Disusun Oleh:
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah.............................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................1
C. Tujuan penulisan .......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Syiqaq......................................................................................2
B. Dasar Hukum Syiqaq ................................................................................3
C. Hakamain ..................................................................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan bagian terkecil dari sebuah masyarakat
dimana didalamnya hanya terdiri dari suami, istri, dan sebagian anak. Dan
setiap rumah tangga pasti menginginkan sebuah keluarga yang di
dalamnya terdapat suatu kenyamanan, baik ketika berada di rumah
maupun ketika berada diluar rumah. Dimana seluruh hak dan kewajiban
bisa mereka dapatkan dan laksanakan sebagai konsekuensi dari hidup
bersama.
Dalam realitas sosial yang terjadi di masyarakat zaman sekarang
seperti yang kita ketahui dari media-media yang ada seperti media
elektronik, cetak dan yang lainnya banyak sekali keluarga yang mengalami
perceraian. Diantara sebab-sebab yang mengakibatkan perceraian tersebut
salah satunya adalah tidak terpenuhinya hak-hak dan kewajiban antara
suami istri dan terjadinya pembangkangan (nusyus) seorang istri kepada
suami dan atau suami terhadap istrinya. Hal semacam ini, biasanya tidak
lepas dari adanya suatu kecurigaan antara kedua pihak, kesalahpahaman,
tumbuh pikiran bahwa dirinya lebih baik dan atau merasa lebih memiliki
kekuasaan, dll.
Melihat fenomena tersebut, dalam pembahasan kali ini akan lebih
diuraikan kembali tentang Syiqaq dan Hakamain
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan hukum Syiqaq?
2. Apakah maksud Hakamain itu?
C. Tujuan
1. Dapat memahami dan mengetahui pengertian dan dasar hukum syiqaq.
2. Memahami apa itu hakamain.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian Syiqaq
Syiqaq, berasal dari bahasa Arab “syaqqa” - “yasyuqqu” -
“syiqaaq”, yang bermakna “al-inkisaar”, pecah, berhamburan. Sedang
“syiqaq” menurut istilah oleh ulama fiqhi diartikan sebagai
perpecahan/perselisihan yang terjadi antara suami isteri yang telah
berlarut-larut sehingga dibutuhkan perhatian khusus terhadapnya. Sejalan
dengan pengertian tersebut “syiqaq” menurut penjelasan pasal 76 (1) UU
No. 7/1989 adalah perselisihan yang tajam dan terus menerus antara suami
isteri.
“Syiqaq” berarti “perselesihian” atau “retak”. Menurut istilah
syiqaq dapat berarti krisis memuncak yang terjadi antara suami-istri
sedemikian rupa, sehingga antara suami-istri terjadi pertentangan pendapat
dan pertengkaran. Menjadi dua puhak yang tidak mungkin dipertemukan
dan kedua belah pihak tidak dapat mengatasinya. Sedangkan menurut
istilah fiqih, syiqaq adalah perselisihan suami-istri yang diselesaikan oleh
dua orang hakam, yaitu seorang hakam dari pihak suami dan seorang
hakam dari pihak istri.
Pengertian di atas menunjukkan bahwa syiqaq terjadi apabila
antara suami isteri tidak dapat lagi mencukupi kebutuhan lahir maupun
kebutuhan batin, sehingga dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi
perselisihan yang tiada akhir. Oleh karena itu, bila terjadi konflik seperti
ini dalam keluarga Allah Swt memberikan petunjuk untuk
1
menyelesaikannya melalui cara-cara tertentu.
1
Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Dosa-dosa Suami Istri yang Meresahkan Hati, (Solo:
Kiswah, 2011), h. 53.
3
َ ﯾُﺮِﯾﺪَا إِنْ أَ ْھﻠِﮭَﺎ ﻣِﻦْ َوﺣَ َﻜﻤًﺎ أَ ْھﻠِ ِﮫ ﻣِﻦْ َﺣ َﻜﻤًﺎ ﻓَﺎ ْﺑ َﻌﺜُﻮا ﺑَ ْﯿﻨِ ِﮭﻤَﺎ ِﺷﻘَﺎ
ْق ِﺧ ْﻔﺘُ ْﻢ َوإِن
ﻖ إِﺻْ َﻼﺣًﺎ
ِ ﷲُ ﯾُ َﻮﻓﱢ
ﷲَ إِنﱠ ۗ◌ ﺑَ ْﯿﻨَﮭُﻤَﺎ ﱠ
َﺧﺒِﯿ ًﺮا َﻋﻠِﯿﻤًﺎ ﻛَﺎنَ ﱠ
2
Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Fiqhus Sunnah Lin Nisaa, diterjemahkan Asep Sobari,
Lc., Fiqih Sunah Untuk Wanita. Cet I; (Jakarta: Darul Bayan Al-Haditsah,2010), h. 739.
4
3
Abu 'Ubaidah Usamah bin Muhammad Al-Jammal, Kitab Al-Mu'minat Al-Baqiyat Ash-
Shalihat fi Ahkam Takhtashshu bihal Mu'minat, diterjemahkan Arif Rahman Hakim, Shahih Fiqih
Wanita Muslimah. Cet. 1; (Surakarta: Insan Kamil,2010), h. 346.
5
itu adalah talaq raj’i, maka suami dapat saja kembali kepada istrinya
dengan cara rujuk selama masa iddah belum habis.
C. Hakamain
1. Pengertian Hakamain dan Tugasnya
Hakam artinya juru damai. Jadi, hakamain adalah juru damai yang
dikirim oleh dua belah pihak suami istri apabila terjadi perselisihan antara
keduanya, tanpa diketaui keadaan siapa yang benar dan siapa yang salah
diantara kedua suami istri tersebut.
Hakamain yang ditetapkan Al-Qur'an adalah juru damai. Mereka
mengupayakan mendamaikan buka upaya memperkeruh keadaan, apalagi
dengan adanya juru damai malah membuat kedua belah pihak semakin
menjelek-jelekkan dan membuka rahasia masing-masing selama berumah
tangga. Hal tersebut sangat dilarang oleh islam.4
Para ahli fikih berbeda pendapat tentang arti hakam dalam QS. An-Nisa’
ayat 35 tersebut.
a. Menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'I serta pengikut
keduanya berpendapat, hakam berarti wakil atau sama halnya
dengan wakil. Hakam tidak boleh menjatuhkan talak kepada istri
sebelum mendapat persetujuan dari suami. Begitu pula hakam
dari pihak perempuan tidak boleh mengadakan khulu' sebelum
mendapat persetujuan suami. Hakam hanya mewakili pihak yang
berselih dan bertugas menyampaikan keinginan-keinginannya,
jika suami berkeinginan cerai maka hakam menyampaikan
keinginan tersebut, kecuali jika suami menyerahkan pemisahan
tersebut kepada juru damai. Alasannya adalah bahwa pada
dasarnya talak tidak berada di tangan siapapun, kecuali suami
atau seorang yang diberi kuasa olehnya. Dan yang berhak
mengangkat hakam adalah dari puhak suami dan istri.
4
Tihami, dan Sahrani Sohari, Fikih Munakahat, Kajian Fikih Nikah Lengkap, Cet. 1;
(Serang: Rajawali Pers, 2008), h. 185
7
5
Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat 2, Cet.VI; (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 49
8
2. Syarat-Syarat Hakamain
a. Berlaku adil diantar pihak yang bersengketa
b. Mengadakan perdamaian antar kedua suami istri dengan ikhlas
c. Disegani oleh kedua pihak suami istri
d. Hendaklah berpihak kepada pihak yang teraniaya, apabila pihak
yang lain tidak mau berdamai.
6
Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Fiqhus Sunnah Lin Nisaa, diterjemahkan Asep Sobari,
Lc., Fiqih Sunah Untuk Wanita. Cet I;( Jakarta: Darul Bayan Al-Haditsah,2010), h. 751
9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
“Syiqaq” berarti “perselesihian” atau “retak”. Menurut istilah
syiqaq dapat berarti krisis memuncak yang terjadi antara suami-istri
sedemikian rupa, sehingga antara suami-istri terjadi pertentangan pendapat
dan pertengkaran. Menjadi dua puhak yang tidak mungkin dipertemukan
dan kedua belah pihak tidak dapat mengatasinya. Sedangkan menurut
istilah fiqih, syiqaq adalah perselisihan suami-istri yang diselesaikan oleh
dua orang hakam, yaitu seorang hakam dari pihak suami dan seorang
hakam dari pihak istri.
Syiqaq merupakan salah satu alternative yang ditawarkan oleh
agama islam untuk menyelesaikan pertengkaran yang terjadi dalam suatu
keluarga, hal ini dijelaskan dalam firman allah surat Annisa Ayat 35.
Hakamain yang ditetapkan Al-Qur'an adalah juru damai. Mereka
mengupayakan mendamaikan buka upaya memperkeruh keadaan, apalagi
dengan adanya juru damai malah membuat kedua belah pihak semakin
menjelek-jelekkan dan membuka rahasia masing-masing selama berumah
tangga. Hal tersebut sangat dilarang oleh islam.
DAFTAR PUSTAKA
Kamal Abu Malik bin Salim Sayyid, Fiqhus Sunnah Lin Nisaa, diterjemahkan
Asep Sobari, Fiqih Sunah untuk Wanita, Cet I, (Jakarta: Darul Bayan Al-
Haditsah, 2010)
Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Dosa-dosa Suami Istri yang Meresahkan Hati,
(Solo: Kiswah, 2011)
Tihami, dan Sahrani Sohari, Fikih Munakahat, Kajian Fikih Nikah Lengkap, Cet.
1; (Serang: Rajawali Pers, 2008)