Anda di halaman 1dari 6

PEMBAHASAN KONSEP PENDAPATAN NASIONAL ISLAM

A.  Pengertian Pendapatan Nasional

Pendapatan Nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah
tangga keluarga di suatu negara dalam kurun waktu tertentu dari faktor-faktor
produksi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan melihat
pendapatan nasionalnya. Pendapatan nasional diukur  dengan Produk Nasional
Bruto (Gross National Product), yaitu jumlah seluruh jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu negara dalam kurun waktu satu tahun, diukur menurut harga
pasar negara tersebut. Terdapat 3 pendekatan dalam mengukur besarnya GNP,
yakni dihitung berdasarkan:

1. Pengeluaran untuk membeli barang dan jasa.


2. Nilai barang dan jasa akhir.
3. Dari pasar faktor produksi dengan menjumlahkan penerimaan yang
diterima oleh pemilik faktor produksi (upah + bunga + sewa
+  keuntungan).

B.  Konsep Pendapatan Nasional dalam Perspektif Makro Ekonomi

Pendapatan nasional adalah semua jenis barang atau jasa yang dihasilkan suatu
negara dalam suatu periode tertentu. Salah satu contoh dalam kehidupan sehari-
hari negara kita misalkan sebuah perusahaan yang menghasilkan sebuah produk,
perusahaan tersebut boleh mengklaim bahwa produk yang dihasilkan sebagai
pendapatan, walaupun produk tersebut belum terjual. Begitu pula pada pendapatan
nasional, produk yang telah diproduksi dapat diperhitungkan sebagai pendapatan
nasional. Pada perhitungan pendapatan nasional perlu diperhatikan juga tentang
status barang tersebut. Barang bekas tidak dapat kita jadikan perhitungan sebagai
pendapatan nasional, karena pada barang bekas telah diperhitungkan sebagai
pendapatan nasional semenjak barang tersebut pertama diproduksi. Jadi, jika
barang bekas tetap dihitung sebagai pendapatan nasional, maka akan terjadi
perhitungan ganda atau sering disebut dengan double counting.
Dalam perhitungan pendapatan nasional juga terdapat istilah yang disebut dengan
GDP dan GNP. GNP (Gross National Product) dan GDP (Gross Domestic
Product) hal yang membedakan diantara keduanya adalah, GDP adalah
perhitungan pendapatan nasional pada area domestik, jadi apa saja yang
diproduksi dalam Negara (domestic) maka produk tersebut akan diakui sebagai
pendapatan nasional. Sedangkan GNP adalah perhitungan pendapatan nasional
pada setiap warga negara asli yang menghasilkan produk, jadi apa saja yang
dihasilkan meskipun ia berada di luar negara maka akan diakui sebagai
pendapatan negara.

Perhitungan pendapatan nasional dapat dihitung berdasarkan tiga pendekatan,


yaitu:

1. Pendekatan produksi
Perhitungan ini dilihat berdasarkan pendekatan nilai tambah dari suatu
barang yang diproduksi, maksudnya suatu barang akan diperhitungkan
nilainya hanya pada barang siap pakai saja.
2. Pendekatan pengeluaran
Perhitungan berdasarkan pengeluaran ini bisanya berdasarkan seberapa
besar jumlah konsumsi atau penggunaan uang suatu negara, yang mana
perhitungannya sendiri dapat dilakukan melalui 4 sektor pengeluaran
yaitu: Konsumsi rumah tangga (c), Investasi (I), Pengeluaran pemerintah
(G), Pengeluaran ekspor dan import (X-M).
Dalam perhitungan ekonomi biasanya lebih familiar dengan formula:
Y= C + I + G + X-M
Yang membedakan diantara keduanya terletak pada ada tidaknya Eksport
dan Import dalam suatu negara.
3. Pendekatan pendapatan
Perhitungan ini sering disebut juga dengan NNP (Net National Product),
NNP ini sama dengan GNP dikurangi dengan penyusutan. Perhitungan
penyusutan ini perlu dilakukan agar pehitungan cadangan produksi dapat
terjaga.
C.  Konsep Pendapatan Nasional dalam Perspektif Islam

Dalam perhitungan ekonomi Islam terdapat prinsip yang harus dipegang teguh
dalam perhitungan pendapatan nasional, yaitu:

1. Pendapatan nasional harus menggambarkan pendapatan masyarakat


yang sesuai dengan penyebaran penduduk.
2. Pendapatan Nasional perkotaan dan pedesaan harus dapat dibedakan,
karena secara jelas produksinya tidak dapat disamakan.
3. Pendapatan Nasional harus dapat mengukur secara jelas kesejahteraan
masyarakat yang sesungguhnya.

Satu hal yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya
adalah penggunaan parameter falah. Falah adalah kesejahteraan yang hakiki,
kesejahteraan yang sebenar-benarnya, dimana komponen-komponen rohaniah
masuk ke dalam pengertian falah ini. Al- Falah dalam pengertian Islam mengacu
kepada konsep Islam tentang manusia itu sendiri. Dalam Islam, esensi manusia
ada pada rohaniahnya. Karena itu, seluruh kegiatan duniawi termasuk dalam
aspek ekonomi diarahkan tidak saja untuk memenuhi tuntutan
fisik jasadiyah melainkan juga memenuhi kebutuhan rohani manusia.

Konsep ekonomi kapitalis yang hanya mengukur kesejahteraan berdasarkan angka


GNP, jelas akan mengabaikan aspek rohani umat manusia. Pola dan proses
pembangunan ekonomi diarahkan semata-mata untuk meningkatkan pendapatan
perkapita. Ini akan mengarahkan manusia pada konsumsi fisik yang cenderung
hedonis sehingga menghasilkan produk-produk yang dilempar ke pasaran tanpa
mempertimbangkan dampak negatifnya bagi aspek kehidupan lain.

Cara berfikir semacam ini akan membawa umat manusia kedalam situasi
berlakunya hukum rimba, yakni siapa yang kuat dialah yang akan  menang
(survival of the fittest). Maka dari itu, selain harus memasukkan unsur falah dalam
menganalisis kesejahteraan, penghitungan pendapatan nasional berdasarkan Islam
juga harus mampu mengenali bagaimana interaksi instrumen-instrumen wakaf,
zakat, dan sedekah dalam meningkatkan kesejahteraan umat.
Ekonomi Islam harus mampu menyediakan suatu cara untuk mengukur
kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial berdasarkan sistem moral dan
sosial Islam. Setidaknya ada 4 hal yang semestinya bisa diukur dengan
pendekatan pendapatan nasional berdasarkan ekonomi Islam, sehingga tingkat
kesejahteraan bisa dilihat secara lebih jernih dan tidak bias. Adapun hal 4 tersebut
adalah:

1. Pendapatan nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan


individu rumah tangga.
2. Pendapatan nasional harus dapat mengukur produksi di sektor pedesaan.
3. Pendapatan nasional harus dapat mengukur kesejahteraan ekonomi Islam.
4. Penghitungan pendapatan nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan
sosial Islami melalui pendugaan nilai santunan antarsaudara dan sedekah.

Adapun sumber-sumber pendapatan nasional dalam ekonomi Islam antara lain:

1.    Ghanimah

Secara etimologi berasal dari kata ghanama-ghanimatuh yang berarti memperoleh


jarahan ‘rampasan perang’. harta ini adalah harta yang didapatkan dari hasil
peperangan dengan kaum musyrikin. Yang menjadi sasarannya adalah orang kafir
yang bukan dalam wilayah yang sama (kafir dzimmi), dan harta yang diambil bisa
dari harta yang bergerak atau harta yang tidak bergerak, seperti: perhiasan,
senjata, unta, tanah, dll. Untuk porsinya 1/5 untuk Allah dan Rasulnya, kerabat
Rasul, anak yatim, dan fakir miskin, dan ibn sabil, dan 4/5 untuk para balatentara
yang ikut perang. Kemudian sisanya disimpan di Baitul Mal untuk didistribusikan
kemudian.

2.    Shadaqah

Secara etimologi adalah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar, pembuktian,


dan syahadat (keimanan) yang diwujudkan dengan bentuk pengorbanan materi.
Menurut Ibn Thaimiyah shadaqah adalah zakat yang dikenakan atas harta
kekayaan muslim tertentu.
3.    Infaq

Infaq diambil dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk


kepentingan sesuatu. Menurut literature yang lain infaq berarti mengeluarkan
sebagian harta atau pendapatan untuk satu kepentingan yang diperintahkan ajaran
Islam. Dalam infaq tidak mengenal yang  namanya nisab, asnaf, dan subjeknya,
artinya orang kafirpun bisa mengeluarkan infaq yang dialokasikan untuk
kepentingan agamanya. Infaq ini boleh diberikan kepada siapa saja dan berapa
saja. Untuk ruang lingkupnya infaq lebih luas daripada zakat yang mana hanya
untuk orang muslim saja.

4.    Zakat

Kata zakat berasal dari kata zaka (menumbuhkan), ziadah (menambah), barakah


(memberkatkan), thathir (menyucikan), dan an-nama (berkembang). Adapun
menurut syara’ zakat adalah hak yang telah ditentukan besarnya yang wajib
dikeluarkan pada harta-harta tertentu dan pada orang-orang yang tertentu pula
dengan catatan harta tersebut adalah milik penuh seseorang, mencapai hawl, dan
nisabnya,  dalam hal ini zakat dikenakan kepada harta bukan kepada
jiwa (jizyah). Di antara objek zakat itu adalah: binatang ternak (unta, sapi, kerbau,
dan kambing), emas dan perak, biji-bijian (beras, jagung, dan gandum), buah-
buahan (kurma dan anggur saja), harta perniagaan sama seperti syarat-syarat yang
telah disebutkan dalam zakat emas dan perak, dll).

5.    ‘ushr

‘Ushr oleh kalangan ahli fiqh disebut sepersepuluh yang dalam hal ini memiliki
dua arti. Pertama, sepersepuluh dari lahan pertanian yang disirami dengan air
hujan. Kedua, sepersepuluh diambil dari pedagang-pedagang kafir yang
memasuki wilayah Islam dengan membawa barang dagangan. ‘Ushr diwajibkan
hanya ketika ada hasil yang nyata dari tanahnya. Tanah yang sudah diwakafkan
tetap diperlakukan sebagai tanah ‘ushr jika pemilik sudah menanami tanah
tersebut. Yang termasuk kedalam harta ‘ushr adalah hasil pertanian dan
perkebunan (buah, madu, dll.). Untuk hasil pertanian yang diairi dengan sumber
alami (hujan, sumber air, dan arus) maka ‘ushr porsinya 10%, apabila pengairan
tersebut masih menggunakan ala-alat produksi lain (alat irrigasi, sumur, dll) maka
‘ushrnya adalah 5%, dan untuk pengambilan ‘ushr ini adalah apabila sudah panen.

6.    Kharaj

Secara harfiah kharaj berarti kontrak, sewa-menyewa atau menyerahkan. Dalam


terminologi keuangan Islam kharaj adalah pajak atas tanah atau hasil tanah. Yang
mana diambil dari tanahnya orang non-muslim yang sudah ditaklukan dan tanah
tersebut sudah diambil alih orang muslim. Dengan keringanan dari orang Islam
maka non-muslim tersebut masih bisa menguasai tanahnya untuk bercocok tanam
yang hasilnya akan dibagi 50%-50%  antara non-muslim dan orang Islam.

7.    Pajak tambang dan harta karun

Pajak tambang ini yang hasilnya keras seperti emas, perak, besi, dll. atau harta
karun yang ditemukan di wilayah orang Islam, maka seperlima (1/5) harus
diserahkan kepada negara untuk memenuhi keadilan sosial.

8.    Waqaf

Wakaf  secara harfiyah berarti berhenti, menahan, atau diam. Dalam hukum Islam
wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama (zatnya) kepada
seseorang atau nadzir (penjaga wakaf) baik berupa perorangan maupun lembaga,
dengan ketentuan bahwa hasilnya akan dipergunakan sesuai dengan syariat Islam.

Anda mungkin juga menyukai