NPM : 1718781020001
PUTRA GALUH
CIJANTUNG-CIAMIS
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam kehidupan sehari-hari ini, kita sudah mengenal apa itu infaq
dan wakaf juga sodaqoh. Dimana ketiga hal ini begitu berkaitan dan sangat
dilapangkan rezekinya hingga berlimpah ruah dan ada pula yang dipersempit
A. MACAM-MACAM ZISWAF
1. Macam-macam Zakat
a). pertanian dan perkebunan
Rasulullah SAW bersabda : “ tidak ada kewajiban zakat (atas hasil
petanian) di bawah 5 wasaq” (H.R Bukhari Muslim)
Para ulama sepakat bahwa zakat diwajibkan atas jelai (sya’ir), gandum
(qamh), dan anggir kering. Sedangkan untuk tanaman yang lainnya para
ulama berbeda pendapat.
Berdasarkan hadis di atas, para ulama berpendapat bahwa pertanian
yang berupa makanan dan memungkinkan untuk disimpan, maka wajib
dikeluarkan zakatnya. Adapun hasil pertanian atau perkebunan yang bukan
bertujuan untuk dikonsumsi ataupun tidak memungkinkan disimpan dalam
waktu lama, para ulama berbeda pendapat tentang metode zakatnya.
b). emas dan perak
beberapa ulama tafsir berpendapat, bahwa maksud dari kalimat
“menafkahkannya di jalanAllah” adalah menunaikan hak-hak harta itu.
Salah satu bentuk hak atas harta tersebut adalah zakat.
Ulama bersepakat (ijma’) bahwa zakat emas dan perak wajib
dikeluarkan jika sudah memenuhi criteria wajib zakat. Dengan demikian,
nisab emas adalah 20 dinar atau 85 gram emas, nisab perak 200 dirham dan
nilai zakat yang harus dikeluarkan 2,5%.
c). harta perniagaan
para ahli fikih berpendapat bahwa kalimat “(di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik” pada ayat di atas menjadi dasar bagi
zakat perniagaan. Dalil yag paling kuat tentang zakat perniagaan adalah
imak(kesepakatan) ulama.
Nisab harta perniagaan adalah sama dengan nisab emas (senilai 85
gram emas). Sistem pencapaian nisab harta perniagaan tergabung dengan
harta lain yang berupa emas, perak, uang dan sejenisnya.
d). binatang ternak
para ulama sepakat bahwa unta, sapid an kambing termasuk binatang
ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya. Kewajiban zakat itu berlaku jika
jumlahnya telah mencapai nisab. Hanya saja, ada perbedaan di kalangan
ulama tentang zakat binatang ternak yang tidak di gembala di padang
rumput. Sebagian besar ulama berpendapat tidak ada kewajiban zakat atas
binatang ternak yang tidak digembala di padang rumput meskipun
jumlahnya mencapai nisab. Sedangkan ulama malikiyyah berpendapat
bahwa status sebagai binatang ternak yang digembala di padang rumput
bukanlah syarat wajib zakat. Oleh karena itu, jika ada binatang ternak yang
mencapai nisab tetapi tidak digembalakn di padang rumput, pemiliknya
tetap wajib mengeluarkan zakat.
e). Rikaz atau Harta Terpendam
rikaz adalah harta peninggalan orang terdahulu yang terpendam di
dalam tanah atau di bawah puing-puing bangunan terdahulu yang tidak
dilintasi manusia atau pada tempat yang asing. Mengenai hal ini ulama
berbeda pendapat apakah kewajiban zakat terhadap harta terpendam itu
harus memenuhi nisab terlebih dahulu atau tidak. Sebagian ulama
berpendapat bahwa kewajiban zakat atas harta terpendam tidak terkait
dengan nisab. Sebagian ulama lainnya justru mensyaratkan pencapaian
nisab. Nilai zakat atas rikaz adalah 20% dari harta terpendam yang
ditemukan.
B. MACAM-MACAM INFAQ
a). infaq mubah
adalah mengeluarkan harta untuk perkara mubah seperti berdagang,
bercocok tanam.
b). infaq wajib
penerapan dari infaq wajib adalah mengeluarkan harta untuk sesuatu
yang wajib, seperti : membayar mahar (mas kawin), menafkahi istri,
menafkahi istri yag ditalak dan masih dalam kondisi iddah.
c). infaq untuk jihad
C. MACAM-MACAM WAKAF
a). Wakaf Ahli
Yaitu wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, seorang atau
lebih, keluarga si wakif atau bukan. Wakaf seperti ini juga disebut wakaf
Dzurri. Apabila ada seseorang mewakafkan sebidang tanah kepada anaknya,
lalu kepada cucunya, wakafnya sah dan yang berhak mengambil manfaatnya
adalah mereka yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf. Wakaf jenis ini
(wakaf ahli/dzurri) kadang-kadang juga disebut wakaf 'alal aulad, yaitu
wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan dan jaminan sosial dalam
lingkungan keluarga (famili), lingkungan kerabat sendiri. Wakaf untuk
keluarga ini secara hukum Islam dibenarkan berdasarkan Hadits Nabi yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik tentang adanya
wakaf keluarga Abu Thalhah kepada kaum kerabatnya. Di ujung Hadits
tersebut dinyatakan sebagai berikut :
ط ْلّح ه ْة
َ ْس ه َمهَا اَبُ هو َ َ فَق, َ َواِنِى اَ َرى اَ ْن تَجْ َعلَّهَا فِى ْاالَ ْق َربِ ْين,ْت َما قُ ْلّتَ فِ ْيهَا
ُ قَد َس ِمع
ِ َفِى اَق
اربِ ِه َوبَنِى َع ِم ِه
Artinya :
Aku telah mendengar ucapanmu tentang hal tersebut. Saya berpendapat
sebaiknya kamu memberikannya kepada keluarga terdekat. Maka Abu
Thalhah membagikannya untuk para keluarga dan anak-anak pamannya.
Dalam satu segi, wakaf ahli (dzurri) ini baik sekali, karena si wakif
akan mendapat dua kebaikan, yaitu kebaikan dari amal ibadah wakafnya,
juga kebaikan dari silaturrahmi terhadap keluarga yang diberikan harta
wakaf. Akan tetapi, pada sisi lain wakaf ahli ini sering menimbulkan
masalah, seperti : bagaimana kalau anak cucu yang ditunjuk sudah tidak ada
lagi (punah) ? Siapa yang berhak mengambil manfaat benda (harta wakaf)
itu ? Atau sebaliknya, bagaimana jika anak cucu si wakif yang menjadi
tujuan wakaf itu berkembang sedemikian rupa, sehingga menyulitkan
bagaimana cara meratakan pembagian hasil harta wakaf ?
Untuk mengantisipasi punahnya anak cucu (keluarga penerima harta
wakaf) agar harta wakaf kelak tetap bisa dimanfaatkan dengan baik dan
berstatus hukum yang jelas, maka sebaiknya dalam ikrar wakaf ahli ini
disebutkan bahwa wakaf ini untuk anak, cucu, kemudian kepada fakir
miskin. Sehingga bila suatu ketika ahli kerabat (penerima wakaf) tidak ada
lagi (punah), maka wakaf itu bisa langsung diberikan kepada fakir miskin.
Namun, untuk kasus anak cucu yang menerima wakaf ternyata berkembang
sedemikian banyak kemungkinan akan menemukan kesulitan dalam
pembagiannya secara adil dan merata. Pada perkembangan selanjutnya,
wakaf ahli untuk saat ini dianggap kurang dapat memberikan manfaat bagi
kesejahteraan umum, karena sering menimbulkan kekaburan dalam
pengelolaan dan pemanfaatan wakaf oleh keluarga yang diserahi harta
wakaf. Di beberapa Negara tertentu, seperti : Mesir, Turki, Maroko dan
Aljazair, wakaf untuk keluarga (ahli) telah dihapuskan, karena
pertimbangan dari berbagai segi, tanah-tanah wakaf dalam bentuk ini dinilai
tidak produktif. Untuk itu, dalam pandangan KH. Ahmad Azhar Basyir MA,
bahwa keberadaan jenis wakaf ahli ini sudah selayaknya ditinjau kembali
untuk dihapuskan.
b). wakaf Khairi
Yaitu, wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama
(keagamaan) atau kemasyarakatan (kebajikan umum). Seperti wakaf yang
diserahkan untuk keperluan pembangunan masjid, sekolah, jembatan, rumah
sakit, panti asuhan anak yatim dan lain sebagainya. Jenis wakaf ini seperti
yang dijelaskan dalam Hadits Nabi Muhammad SAW yang menceritakan
tentang wakaf Sahabat Umar bin Khattab. Beliau memberikan hasil
kebunnya kepada fakir miskin, ibnu sabil, sabilillah, para tamu, dan hamba
sahaya yang berusaha menebus dirinya. Wakaf ini ditujukan kepada umum
dengan tidak terbatas penggunaannya yang mencakup semua aspek untuk
kepentingan dan kesejahteraan umat manusia pada umumnya. Kepentingan
umum tersebut bisa untuk jaminan sosial, pendidikan, kesehatan,
pertahanan, keamanan dan lain-lain.
Dalam tinjauan penggunaannya, wakaf jenis ini jauh lebih banyak
manfaatnya dibandingkan dengan jenis wakaf ahli, karena tidak terbatasnya
pihak-pihak yang ingin mengambil manfaat. Dan jenis wakaf inilah yang
sesungguhnya paling sesuai dengan tujuan perwakafan itu sendiri secara
umum. Dalam jenis wakaf ini juga, si wakif (orang yang mewakafkan harta)
dapat mengambil manfaat dari harta yang diwakafkan itu, seperti wakaf
masjid maka si wakif boleh saja di sana, atau mewakafkan sumur, maka si
wakif boleh mengambil air dari sumur tersebut sebagaimana pernah
dilakukan oleh Nabi dan Sahabat Ustman bin Affan. Secara substansinya,
wakaf inilah yang merupakan salah satu segi dari cara membelanjakan
(memanfaatkan) harta di jalan Allah SWT. Dan tentunya kalau dilihat dari
manfaat kegunaannya merupakan salah satu sarana pembangunan, baik di
bidang keagamaan, khususnya peribadatan, perekonomian, kebudayaan,
kesehatan, keamanan dan sebagainya. Dengan demikian, benda wakaf
tersebut benarbenar terasa manfaatnya untuk kepentingan kemanusiaan
(umum), tidak hanya untuk keluarga atau kerabat yang terbatas.
A. KESIMPULAN
Macam macam zakat terdiri dari ; pertanian dan perkebunan, emas
dan perak, harta perniagaan, binatang ternak dan rikaz atau harta yang
terpendam. Dimana masing-masing memiliki presentase zakat yang berbeda-
beda. Untuk macam-macam infaq ; infaq wajib, infaq mubah dan infaq untuk
jihad. Untuk macam-macam wakaf ialah ; wakaf ahli dan wakaf khairi. Dimana
pada dasarnya zakat infaq dan wakaf ini merupakan mengeluarkan sebagian
harta untuk dibersihkan dan untuk menyantuni fakir miskin.
Untuk regulasi formal tentang zakat infaq dan wakaf terdapat dalam
UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat infaq shadaqah dan wakaf.
Dan dalam quran surat At taubah : 10, Q.S Al baqarah : 43, dan Q.S Al
Baqarah : 277.