Disusun Oleh :
1.16.027
2020
LAPORAN ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN
1 Tindakan Keperawatan yang Injeksi intravena (bolus) adalah pemberian obat
dilakukan dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh
darah vena atau melalui karet selang infuse dengan
menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena
adalah pembuluh darah yang menghantarkan darah ke
jantung. Injeksi intravena bertujuan untuk memperoleh
reaksi obat yang cepat diabsorpsi dari pada dengan
injeksi perenteral lain, menghindari terjadinya
kerusakan jaringan serta memasukkan obat dalam
jumlah yang lebih besar (Ambarawati, 2010)
4. Fase Terminasi
a. Merapikan klien
b. Melakukan evaluasi tindakan
c. Membereskan alat
d. Berpamitan
e. Mencuci tangan
f. Dokumentasi (Respon pasien terhadap
prosedur, tanggal, jam dan nama terang)
6 Bahaya yang mungkin terjadi 1. Bahaya
akibat tindakan tersebut dan dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat
cara pencegahan koloid darah dengan reaksi hebat, karena
dengan cara ini “benda asing” langsung
dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya
tekanan darah mendadak turun dan timbulnya
shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi
dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat
setempat dalam darah meningkat terlalu pesat.
Oleh karena itu, setiap injeksi intravena
sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-
70 detik lamanya. ( Potter, Perry, 2009).
2. Pencegahan
Melakukan Tindakan sesuai SOP dengzn
Prinsip 6 benar pemberian obat:
a. Benar pasien
Sebelum memberikan obat cek kembali
identitas pasien.
b. Benar obat
Sebelum memberikan obat kepada pasien,
label pada botol atau kemasan harus di
periksa minimal 3 kali.
c. Benar dosis
Sebelum memberikan obat perawat harus
memeriksa dosis obat dengan hati-hati dan
teliti, jika ragu perawat harus berkonsultasi
dengan dokter atau apoteker sebelum di
lanjutkan ke pasien.
d. Benar cara/rute
Ada banyak rute/cara dalam memberikan
obat, perawat harus teliti dan berhati-hati
agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat.
e. Benar waktu
Ketepatan waktu sangat pentingkhususnya
bagi obat yang efektivitas tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan darah yang
memadai, ada beberapa obat yang diminum
sesudah atau sebelum makan, juga dalam
pemberian antibiotik tidak oleh di berikan
bersamaan dengan susu, karna susu dapat
mengikat sebagian besar obat itu,sebelum
dapat di serap tubuh.
f. Benar dokumentasi
Setelah obat itu di berikan kita harus
mendokumentasikan dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu di berikan, dan jika
pasien menolak pemberian obat maka harus
di dokumentasikan juga alasan pasien
menolak pemberian obat.
(Hidayat, 2010)
7 Hasil yang didapat dan makna Tingkat nyeri klien yang mengganggu diharapkan
menurun dan membuat klien lebih rileks
8 Identifikasi tindakan (I.08235) Kompres Panas
keperawatan lainnya yang Kompres Panas adalah melakukan stimulus kulit
dapat dilakukan untuk dan jaringan dengan panas untuk mengurangi
mengatasi masalah/diagnose nyeri, spasme otot dan mendapatkan efek
tersebut terapeutik lainnya melalui paparan panas.
O:
1. Identifikasi kontraindikai kompred panas
2. Identifikasi kondisi kulit yang akan
dilakukan kompres panas
3. Periksa suhu alat kompres
4. Monitor iritasi kulit atau kerusakan
jaringan selama 5 menit pertama
T:
1. Pilih metode kompres yang nyaman dan
mudah didapat
2. Pilih lokasi kompres
3. Balutv alat kompres panas dengan kain
pelindung
4. Lakukan kompres panas pada daerah yang
cidera
5. Hindari penggunakaan kompres pada
jaringan yang terpapar terapi radiasi
E:
1. Jelaskan prosedur penggunaan kompres
panas
2. Anjurkan tidak menyesuaikan pengaturan
suhu secara mandiritanpa pemberitahuan
sebelumnya
3. Ajarkan cara menghindari kerusakan
jaringan akibat panas
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Nurma. (2015).Pengaruh Praktik Injeksi Intravena Oleh Perawat Terhadap Kejadian
Plebitis Di Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso Tahun 2012. Diperoleh dari
http://lp3m.thamrin.ac.id/upload/jurnal/JURNAL-1519702187.pdf
Hidayat, A. Azis Alimul. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia. EGC. Jakarta.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta. Dewan
Pengurus PPNI.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta. Dewan
Pengurus PPNI.
Risnah. (2019). Terapi Non Farmakologi Dalam Penanganan Diagnosis Nyeri Akut Pada
Fraktur:systematic Review. Vol. 4 No. 2 Desember 2019. Jurnal Islamic Nursing.