergerakan wajah normal, warna kulit wajah

kemerah-merahan, kedua pipi simetris

(1) Mata

Ketajaman normal, konjung tiva berwarna merah muda,

pergerakan pupil simetris, kedua bola mata simetris, lapang

pandang normal, sclera berwarna putih, tidak ada udim pada

kelopak mata, dan tidak ada pendarahan pada konjung tiva

(2) Telinga

Pendengaran jelas, daun telinga simetris, dan tidak ada

cerumen

(3) Hidung

Dapat membedakan bau, tidak epitaksis, pilek, dan lubang

hidung simetris.

(4) Mulut

Berbicara normal, dapat menelan dan menggigit secara

normal, bibir kering, tidak ada lesi pada bibir, dan tidak ada

pendarahan pada gusi.


62

c) Leher

Pergerakannya bebas, tidak ada lesi, dan tidak ada pembesaran

getah bening.

d) Dada

Mamae simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran pada organ

hepar

e) Paru Paru

Pola pernafasan normal, bunyi pernafasan normal dan sebanyak

20x/menit, dan tidak ada efusi pleura.

f) Jantung

Bunyi teratur, S1 = lup, S2=dup

g) Abdomen

Bentuk datar, suara bising usus 12x/menit, tidak ada lesi, bila

ditekan pada bagian perut sakit (epigastrium sakit tekan)

h) Ginjal

Pengeluaran urine normal, tidak ada lesi, dan tidak terdapat

haematuri

i) Genetalia

Tidak dilakukan karena tidak ada keluhan

j) Rektum

Tidak dilakukan karena tidak ada keluhan

k) Ekskremitas

(1) Ekskremitas Atas

Kedua tangan simetris, tidak ada pembengkakan, terpasang

infus disebelah kiri,


63

(2) Ekstermitas bawah

Kedua kaki simetris, tidak ada pembengkakan

l) Punggung

Tidak ada lesi, tidak ada bengkak, tidak ada kelainan bentuk

d. Pola Aktivitas

No. Jenis Aktifitas Di Rumah Di RSUD


1. Nutrisi
1. Makan
a. Jenis Nasi, lauk pauk, Bubur nasi, lauk pauk,
Makanan kue kering, buah- sayur, buah-buahan
buahan
b. Frekuensi 2-3 x/hari 3 x/hari
c. Porsi 1 porsi habis 1 porsi tidak habis
d. Kesulitan - Klien mengeluh mual
dan tidak nafsu makan
2. Minum
a. Jenis Air putih, susu, Air putih, susu
Minuman minuman biasa
b. Frekuensi 8 gelas /hari 4-5 gelas/hari
c. Kesulitan - Klien mengeluh mual
2. Eliminasi
1. BAB
a. Frekuensi 1-2 x/hari Belum BAB
b. Konsistensi Padat -
c. Kesulitan - -
2. BAK
a. Frekuensi Sering 5-7 x/hari
b. Warna Kuning Kuning
c. Kesulitan - -
3. Istirahat Tidur
1. Siang
a. Waktu 15.00 - 17.00 WIB Selama dirumah sakit
b. Kesulitan - sering tidur
2. Malam
a. Waktu 22.00 - 06.00 WIB
b. Kesulitan
4. Personal Hygine
1. Mandi
Frekuensi 2x/hari 1x/hari diseka
2. Cuci Rambut
Frekuensi 2x/seminggu Belum cuci rambut
3. Gosok Gigi
Frekuensi 2x/hari 1x/ hari
4. Gunting Kuku
Frekuensi 1x/minggu Belum gunting kuku
64

e. Data Psikologis/Konsep Diri

1) Gambaran Diri

Klien nampak lemas

2) Identitas Diri

Klien berjenis perempuan

3) Peran

Dalam keluarganya klien berperan sebagai anak, dan klien mampu

melaksanakan perannya didalam keluarganya.

4) Ideal Diri

Keinginan klien untuk sembuh dan segera pulang dari rumah sakit

sangat tinggi

5) Harga Diri

Klien sangat berharga karena sering diperhatikan oleh semua anggota

keluarganya dan tim medis

f. Data Spiritual

Klien besragama keriten protestan,

g. Data Sosial

Klien mudah diajak komunikasi dengan tim medis dan lingkungan

sekitarnya.

h. Data Penunjang

1) Hasil Laboratorium

Jenis
No. Hasil Normal
Pemeriksaan
1. Hemoglobin 14,8 gr L/dl 12-18 gr L/dl
2. Leukosit 3.400/mm3 4.000-10.000/mm3
3. Hematokrit/PCV 45% 37%-48%
4. Trombosit 77.000/mm3 150.000-400.000/mm3
65

2) Therapy

a) Infus RL 500ml/4 jam

b) parasetamol 3 x 500 mg

c) ranitidin 2 x 1 amp iv

d) ondansentro 3 x 1 amp iv

B. Analisa Data

No. Data Kemungkinan Penyebab Masalah


1. Ds : Hypertemi
Klien mengeluh demam Masuknya virus dengue
Do : kedalam tubuh melalui
1. TTV: gigitan nyamuk aedes
Suhu 37,5OC, aegypti
Nadi 100 x/mnt
frekuensi nadi 120 Virus berkembang didalam
x/mnt, frekuensi tubuh
napas 28 x/mnt
2. Klien terlihat gelisah Suhu tubuh meningkat
3. Klien terlihat lemah
4. Bibir kering

2. Ds : Respon peningkatan Suhu Ketidak


Klien mengeluh tidak tubuh seimbangan
nafsu makan nutrisi kurang
Do : Merangsang medullan dari
1. Klien terlihat lesu vomatting center kebutuhan
dan lemah Mual dan muntah tubuh
2. Porsi makan tidak
habis
3. Mual Nafu makan berkurang
4. Muntah
3. Ds : Virus dengue Resiko
Klien mengatakan mual, ketidak
muntah, jantung Mual seimbangan
berdebar cairan
Do : Permeabilitas dinding berhubungan
1. Klien terlihat enggan pembuluh darah dengan syok
utk banyak minum hipovolemik
2. Pasien pingsan di Gangguan keseimbangan
sekolah cairan & elektrolit
66

C. Diagnosa Keperawatan

No Daftar Diagnosa Keperawatan Tanda Tangan

1. Hypertermi berhubungan dengan proses penyakit


2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan penyakit
3. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan syok
hipovelemik

D. Rencana Keperawatan

Diagnosa
No SIKI Aktivitas
Perawatan

1 HipertermiaSetelah Fever
berhubungandilakukan Treatment :
dengan tindakan 1. Observasi 1. Tanda-tanda vital
proses keperawatan tanda-tanda merupakan acuan
penyakit. selama ... x 24 vital untuk mengetahui
ditandai jam, pasien tiap 3 jam. keadaan umum
dengan akan : pasien.
DS : 1. Menunjuk 2. Beri 2. Kompres hangat
Pasien kan suhu kompres dapat
mengatakan tubuh hangatpada mengembalikan
badannya dalam bagian suhu normal
panas rentang lipatan tubuh memperlancar
normal. (Paha dan sirkulasi.
DO : 2. TTV aksila).
Suhu tubuh normal. 3. Monitor 3. Untuk mengetahui
pasien intake dan adanya ketidak
meningkat output seimbangan cairan
37,80C tubuh.
4. Berikan obat 4. Dapat
anti piretik. menurunkan
demam

Temperature
Regulation
1. Beri banyak 1. Peningkatan suhu
minum (± 1- tubuh akan
1,5 liter/ menyebabkan
hari) sedikit penguapan tubuh
tapi sering meningkat
sehingga perlu
diimbangi dengan
asupan cairan
yang banyak.
67

Diagnosa
No SIKI Aktivitas
Perawatan
2. Ganti 2. Pakaian yang tipis
pakaian menyerap keringat
klien dengan dan membantu
bahan tipis mengurangi
menyerap penguapan tubuh
keringat. akibat dari
peningkatan suhu
dan dapat terjadi
kondusif

2. Ketidakseim Setelah Nutrition


bangan dilakukan managemen
nutrisi tindakan 1. Kaji keadaan 1. Memudahkan
kurang dari keperawatan umum klien untuk intervensi
kebutuhan selama ... x 24 selanjutnya
tubuh jam, pasien 2. Beri 2. Merangsang nafsu
berhubungan akan : makanan makan klien
dengan mual, 1. Menunjuk sesuai sehingga klien
dan nafsu kan kebutuhan mau makan.
makan yang kebutuhan tubuh klien.
menurun. nutrisi 3. Anjurkan 3. Makanan dalam
terpenuhi. orang tua porsi kecil tapi
2. Memper klien untuk sering
lihatkan memberi memudahkan
adanya makanan organ pencernaan
selera sedikit tapi dalam
makan sering. metabolisme.
4. Anjurkan 4. Makanan dengan
klien komposisi TKTP
memberi berfungsi
makanan membantu
TKTP dalam mempercepat
bentuk lunak proses
penyembuhan.

Nutrition
Monitoring
1. Timbang 1. Berat badan
berat badan merupakan salah
klien tiap satu indicator
hari. pemenuhan nutrisi
berhasil.
2. Monitor 2. Untuk mengetahui
mual dan status nutrisi
muntah pasien.
pasien
68

Diagnosa
No SIKI Aktivitas
Perawatan

3. Resiko syok Setelah Syok


berhubungan dilakukan prevention
dengan tindakan 1. Monitor 1. Memantau kondisi
hipovolemic. keperawatan keadaan klien selama masa
selama ... x 24 umum klien. perawatan
jam, pasien terutama saat
akan : terjadi perdarahan
1. TTV dalam sehingga tanda pra
batas syok, syok dapat
normal ditangani.
2. Natrium 2. Observasi 2. Tanda vital dalam
serum, tanda-tanda batas normal
kalium vital menandakan
serum, keadaan umum
kalsium klien baik
serum, 3. Monitor 3. Mengetahui
magnesium input dan balance cairan dan
serum output elektrolit dalam
dalam batas pasien
normal. 4. Anjurkan 4. Keterlibatan
3. Hematokrit pada pasien/ keluarga untuk
dalam batas keluarga segera melaporkan
normal untuk segera jika terjadi
melapor jika perdarahan
ada tanda- terhadap pasien
tanda sangat membantu
perdarahan. tim perawatan
untuk segera
melakukan
tindakan yang
tepat

Syok
managemen
1. Cek 1. Untuk acuan
hemoglobin, melakukan tindak
hematokrit, lanjut terhadap
trombosit perdarahan.
2. Monitor gas 2. Untuk mengetahui
darah dan adanya asodosis
oksigenasi metabolik.
69

E. Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa
Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf
Keperawatan
Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda- Data Subjektif = pasien
tanda vital lainnya mengatakan sepertinya
o
(38,2 c) panas sudah turun.
2. Monitor warna kulit Data Objektif = Suhu
(kemerahan) dan suhu 36,6 derajat Celcius,
3. Berikan obat atau cairan mukosa bibir kering,
IV (paracetamol 250 mg pasien masih lemah.
jam13.35) Analisa = masalah
4. Monitor penurunan tingkat Hipertermia sebagian.
kesadaran Planning = intervensi
5. Menganjurkan keluarga dilanjutkan
untuk membrikan pakaian
yang longgar
6. Dorong konsumsi cairan
setiap jam (air putih,
susu, dll) 1,5-2 liter/24
jam
7. Fasilitasi istirahat
8. Kompres hangat pasien
pada lipat paha dan aksila
menggunakan handuk
kecil
Kekurangan 1. Pertahankan catatan Data Subjektif = Klien
volume cairan intake dan output mengeluh nafsu makan
yangakurat berkurang.
2. Monitor status hidrasi Data Objektif = Klien
(misalnya membrane terlihat lesu dan lemah,
mukosa lembab, denyut Porsi makan tidak habis,
nadiadekuat, dan Mual dan Muntah
tekanandarah) berkurang.
3. Monitor vitalsign Analisa = masalah
4. Dorong pasien untuk teratasi sebagian.
menambah asupan oral Planning = intervensi
(menawarkan cairan dilanjutkan
diantara waktu makan)
5. Menganjurkan keluarga
memberikan makanan
ringan(misalnya
minuman ringan dan
buahan segar/ jusbuah)
6. Lembabkan bibir yang
kering dan pecah- pecah
7. Kolaborasi pemberian
cairan IV(IVFD RL
20tts/i)
8. Monitor hasil laboratorium
70

Diagnosa
Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidak 1. Kaji adanya alergi Data Subjektif = Klien
seimbangan makanan mengatakan mual dan
nutrsi kurang 2. Anjurkan keluarga muntah berkurang,
dari memberikan makan jantung berdebar.
kebutuhan sedikit tapisering Data Objektif = Klien
tubuh 3. Menganjurkan keluarga terlihat sudah banyak
untuk memberikan minum.
makanan yang disukai Analisa = masalah
pasien teratasi sebagian.
4. Monitor mualmuntah Planning = intervensi
dilanjutan
Lampiran71
2
Lampiran723

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Megawati

NIM : 519055

Judul Karya Ilmiah : Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Hipertermia Di SMC

RS Telogorejo

TTD
No Hari / Tanggal Materi / Revisi / Saran
Pembimbing

1. Kamis, Konsul askep

25 Juni 2020 Konsul BAB 1

Sri Hartini

2. Senin, Mengumpulkan revisi askep (lenhkapi

29 Juni 2020 askep, tambahkan diagnosa)

Mengumpulkan revisi bab 1 (tambahkan Sri Hartini


data, kutipan)

3. Sabtu, Review BAB I (revisi)

4 Juli 2020 Review BAB II (revisi patofisiologi,

pathway, kutipan Sri Hartini

4. Selasa, Mengumpulkan revisi BAB I

7 Juli 2020 Mengumpulkan revisi BAB II

Konsultasi BAB III Sri Hartini

5. Rabu, Review BAB II

8 Juli 2020 Review BAB III

Sri Hartini
73

TTD
No Hari / Tanggal Materi / Revisi / Saran
Pembimbing

6. Sabtu, Mengumpulkan revisi BAB III

11 Juli 2020 Konsultasi BAB IV

Sri Hartini

7. Senin, Konsultasi cover, halaman depan

13 Juli 2020 Konsultasi BAB V

Sri Hartini

8. Kamis, Mengumpulkan Revisi Bab I,

30 Juli 2020 Mengumpulkan Revisi Bab II, Latar

Belakang DHF Dewasa Belum Terlihat

Spesifik Pada Keperawatan Anak,

Mengumpulkan Revisi Bab III, Suci Amalia

Penambahan Jurnal

9. Jumat, Penambahan Manuscript dan Abstrak,

14 Agustus Penulisan Font, Koreksi Judul, Untuk

2020 Diagnosa 2 Dicantumkan Output, Intake

berapa gelas Diminum CC, Untuk


Suci Amalia
mengambil Nutrisi Antrometri

10 Sabtu, ACC

24 Agustus

2020

Suci Amalia
74

TTD
No Hari / Tanggal Materi / Revisi / Saran
Pembimbing

11. Selasa Penambahan Jurnal, Pengkajian

8 September Antrometri Dicantumkan ABCD,

2020 Mengumpulkan Revisi Bab I, Bab II, Bab


Sri Hartini
III

12. Senin ACC

14 September

2020
Sri Hartini

Anda mungkin juga menyukai