Anda di halaman 1dari 3

Syarat Wakaf, Syarat Benda Wakaf, Ketentuan Peruntukan Wakaf

Orang yang akan melakukan wakaf disyaratkan memenuhi lima hal agar sedekah
jariyah ini sah diamalkan.
Ibadah wakaf dalam Islam dikategorikan sebagai salah satu amal jariyah untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Wakaf sendiri adalah sedekah harta untuk kepentingan
masyarakat banyak.
Sedekah wakaf tidak berkurang nilainya, tidak boleh dijual dan tidak boleh
diwariskan. Hal ini dikarenakan wakaf pada hakikatnya adalah menyerahkan kepemilikan
harta manusia menjadi milik Allah atas nama umat banyak.
Keutamaan Sedekah Wakaf
Keutamaan sedekah wakaf sebagai amal jariyah tergambar dalam sabda Nabi
Muhammad, “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga
perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang salih” (HR.
Muslim).
Pada dasarnya pengertian wakaf adalah menahan harta yang bisa diambil manfaatnya
dengan tetap kekalnya zat harta itu sendiri dan mantasharrufkan kemanfaatannya di jalan
kebaikan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah.
Konsekuensi dari hal ini adalah zat harta-benda yang diwakafkan tidak boleh
ditasharrufkan. Sebab yang ditasharrufkan adalah manfaatnya. Hal ini sebagaimana
dikemukakan oleh penulis kitab Kifayah al-Akhyar sebagai berikut;
‫َصرُّ فُ َمنَافِ ِع ِه فِي ْالبِ ِّر تَقَرُّ بًا ِإلَى‬
َ ‫ف فِي َع ْينِ ِه َوت‬ َ َّ‫ع ِمنَ الت‬
ِ ُّ‫صر‬ ُ ‫ع َحبْسُ َما ٍل يُ ْم ِكنُ اِإْل ْنتِفَا‬
ٌ ‫ع بِ ِه َم َع بَقَا ِء َع ْينِ ِه َم ْمنُو‬ ِ ْ‫َو َح ُّدهُ فِي ال َّشر‬
-‫ سورابايا‬،‫ كفاية األخيار فى حل غاية اإلختصار‬،‫ تقي الدين أبي بكر بن محمد الحسيني الحصني الدمشقي الشافعي‬- ِ‫هللا‬
256 .‫ ص‬،1 ،‫ ج‬،‫دار العلم‬
“Definisi wakaf menurut syara’ adalah menahan harta-benda yang memungkinkan untuk
mengambil manfaatnya beserta kekalnya dzat harta-benda itu sendiri, dilarang untuk
mentasaharrufkan dzatnya. Sedang mentasharrufkan kemanfaatannya itu dalam hal kebaikan
dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah.”

Pahala orang yang berwakaf akan selalu langgeng di sisi Allah. Jika harta wakaf terus
dimanfaatkan umat, ganjaran orang yang melakukan wakaf akan terus mengalir, kendati ia
sudah meninggal dunia.
Syarat dan Rukun Wakaf
Sebagaimana dilansir Rumah Wakaf, terdapat lima syarat dan rukun wakaf yang harus
dipenuhi agar sedekah jariyah ini sah diamalkan sebagai berikut:
1. Wakif atau orang yang mewakafkan harta
2. Mauquf bih atau tersedia barang atau harta yang akan diwakafkan dan benda yang
diwakafkan harus melewati syarat Mauquf seperti:
 Benda yang diwakafkan harus dalam kepemilikan wakif
 Benda yang diwakafkan harus memiliki nilai
 Benda yang diwakafkan harus diketahui saat terjadi wakaf
 Benda tersebut dibenarkan untuk diwakafkan
3. Mauquf ‘Alaih atau pihak yang diberi wakaf dan peruntukan wakaf atas harta yang
tersedia Yakni orang yang menerima wakaf. Terdapat dua jenis orang yang menerima
wakaf yakni tertentu (mu’ayyan) dan tidak tertentu (ghaira mu’ayyan). Lebih lanjut,
yang dimaksud mua’yan adalah hanya sekumpulan orang atau satu orang saja yang
dapat menerima manfaat wakaf. Sedangkan ghaira mu’ayan adalah penerima wakaf
diberikan kepada pihak yang tidak spesifik seperti kepada fakir, miskin, tempat
ibadah, dan masyarakat secara luas.
4. Shighat atau pernyataan sebagai ikrar wakif untuk kehendak mewakafkan sebagian
harta bendanya demi kepentingan orang banyak. Ada beberapa syarat shighat yakni
 Ucapan bisa dilaksanakan atau direalisasikan segera, tanpa ada syarat-syarat
tambahan
 Ucapan bersifat pasti
 Ucapan tidak mengandung syarat yang dapat membatalkan wakaf
 Ucapan harus mengandung kata-kata yang menunjukkan kekalnya wakaf(tidak
sah jika ucapan mengandung batas waktu)
5. Nazhir atau orang yang akan bertanggung jawab mengelola harta wakaf tersebut.
Rukun dan syarat di atas harus dipenuhi orang yang bermaksud mewakafkan hartanya.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari perselisihan yang biasanya terjadi di kemudian hari,
terlebih lagi jika ahli waris belum mengetahui terkait harta yang diwakafkan orang tuanya.
Selain harus sah dilakukan dari tuntunan agama, orang yang bermaksud mewakafkan
hartanya sebaiknya mengurus sertifikat wakaf sebagaimana diatur undang-undang negara.
Orang yang mewakafkan hartanya atau pihak nazhir yang dibebani tanggung jawab
harus melaporkan untuk mengurus harta wakaf, terutama jika yang diwakafkan itu adalah
tanah, kepada pihak Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) atau Kepala Badan
Pertanahan Nasional (BPN) untuk diakui negara sebagai tanah wakaf.
Hal ini disebabkan harta yang diwakafkan, khususnya tanah wakaf seringkali
menimbulkan sengketa karena selisih paham ahli waris atas tanah orang tuanya. Padahal
orang tuanya sudah melakukan ikrar tersirat atas sedekah jariyah untuk mewakafkan harta,
yang dalam hal ini tanah bagi kepentingan umat banyak.
Tentunya, pihak pewakaf tidak ingin memantik masalah keduniaan. Meskipun perkara
wakaf adalah hubungan antara hamba dan Allah, di sana juga terdapat kepentingan umat yang
diatur pihak negara agar urusannya lancar tidak hanya kepada Tuhan, namun juga antar
manusia di lingkungan masyarakat.
Pemakaman umum yang disedekahkan menjadi bentuk Khairi bagi kepentingan bersama.
(Sumber: Nusadaily.com)

Tanah, bangunan masjid, atau pemakaman mungkin menjadi bentuk yang paling
umum diketahui. Sebetulnya terdapat beberapa jenis harta lain yang dapat dijadikan wakaf.
Namun kita akan bahas salah satunya saja yaitu :
Wakaf Berdasarkan Peruntukannya

Wakaf Ahli (dzurri atau ’alal Untuk kepentingan dan jaminan sosial dalam


aulad) lingkungan keluarga dan kerabat sendiri.

Contoh Wakaf Ahli Harta yang disumbangkan hanya dapat


(dzurri atau ’alal aulad) dimanfaatkan oleh keluarga besar demi kebaikan.

Wakaf Khairi (kebajikan) kepentingan agama atau masyarakat (kebajikan


umum).

Contoh Wakaf Khairi tanah yang disumbangkan untuk membangun


prasarana bangunan kesehatan gratis atau area
pemakaman.

Anda mungkin juga menyukai