Anda di halaman 1dari 10

PARTISIPASI PETANI PADA PASAR LAHAN

(STUDI KASUS PADA PETANI KENTANG JAWA BARAT)

Elly Rasmikayati*

ABSTRACT
The objective of this study is to describe the participation of farmers on the
land market. The research method used was a survey method and the PRA method
(Participatory Rural Appraisal) were performed on 500 potato farmers in West Java
were selected using two-stage stratified sampling technique. Descriptive statistics
are used to describe the participation of farmers on the land market. Research
results revealed that potato farmers participating in the land market through land
leasing (51%), purchase of land (4%), land sales (9%) and farmers who do not
actively participate in the land market as much as 36%. Meanwhile, there are
exciting things, an increase in tenure of land area to farmers with land area less than
0.5 hectares.
Keywords: land markets, the modern market, demand for land, farmers' participation

PENDAHULUAN perekonomian dan pertumbuhan


Penguasaan lahan merupakan penduduk yang berimplikasi pada
hal yang penting mengingat lahan meningkatnya kebutuhan tanah untuk
merupakan salah satu sarana produksi tempat tinggal, pengembangan sarana
yang penting bagi petani dalam perhubungan, pabrik-pabrik dan
melakukan usahatani untuk dapat prasarana sosial lainnya dengan laju
memperoleh manfaat langsung dan dan pola yang tidak terkendali.
tidak langsung dari lahannya. Manfaat Meskipun alih fungsi lahan
langsung lahan bagi petani diantaranya memiliki dampak positif (penyerapan
adalah sebagai sarana rekreasi, sosial tenaga kerja, Produk Regional Bruto,
budaya, pengendalian urbanisasi dan penghematan devisa), tetapi karena
kesehatan. Disamping itu, manfaat persebarannya tidak terkendali, maka
langsung lahan yang paling utama bagi sejumlah dampak negatif akan timbul,
petani adalah sebagai penghasil produk
seperti pemubaziran investasi di sektor
pertanian dan sumber untuk pertanian, hilangnya mata pencaharian
memperoleh pendapatan. petani/buruh tani, kapasitas pasokan
Dengan semakin besarnya pangan, degradasi fungsi sawah
tekanan jumlah penduduk, lahan sekitarnya, maupun tercabutnya
pertanian di Indonesia juga semakin kelembagaan penunjang sistem
menyusut. Salah satu penyebab pertanian produktif. Selain itu,
utamanya adalah alih fungsi lahan yang pertanian Indonesia juga dihadapkan
tidak terkendali. Kegiatan ekonomi, pada masalah degradasi lahan pertanian
khususnya industri dan kebutuhan akan terutama berupa menurunnya
pemukiman berperan besar dalam kesuburan fisik dan kimia tanah akibat
beralihnya fungsi lahan pertanian. erosi ataupun akibat penggunaan tanah
Konversi lahan pertanian sulit dihindari yang over intensive.
karena perubahan struktur
_______
* Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Padjadjaran. Bandung.

Agrisep Vol (16) No. 1 , 2015 10


Penurunan luas lahan untuk pertanian Dengan demikian, penelitian ini
berakibat pada meningkatnya jumlah bertujuan untuk menggambarkan
petani yang luas penguasaan lahannya partisipasi petani di pasar lahan.
kurang dari 0,5 hektar (gurem) dan
mereka semakin sulit untuk
METODE PENELITIAN
memperluas lahannya.
Objek dan Tempat Penelitian
Petani sayuran di Jawa Barat Objek penelitian ini adalah
saat ini pada umumnya merupakan petani kentang di Jawa Barat. Daerah
petani gurem yang penguasaan Jawa Barat diambil sebagai tempat
lahannya kurang dari setengah hektar. penelitan karena merupakan salah satu
Dari sekitar 14 juta orang petani gurem daerah penghasil kentang terbesar di
yang ada di seluruh Indonesia, menurut Indonesia yang produksi kentangnya
Sensus Pertanian tahun 2003, terdapat mencapai 34,5 persen dari total
25 persen tinggal di luar pulau Jawa produksi kentang Indonesia. Di lain
(Badan Pusat Statistik Indonesia, pihak, Jawa Barat merupakan salah
2003). Sedangkan sisanya memadati satu propinsi yang berpenduduk sangat
pulau Jawa yang diantaranya yaitu padat sehingga kepemilikan serta
sekitar 2 juta orang petani gurem penguasaan lahan sebagai faktor
tinggal di Jawa Barat. Hal ini produksi utama bagi petani sayuran
mengindikasikan bahwa petani Jawa cenderung semakin sempit. Di samping
Barat semakin sulit untuk mempunyai itu sebagian petani kentang di Jawa
kemampuan dalam memperluas Barat sudah mulai mengerahkan hasil
lahannya sehingga perlu dibantu oleh produksinya ke pasar modern.
pemerintah untuk dapat meningkatkan
Rancangan Penelitian
akses terhadap lahan. Metode penelitian yang
Meskipun demikian, ada digunakan untuk penelitian ini adalah
beberapa indikator yang survey dan metode PRA (Partisipatory
memperlihatkan adanya perubahan Rural Appraisal). Metode survey
positif, terutama untuk daerah Jawa digunakan untuk menggali data primer
Barat. Pada daerah ini terdapat tentang dinamika penguasaan lahan
peningkatan jumlah luas lahan kering petani, usahatani dan permintaan petani
dan jumlah produksi sayuran yang terhadap lahan. Kemudian, metode
dihasilkan. Dinamika seperti ini PRA dilakukan untuk lebih mendalami
menyiratkan bahwa meskipun petani dan memahami alasan-alasan mengenai
sayuran Jawa Barat penguasaan terjadinya dinamika dalam hal-hal
lahannya sempit, mereka masih tersebut di atas. Data mengenai
memiliki potensi besar untuk berubah penguasaan lahan, penggunaan lahan
ke arah yang lebih baik serta dinamika permintaan petani
kesejahteraannya. Hal ini didukung terhadap lahan diperoleh melalui
hasil penelitian Saptana (2002) yang interview langsung dengan petani yang
menyimpulkan bahwa dinamika pasar bersangkutan dengan menggunakan
lahan semakin menggeliat dan ada kuesioner.
petani yang mampu memperluas
Jenis dan Sumber Data
lahannya. Petani yang mengalami Data yang digunakan dalam
peningkatan luas lahan tidak hanya penelitian ini adalah data primer dan
menjual pada pasar tradisional tetapi sekunder. Data primer diperoleh dari
juga merespon pada pasar yang masih pengumpulan data dengan
relatif baru berkembang yaitu pasar menggunakan kuesioner. Informasi
modern (Natawidjaja, dkk., 2006).
yang diperoleh tersebut, kemudian

Agrisep Vol (16) No. 1 , 2015 11


dianalisis secara deskriptif dan dibuat kecamatan penghasil kentang terbesar,
model matematisnya yang yaitu yang produksi kentangnya
menghubungkan antara pemilihan >10.000 ton/tahun. Kemudian, dari
pasar kentang dikaitkan dengan masing-masing kecamatan dipilih
permintaan petani terhadap lahan, sejumlah petani kentang yang sesuai
melalui usahatani mereka. Sebagai dengan kriteria.
penunjang, digunakan data sekunder Proses penarikan sampling
yang berkaitan dengan ketiga konsep
adalah sebagai berikut. Petani yang
tersebut. Data sekunder tersebut berasal menanam kentang kemudian dicacah
dari BPS, hasil penelitian sebelumnya, untuk membentuk sampling frame bagi
internet, Dinas Pertanian serta Dinas penelitian. Dari pencacahan ini,
Perdagangan. diperoleh daftar nama sebanyak 1.500
Populasi, Sampel dan Sampling petani kentang. Selanjutnya, dari
Populasi dari penelitian ini masing-masing stratum didapat
adalah seluruh petani yang menanam sejumlah petani responden dengan
kentang di Jawa Barat. Responden menggunakan rumus berikut :
yang terpilih adalah 500 orang petani.
Responden dipilih dengan Ni
menggunakan teknik sampling ni  n
N
stratifikasi dua tahap. Metode sampling
ini digunakan karena ketidaklengkapan Dimana :
data mengenai individu petani. Ada ni = jumlah sampel dari stratum ke-i
beberapa langkah yang perlu dilakukan Ni = jumlah populasi pada stratum ke-i
dalam mengaplikasikan teknik N = jumlah keseluruhan populasi
sampling stratifikasi dua tahap ini. n = jumlah seluruh sampel yang akan
Tahap pertama, kabupaten penghasil diambil
kentang yang potensial dipilih dari Berdasarkan rumus tersebut,
seluruh kabupaten dan kota penghasil maka hasilnya dapat dilihat pada
kentang di Jawa Barat. Selanjutnya, Gambar 1 berikut.
dari kabupaten yang terpilih diambil

N1= 35
Kecamatan dengan Produksi
Kentang Rendah

N2=110 n = 500
Kecamatan dengan Produksi
Kentang Sedang

Kecamatan dengan Produksi N3= 355


Kentang Tinggi

Gambar 1. Hasil Pemilihan Responden


Sebagai gambaran lengkap dari pada penelitian ini, dapat dilihat pada
tahapan sampling stratifikasi dua tahap Gambar 2 berikut.

Agrisep Vol (16) No. 1 , 2015 12


Populasi : Kec. dengan Produksi Kentang > 10.000 ton/tahun

Produksi Rendah Produksi Sedang Produksi Tinggi

6 Kecamatan 5 Kecamatan 4 Kecamatan

Tahap 1

2 Kecamatan 3 Kecamatan 2 Kecamatan

Tahap 2

35 Petani 110 Petani 355 Petani

500 Petani

Gambar 2. Tahapan Sampling stratifikasi Dua Tahap


Catatan : Populasi target : 15 kecamatan yang produksi kentangnya >10.000 ton/tahun.
Kecamatan yang terpilih sebagai hasil penarikan sampling tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Kecamatan-Kecamatan yang Terambil Sebagai Sampel Penelitian

No. Kecamatan Produksi kentang 2004 (ton)


1 Pasirjambu 15.439,00
2 Cikajang 32.022,60
3 Pasirwangi 32.951,10
4 Lembang 34.584,00
5 Cimenyan 269.709,00
6 Kertasari 290.320,00
7 Pangalengan 1.857.731,00

Operasionalisasi Variabel
Tabel 2. Operasionalisasi Variabel
Respon
No. Variabel Sub Variabel Satuan
Kualitatif
I Akses terhadap lahan dan Kepemilikan lahan milik/bukan
komposisinya milik
Luas lahan yang
Hektar
dibeli
Harga lahan yang
Rp/hektar
dibeli
Luas lahan yang
Hektar
dijual

Agrisep Vol (16) No. 1 , 2015 13


Respon
No. Variabel Sub Variabel Satuan
Kualitatif
Harga lahan yang
Rp/hektar
dijual
Luas lahan yang
Hektar
disewa
Harga lahan yang
Rp/hektar
disewa
Asal Pemilik dalam/luar
desa
Jarak lahan dengan
Meter
jalan
Jarak Lahan dengan
Meter
rumah
Keterlibatan di ya/tidak
pasar lahan
Banyaknya plot Buah

Metode Analisis berdasarkan akses terhadap lahan dapat


Data primer dan sekunder dilihat pada Gambar 3.
dianalisis secara statistika deskriptif Besarnya persentase petani
pada tahap awal. Alat yang digunakan yang menyewa lahan ini menyiratkan
untuk mempresentasikan data berupa masih bergairahnya petani dalam
berbagai tabel, cross-tabulasi, diagram
melakukan usahatani kentang. Terdapat
dan bermacam grafik. Selain itu, kemungkinan petani yang melakukan
digunakan pula ukuran gejala pusat dan penyewaan lahan adalah petani yang
dispersi untuk mengetahui perilaku percaya diri mampu untuk melakukan
data secara deskriptif. Tahap usahatani kentang dengan baik,
selanjutnya, data primer dianalisis sehingga dengan memperluas lahan
dengan menggunakan statistika yang dikuasai dan digarapnya akan
inferensial, yaitu dengan memakai menghasilkan keuntungan yang lebih
berbagai pengujian hipotesis dan besar. Persentase jumlah petani
pembuatan model matematisnya. berdasarkan luas lahan yang disewa
dapat dilihat pada Gambar 4.4.2.

HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut petani, akses terhadap


Akses Petani Terhadap Lahan lahan melalui penyewaan lahan masih
Sebanyak 51 % atau 256 orang relatif lebih mudah, selain biayanya
petani kentang mengakses lahan tidak terlalu mahal, pada setiap musim
melalui penyewaan. Banyaknya plot hampir selalu ada petani yang
yang disewa oleh mereka umumnya menyewakan lahannya. Petani tersebut
hanya satu plot (38 %). Sementara itu, dapat saja sedang tidak melakukan
sekitar 15% petani menyewa antara dua usahatani kentang karena tidak ada atau
sampai dengan empat plot. Pemilik belum ada modal ataupun dialihkan
lahan yang disewa petani ternyata tidak dulu untuk diselingi penanaman jenis
semuanya berada di dalam desa sekitar sayuran lain agar nanti pada saat
tempat tinggal petani. Ada 16% menanam kentang kembali tanahnya
pemilik yang tinggalnya di luar desa menjadi lebih subur.
tempat petani tinggal. Untuk lebih Penggunaan lahan perhutani
jelasnya, proporsi jumlah petani yang dinilai sangat subur sebagai lahan

Agrisep Vol (16) No. 1 , 2015 14


pertanian oleh petani telah dilarang agak jauh dari jalan raya. Hal ini
sejak tahun 2002 oleh pemerintah. menyebabkan beberapa petani tetap
Pihak perhutani khawatir usahatani menggarap lahan perhutani secara
yang dilakukan pada lahan milik ilegal walaupun sudah ada pelarangan
perhutani yang umumnya memiliki untuk menanaminya. Menurut petani,
kemiringan yang cukup besar akan mereka tidak punya pilihan lain karena
menjadi penyebab terjadinya longsor biaya usahatani semakin mahal
yang semakin sering terjadi. Sementara terutama untuk petani yang memiliki
itu, petani sangat menyukai lahan lahan garapan yang sangat terbatas
perhutani karena umumnya masih lebih ataupun tidak mempunyai lahan
subur dibandingkan dengan lahan garapan.
lainnya, walaupun kadang lokasinya

Ket: tidak aktif = petani tidak melakukan beli, sewa dan jual lahan

Gambar 3. Diagram Persentase Petani Berdasarkan Akses Terhadap


Lahan Tahun
Persentase jumlah Petani (%)

40

30

20
Perce
nt

10

0
0.50 - 1.00 2.00 - 3.00 > 5.00
0.00 -0.50 1.00 - 2.00 4.00 - 5.00

Luas Lahan yang Disewa


(Ha)

Agrisep Vol (16) No. 1 , 2015 15


Gambar 4. Persentase Jumlah Petani Berdasarkan Luas Lahan yang Disewa
usahataninya paling rendah dibanding
yang lainnya. Mungkin mereka sering
mengalami kegagalan dalam usahatani
Harga sewa lahan bervariasi sayuran ataupun kentang, sehingga
antar kecamatan yang secara umum menjadi putus asa yang kemudian
mengalami peningkatan dan cukup memutuskan untuk menjual lahannya.
mahal menurut petani. Harga sewa Penyebab lainnya adalah mereka
lahan milik desa lebih murah terdesak oleh kebutuhan keluarga untuk
dibandingkan lahan komersil. Petani pangan, pendidikan, kesehatan ataupun
membayar sewa lahan rata-rata sebesar lainnya sehingga terpaksa menjual
1,1 juta rupiah per hektarnya. Menurut lahan. Petani sangat mencintai
petani rata-rata harga sewa lahan naik lahannya sehingga mereka selalu
sekitar 5% setiap tahunnya. bercita-cita untuk dapat memiliki lahan
Petani penyewa, umumnya (192 yang lebih luas walaupun kondisi
orang) menyewa satu plot lahan. mereka saat ini belum memungkinkan
Sepertinya, menyewa banyak lahan untuk membeli lahan. Dapat dikatakan
masih menyulitkan petani. Semakin bahwa lahan memiliki arti yang penting
banyak plot lahan yang disewa maka bagi petani, baik untuk usahatani
semakin besar biaya untuk maupun sebagai pencitra status
usahataninya terutama dalam hal sosialnya. Mereka akan menjual
pengawasan baik saat pemeliharaan lahannya jika hanya dalam keadaan
ataupun saat panen. Akibat dari hal sangat terpaksa.
tersebut adalah hanya ada 63 petani Jika partisipasi petani di pasar
yang mampu menyewa lahan sebanyak lahan dikaitkan dengan lamanya
dua sampai tiga plot dan hanya ada satu pengalaman mereka melakukan
orang petani yang menyewa lahan usahatani sayuran, petani terbagi
sebanyak empat plot. kedalam dua kelompok besar. Petani
Selain mampu menyewa lahan, yang melakukan penjualan lahan
ada juga sebagian kecil petani yang pengalaman usahataninya lebih rendah
mampu melakukan pembelian lahan. dibanding dengan petani yang
Untuk membeli lahan petani melakukan penyewaan dan pembelian
membutuhkan dana yang sangat besar lahan serta petani yang tidak aktif.
karena hampir seluruh petani Petani yang melakukan pembelian
berpendapat sangat sulit untuk lahan adalah mereka yang telah
melakukan perluasan lahan dengan memiliki pengalaman paling sedikit 10
membeli dengan alasan utamanya tahun usahatani sayuran. Kemungkinan
adalah harga beli lahan yang sangat mereka memiliki kemampuan untuk
mahal. Sebagai contoh, harga jual mengakumulasikan keuntungan yang
lahan per hektar pada salah satu diperolehnya dari usahatani untuk
kecamatan adalah sekitar 138 juta diinvestasikan pada perluasan lahan
rupiah per hektar. Pada periode tahun miliknya. Sementara itu, petani yang
1995 harganya sekitar 85 juta rupiah melakukan penyewaan lahan dan yang
per hektar. tidak aktif pengalaman usahatani
terendahnya hampir sama.
Petani yang melakukan Kecenderungan ini dapat dilihat pada
penjualan lahan pengalaman Gambar 5.

Agrisep Vol (16) No. 1 , 2015 16


60.00
258
320
281

50.00
Pengalaman Petani (tahun)

40.00

30.00

20.00

10.00

0.00

jual beli sewa tidak jual beli sewa


Partisipasi Petani di Pasar Lahan
Partisipasi Petani di Pasar Lahan

Gambar 5. Hubungan Partisipasi Petani di Pasar Lahan dengan


Pengalaman Mereka

KESIMPULAN dukungan dari berbagai pihak pada


Berdasarkan pembahasan pengembangan faktor-faktor yang
sebelumnya, maka dapat disimpulkan dapat meningkatkan tingkat
bahwa sebanyak 51% petani kentang keuntungan usahatani. Pertama, untuk
berpartisipasi di pasar lahan melalui meningkatkan produktifitas, dapat
penyewaan lahan dan baru 4% petani ditempuh dengan memperbanyak pusat
yang mampu melakukan pembelian pembibitan yang dibangun oleh
lahan. Mereka juga diantaranya ada pemerintah dan memberikan insentif
yang melakukan penjualan lahan bagi fihak swasta yang melakukan
sebanyak 9%. Sedangkan petani yang pengembangan pada bidang tersebut.
tidak aktif berpartisipasi di pasar lahan Kemudian, pemerintah juga perlu
sebanyak 36%. Petani yang menguasai untuk mengalokasikan dana lebih
lahan antara 0,5 sampai dengan satu banyak bagi penelitian serta
hektar, jumlahnya paling banyak, yaitu pengembangan pestisida tepat guna
33%. Sedangkan jumlah petani gurem, yang harganya lebih murah.
jumlahnya mencapai 23%. Terjadi selanjutnya, upaya untuk meningkatkan
peningkatan luas penguasaan lahan jumlah industri kecil dan menengah
pada petani dengan luas lahan kurang pengolahan kentang sangat diperlukan.
dari 0,5 hektar, tetapi mereka Pemberian kredit dalam bentuk saprodi
jumlahnya tetap. Selain itu, total luas yang sistemnya terkontrol perlu juga
lahan sewa juga mengalami diberikan pada petani yang mampu
penambahan. menyewa lahan dan pengalaman
usahataninya lebih lama. Demikian
Partisipasi petani terhadap
juga halnya dengan pemeliharaan dan
lahan sebaiknya ditingkatkan melalui
pembangunan bak-bak penampungan

Agrisep Vol (16) No. 1 , 2015 17


air permanen, akan sangat membantu and Impact of Market Chain
keberhasilan usahatani dan jangka Change on Farmer in China: Case
panjangnya diharapkan dapat Study of Cucumber and Tomato
meningkatkan peluang petani dalam in Shandong Province (Micro
memperluas lahan yang dikuasainya. study of Component 1 (China)
Recoverning Market Program).
Center for Chinese Agricultura
DAFTAR PUSTAKA
Policy. Chinese Academy of
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2003. Sciences.
Sensus Pertanian 2003 : Hasil Jöreskog, K.G. 1981. Analysis of
Pendaftaran Rumah Tangga Covariance Structures.
Propinsi Jawa Barat. Badan Pusat Scandinavian Journal of Statistics
Statistik, Jakarta. 8: 65-92.
Browne, M.W. 1974. Generalized Jöreskog, K.G. dan Sörbom , D. 1996.
Least Square Estimators in the Lisrel 8: User’s Reference Guide,
Analysis of Covariance Scientific Software International,
Structures. South African hlm. 28.
Statistical Journal, 8, 1-24. McCulloch, N.dan Ota, M. (2002).
Browne, M.W. 1984. Asymptotically “Export Horticulture and Poverty
Distribution-free Methods for the in Kenya”,Working Paper, No.
Analysis of Covariance 174. Institute for Development
Structures. British Journal of Studies. Sussex, U.K.
Mathematical and Statistical Mearns, Robin. 1999. Access to Land
Psychology 37: 62-83. in Rural India, Policy Issues and
Deininger, K., dan Songqing Jin. 2007. Options. Journal Socio-
Land Sales and Rental Markerts Economist/Natural Resource
in Transition : Evidence from Management Specialist, World
Rural Vietnam, Policy Research Bank (SASRD).
Working Paper, 3013. The World Natawidjaja, Ronnie S., Trisna Insan
Bank Development Research Noor, Tomy Perdana, Elly
Group Rural Development. Rasmikayati, Sjaiful Bachri dan
Deininger, K., Gero Carletto dan Sara Thomas Reardon. 2006.
Savastano. 2007. Land Market Component Regoverning Market
Development and Agricultural Programme : Restructuring of
Production Efficiency in Albania. Agrifood Chains in Indonesia,
World Bank and Ministry of Indonesia National and local
Economic Development. Meso Study (Modules 1 and 2 of
Washington DC and Government C1) Report. Center for
of Italy, Rome. Agricultural Policy and
Deininger, K., S. Jin, dan H. K. Agribusiness Studies Padjadjaran
Nagarajan. 2007. Determinants University.
and Consequences of Land Sales Otsuka, K. 1993. Land Tenure and
Market Participation: Panel Rural Poverty. Dalam Quibria,
Evidence from India, World M.G. (Ed). Rural Poverty in
Bank Policy Research Working Asia: Priority, Issues and Policy
Paper. Washington, DC: World Options. Oxford University
Bank. Press, Hongkong, hlm. 260.
Huang, J., Zhurong Huang.,Huanyong Reardon, Thomas, Peter Timmer, dan
Zhi.,Yunhua Wu dan Xiangfang Julio Berdegue. 2004. The Rapid
Niu. 2007. Production, Marketing Rise of Supermarkets in

Agrisep Vol (16) No. 1 , 2015 18


Developing Countries: Induced Pengembangan Sosial Ekonomi
Organizational, Institutional, and Pertanian, Bogor.
Technological Change in Suryana, A., S.Mardianto, dan
Agrifood Systems. Journal. Food M.Ikhsan. 2001.Dinamika
and Agriculture Organization of Kebijakan Perberasan
the United Nations. Nasional:Sebuah Pengantar.
Sadoulet, Elizabeth., Rinku Murgai dan Dalam A.Suryana dan
Alain de Janvry. 1998. Access to S.Mardianto. eds. Bunga Rampai
land via land rental markets. Ekonomi Beras. Lembaga
Mimeo, University of Berkeley Penyelidikan Ekonomi dan
and World Bank. Masyarakat. Fakultas Ekonomi,
Saptana, Chaerul Saleh, Waluyo, dan Universitas Indonesia (LPEM-
Soentoro. 1994. Perubahan Sosial FEUI). 15 hlm.
Ekonomi Pedesaan di Lima Desa Van Den Berg., Michael, Marije
Contoh Patanas Jawa Timur. Boomsma, Ivan Cucco, Luigi
Pusat Penelitian dan Cuna, Nico Janssen, Paule
Pengembangan Sosial Ekonomi Moustier, Laura Prota, Tim
Pertanian, Bogor. Purcell, Dominic Smith dan
Saptana, Handewi P.S. Rachman, dan Siebe Van Wijk. 2007. Making
Tri Bastuti P. 2002. Struktur Value Chain Work Better for the
Penguasaan Lahan dan Poor, A tool Book for
Kelembagaan Pasar Lahan di Practitioners of Value Chain
Pedesaan. Jurnal. Pusat Penelitian Analysis.
dan Pengembangan Sosial Varian, Hal R. 1984. Microeconomic
Ekonomi Pertanian, Bogor. Analysis, Second Edition. USA :
Sumodiningrat, G., B. Santoso dan M. W.W. Norton & Company, Inc.
Maiwan. 1999. Kemiskinan: Melalui www.snvworld.org.
Teori, Fakta dan Kebijakan. Edisi Zakaria, Amar K. 2002.
Pertama. Penerbit IMPAC, Penanggulangan Kemiskinan
Jakarta. Pada Petani Berlahan Sempit Di
Supriyati, Saptana, dan Yana Agroekosistem Lahan Kering
Supriyatna. 2004. Hubungan Dataran Tinggi Berbasis Sayuran,
Penguasaan Lahan Dan Pusat Analisis Sosek dan
Pendapatan Rumahtangga di Kebijakan Pertanian. Badan
Pedesaan. Pusat Penelitian dan Litbang Departemen Pertanian,
Bogor.

Agrisep Vol (16) No. 1 , 2015 19

Anda mungkin juga menyukai