Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN

DASAR MANUSIA GANGGUAN


ELEMINASI URIN

DISUSUN OLEH :

ERIKA FIFIN S. (116027)

PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
TAHUN 2017
LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN GANGGUAN ELEMINASI URINE

I.Konsep Dasar
A. Definisi
Eleminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan
penting dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eleminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan homeostasis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme. Sisa
metabolisme dibagi dalam dua jenis yaitu eleminasi fekal (buang air besar/BAB) dan
eleminasi urine (buang air kecil/BAK).
(Asmadi, 2008, hlm.87)

B. Etiologi
1. Diet dan asupan
Jumlah dan tipe makanan dan minuman merupakan faktor utama yang
mempengaruhi output urine.
2. Respon Keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan
urine banyak tertahan di dalam vesika urinaria sehingga mempengaruhi
ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.
3. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan seringnya frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih
dan jumlah urine yang diproduksi.
4. Tingkat Aktivitas
Aktivitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi,
hal ini disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh.
5. Pembedahan
Efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat
menyebabkan penurunan jumlah produksi urine karena dampak dari
pemberian obat anestesi
6. Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah
urine.Misalnya pemberian obat deuretik dapat meningkatkan jumlah
urine,sedangkan pemberian obat antikolinergik atau antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urine.
7. Pemeriksaan diagnostik
prosedur diagnostik yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran
kemih seperti intravenous pyelogram (IVP) dengan membatasi jumlah
asupan dapat mempengaruhi produksi urine. Kemudian, tindakan cystoscopy
dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu proses
berkemih.
8. Kehamilan
9. Kondisi Penyakit
kondisi penyakit tertentu, seperti diabetes melitus yang mengalami nokturia
(BAK malam hari)
10. Bakteri
sebagian besar kasus ISK disebabkan oleh bakteri Escherichia Coli atau
E.Coli yang umumnya hidup di dalam saluran cerna . Diperkirakan bakteri
ini masuk ke dalam saluran uretra seseorang ketika kurang baik dalam
melakukan pembersihan setelah buang air besar atau buang air kecil.
(Alimul H, 2007, hlm. 73)

C. Klasifikasi
1. Retensi Urine
merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan
kandung kemih mengosongkan isinya.
2. Inkontensia Urine
merupakan ketidakmampuan otot sfingter esternal sementara atau menetap
untuk mengontrol ekskresi urine
3. Enuresis
adalah ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan
tidak mampu mengontrol sfingter eksterna. Enuresis biasanya terjadi pada
anak-anak atau jompo, umumya pada malam hari.
4. Urgensi
Adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontinensia
jika tidak berkemih.
5. Disuria
Adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan
pada pasien ISK (Infeksi saluran kemih).
6. Poliuria
Merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar dalam oleh ginjal
tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Hal ini biasanya ditemukan pada
penderita diabetes militus.
7. Urinaria Supresi
Adalah berhentinya produksi urine secara mendadak.
8. Hematuria
Merupakan urine yang disertai dengan darah
(Alimul H, 2007, hlm. 75)
D. Patofisiologi
Secara garis besar penyebabnya adalah :
1. Obstruksi
2. Infeksi
3. Kehamilan

Obtruksi pada saluran kemih bawah dapat terjadi akibat faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik berasal dari sistem saluran kemih dan
bagian yang mengelilinginya seperti pembesaran prostat jinak, tumor buli-buli,
struktur uretra abnormal, phimosis, paraphimosis dan lain-lain. Sedangkan
faktor ekstinsik sumbatan berasal dari sistem organ lain, contohnya jika
terdapat massa di saluran cerna yang menekan leher buli-buli sehingga
membuat retensi urine. Dari semua penyebab yang terbanyak adalah akibat
pembesaran prostat jinak. Penyebab kedua akibat infeksi yang menghasilkan
peradangan kemudian, terjadilah oedem yang menutup lumen saluran uretra.
Reaksi radang paling sering terjadi adalah prostatitis yaitu peradangan pada
kelenjar prostat dan menimbulkan pembengkakan pada kelenjar tersebut.
Penyebab lainnya adalah uretritis, infeksi herpes genetalia, ulvovaginesis dan
lain-lain. Pembesaran pada uterus pada saat Kehamilan menyebabkan
kompresi pada saluran kemih mengkibatkan sebagian atau total aliran
menyebabkan urine yang keluar sedikit karena ada penyempitan ureter/uretra.

(Corwin, 2009, hlm. 581)


E. Pathway

Tumor/neoplasma Pembesaran pada uterus


Proses Infeksi pada disekitar ureter pada saat kehamilan
Infeksi uretra atau uretra

Peradangan Penekanan pada Kompresi pada


ureter/uretra saluran kemih

Terbentuknya

jaringan parut

Obstruksi Urine keluar Gangguan

Obstruksi akut Sebagian atau sedikit karena Eleminasi

Kholik renalis/nyeri Total aliran ada penyempitan Urine

Nyeri pinggang ureter/uretra

Nyeri Akut

(Corwin, 2009, hlm. 583)

F. Manifestasi
1. poliuria
2. Retensi urine
3. Enuresis
4. Disuria (rasa sakit saat berkemih)
5. Urinaria supresi
6. Inkontinensia urine
7. Urgensi (perasaan ingin berkemih)

8. Hematuria (urine berwarna kemerahan)


(Alimul H, 2007, hlm. 75)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium:
a. urine meliputi volume, warna, ph
b. darah meliputi HB, kalium, natrium, klorida, fosfat, magnesium.
2. foto polos abdomen
3. plelografi Intravena (PIV)
4. Urografi Retrograde
5. Ultrasonografi(USG)
(Nurarif&Kusuma, 2015, hlm.131)

H. Komplikasi
1. Nefrolitiasis
2. Pielonefritis
3. Hydronefritis
(Smeltzer&Bare, 2013, hlm.90)

I. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan:
1. Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan cara
mengeluarkan urine secara biasa. Biasanya untuk memeriksa gula atau
kehamilan.
2. Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan cara
menggunakan alat steril. Biasanya digunakan untuk mengetahui
adanya infeksi pada saluran kemih.
3. Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang
dikumpulkan dalam 24 jam,bertujuan untuk mengetahui jumlah urine
selama 24 jam dan mengukur berat jenis urin
b. Membantu BAK pasien jika tidak mampu dengan pispot
c. Kaji adanya nyeri pada abdomen
d. Perkusi pada area supra pubik untuk mengetahui adanya retensi urine

2. Medikamentosa
1. Pemberian analgetik seperti pyridium
2. Pemberian antibiotik seperti amoxicillin, levofloxacin

(Towarto, Wartonal, 2007, hlm.71)


II.Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pemeriksaan fisik
a.TTV
b.Antropometri
c.Head to toe
(Muttaqin, A., 2012, hlm. 89)
B. Diagnosa
1. Gangguan eleminasi urine berhubungan dengan Infeksi saluran kemih
(Herdman ,2015, hlm.199)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
(Herdman ,2015, hlm.469)

C. Intervensi
1. Dx : Gangguan eleminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran
kemih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24jam diharapkan
pasien dapat berkemih dengan baik.
KH : 1. Pasien dapat berkemih dengan normal tanpa rasa nyeri.
2.volume urine pasien normal dengan rentang 600-1600ml/24jam
(Moorhead, 2013, hlm.609)

NIC : Manajemen Eleminasi Perkemihan

NA :

1. Monitor eleminasi urine setiap berkemih


Rasional : untuk mengetahui adanya perubahan warna, bau, volume
2. Ambil spesimen urine pancaran tengah dengan tepat
Rasional : pengambilan spesimen urine tengah untuk dilakukan
pemeriksaan laboratorium
3. Ajarkan pasien mengenai tanda dan gejala infeksi saluran kemih
Rasional : edukasi untuk pasien dan keluarga pasien supaya
memahami tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
4. Ajarkan pasien untuk minum 8 gelas/hari pada saat makan, diantara
jam makan dan disore hari
Rasional : untuk menyeimbangkan cairan tubuh pasien
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri
(Bulechek, 2013, hlm.177)

2. Dx : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
nyeri pasien dapat berkurang.
KH : 1.Nyeri pasien dapat berkurang
2.pasien tampak rileks
(Moorhead, 2013, hlm.645)

NIC : Manajemen Nyeri

NA :

1. Kaji tingkat nyeri pasien


Rasional : untuk mengetahui skala nyeri pasien
2. Kurangi atau eleminasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri
Rasional : untuk meminimalisir timbulnya nyeri
3. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
Rasional : dapat membuat pasien merasa nyaman dan dapat
mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri sehingga dapat
menggurangi nyeri yang dirasakan
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
Rasional : untuk mengurangi rasanyeri
(Bulechek, 2013, hlm.198)
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, Aziz. 2011. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Bulechek, Gloria M, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification Edisi ke enam. Edisi
Bahasa Indonesia. Jakarta : Moco Media
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Herdman, T. Heather dan Shigemi Kamitsu. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Indonesia : EGC
Morhead , Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification Edisi ke lima. Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta : Moco Media
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Imunologi. Jakarta : Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Edisi I. Yogyakarta : NuhaMedika
Smeltzer&Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Towarto, Wartonal. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai