Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

ERIKA FIFIN SETYANINGSIH

(116027)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
TAHUN 2019
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan


tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
dan angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas
dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam
waktu yang lama( Saraswati,2009).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World
Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90
mmHg. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani,
2010).

Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik/Diastolik (mmHg)


Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I 140 - 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100

Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding
pembuluh darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari
jantung. Angka yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan
besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir
masuk kembali ke dalam jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya,
terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan
adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).

B. ETIOLOGI

Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial


(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada
kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder
yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga
erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor
makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi
garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang
mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola
makan, merokok (M.Adib,2009).

C. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu:


Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau
mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung
berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging
(tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2010).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki
gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara
lain yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah
merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak
napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan
(keluar darah dari hidung).

D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula
jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing
ganglia melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pusat ganglia
ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan
dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya
menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang
kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan
oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan
sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung
menurun dan tekanan primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi
oleh reflek kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi.
Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas.
Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi
perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan
pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai
umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi
vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang juga
berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan
penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras
untuk memompa darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon
monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat
meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta kekentalan
darah berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah
garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga
tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka
didalam urine bisa ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon
epinefrin dan norepinefrin (Ruhyanudin, 2010).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi (Rohaendi, 2018).

E. PATHWAYS

Obesitas Merokok Stress Konsumsi garam berlebihAlkohol Kurang olah raga Kelainan fungsi ginjal
Usia di atas 50 tahun
Feokromositoma

Nikotinkolesterol
Penimbunan dan karbon monoksida masuk aliran
Pelepasan darahdan kortisol
adrenalin Peningkatan kadar kortisol
Tidak mampu membuang sejumlah garam dan air di dalam tubuh
Retensi cairan Penebalan
Meningkatnya dinding
tahanan periferaorta
arteri& pembuluh darah besar

Meningkatnya
Peningkatan volume darah sel darah merah
dan sirkulasi
Penyempitan pembuluh darah Memacu stress
Volume darah dalam tubuh meningkat
Meningkatnya viskositas
Aterosklerosis Tahanan perifer meningkat

Menghasilkan
Jantung bekerja keras untuk memompa
hormon epinefrin
dan norepinefrin

HIPERTENSI

Otak Ginjal Indera Kenaikan beban kerja jantung

Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal


Retina Hidung
Suplai O2 keRetensi
otak menurun
pembuluh darah otak meningkat Telinga
Hipertrofi otot jantung

Spasme arteriole Perdarahan Suara berdenging


Sinkope Blood flow menurun Penurunan fungsi otot jantung
Tekanan pembuluh darah meningkat
Diplopia Gangguan keseimbangan
Resiko tinggi cidera
Respon RAA
Nyeri kepala Resiko tinggi cidera Resiko penurunan curah jatung
Resiko terjadi gangguan perfusi jaringan serebral Vasokonstriksi

Gangguan rasa nyaman nyeri


Rangsang aldosteron

Retensi natrium

Oedem

Gangguan keseimbangan volume cairan

Sumber :
Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003;
Sodoyo, 2006; Ruhyanuddin, 2007.

F. PENATALAKSANAAN

1. Terapi tanpa obat


a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas normal.

b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)


mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6
gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium, dan kalium yang cukup).

c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.

d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.


e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama
tekanan darahnya terkendali.

g. Teknik-teknik mengurangi stress


Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.

h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara
otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur
gerakannya.

2. Terapi dengan obat


a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).

b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg
(concor).

c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh
darah.

d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor


Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg
(capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).

e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).

f. Antagonis Reseptor Angiotensin II


Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh :
valsartan (diovan).

g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Adib, 2009; Muttaqin,
2009).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah


Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh
hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan
plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya
diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau
takik aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Adib, 2009).

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan
penyakit serebrovaskuler.
Tanda: 1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi
perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),
kemerahan.
c. Integritas ego
Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau
marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)

2) Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang berkaitan


dengan pekerjaan)
Tanda: 1) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian tangisan
yang meledak

2) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor mata),


gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
e. Makanan/Cairan
Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)
4) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda: 1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala: 1) Keluhan pening/pusing

1) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan


menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
2) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh
3) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
4) Episode epistaksis
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: 1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis
pada arteri ekstremitas bawah)
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
4) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)
h. Pernafasan
Gejala: 1) dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja
2) takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
3) batuk dengan atau tanpa sputum
4) riwayat merokok
Tanda: 1) distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan
2) bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)
3) Sianosis
i. Keamanan
Gejala: 1) gangguan koordinasi atau cara berjalan
2) episode parestesia unilateral transion
3) hipotensi postural
j. Pembelajaran/penyuluhan

Gejala: 1) faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit


jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler/ginjal.
2) Pengguaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat atau alkohol
(Ruhyanudin, 2017).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Nathea, 2018) adalah


sebagai berikut:

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh


darah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih
sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,
harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
6. Kurang pengetahuan mengenai konndisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi.
7. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin dan retensi cairan dan
natrium.

C. RENCANA TINDAKAN
N DIANGOSA
O KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX KOLABORASI
1 Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :
penurunan curah  Cardiac Pump Cardiac Care
jantungberhubungan effectiveness   - Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi,
denganpeningkatan   Circulation Status durasi)
afterload, vasokonstriksi,  Vital Sign Status   - Catat adanya disritmia jantung
hipertrofi/rigiditas Kriteria Hasil:   - Catat adanya tanda dan gejala penurunan
ventrikuler, iskemia  - Tanda Vital dalam cardiac putput
miokard rentang normal  - Monitor status kardiovaskuler
(Tekanan darah, Nadi,  - Monitor status pernafasan yang menandakan
respirasi) gagal jantung
  - Dapat mentoleransi  - Monitor abdomen sebagai indicator penurunan
aktivitas, tidak ada perfusi
kelelahan   - Monitor balance cairan
  - Tidak ada edema paru,  - Monitor adanya perubahan tekanan darah
perifer, dan tidak ada  - Monitor respon pasien terhadap efek
asites pengobatan antiaritmia
  - Tidak ada penurunan  - Atur periode latihan dan istirahat untuk
kesadaran menghindari kelelahan
  - Monitor toleransi aktivitas pasien
  - Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan
ortopneu
  - Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
  - Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
  - Catat adanya fluktuasi tekanan darah
  - Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
  - Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
  - Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
  - Monitor kualitas dari nadi
  - Monitor adanya pulsus paradoksus
  - Monitor adanya pulsus alterans
  - Monitor jumlah dan irama jantung
  - Monitor bunyi jantung
  - Monitor frekuensi dan irama pernapasan
  - Monitor suara paru
  - Monitor pola pernapasan abnormal
  - Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
  - Monitor sianosis perifer
  - Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
  - Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2 Intoleransi NOC : NIC :


aktivitasberhubungan   Energy conservation Energy Management
dengankelemahan,   Self Care : ADLs   - Observasi adanya pembatasan klien dalam
ketidakseimbangan suplai Kriteria Hasil : melakukan aktivitas
dan kebutuhan oksigen.   - Berpartisipasi dalam  - Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan
aktivitas fisik tanpa terhadap keterbatasan
disertai peningkatan  - Kaji adanya factor yang menyebabkan
tekanan darah, nadi kelelahan
dan RR   - Monitor nutrisi  dan sumber energi
  - Mampu melakukan tangadekuat
aktivitas sehari hari  - Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
(ADLs) secara mandiri dan emosi secara berlebihan
  - Monitor respon kardivaskuler  terhadap
aktivitas
  - Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
pasien
Activity Therapy
  - Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
Medik dalammerencanakan progran terapi
yang tepat.
  - Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
  - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi
dan social
  - Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
  - Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
  - Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
  - Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
  - Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
  - Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
  - Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
  - Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

3 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan peningkatan  Pain Level, Pain Management
tekanan vaskuler serebral   Pain control,   - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
  Comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
- Mampu mengontrol  - Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu  - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
menggunakan tehnik mengetahui pengalaman nyeri pasien
nonfarmakologi untuk  - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
mengurangi nyeri,  - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
mencari bantuan)   - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
 -- Melaporkan bahwa lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
nyeri berkurang masa lampau
dengan menggunakan  - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
manajemen nyeri menemukan dukungan
 -- Mampu mengenali  - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri (skala, intensitas, nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
frekuensi dan tanda kebisingan
nyeri)   - Kurangi faktor presipitasi nyeri
 -- Menyatakan rasa  - Pilih dan lakukan penanganan nyeri
nyaman setelah nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
berkurang personal)
 -- Tanda vital dalam  - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
rentang normal intervensi
  - Ajarkan tentang teknik non farmakologi
  - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
  - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
  - Tingkatkan istirahat
  - Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil
  - Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
  - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
  - Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
  - Cek riwayat alergi
  - Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
  - Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
  - Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
  - Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
  - Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
  - Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
  - Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

4 Cemas berhubungan Setelah dilakukan Anxiety Reduction


dengan krisis situasional tindakan keperawatan§  - Gunakan pendekatan yang menenangkan
sekunder adanya hipertensi selama 3 x 24§  - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
yang diderita klien jam,   cemas pasien pelaku pasien
berkurang dengan §  - Jelaskan semua prosedur dan apa yang
kriteria hasil: dirasakan selama prosedur
v Anxiety Control §  - Temani pasien untuk memberikan keamanan
v Coping dan mengurangi takut
v Vital Sign Status §  - Berikan informasi faktual mengenai
- Menunjukan teknik diagnosis, tindakan prognosis
untuk mengontrol§  - Dorong keluarga untuk menemani anak
cemas è teknik nafas§  - Lakukan back / neck rub
dalam §  - Dengarkan dengan penuh perhatian
-- Postur tubuh pasien§  - Identifikasi tingkat kecemasan
rileks dan ekspresi§  - Bantu pasien mengenal situasi yang
wajah tidak tegang menimbulkan kecemasan
-- Mengungkapkan§  - Dorong pasien untuk mengungkapkan
cemas berkurang perasaan, ketakutan, persepsi
§ TTV dbn §  - Instruksikan pasien menggunakan teknik
TD = 110-130/ 70-80 relaksasi
mmHg §  - Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
RR = 14 – 24 x/ menit
N   = 60 -100 x/ menit
S    = 365 – 375 0C

6. Kelebihan volume cairan b.d Tujuan: Fluid Management :


penurunan haluaran urin dan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji status cairan ; timbang berat
retensi cairan dan natrium. keperawatan selama 3x24 badan,keseimbangan masukan dan haluaran,
jam volume cairan turgor kulit dan adanya edema
seimbang. 2. Batasi masukan cairan
Kriteria Hasil: 3. Identifikasi sumber potensial cairan
NOC : Fluid Balance 4. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional
 Terbebas dari edema, pembatasan cairan
efusi, anasarka 5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi.
 Bunyi nafas
bersih,tidak adanya Hemodialysis therapy
dipsnea 1. Ambil sampel darah dan meninjau kimia darah
 Memilihara tekanan (misalnya BUN, kreatinin, natrium, pottasium,
vena sentral, tekanan tingkat phospor) sebelum perawatan untuk
kapiler paru, output mengevaluasi respon thdp terapi.
jantung dan vital sign 2. Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi,
normal. pernapasan, dan tekanan darah untuk
mengevaluasi respon terhadap terapi.
3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk
menghilangkan jumlah yang tepat dari cairan
berlebih di tubuh klien.
4. Bekerja secara kolaboratif dengan pasien
untuk menyesuaikan panjang dialisis,
peraturan diet, keterbatasan cairan dan obat-
obatan untuk mengatur cairan dan elektrolit
pergeseran antara pengobatan
5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan dengan  Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
kurangnya informasi process   - Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
tentang proses penyakit   Kowledge : health pasien tentang proses penyakit yang spesifik
Behavior   - Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
Kriteria Hasil : bagaimana hal ini berhubungan dengan
§  - Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
menyatakan   - Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
- pemahaman tentang muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
penyakit, kondisi,  - Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
prognosis dan program tepat
pengobatan   - Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna
§  - Pasien dan keluarga cara yang tepat
mampu melaksanakan  - Sediakan informasi pada pasien tentang
prosedur yang kondisi, dengan cara yang tepat
dijelaskan secara benar  - Hindari harapan yang kosong
§  - Pasien dan keluarga  - Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
mampu menjelaskan tentang kemajuan pasien dengan cara yang
kembali apa yang tepat
dijelaskan perawat/tim  - Diskusikan perubahan gaya hidup yang
kesehatan lainnya. mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
  - Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
  - Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
  - Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
  - Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
  - Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.
Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Ruhyanudin, F. (2017). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2016). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi
Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai