UNTUK HUKUM
PROFESI
MASJID ZAKAT
PRODUKTIF
4. ZAKAT PRODUKTIF
Kemunculan istilah di atas dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk
“kritik” terhadap penyaluran zakat kepada mustahiq yang pada
umumnya bersifat konsumtif. Zakat yang diterima oleh mustahiq
biasanya bersifat konvensional yaitu sekedar untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari yang sifatnya “menghabiskan”. Namun di
sisi lain terdapat mustahiq yang keberadaannya masih produktif baik
dari tenaga, ilmu dan keterampilan. Mustahiq yang masih mampu
produktif tersebut dapat diberikan zakat berupa modal usaha untuk
pengembangan kemampuan yang dimilikinya.
Arif Mufraini dalam Buku Akuntansi dan Manajemen Zakat (2006:147)
telah mengemas bentuk inovasi pendistribusian zakat yang
dikategorikan dalam empat bentuk:
Pertama, distribusi bersifat “konsumtif tradisional,” yaitu zakat dibagikan
kepada mustahik untuk dimanfaatkan secara langsung, seperti zakat
fitrah, atau zakat mal yang dibagikan kepada para korban bencana
alam.
Kedua, distribusi bersifat “konsumtif kreatif.” yaitu zakat yang
diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula, seperti diberikan
dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa.
Ketiga, distribusi bersifat “produktif tradisional,” yaitu zakat diberikan
dalam bentuk barang-barang yang produktif seperti kambing, sapi, dan
lain sebagainya. Pemberian dalam bentuk ini dapat menciptakan usaha
yang membuka lapangan kerja bagi fakir miskin. Keempat, distribusi
dalam bentuk “produktif kreatif,” yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk
permodalan baik untuk menambah modal
5. PENYALURAN ZAKAT UNTUK PEMBANGUNAN MASJID
Kelompok Mustahiq Zakat Jumhur ulama sepakat bahwa kelompok
mustahiq zakat itu terdiri delapan asnaf atau bagian. Kesepakatan
tersebut didasari oleh ayat al-Qur’an surat al-Taubat ayat 60
: sebagai berikut
ِ ت لِ ْلفُقَ َر ۤا ِء َو ْال َم ٰس ِكي ِْن َو ْال ٰع ِملِ ْينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُمَؤ لَّفَ ِة قُلُ وْ بُهُ ْم َوفِى الرِّ قَ ا
ب َو ْال ٰغ ِر ِم ْينَ َوفِ ْي ُ صد َٰق
َّ ۞ اِنَّ َما ال
هّٰللا هّٰللا
ْضةً ِّمنَ ِ َۗو ُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم هّٰللا
َ َسبِ ْي ِل ِ َواب ِْن ال َّسبِي ۗ ِْل فَ ِري
Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, para amil zakat, orang-orang yang dilunakkan hatinya
(mualaf), untuk (memerdekakan) para hamba sahaya, untuk
(membebaskan) orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan
untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan (yang
memerlukan pertolongan), sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha
Mengetahui lagi Mahabijaksana.
Fuqara, yaitu Orang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan yang
dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Orang yang termasuk
kelompok ini tidak memiliki suami (isteri), ayah, ibu, dan anak yang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Masakin, yaitu Orang yang memiliki pekerjaan, tapi hasilnya tidak dapat
memenuhi kebutuhannya,
Amilin yaitu Yaitu orang yang bekerja memungut zakat (panitia zakat).
Muallaf, pengertiannya dapat berarti orang yang baru masuk Islam
sedangkan imannya masih lemah, maka untuk menguatkannya perlu
diyakinkan dengan zakat. Atau orang kafir yang berniat untuk masuk
Islam, tapi masih tipis keimanannya, maka ia dapat diberi zakat supaya
niat masuk Islamnya menjadi kuat.
Budak, yaitu orang yang hidupnya tidak merdeka, dikuasai oleh
tuannya dan berniat untuk membebaskan dirinya
Orang yang terlilit hutang, yaitu orang yang memiliki tunggakan
hutang kepada orang lain baik hutang tersebut untuk kepentingan
pribadinya atau hutang karena untuk biaya kebajikan.
Orang yang berjuang di jalan Allah, yaitu para tentara yang
berperang melawan serangan orang kafir.
Orang yang sedang dalam perjalanan. Yaitu orang yang sedang
melakukan sebuah perjalanan dengan tujuan yang baik bukan untuk
kemaksiatan, seperti pelajar atau mahasiswa yang belajar di luar negeri.
Daftar materi
1. Materi tentang zakat produktif
2 pada KB yang
sulit dipahami
Daftar materi
yang sering
mengalami 1. Pemahaman antara zakat profesi dengan zakat produktif
3
miskonsepsi
dalam
pembelajaran