Pendahuluan
Mengawali tulisan ini, penulis ingin menyampaikan bahwa apa yang diuraikan nanti bukan
dimaksudkan sebagai sebuah pembenaran atas satu pendapat apalagi kemudian menyalahkan
pendapat lainnya. Sama-sama kita fahami ketika sebuah kajian masuk ke dalam ranah fiqih,
maka dimungkinkan terjadinya perbedaan pendapat. Tentu para ulama masing-masing telah
melakukan ijtihad terbaiknya dalam memahami sebuah nash. Al-Quran surat An-Nisa ayat 59
kiranya dapat dijadikan sebagai landasan dalam menyikapi perbedaan.
Terkait zakat profesi ini, secara garis besar terdapat dua pendapat. Ada yang menerima dan ada
yang tidak sependapat. Jika ditelusuri, perbedaan keduaya karena terkait penyebutan nash
secara tekstual.
Menurut ushul fiqh, dapat diselesaikan dengan jalan mengembalikan persoalan tersebut kepada
al-Quran dan sunnah itu sendiri. Pengembalian kepada dua sumber hukum itu dapat dilakukan
diantaranya dengan cara perluasan makna lafaz dan dengan jalan qiyas.
Diantaranya, ada nash yang secara literal mengisyaratkan keumuman zakat yang meliputi
”hasil-hasil usahamu yang baik-baik” sebagaimana termaktub dalam Surat Al-Baqarah ayat
267 berikut ini:
Ada banyak jenis profesi dengan pembayaran rutin maupun tidak, dengan penghasilan sama
dan tidak dalam setiap bulannya. Jika penghasilan dalam 1 bulan tidak mencapai nishab, maka
hasil pendapatan selama 1 tahun dikumpulkan atau dihitung, kemudian zakat ditunaikan jika
penghasilan bersihnya sudah cukup nishab.
Pendapat kebanyakan menyatakan bahwa besar zakat profesi yang dikeluarkan adalah 2,5 %.
Sekalipun ada yang berpendapat dikeluarkan 5 % atau 10 % jika nishabnya diqiyaskan dengan
pertanian.
Waktu membayar zakat profesi ada yang berpendapat dikeluarkan setelah mencapai haul 1
tahun. Bahkan, ada yang berpendapat zakat profesi tidak berlaku kaidah haul, karena
mengqiyaskan pada hasil pertanian yang tidak menerapkan kaidah haul, yaitu ditunaikan
zakatnya ketika panen, yaitu setiap mendapat penghasilan. Dalam hal profesi, dimana
umumnya pekerjaan profesi rutin memperoleh gaji bulanan, maka diakumulasi dalam 1 bulan
sekali.
Menghitung Zakat Profesi
Contoh penghitungan dari baznas.go.id yang menggunakan nishob emas adalah, jika harga
emas pada hari ini sebesar Rp938.099/gram, maka nishab zakat penghasilan dalam satu tahun
adalah Rp79.292.978,-. Penghasilan Bapak Fulan sebesar Rp10.000.000/ bulan, atau
Rp120.000.000,- dalam satu tahun. Artinya penghasilan Bapak Fulan sudah wajib zakat. Maka
zakat Bapak Fulan adalah Rp250.000,-/ bulan.
Jika dengan nishab perak, sebagaimana dikutip dari buku panduan praktis ZIS Jamaah
Muslimin (Hizbullah), mencontohkan, misalnya si Fulan bekerja di sebuah perusahaan, setiap
bulan menerima gaji Rp 4.000.000,- jika harga perak adalah RP. 6.000/gr, maka nishabnya
adalah 595 gr x Rp. 6.000 = Rp. 3.750.000,-. Si Fulan sudah terkena kewajiban zakat karena
gaji yang diterimanya telah melebihi nishab. Maka zakat yang dikeluarkannya adalah 2,5% x
Rp. 4.000.000,- = Rp. 100.000,-. Tentunya harga perak disesuaikan dengan waktu penerimaan
gaji saat akan melakukan perhitungan nishab zakat.
Penutup
Penulis sependapat dengan pernyataan bahwa zakat profesi atau zakat penghasilan diakui oleh
syariah dan mempunyai landasan dari al-Qur’an dan sunnah sebagaimana yang tersebut di atas.
Zakat profesi hanya sebuah istilah, jika tidak setuju dengan istilah ini, bisa menyebutnya
dengan zakat maal. Zakat profesi dan zakat mal itu hakikatnya sama, hanya beda dalam
penyebutan. Karena siapa saja yang mempunyai harta dan memenuhi syarat-syaratnya, seperti
lebih dari nishab, maka terkena kewajiban zakat. Baik harta itu didapat dari hadiah, hasil suatu
pekerjaan ataupun dari sumber-sumber lain yang halal.
Adapun jika ada perbedaan terkait ukuran nishob dan besaran yang harus dikeluarkan, maka
sebagaimana dikemukakan di awal tulisan, mari kita merujuk ke surat An-Nisa ayat 59 :
ِٰ ِ َٰٓيـﱡها الﱠ ِذين اٰمنُـٓوا اَ ِطيـعوا ا ٰ واَ ِطيـعوا الﱠرسو َل واُ ِوﱃ ْاﻻَم ِر ِمْن ُك ۚم فَاِ ْن تَـنَازعتم ِﰲ َشي ٍء فَـرﱡدوه اِ َﱃ ا ٰ ِ والﱠرسوِل اِ ْن ُكْنـتم تـُؤِمنُـو َن
ّ ْ ْ ُْ ُْ َ ّ ُ ْ ُ ْ ْ ْ ُْ َ ْ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ َّ ُ ْ ْ َ َ ْ َ
ِ ۗ ٰ ْ والْيـوِم
َ اﻻ ِخ ِر ٰذل
ࣖ ﻚ َخ ْﲑٌ ﱠواَ ْح َس ُن َْ ِويْ ًﻼ َْ َ
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta
ululamri di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada
Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang
demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat).